DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
ROSDIANA L031211011
DAPARTEMEN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
i
KATA PENGANTAR
Semoga Allah menjadikannya sebagai amal shalih bagi penulis dan pihak-pihak
yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah Budidaya Kepiting Kelapa ini diucapkan
terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sumbangsih yang
besar bagi masyarakat akademik disektor perikanan dan kelautan pada khususnya
dan masyarakat Indosesia pada umumnya.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepiting kelapa (Birgus latro) adalah spesies kepiting daratan terbesar
di dunia. Nama "kelapa" merujuk pada habitat alami kepiting ini, yaitu hutan
bakau dan pantai tropis di wilayah Samudra Hindia dan Pasifik. Kepiting kelapa
memiliki ciri khas yang mencolok, seperti cangkang yang keras dan berwarna
cokelat keunguan, serta cakar kuat yang digunakannya untuk memecahkan
kelapa dan makanan lainnya. Salah satu hal yang menarik tentang kepiting
kelapa adalah pola makan mereka. Meskipun mereka adalah krustasea,
kepiting kelapa sebenarnya merupakan hewan omnivora. Mereka memakan
berbagai jenis makanan, termasuk buah-buahan, tumbuhan, serangga, dan
bangkai hewan. Makanan ini memberi mereka energi yang cukup untuk
bertahan hidup di lingkungan yang keras dan berlumpur di mana mereka
hidup. Perbedaan antara kepiting kelapa (Birgus latro) dan kepiting kenari
sebenarnya hanya terletak pada istilah atau nama yang digunakan untuk
menyebutnya. Secara ilmiah, kedua istilah tersebut merujuk pada spesies yang
sama, yaitu kepiting kelapa atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai coconut
crab.
Kepiting kelapa adalah sebutan yang lebih umum digunakan di
Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara, sementara kepiting kenari
adalah istilah yang umum digunakan di beberapa negara di Amerika Selatan
dan Karibia. Keduanya adalah nama yang sama untuk spesies kepiting daratan
terbesar di dunia, Birgus latro, yang memiliki cangkang keras berwarna cokelat
keunguan dan cakar kuat untuk memecahkan kelapa dan makanan lainnya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa dalam beberapa konteks, istilah
1
"kepiting kenari" juga dapat merujuk pada spesies kepiting lain yang memiliki
warna atau ciri khas yang mirip dengan biji kenari. Jadi, kesimpulannya,
perbedaan antara kepiting kelapa dan kepiting kenari hanyalah pada istilah
atau nama yang digunakan untuk menyebutnya, sedangkan secara biologis
keduanya merujuk pada spesies yang sama, yaitu kepiting daratan terbesar,
(Birgus latro).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek-aspek biologis kepiting kelapa?
2. Bagaimana cara memilih lokasi untuk budidaya kepiting kelapa?
3. Apa saja wadah-wadah budidaya kepiting kelapa?
4. Bagaimana cara pemeliharaan dan pakan yang digunakan untuk
budidaya kelapa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek-aspek biologis kepiting kelapa
2. Untuk mengetahui cara memilih lokasi untuk budidaya kepiting kelapa
3. Untuk mengetahui wadah-wadah budidaya kepiting kelapa
4. Untuk mengetahui cara pemeliharaan dan pakan yang digunakan
untuk budidaya kelapa
2
BAB II
ASPEK BIOLOGI
Kepiting kelapa atau ketam kenari termasuk ke dalam Kelas crustasea, Filum
Arthropoda darat yang terbesar di dunia. Penduduk Kepulauan Maluku menyebutnya
ketam kenari. Ketam kenari ini dikenal karena kemampuannya mengupas buah kelapa
dengan capitnya satusatunya spesies dari Genus Birgus. Menurut Eldredge (1996)
ketam kenari dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Coenobitidae
Genus : Birgus
Species : Birgus latro
Secara morflogis kepiting kelapa mempunyai abdomen bulat simetris dan
terlindungi kulit yang keras, ujung abdomennya dapat berfungsi sebagai pemberat
ketika berada dalam liangnya yang berada di bawah akar pohoh maupun pohon yang
3
roboh. Kepiting dewasa memiliki panjang karapas kurang lebih 25-40 cm, berat badan
berkisar antara 2-4 kg. Capit sebelah kiri biasanya mempunyai ukuran lebih besar dari
capit yang sebelah kanan. Kepiting ini dilengkapi dengan lima pasang kaki jalan, yang
terdiri atas empat pasang kaki jalan yang jelas terlihat berbentuk keras dan kuat dan
satu pasang kaki jalan terakhir berukuran kecil dan tersembunyi dibawah karapas.
Semua kaki jalan ditutupi oleh duri serta rambut-rambut halus. Karapasnya sangat
keras yang disebabkan oleh konsentrasi zat kapur yang lebih tinggi jika dibandingkan
jenis kepiting lainnya. Kepiting ini memiliki bagian bawah (abdomen) yang lunak yang
pada waktu kecil terlindung dalam rumah siput, tetapi rumah siput ini akan
ditinggalkan ketika menginjak dewasa. Kepiting ini tumbuh dengan cara berganti kulit,
dimana ia harus keluar dari rumah siputnya lalu mencari tempat yang terlindung dari
pemangsanya dan berganti kulit disana.
B. Siklus Hidup
Selama siklus hidupnya, ketam kenari memiliki dua habitat yaitu di darat dan laut.
Pada masa inkubasi sampai matang telur berlangsung di darat,sedangkan masa
penetasan telur sampai telur menjadi burayak (benih) hidup sebagai planktonik yang
4
hidup bebas di laut kemudian setelah dewasa kembali ke daratan. Fase setelah telur
yang baru menetas disebut fase zoea. Fase ini biasanya berlangsung sekitar 30 hari
yang terdiri dari lima tahap. Tiap-tiap tahap akan mengalami perubahan bentuk dan
ukuran. Tahap zoea pertama berlangsung 5-6 hari setelah telur menetas dan
pergantian ke tahap zoea kedua terjadi pada hari ke empat. Tahap zoea kedua
berlangsung sekitar 3 15 hari dari kehidupan larva dan selesai dalam waktu 10 hari.
Lamanya tahap zoea ketiga ini umumnya 8-9 hari. Pergantian ke tahap keempat
dimulai pada hari ke 15 dari kehidupan larva sampai kira-kira hari ke 24. Burayak
biasanya mengalami pergantian kulit pada hari ke 18 20 dan terjadi sangat aktif.
Setelah selesai berganti kulit, zoea memasuki tahap keempat dan lamanya tahap ini
berkisar antara 6-12 hari. Ketika usia sekitar 30 hari, fase Zoea akan segera beralih ke
fase post larva atau "Glaucothoe" (Schiller et al., 1991). Berikut merupakan siklus
hidup ketam kenari :
Biasanya setiap berganti kulit, ketam kenari akan mengganti cangkangnya dengan
menyesuaikan pertambahan tubuhnya. Tingkah laku ini menjadikannya sebagai
5
hewan pembawa cangkang yang dapat berlangsung sampai 2,5 tahun, selanjutnya
ketam kenari meninggalkan cangkang dan berkembang menjadi ketam kenari dewasa.
Ketam kenari muda yang tidak dapat menemukan cangkang untuk ukuran yang tepat,
biasanya menggunakan potongan-potongan kelapa rusak.
C. Kebiasaan Makan
6
BAB III
A. Pemilihan Lokasi
a. Suhu Tanah
Suhu tanah merupakan parameter lingkungan yang sangat menetukan kestabilan
lingkungan hidup kepiting kelapa/kenari. Suhu tanah yang disukai kepiting kelapa
berkisar 27-29⁰c. Hal ini memperkuat daya dukung kepiting kelapa untuk hidup dan
berkembang sepanjang waktu pada daerah tertentu. Populasi yang terkontrol
menyebabkan sesuatu yang secara teratur mengarah pada kemampuan lingkungan
(suhu tanah) untuk mendukung individu-individu. Daya dukung ini bisa berubah
menurut waktu karena ketersediaan sumber pendukung menjadi kritis dan
perubahan sumber kematian eksternal.
b. Kelembaban Udara
Kelembaban udara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas
hidup kepiting kelapa/kenari dan sangat menyenangi daerah yang lembab dan
gelap untuk tempat tinggalnya. Serta sebagai faktor pendukung bagi
kelangsungan hidup kepiting kelapa.
c. Curah Hujan
Curah hujan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi tubuh kepiting
kelapa/kenari dalam mencari makanan dan perubahan tingkah laku hidupnya.
Waktu yang paling aktif bagi kepi dalam mencari makanan adalah saat hujan
gerimis, akan tetapi apabila hujan lebat dapat membahayakan keselamatan
hidupnya, maka kepiting akan bersembunyi dalam sarangnya, sebagai bentuk
adaptasi tingkah lakunya.
7
d. Tekstur Substrat
Komposisi substrat yang didominasi debu dan liat, dengan jenis tumbuhan dan
vegetasi pohon kelapa yang lebat. Kondisi ini dapat menyediakan tempat
perlindungan bagi kepiting kelapa yang berumur muda karena kepadatan vegetasi
pohon kelapa yang baik. Keberadaan tekstur substrat akan mempengaruhi
kehidupan kepiting kelapa karena disamping sebagai salah satu tempat penyedia
sumber makanan juga sebagai tempat untuk menggali sarang tempat tinggalnya
dan mengantisipasi gangguan predator dengan menutup sarang oleh capitnya
yang kuat.
e. Keasaman (pH) Tanah
Keasaman (pH) tanah merupakan sifat kimia tanah yang penting bagi
crustaceae. Keasaman (pH) tanah mempunyai sifat yang menggambarkan
aktivitas ion hidrogen. Reaksi tanah dapat mempengaruhi proses kimia lainnya
seperti ketersediaan unsur hara dan proses biologi dalam tanah. Sebaliknya
keasaman (pH) tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor lain seperti kandungan
karbonat bebas, pH tanah yang berkisar antara 6.5–7.5 masih dalam kategori yang
baik. Sedangkan pH tanah kurang dari 5 dapat menyebabkan kematian bagi
organisme.
f. Kondisi vegetasi
Daya dukung vegetasi merupakan sumber makanan kepiting kelapa menjadi
faktor kunci keutuhan dan eksistensi kepiting kelapa di suatu wilayah. Vegetasi
pohon kelapa berbeda-beda antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lainnya.
Kondisi vegetasinya masih padat dan subur (khususnya daerah terisolir yang masih
kurang sentuhan pembangunan pemukiman masyarakat) dan juga ditemukan
keberadaan vegetasi alamiahnya, sudah diperuntukan untuk kepentingan
pengembangan kawasan pemukiman penduduk dan pembukaan areal
perkebunan milik masyarakat.
8
B. Wadah budidaya
1. Kolam atau Tambak: Sistem ini paling umum digunakan dalam budidaya kepiting
kelapa. Kolam atau tambak ini dapat berupa kolam tanah atau kolam buatan dengan
dinding beton atau bahan lainnya. Kolam harus cukup besar untuk menampung
kepiting yang tumbuh besar. Kolam ini harus memiliki akses ke air laut atau air payau.
2. Kandang Buatan: Beberapa peternak mungkin memilih untuk membuat kandang
buatan yang sesuai dengan kebutuhan kepiting kelapa. yang ditempatkan di sekitar
pantai atau hutan bakau. Kandang kepiting kenari bisa terbuat dari bambu ataupun
besi walaupun lebih baik jika menggunakan besi namun akan lebih mudah dan praktis.
3. Kolam Tanah: Kolam tanah adalah kolam yang digali di tanah dan dikelilingi oleh
tanggul. Mereka sering digunakan dalam budidaya kepiting kelapa karena biayanya
lebih rendah. Pastikan kolam tanah memiliki sistem perpindahan air yang baik.
4. Kolam Beton: Kolam beton adalah kolam yang dibangun dengan dinding beton yang
kuat. Mereka lebih tahan terhadap erosi dan memungkinkan pengaturan suhu dan
salinitas air yang lebih baik.
9
BAB IV
PEMELILHARAAN DAN PAKAN
10
DAFTAR PUSTAKA
Minawati, 2017. Preferensi Habitat dan Karakteristik Lingkungan Ketam Kenari (Birgus latro) di
Pulo Pasi, Kabupaten Kepulauan Selayar. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sulistiono, K. M., & Butet, N. A. (2009). Uji coba pemeliharaan kepiting kelapa (Birgus latro) di
kolam penangkaran. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(1), 101-107.
Sulistiono, Muslihuddin, S. Refiani. 2005. Teknologi penangkaran kepiting kelapa (Birgus latro) di
Indonesia. Laporan Penelitian. Institut Pertanian Bogor
Supyan, dan Abubakar, Y. 2016. STUDI POTENSI KEPITING KENARI (Birgus latro) BERUKURAN
DEWASA DI PANTAI BARAT PULAU TERNATE PROPINSI MALUKU UTARA. Jurnal
Techno. 5 (1) : 96-108
11