Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

Dosen : Tholibah Mujtahidah, S.Pi., M.P.

Nama Kelompok :
1. Rika Emiliya F. 1810801019
2. Zenobia Anisa 1810801023

AKUAKULTUR
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
”Makalah budidaya lobster air tawar (cherax quadricarinatus)”.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam pembuatan makalah ini baik dari
segi isi, penulisan dan lain-lain untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Demikian makalah ini penulis buat semoga bermanfaat bagi para pembaca yang
telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah budidaya lobster air tawar
(cherax quadricarinatus).

Magelang, 3 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Awal ................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
Daftar Gambar ................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ........................................................................................................ 1
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................... 2
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ...... 2
2.2 Habitat dan Penyebaran Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)) ........ 3
BAB III Metodelogi ........................................................................................... 5
3.1 Alat dan Bahan............................................................................................. 5
3.2 Metode......................................................................................................... 5
BAB IV Pembahasan ......................................................................................... 6
4.1 Persiapan Budidaya ...................................................................................... 6
4.2 Pembenihan ................................................................................................. 9
BAB V Penutup .................................................................................................15
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................15
5.2 Saran............................................................................................................15
Daftar Pustaka ...................................................................................................16

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cherax quadricarinatus ..................................................................... 2
Gambar 2.Struktur morfologi cherax quadricarinatus ......................................... 3
Gambar 3. Akuarium media budidaya ................................................................ 7
Gambar 4. Bak pemeliharaan ............................................................................. 8
Gambar 5. Perbedaan jenis kelamin jantan (kiri) dan bentina (kanan) ................. 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Crayfish/crawfish atau yang dikenal sebagai lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus) merupakan salah satu jenis krustase yang memiliki ukuran dan
bentuk tubuh hampir sama dengan lobster air laut. Lobster ini memiliki
keunggulan dibandingkan lobster laut, diantaranya sudah dapat dibudidayakan
dan teknik budidayanya lebih mudah dibanding udang windu dan udang galah.
Perkembangan hidupnya sederhana tanpa melalui stadia larva yang rumit
(nauplius, zoea, mysis, postlarva) seperti pada udang.
Lobster air tawar sudah banyak dikembangkan dalam skala akuarium
atau kolam sebagai komoditi ikan hias dan ikan konsumsi karena lobster ini
tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit. Asalkan kebutuhan
pakan, kualitas air dan kebutuhan oksigen terpenuhi, lobster ini dapat tumbuh
dan berkembang cepat, sehingga sangat potensial dikembangkan di Indonesia.
Lobster air tawar sudah banyak dikembangkan dalam skala akuarium atau
kolam sebagai komoditi ikan hias dan ikan konsumsi.
Lobster air tawar mempunyai prospek yang cukup cerah dalam sektor
perikanan. Selain mudah dibudidayakan, hewan ini tidak mudah terserang
penyakit, bersifat omnivor, pertumbuhan cepat dan memiliki daya bertelur
tinggi. Bila dilihat dari aspek teknis budidaya dan potensi pasar, lobster air
tawar layak dikembangkan secara luas di masyarakat sehingga dapat
memberikan manfaat ekonomi dan tetap terjaga kelestariannya. Keberhasilan
budidaya lobster air tawar sangat dipengaruhi oleh ketersedian benih yang
berkualitas. Lukito dan Prayugo (2007) menyatakan bahwa keberhasilan lobster
air tawar sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pada teknis pembenihan yang
dilakukan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari budidaya
lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) secara baik dan benar.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan penulis dapat
memberikan informasi kepada pembudidaya, masyarakat serta pembaca lain
mengenai cara budidaya lobster air tawar(Cherax quadricarinatus).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)


Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), Cherax diklasifikasikan
sebagai berikut;
Phylum : Arthropoda
Klas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Family : Parastacidae
Genus : Cherax
Species : Cherax quadricarinatus/ red claw

Gambar 1. Cherax quadricarinatus


Martosudarmo & Ranoemihardjo (1980) mengemukakan bahwa tubuh
udang secara morfologi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sefalothoraks
(bagian kepala dan dada) dan bagian abdomen (perut/badan), demikian juga
tubuh Cherax. Layaknya krustasea yang lain, Cherax memiliki kerangka luar
dan tidak memiliki kerangka dalam. Sefalotoraks terdiri atas sepasang antena,
sepasang antenulla, sepasang maksila, mandibula, maksilipedia dan 4 pasang
kaki jalan (pereipoda) sedangkan abdomen terdiri atas 6 pasang kaki renang
(pleopoda), 2 pasang ekor samping (uropoda) dan satu buah telson. Penutup
sefalothoraks tersusun dari zat tanduk atau kitin yang tebal dan disebut karapas.
Zat tanduk ini merupakan nitrogen polisakarida (C8H13O5N) x yang
disekresikan oleh epidermis dan dapat mengelupas (moulted) pada interval
waktu tertentu. Fungsi karapas adalah untuk melindungi organ-organ bagian
dalam seperti insang, alat pencernaan termasuk organ hepatopankreas, jantung
dan organ reproduksi.
Selanjutnya Martosudarmo & Ranoemihardjo (1980) menerangkan
bahwa tubuh Cherax terdiri atas segmensegmen atau ruas-ruas, namun
segmentasi ini tidak terlihat dari luar karena tertutup oleh karapas.
Masingmasing segmen memiliki anggota badan dengan fungsi bermacam-
macam. Anggota badan tersebut mulai dari ruas badan terdepan hingga ruas
badan terakhir terdiri atas: tangkai mata, antenulla, antena, mandibula, maksila,
maksiliped, periopoda, pleopoda, dan uropoda. Secara garis besar struktur
tubuh Cherax tidak terlalu berbeda dengan struktur tubuh udang jenis lainnya.

2
Gambar 2. Struktur morfologi cherax quadricanatus

2.2 Habitat dan Penyebaran Lobster Tawar (cherax quadricanatus)


Francois (1960) mengemukakan bahwa jenis lobster air tawar terdiri
atas famili Astacidae yang terdapat di belahan bumi utara, dan famili
Parastacidae di belahan bumi bagian selatan. Riek (1968) menyatakan bahwa
famili Parastacidae yang terdiri atas 14 genus tersebar di belahan bumi selatan,
yaitu Madagaskar, Tasmania, Australia, Selandia Baru, Irian, dan Amerika
Selatan. Salah satu genus yang cukup terkenal adalah genus Cherax (Francois,
1960).
Holthuis (1949) melaporkan bahwa genus Cherax banyak terdapat di
daerah Australia, Irian dan pulau-pulau di sekitarnya. Hingga kini telah
diketahui bahwa di Irian Jaya terdapat 12 spesies, di Papua New Guinea ada
dua spesies (Sabar, 1975) sedangkan di Australia ada 27 spesies (Riek, 1968).
Di Irian Jaya, menurut Sabar (1975), setiap spesies Cherax memiliki nama
lokal yang berbeda-beda, antara lain Udi, Obawo, Dede, Murido, Talia, Bopa,
dan Juri.
Bardach et al. (1972) menyatakan bahwa pertumbuhan optimum
Cherax adalah pada kisaran suhu 21oC--29 oC. Suhu yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan dengan kecenderungan
membenamkan diri dalam lumpur atau menjadi tidak aktif.
Kondisi kualitas air optimal untuk Cherax jenis red claw meliputi:
oksigen > 1 mg/L, kesadahan dan alkalinitas 20--300 mg/L, dan pH 6,5--9,0.
Jenis red claw dewasa menunjukkan toleransi terhadap kadar oksigen terlarut
sampai 1 mg/L, tetapi red claw muda lebih rentan. Red claw juga toleran
terhadap konsentrasi amonia terionisasi sampai 1,0 mg/L dan nitrit sampai 0,5
mg/L dalam jangka waktu yang pendek (Rouse, 1977).

3
Lobster air tawar aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal).
Pada kolam pembudidayaan, Jones & Ruscoe (2001) menyarankan
penggunaan bahan-bahan tertentu seperti pipa PVC, batu koral, batu bata atau
mesh sebagai tempat persembunyian, karena sifatnya yang suka menggali
untuk bersembunyi.

4
BAB III

METODELOGI
3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam budidaya lobster air tawar (cherax


quadricanatus), diantaranya ;
1. Akuarium pemijahan,
2. Akuarium pengeraman,
3. Akuarium penetasan telur,
4. Bak pemeliharaan,
5. Selang,
6. Aerator,
7. Daun kelapa/rumbai dari raffia,
8. Pipa paralon berukuran ¾ inchi,
9. Ember/Baskom,
10. Cyberscan waterproof D 300 series 3.

Bahan yang digunakan dalam budidaya lobster air tawar (cherax


quadricanatus), antaralain ;
1. Induk lobster air tawar,
2. Pakan,
3. Garam dapur.
3.2 Metode

1. Persiapan wadah (mencuci dan mengeringkan wadah selama ±2 hari).


2. Pembuatan saluran pemasukan dan pengeluran air menggunakan pipa
paralon PVC 3 /4 inci.
3. Memasang shelter berupa pipa paralon dan daun kelapa serta aerasi disetiap
sudut kolam/wadah.
4. Lakukan pemijahan induk pada kolam. Proses pemijahan berlangsung
selama 14 hari.
5. Induk yang telah bertelur ditangkap menggunakan tangan dan di masukkan
dalam akuarium pengeraman secara individu. Lama waktu pengeraman
berkisar 40 – 47 hari.
6. Telur yang telah menetas dibiarkan dalam akuarium pengeraman selama 7
hari sampai benih bergerak aktif.
7. Pemeliharaan benih dilakukan di bak beton selama satu bulan.

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Budidaya


1. Sumber Air
Air merupakan bagian yang terpenting dalam budidaya lobster air
tawar. Air yang berkualitas baik akan membuat pertumbuhan lobster
menjadi baik dan terhindar dari penyakit. Maka air yang akan dipakai dalam
budidaya sebaiknya terhindar dari kandungan penyakit atau pestisida
maupun limbah industri.
Kualitas air ini harus senantiasa diperiksa untuk memastikan tidak ada
kandungan yang melebihi ambang toleransi lobster. Kandungan yang perlu
diperiksa umumnya adalah pH, oksigen terlarut dan kekeruhan.
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut
sebanyak lebih 5 mg/l. Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan
menambah oksigen ke dalam air dengan mengunakan aerator atau air yang
terus mengalir (sirkulasi). Kelebihan plankton dapat menyebabkan
kandungan oksigen di dalam air menjadi berkurang. Maka dengan itu
plankton dalam kolam harus selalu dipantau.
Kandungan amoniak yang tinggi dalam air dapat membuat lobster tidak
dapat bertahan hidup. Kandungan amoniak sebaiknya kurang dari 0,05 mg/l.
Pakan yang tidak habis dimakan oleh lobster dapat membusuk di dasar
kolam dan akan meningkatkan amoniak terutama pakan yang berasal dari
pellet komersial (kon-sentrasi protein tinggi).
Keasamaan air atau biasanya disebut pH yang baik untuk budidaya
lobster air tawar adalah stabil di antara 7 - 8.5. Keasaman ini dapat dijaga
dengan mengendalikan jumlah plankton agar tidak berlebihan dan
kebersihan dari dasar kolam/aquarium. Keasaman yang tinggi ini juga dapat
dilakukan pengantian seba-gian dari air pada kolam/aquarium.
Kekeruhan air ini dapat di pantau dengan mengunakan piringan Secci
disk pada kedalaman antara 20 - 40 cm. Kekeruhan air ini juga bisa
disebabkan oleh plankton yang berlebihan seperti phytoplankton. Sebagai
ganti pringan secci ini dapat menggunakan CD bekas dengan bagian
kilap/cermin di atas. Jika dalam kedalaman 20 - 40 cm kita masih dapat
melihat CD tersebut maka kekeruhan ini masih dalam batas yang baik.
Untuk mengatasi kelebihan plankton ini adalah dengan mengurangi nutrisi
yang dimasukkan ke dalam kolam tersebut atau dengan menganti air.
2. Media Budidaya
Aquarium pemijahan; dapat dibuat dalam ukuran 80 x 40 x 40 cm (p x
l x t), atau 100 x 50 x 40cm. Luas dari ruang aquarium ini sangat tergantung
dengan ukuran dan jumlah indukan yang ada di dalamnya. Ruangan yang

6
terlalu padat mem-buat lobster tersebut rentan terhadap kaniblisme dan
perkelahian.
Aquarium pengeraman; Dalam mengoptimalkan lahan yang sempit
maka aquarium pengeraman sekat dengan luas sekitar 15cm, sehingga
bentuk aquarium tersebut seperti accu. Hal ini akan memudahkan kita
dalam memantau telur yang sudah mendekati masa penetasan. Masa
pengeraman telur oleh induk lobster membutuhkan waktu sekitar 30-40 hari.
Aquarium penetasan; Masa penetasan burayak ini sekitar 10-12 hari
pada masa penetasan ini burayak sudah mulai terlihat lengkap dengan mata,
kaki, dan antenna seperti layaknya lobster dewasa. Sebagian dari burayak
tersebut sudah mulai melepaskan diri dari indukannya.
Burayak yang lepas dari indukan ini bertahap hingga semua burayak
ter-sebut tidak berada pada gonad induknya. Setelah semua burayak lepas
dari gonad induknya maka masa (parent care).
Aquarium penetasan ini biasanya juga digunakan untuk membesarkan
burayak hingga umur 2-3 minggu. Dengan umur ini maka burayak tersebut
sudah dapat dimasukan ke dalam kolam pembesaran benih. Jika mempunyai
lahan yang cukup untuk membuat kolam tersebut.
Bila ingin mengunakan aquarium untuk pembesaran benih sebaiknya
bura-yak tersebut di jarangkan kepadatannya dengan membagi menjadi dua
aquarium atau lebih.

Gambar 3. Akuarium Media Budidaya


3. Bak Pemeliharaan
Kolam semen merupakan media yang paling banyak digunakan dalam
budidaya lobster air tawar ini. Umumnya kolam semen digunakan untuk
pemijahan massal dan pembesaran burayak. Selain untuk pemijahan dan
pembesaran burayak, kolam semen juga dapat digunakan untuk pengeraman
dan penetasan, namun hal ini sangat tidak efisien karena pengeraman tidak
membutuhkan kolam atau tempat yang besar.
Kolam semen dapat dibuat dalam berbagai ukuran, namun ukuran
kolam yang ideal dipakai adalah 2 x 2 x 0,5 m (p x l x t), hal ini dikarenakan
cocok untuk memuat burayak satu indukan. Namun ukuran ini bisa
disesuaikan dengan lahan yang ada.

7
Sebaiknya kolam semen yang akan dibuat ini di tata sedemikian rupa
se-hingga lahan tersebut pemanfaatannya bisa optimal dan
mempermudahkan kita dalam melakukan pengurasan kolam. Bila ditata
sedemikian rupa maka pengurasan kolam tersebut airnya tidak terbuang dan
dapat dipakai kembali.

Gambar 4. Bak Pemeliharaan


Kolam semen yang baru sebaiknya direndam terlebih dahulu untuk
menghilangkan zat-zat yang ada pada semen yang berbahaya bagi lobster.
Kolam semen tersebut dapat direndam dengan mengunakan pelepah pisang
yang dibelah menjadi beberapa bagian. Perendaman ini dilakukan selama
satu minggu. Dan sebaiknya air diganti setiap 2-3 hari. Sebelum kolam
semen mulai digunakan, kolam tersebut dimasukan dulu beberapa lobster
yang kecil atau ikan-ikan hias seperti guppi sebagai percobaan. Bila dalam
satu minggu lobster atau ikan tersebut masih hidup maka kolam tersebut
sudah aman dipakai.
Pipa pembuangan pada kolam semen ini sebaiknya dibuat berbanding
dengan luas kolam yang ada. Pembuangan air pada kolam harus memakan
waktu yang sesingkat mungkin. Karena pada umumnya panen dilakukan
pada pagi hari, maka waktu yang singkat membuat lobster yang berganti
kulit pada saat pengiriman dapat dihindari. Karena hari yang semakin siang
lobster yang berganti kulit semakin banyak, dan lobster tidak tahan terhadap
panas.
4. Media Sembunyi (Shelter)
Media sembunyi atau pelindung (shellter) merupakan perlengkapan
yang penting dalam budidaya lobster air tawar. Sifat lobster yang suka
sembunyi menjadikan media sembunyi menjadi penting. Selain untuk
menghindar dari pemangsaan dari lobster yang lain. Dengan media
sembunyi yang tersusun baik maka tingkat kepadatan tebar juga dapat
ditingkatkan. Dengan kepadatan yang semakin tinggi maka biaya produksi
juga semakin rendah. Media sembunyi ini dapat menambah luas
permukaan tempat pemeliharaan sehingga lobster dapat leluasa bergerak,

8
mengurangi frekuensi pertemuan. Bila tanpa mengunakan pelindung maka
tingkat interaksi dan pertemuan antar lobster satu sama lain menjadi tinggi
sehingga berpeluang terjadi kanibalisme. Semakin banyak media pelindung
maka semakin tinggi tingkat Survival Rate.
Tali rafia merupakan alternatif lain yang digunakan oleh peternak di
Indonesia. Tali rafia ini mulai banyak digunakan selain ukurannya yang
ringan dan dirasakan cukup efektif dalam menekan kanibalisme.
Tali rafia ini mulai banyak dimodifikasi pemakaiannya, ada yang cukup
dengan diulur dan ditebarkan ke dalam kolam dan ada yang diikat pada
sebatang pipa pralon sehingga bentuknya seperti daun kelapa.
Pengunaan tali rafia ini selain dapat menekan kanibalisme dan
bentuknya yang ringan sehingga dapat menekan waktu panen dan tenaga
untuk mengang-katnya dari dalam kolam.

4.2 Pembenihan
1. Persiapan Induk
Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-5
jika penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut. Ciri lobster air
tawar betina adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3.
Berdasarkan capitnya, calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali
lebar buku pertama (tangkai capit) dan calon induk betina memiliki ukuran
capit yang sama atau 1,5 kali buku pertama.
Dilihat dari ciri-ciri sekunder, warna tubuh calon induk jantan lebih
cerah dibandingkan dengan warna dasar tubuh calon induk betina, jika
wadah dan perlakuan yang diberikan dalam pemeliharaannnya sama. Jika
perbandingan ini dilakukan dalam lingkungan pemeliharaan yang berbeda,
kecerahan dan tingkat ketajaman dari warna dasar itu akan berbeda pula.
Warnam pigmen dalam cangkang tubuh sangat dipengaruhi oleh warna air,
jenis pakan, dan kandungan dasar pigmen yang dimiliki oleh setiap spesies
ikan.

Gambar 5, Perbedaan jenis kelamin jantan (kiri) dan bentina (kanan)


2. Pemijahan Induk
Hingga saat ini pemijahan lobster ini masih dilakukan secara alami.
Artinya, bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan
dipersiapkan oleh manusia, tetapi terjadinya perkawinan antara induk jantan

9
dan betina tergantung pada daya dukung lingkungan serta keinginan dan
perilaku setiap pasangan untuk melaksanakan reproduksi, sehingga
waktunya tidak dapat ditentukan secara pasti.
Lobster akan melakukan pemijahan pada suhu air diatas 23-29o C dan
optimum 27o C, minimal cahaya yang diperlukan dengan terang 12 jam dan
gelap 12 jam, kebutuhan kondisi seperti ini tidak terlalu sulit bagi wilayah
Indinesia (Jones, 2000).
Ada 2 teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemijahan alami
lobster air tawar, yakni pemijahan secara masal dan pemijahan secara
individu. Dalam pemijahan masal, persiapan yang perlu dilakukan adalah
menyediakan wadah perkawinan berupa bak atau fibreglass yang dilengkapi
dengan instalasi, seperti plastik hitam, aerator, PVC untuk pemasukan dan
pengeluaran air, dan PVC pelindung. Sementara itu, wadah yang digunakan
untuk pemijahan individu adalah aquarium.
Setelah semua persiapan telah dilakukan, tahap kedua adalah pengisian
air jernih ke dalam wadah dengan ketinggian permukaan air tertentu,
pemasukan udara yang berasal dari aerator dan penyeleksian induk. Standar
ukuran induk jantan dan betina terseleksi yang digunakan dalam pemijahan
masal antara 20-22 cm dengan perbandingan jantan dan betina 2:3 per m2.
Sementara itu, induk jantan dan betina yang digunakan dalam
pemijahan alami secara individu berukuran 16-18cm dengan perbandingan
jantan dan betina 1:1 per aquarium. Dalam mempersiapkan peralatan untuk
pemijahan dan pembe-saran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium
tidak boleh kena sinar matahari langsung, usahakan berada dalam suasana
yang teduh dan tenang. Hal ini penting untuk merangsang lobster
melakukan perkawinan, dan lobster mengerami telurnya. Sedangkan bak
semen lebih baik kalau berada di luar ruangan dan dapat sinar matahari, agar
tumbuh lumut dan plankton yang sangat berguna untuk pertumbuhan
burayak yang dibesarkan.
Induk yang baru selesai melakukan pemijahan dan berhasil terjadi
pembu-ahan biasanya ditandai dengan lipat ekor yang hingga kipas ekornya
mengenai kaki ke lima dan adanya busa atau foam pada badannya. Pada
awal-awal bertelur betina lebih sering diam dan berbalik seolah-olah mati.
Setelah beberapa hari betina mulai melakukan aktivitas seperti biasanya
namun lebih banyak diam dengan ekor tetap terlipat.
Lobster betina yang sedang bertelur dapat dijadikan satu dengan lobster
betina lain yang sedang bertelur dalam satu wadah. Apabila lobster anda
perhatikan telurnya sudah berbentuk seperti juventil (lobster muda), maka
indukan yang sedang bertelur lainnya segera dipindahkan ke tempat yang
lain.

10
3. Pengeraman
Teknik pengeraman dan penetasan telur lobster air tawar itu tidak
terlepas dari karakteristik biologi reproduksi. Karenanya dalam persiapan
wadah dan melaksanakan pengelolaannya dibutuhkan pengetahuan dan
ketrampilan personal yang tinggi. Dalam perkembangan telur hingga
terbentuknya juvenil, ada 3 tahapan kejadian alamiah, yakni:
a. Perkembangan embrio dalam telur (pre-larva)
b. Perkembangan larva saat diasuh (larva),
c. Dan saat juvenil lepas dari abdomen (post-larva).

Di samping itu kejadian alam lain yang perlu diketahui adalah tidak ba-
nyaknya aktifitas induk betina, terutama dalam mengonsumsi pakan saat
mengerami telur. Berkaitan dengan fakta alam, strategi yang perlu
dilaksanakan adalah:

a. Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah dengan induk
yang mengandung telur dan induk jantan;
b. Pakan yang diberikan relatif sedikit;
c. Kualitas air, terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi suhu
air harus rendah.
d. Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah individu,
untuk:
• Untuk menghindari terjadinya gangguan atau serangan dari luar yang
menyebabkangangguan fisik;
• Menghindari peluang terjadinya kanibal;
• Sejak embrio hingga berbentuk juvenil, lobster air tawar
membutuhkan oksigen terlarut yang tinggi;
• Agar lingkungan lebih nyaman karena pada fase embrio, nauplius, dan
protozoa, juvenil memiliki karakteristik sensitivitas yang tinggi
terhadap perubahan suhu air.
4. Penetasan
Indukan yang baru bertelur sebaiknya jangan dipindahkan terlebih
dahulu, karena dalam pemindahan ini mungkin pembuahan belum sempurna
sehingga telur tidak terbentuk dengan baik dan pertumbuhan telur juga
terganggu. Untuk indukan yang akan dipindahkan sebaiknya pada masa
terlur sudah terlihat dengan warna krim atau telur berumur 7 hari. Indukan
yang baru bertelur masih akan dijaga oleh jantannya selama 3 hari.
Pemindahan indukan yang bertelur sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-
hati, hal ini untuk menghindari perontokan telur oleh indukan akibat stress.
Cara terbaik untuk memindahkan induk bertelur adalah dengan memin-
dahkan indukan bersamaan dengan tempat sembunyiannya secara pelahan-
lahan diangkat dari tempat pemijahannya. Bila indukan tidak berada dalam

11
tempat sembunyian, kita harus dengan hati-hati mengiring indukan tersebut
masuk ke dalam tempat persembunyian tersebut baru dipindahkan.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka sebaiknya indukan
yang akan dipindahkan itu tidak terlalu jauh antara tempat pemijahan
dengan tempat pengeraman.
Selama pengeraman ekor lobster akan lebih cenderung sering menutup
dan melengkung menutupi telurnnya, kecuali apa bila telur sudah berbentuk
juventil maka induk mulai sering membuka ekornnya.
Proses terbentuknya juventil sebagai berikut ;

a. Pada minggu pertama s/d minggu ke-dua terlur akan berwarna orange.
b. Pada minggu ke-tiga warna telur akan berubah menjadi lebih muda &
terlihat agak transparan di bagian tertentu. Di sekitar telur muncul 2 titik
hitam yang merupakan bakal mata juventil.
c. Pada minggu ke-empat juventil muda terbentuk, namun masih sangat
lemah sehingga butuh waktu 2-3 hari untuk melakukan perontokkan
setelah anda perhatikan juventil sering bermain ke luar tubuh induk
pertama kali.

5. Perontokan Benih

Setelah juventil sering turun & bermain di sekitar induk, maka juventil
harus segera dirontokkan dari induknnya. Untuk kemudian induk
digabungkan kembali dengan yang jantan.
Pemberian makan pada juventil dapat dilakukan 2 hari sekali, makanan
yang diberikan dapat berupa kutu air, plangtonnis, artemia, cacing sutra &
tepung ikan atau pelet yang dihaluskan. Perhatikan kebersihan air pada
juventil, agar juventil tidak mati karena amoniak yang dihasillkan oleh sisa
makanan yang mengendap.

6. Pemeliharaan Benih
Juventil benih berukuran dipelihara sampai ukuran 1-2 cm (14-20 hari
setelah perontokan), kemudian dipindahkan ke bak pendederan.
Alat yang digunakan untuk memindahkan benih adalah ember plastik
20 liter, scoopnet berukuran 20 x 10 cm, dan daun pisang atau cabikan
plastik ikan, terutama jika jarak antara wadah pemanenan dan wadah
penampungan relatif jauh. Sementara itu, saat yang baik untuk pemanenan
adalah sebelum jam 9 pagi, berda dilingkungan terbuka, dan hasil panen
ditempatkan dalam wadah dengan jumlah maksimum 20 ekor/ wadah.
Cara memanen dimulai dengan menurunkan air didalam wadah
kedalaman air tinggal 15-20 cm. Jika wadah yang digunakan berupa

12
akuarium, cara menge-luarkan air dengan sifoning dan jika berupa bak atau
kolam tanah, tinggal membuka lubang pengeluran.
Setelah itu benih lobster ditangkap menggunakan scoopnet secara
perlahan dan hasil tangkapan dimasukan kedalam ember yang telah
dilengkapi air jernih dan alat lain. Perlu diketahui, tingkat sensitivitas benih
berukuran 20 hari terhadap perubahan lingkungan drastis lebih tinggi
dibandingkan dengan ukuran lebih besar.

7. Pendederan Benih
Pendederan benih dilakukan untuk merangsang pertumbuhan benih
men-capai ukuran 5-7 cm (umur 2 bulan). Untuk bak ukuran 2 x 1 x 0,5 m
dapat ditebar benih untuk didederkan sebanyak 1.000 ekor. Pada saat
pendederan benih dapat diberi pakan pelet udang.

8. Pemanenan Benih
Pemanenan Benih dilakukan pada saat benih berumur 2 bulan atau
mencapai ukuran 5-7 cm. Benih sudah dapat dipelihara di kolam
pembesaran sampai ukuran konsumsi (100 gr) pada umur 7-8 bulan.

9. Pengemasan
Pengemasan menggunakan plastik rangkap dua yang di dalamnya diisi
air dan ditambahkan beberapa lembar daun pepaya di dalamnnya atau
campurkan getah pohon atau buah pepaya muda dalam larutan airnya.

Gambar 6, Pengemasan benih lobster air tawar


Penggunaan daun pepaya ataupun getahnnya ini digunakan agar lobster
tidak mabuk selama perjalanan akibat guncangan. Selain daun pepaya perlu
juga ditambahkan sedikit kapas filter agar lobster dapat memanjat keatas
permukaan air untuk mengambil udara, dikarenakan sebenarnnya dalam
pengiriman ini lobster hanyalah membutuhkan kelembaban pada
ingsangnya.
Pengemasan seperti ini biasanya digunakan guna mengirim benih
lobster keluar kota. Apabila lobster yang akan dikirim sudah cukup dewasa,
sebaiknnya ketinggian air dalam plastik sebaiknnya cukup ½ tinggi
lobsternnya saja. Plastik yang sudah dimasukkan air dan daun pepaya

13
kemudian diisikan oksigen. Ikatlah ujung plastik dengan karet gelang dan
masukkan plastik berisi bibit ataupun lobster yang akan dikirim ke dalam
styrofoam, selanjutnya kemasan tersebut sudah siap diangkut.

14
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tahapan kegiatan pembenihan lobster terdiri atas persiapan budidaya
(sumber air, akuarium, bak pemeliharaan, media sembunyi) dan pembenihan
(persiapan induk, pemijahana induk, pengeraman, penetasan, perontokan benih,
pemeliharaan benih, pendederan benih, pemanenan benih, pengemasan). Faktor
penentu keberhasilan budidaya lobster air tawar dipengaruhi oleh beberapa
parameter dan perlakuan yang diberikan.

3.2 Saran
Diperlukan lagi budidaya lobster air tawar sebagai pengganti budidaya
udang payau yang telah menurun saat ini, bahkan dengan resiko yang jauh
lebih rendah. Sangatlah disayangkan apabila usaha budidaya lobster air tawar
ini belum mendapat perhatian serius.

15
DAFTAR PUSTAKA

BPPT-LBN LIPI. 1983/1984. Pengkajian Ekologi Udi, Cherax monticola sebagai


Dasar Teknik Budidaya (Progress Report). BPPT-LBN LIPI. 112 pp.
Francois, D.I. 1960. Freshwater Crayfish. Aust. Mus. Mag. 13 (7): 217-220.
Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lengka, Kedis., Kolopita, Magdalena., Asma, Siti. 2013. Teknk Budiday Lobster
(Cherax Quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya air Tawar (BBAT)
Tatelu. Budidaya Perairan. Volume 1 nomor 1 : 15-21.
Lukito, A dan Prayugo, S. 2007, Panduan Lengkap Lobster Air Tawar, penebar
swadaya. Jakarta.
Martosudarmo, B. dan B.S. Ranoemihardjo. 1980. Biologi Udang Penaeid. In
Pedoman Pembenihan Udang Penaeid. Ditjen Perikanan Jakarta. p. 1-21.
Riek, E.F. 1968. The Australian Freshwater Crayfish (Crustacea: Decapoda:
Parastacidae), with Description of New Species. Australian Journal
Zoology. 17(3): 855— 918.
Sukmajaya, Y dan Suharjo, 2003. Mengenal lebih Dekat Lobster Air Tawar,
Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka Utama. Sukabumi.
Susanto, N. 2010. Prospek Pengembangan Berbagai Jenis Lobster Air Tawar
Sebagai Biota Akuakultur di Indonesia. FMIPA Universitas Lampung.
Wiyanto, H. dan R. Hartono. 2003. Lobster Air Tawar, Pembenihan dan
Pembesaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 79 pp.

16

Anda mungkin juga menyukai