Disusun oleh:
DINDA KLAUDIA FAJARISKA GINTING
(1904113556)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah Biologi Laut ini dengan judul yang diberi penulis
“Kepiting Laba-laba Jepang (Macrochera kaempferi)” sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini yakni bapak
Dr. Ir. Syafruddin Nasution, M.Sc yang telah memberikan ajarannya dan juga kepada banyak
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun, guna untuk memperbaiki dalam pembuatan makalah atau tugas selanjutnya, agar
tidak terjadi lagi kesalahan yang sama dalam pembuatan tugas. Semoga makalah yang berjudul
“Kepiting Laba-laba Jepang (Macrocheira kaempferi )” ini dapat berguna bagi penulis sendiri
dan rekan-rekan di masa yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
Hal.
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Spesies ini termasuk dalam subfilum Krustasea dan terdapat 38 genera dalam subfilum
tersebut. Berdasarkan hasil identifikkasi oleh Temminck (1836), klasifikasi dari Macrocheira
kaempferi adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Branchyura
Famili : Inachidae
Genus : Macrocheira
Spesies : Macrocheira kaempferi
Dengan nama sinonim Maja ginzanensis dan nama umumnya adalah Japanese Spider
Crab atau Kepiting Laba-laba Jepang. Dalam bahasa Jepang dikenal juga dengan sebutan “Taka-
Ashi-Gami” yang berarti kepiting berkaki panjang.
3
2.2. Morfologi dan Anatomi
Kepiting laba-laba Jepang memiliki bagian-bagian tubuh yang unik dan fungsional.
Antena pada hewan krustasea termasuk kepiting laba-laba Jepang terdapat di dua segmen atau
bagian pertama kepala dengan pasangan yang lebih kecil disebut “antennules”. Krustasea
memiliki pasangan rahang yang bertujuan untuk menggigit mangsa dari arah berlawanan dan
menggiling permukaan mangsa.
Pada umumnya kepiting laba-laba Jepang berwarna oranye dan merah kekuningan dengan
bercak-bercak putih. Kepiting laba-laba Jepang betina memiliki abdomen/perut yang lebih besar
untuk menjaga telur-telur sementara pejantan memiliki abdomen yang lebih tipis dan berbentuk
pensil, meruncing di bagian kepala. Bagian mata terdapat di bagian kepala berbentuk ommatidia
(mata-mata kecil untuk menangkap berkas cahaya). Memiliki “carapace” atau karapas, yaitu
bagian dari eksoskleton untuk menutupi bagian sepalotoraks.
Kepiting laba-laba Jepang memiliki kaki yang sangat panjang untuk berjalan yang
dinamakan “peropods”. Memiliki coxa yang merupakan sendi dasar tungkai posmandibular.
Hewan ini juga memiliki “dactyl” yaitu jari-jari yang dapat bergerak sesuai kebutuhan.
Dari 60.000 spesies krustasea yang terhitung di bumi, kepiting laba-laba Jepang
merupakan spesies yang terbesar dengan ukuran mencapai lebih dari 12,5 kaki. Mereka juga
merupakan spesies arthropoda terbesar tanpa tulang belakang dan memiliki eksoskleton yang
terbuat dari kitin. Mereka juga memiliki organ pelengkap tubuh bersendi.
4
Bagian karapas (carapace) memiliki panjang sekitar 37 cm, tetapi pada spesimen dewasa
memiliki panjang mencapai hampir 4 meter dari satu ujung bagian cheliped (kaki
berkuku/bercakar) ke ujung lainnya ketika direntangkan. Bagian karapas dari kepiting laba-laba
Jepang memiliki bentuk seperti pensil, yaitu semakin meruncing ke bagian kepala.
Kaki-kakinya berbentuk melengkung ke dalam tumbuh memanjang seiring bertambahnya
usia. Kaki-kakinya juga berfungsi untuk berjalan dan membantu dalam memanjat maupun
mengaitkan diri ke bebatuan. Meskipun hewan ini memiliki kaki yang sangat panjang, kaki-kaki
mereka sangat lemah dan rentan patah. Penelitian melaporkan bahwa hampir ¾ bagian kepiting
laba-laba Jepang sering hilang akibat patah maupun putus. Namun kaki yang patah atau putus
mampu untuk tumbuh kembali selama pergantian kulit.
Gambar 3. Macrocheira kaempferi yang berkamuflase di dasar lautan (pasir dan bebatuan)
Kepiting laba-laba Jepang dapat berkamuflase dengan substrat dasar perairan maupun
bebatuan untuk menghindari musuh dan juga untuk memangsa. Kepiting laba-laba Jepang juga
sangat rentan kehilangan kaki-kakinya yang berfungsi untuk berjalan, namun hewan ini masih
mampu bertahan hidup bahkan saat kehilangan tiga kakinya sampai kembali tumbuh saat proses
pergantian kulit.
Pergantian kulit ini merupakan bagian dari daur hidup kepiting laba-laba Jepang karena
semakin menua, eksoskleton semakin mengeras dan membatasi pergerakan dari kepiting jenis ini.
Seminggu setelah pergantian kulit, eksoskleton baru masih sangat lemah sehingga membuat
hewan ini rentan diserang oleh hewan lain seperti kelompok predator mereka, Oktopus.
5
Meskipun tampak mengerikan dan membahayakan, hewan ini tidak mengancam manusia
sama sekali. Kepiting laba-laba Jepang merupakan hewan yang sangat tenang dan tidak agresif
karena sepanjang hidupnya hanya digunakan untuk mencari makanan sederhana. Kepiting ini
juga mendiami dasar lautan namun tidak mampu untuk berenang. Kepiting laba-laba Jepang juga
memiliki sedikit predator karena hidup di daerah yang cukup dalam dan mereka lihai dalam
berkamuflase.
Kepiting laba-laba Jepang bukanlah hewan yang hidup berkoordinasi bersama. Kepiting
ini hanya berkomunikasi sesekali bersama spesies sejenis lainnya. Organ-organ sensornya seperti
antena dan mata bahkan tidak begitu berfungsi secara aktif dikarenakan jumlah predatornya yang
sedikit.
2.5. Metabolisme
Kepiting laba-laba Jepang diperkirakan mampu hidup selama 50 tahun dan semakin lama
usia hidupnya, semakin besar juga ukuran tubuhnya. Dalam bertahan hidup, M. kaempferi
merupakan organisme scavanger omnivor. Hewan krustasea raksasa ini pada umumnya tidak
memburu, bahkan mereka akan merayap dengan kaki panjangnya untuk memilah-milah
organisme mati di sepanjang dasar lautan. Makanan mereka termasuk hewan dan tumbuhan laut
yang telah mati dan membusuk. Sesekali mereka memakan alga dan tumbuhan laut berukuran
besar.
6
Meskipun mereka bergerak lambat, kepiting laba-laba Jepang sesekali juga memburu
hewan-hewan invertebrata laut berukuran kecil yang dapat mereka tangkap dengan mudah. Para
pelaut biasa menceritakan koloni kepiting laba-laba raksasa ini menyeret pelaut dan akan
memakannya bersama-sama. Cerita ini telah dibantah oleh para ilmuwan, namun tetap tidak
menutup kemungkinan bahwa kepiting ini juga dapat memakan jasad pelaut maupun manusia
yang telah mati tenggelam dan membusuk.
Kepiting laba-laba Jepang hidup dalam perairan Pasifik Jepang di perairan pulau Konshu
dan Kyushu. Hewan ini juga dijumpai di perairan timur dan selatan Taiwan. Kepiting ini tinggal
di dasar lautan berpasir dan berbatu di kedalaman 50-600 meter di bawah permukaan laut.
Temperatur perairan habitat spesies ini yaitu 10 derajat Celcius, namun spesimen yang lebih
muda hidup dengan temperatur yang lebih hangat.
Kepting laba-laba Jepang hidup di wilayah yang terbatas dan biasa ditemui di perairan
Asia Timur dengan berpusat di perairan Jepang. Adapun wilayah lain untuk menemukan spesies
ini yaitu di penangkaran atau daerah konservasi penelitian yang terdapat di negara lain setelah
dikembangbiakkan dari perairan laut Jepang.
7
2.7. Pemanfaatan Lanjut
M. kaempferi bukanlah spesies yang memberikan dampak bahaya bagi manusia maupun
lingkungan laut. Meskipun bentuknya yang begitu besar, hewan ini merupakan spesies yang
sangat lemah.
M. kaempferi juga merupakan spesies hewan yang sangat berguna dan dijadikan ikon
budaya negara Jepang oleh pemerintahnya. Kepiting ini merupakan spesies makanan laut
(seafood) yang sering disajikan sebagai makanan lezat yang diolah mentah maupun dimasak
dengan resep tertentu. Kepiting raksasa ini juga dihidangkan di restoran-restoran Jepang dengan
harga yang sangat mahal dikarenakan proses pengambilannya dari laut yang tergolong susah,
ukuran tubuhnya yang sangat besar dan rasa dagingnya yang sangat lezat.
Kepiting laba-laba Jepang juga merupakan spesies konservasi yang ditempatkan di
akuarium raksasa untuk penelitan dan pengembangbiakan. Akhir-akhir ini tidak ada data cukup
mengenai status konservasi kepiting laba-laba Jepang. Hasil tangkapan spesies ini telah menurun
drastis semenjak 40 tahun terakhir. Beberapa peneliti telah mengedepankan metode pemulihan
dengan pengisian spesies kepiting ini lebih banyak di akuarium raksasa pusat penelitian.
Pemerintah Jepang juga telah mengeluarkan peraturan untuk melarang nelayan
menangkap kepiting laba-laba Jepang selama musim kawin (awal Januari sampai April) untuk
menjaga populasi alami dan memperbanyak spesies dalam berkembang biak.
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kepiting laba-laba Jepang (Macrocheira kaempferi) merupakan salah satu biota laut dari
filum Arhtropoda, subfilum krustasea laut dan merupakan spesies Arthropoda terbesar yang
masih ada sampa saat ini. Hidup di perairan laut Pasifik Jepang yang pada umumnya tidak
diketahui keberadaannya oleh masyarakat banyak dan hampir mengalami kepunahan.
3.2. Saran
Melalui isi dan pembelajaran yang didapat penulis sepanjang pengerjaan makalah ini,
penulis menyarankan agar masyarakat baik kaum akademis seperti mahasiswa maupun pelajar
sampai masyarakat umum agar lebih banyak lagi menggali ilmu dan memerhatikan lingkungan
serta komponen yang ada di dalamnya bahkan termasuk spesies unik ini agar tidak mengalami
kepunahan di masa yang akan datang.
9
DAFTAR PUSTAKA
AZA Aquatic Invertebrate taxon Advisory Group. 2015. Japanese Spider Crab (Macrocheira
kaempferi) Care Manual. Silver Spring : Association of Zoos and Aquarium.
www.nationalgeographic.com . (2020, September 6). Japanese Spider Crab Facts and Photos-
National Geographic. Diakses pada 20 November 2020 dari
https://www.nationalgeographic.com/animals/invertebrates/j/japanese-spider-crab/
www.greenlane.com . (2019, Mei 25). What is A Crustacean. Diakses pada 14 November 2020
dari https://www.greenlane.com/id/sains-teknologi-matematika/hewan--nature/what-is-a-
crustacean-2291790/
10
LAMPIRAN
11
Keterangan gambar secara berurutan adalah sebagai berikut :
Gambar 1 : Spesies M. kaempferi di Scheveningen Sea Life Center, The Hague, Belanda.
Gambar 2 : Spesies M. kaempferi di Scheveningen Sea Life Center, The Hague, Belanda
Gambar 3 : Penelitian M. kaempferi di area Pacific Seas Aquarium
Gambar 4 : Penelitian M. kaempferi di area Pacific Seas Aquarium
Gambar 5 : Penelitian M. kaempferi di area Pacific Seas Aquarium
Gambar 6 : Pameran spesies M. kaempferi di area Pacific Seas Aquarium
Gambar 7 : Penelitian spesies M. kaempferi di Akuarium raksasa Sydney, Australia
Gambar 8 : Spesies M. kaempferi di Aquarium raksasa
12