KINGDOM PROTISTA
Disusun oleh:
1. Daffa Ahmad Zain
2. Desty Olivia
3. Diah Tri Ramadhan
4. Donella Rahadevi
5. Faizah
6. Fatimah Azzahrah Imran
7. Fatih Muhammad Nugroho
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam mata pelajaran biologi laut, dalam materi ini saya
tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini saya buat bertujuan yang paling utama adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen. Selain itu juga agar menambah ilmu dan lebih mengetahui serta paham
khususnya dalam mata pelajaran biologi laut.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya serta
bermanfaat bagi orang banyak. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jamur dari filum Myxomycota merupakan bentuk spongarium jamur lender .......... 3
Gambar 3. Saprolegnia adalah contoh jamur air yang hidup parasit di dalam organisme lain . 4
Gambar 5. Contoh spesies Cryshophyta (a) Synura dan (b) Mischococcus. ............................. 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
berkoloni. Dari sekitar 600.000 spesies protista yang sudah diketahui, sebagian besar
uniseluler (bersel satu) dan multiseluler (bersel banyak) dengan pola hidup yang
beragam, ada protista yang mampu memproduksi makanannya sendiri dengan cara
fotoautotrof, heterotrof maupun autotrof dan juga habitat yang mengandung air seperti
sungai, sawah, endapan pasir (Irnaningtyas, 2013) dalam (Hariyanto, 2018). Protista
merupakan organisme eukariot mikroskopis maupun makroskopis, yang sudah
menyerupai ciri-ciri dari tumbuhan, hewan, maupun jamur (Wulandari & Sholihin,
2020).
Ciri umum protista mirip jamur, ciri umum protista mirip tumbuhan, ciri umum
protista mirip hewan yang dituangkan pada halaman cover story, sedangkan peran
protista dalam kehidupan dideskripsikan dengan berita terbaru melalui halaman
dampak negatif, info protista, serta alga dan teknologi (Pratiwi et al., 2017).
c. Oomycota
Oomycota dikenal sebagai jamur air (water molds), karat putih (white rust),
dan downy mildew. Organisme ini terdiri atas hifa (filamen atau benang
halus yang membentuk bagian vegetatif jamur) yang terlihat seperti jamur
pada umumnya. Oomycota memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa.
Pada umumnya, jamur air merupakan pengurai yang tumbuh pada alga atau
hewan mati. Beberapa lagi merupakan parasit pada ikan. Anggota dari
kelompok Oomycota sebagian besar bereproduksi menghasilkan oogonia.
Beberapa yang lainnya bereproduksi secara aseksual dengan zoospora. Pada
saat proses reproduksi, zoospora bergerak dengan berenang cepat. Peristiwa
tersebut terjadi di dalam air. Contoh spesies Oomycota adalah Saprolegnia.
Perhatikan Gambar 3.
4
2. Protista Mirip Tumbuhan
Protista mirip tumbuhan meliputi alga uniseluler dan multiseluler sederhana. Fosil
alga yang pernah ditemukan diperkirakan berasal dari zaman Precambrian 1,2–1,4
miliar tahun yang lalu. Dengan demikian, tak dapat dipungkiri bahwa alga telah ada
sepanjang zaman Paleozoic, yaitu sekitar 500 juta tahun yang lalu. Protista mirip
tumbuhan uniseluler sering disebut juga sebagai fitoplankton, sedangkan protista
mirip tumbuhan multiselular sering disebut alga. Protista fotosintetik ini tersebar
secara luas di lautan dan danau-danau. Walaupun sebagian termasuk organisme
mikroskopik, organisme ini memiliki peran yang sangat penting. Fitoplankton di
lautan menyumbangkan sekitar 70% dari semua aktivitas fotosintesis yang ada di
muka bumi ini, yaitu menyerap karbondioksida, mengisi atmosfer dengan oksigen,
dan menyokong siklus kehidupan dalam jaringjaring makanan dalam kehidupan air.
Protista mirip tumbuhan dibagi menjadi 7 filum, yaitu Euglenophyta, Chrysophyta,
Bacillariophyta (Diatomae), Pyrrophyta (Dinoflagellata), Rhodophyta,
Phaeophyta, dan Chlorophyta.
a. Euglenophyta
Euglenophyta merupakan organisme uniseluler yang memiliki flagella,
vakuola, kontraktil, stigma yang dapat menangkap cahaya, dan kloroplas.
Euglenophyta dapat hidup secara autotrof atau heterotrof. Contoh Euglenophyta
yang melimpah di alam adalah Euglena. Beberapa jenis Euglena autotrof dapat
menjadi heterotrof ketika tingkat cahaya rendah (Abdurahman, 2006).
Perhatikan Gambar 4.
Gambar 4. Euglenophyta
Sumber: google
https://www.imago-images.com/bild/st/0073821714/s.jpg
b. Chrysophyta
Alga cokelat-keemasan memiliki variasi struktur dan bentuk. Sebagaian tidak
memiliki dinding sel dan dapat merayap seperti Amoeba. Sebagaian lagi
memiliki dinding sel pectin, memiliki dua flagel. Alga cokelat-keemasan
memiliki klorofil a, klorofil b, pigmen karoten, dan pigmen fukosantia yang
merupakan sumber warna keemasan. Cryshophyta kebanyakan hidup di air
tawar dan hanya beberapa di laut. Contoh spesies anggota Cryshophyta dalah
Synura dan Mischococcus. Perhatikan Gambar 5.
5
(a) (b)
c. Bacillariophyta (Diatom)
Filum ini memiliki anggota yang paling banyak, yaitu sekitar 10.000 spesies.
Diatom termasuk alga uniseluler dan merupakan penyusun fitoplankton, baik di
perairan tawar maupun di lautan. Bentuk Diatom sangat khas (Gambar 5)
dengan dinding tubuhnya yang terdiri atas kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka).
Antara kotak dan tutup tersebut terdapat celah yang disebut rafc. Dinding selnya
mengandung pectin dan silikat. Apabila mati, cangkangnya akan bertumpuk
membentuk tanah diatom, tanah ini bernilai ekonomis tinggi karena dapat
digunakan sebagai bahan penggosok, penyuling gasoline, bahan pembuatan
jalan, sampai bahan dinamit. Diatom sering tampak bergerak maju mundur dan
berputar. Perhatikan Gambar 6.
d. Pyrophyta (Dinoflagellata)
Dinoflagellata diberi nama demikian karena pergerakannya dibantu dua flagella
mirip cambuk (dalam bahasa latin, dino artinya pasaran air). Beberapa
Dinoflagellata ditutup oleh membrane sel, sedangkan yang lainnya ada yang
ditutupi oleh dinding selulosa, seperti halnya sel pada tumbuhan. Walaupun
beberapa jenis Dinoflagellata hidup di air tawar, umumnya Dinoflagellata
hidup di lautan, contohnya Ceratium sp. Perhatikan Gambar 7.
6
Gambar 7. Ceratium sp (Abdurahman, 2006).
7
(a) (b) (c)
8
a. Rhizopoda
Bergerak dengan penjuluran sitoplasma selnya yang membentuk pseudopodia
(kaki semu). Bentuk pseudopodia sangat bergam, ada yang tebal membulat dan
ada yang tipis meruncing.pseudopodia berfungsi sebagai alat gerak dan
memangsa makanan. Hewan ini ada yang bercangkang, contohnya Globigerina
dan ada yang telanjang, contohnya Amoeba proteu. Rhizopoda berkembang
biak secara aseksual dengan pembelahan biner. Pada kondis lingkungan yang
tidak menguntungkan, misalnya kekeringan, Rhizopoda tertentu dapat
beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya dengan membentuk kista.
Rhizopoda umumnya hidup bebas di tanah yang lembab dan lingkungan berair,
baik di darat maupun di laut. Rhizopoda bersifat heterotrof dengan memangsa
alga uniseluler, bakteri, atau protozoa lainnya (Aryulina dkk, 2006). Perhatikan
Gambar 11.
b. Ciliata (Ciliophora)
Bergerak dengan menggunakan silia (rambut getar). Selain berfungsi untuk
bergerak silia juga merupakan alat Bantu untuk makan. Silia membantu
pergerakan makanan ke sitostoma. Makanan yang terkumpul di sitostoma akan
dilanjutkan ke dalam sitofaring (kerongkongan sel). Apabila telah penuh,
makanan akan masuk ke sitoplasma dengan membentuk vakuola makanan. Sel
CIliata memiliki cirri khusus lain, yaitu memiliki dua inti, yaitu makronukleus
dan mikronukleus. Ciliata hidup bebas di lingkungan berair, baik air tawar
maupun laut, Ciliata juga hidup di dalam tubuh hewan lain secara simbiosis
maupun parasit. Ciliata melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
Reproduksi aseksual, yaitu dengan pembelahan biner membujur (transversal).
Reproduksi seksual dilakukan dengan konjungasi (Aryulina dkk, 2006).
Perhatikan Gambar 12.
9
Gambar 12. Ciliata
Sumber: google
https://arcella.nl/wp-content/images/Euglypha-ciliata-Saar-tree-moss-60x2.jpg
c. Flagellata (Mastigophora)
Bergerak dengan menggunakan bulu cambuk atau flagellum. Sebagian besar
Flagellata memiliki dua flagellum ada yang di bagian belakang sel (posterior)
sehingga saat bergerak seperti mendorong sel. Letak flagellum juga ada yang di
bagian depan sel (anterior) sehingga saat bergerak seperti menarik sel.
Flagellata berkembeng biak secara aseksual dengan pembelahan biner
membujur, misalnya pada Trypanosoma. Flagellata ada yang hidup bebas di
lingkungan berair, baik air tawar maupun laut, hidup bersimbiosis, atau parasit
dalam tubuh hewan (Aryulina dkk, 2006). Perhatikan Gambar 13.
d. Sporozoa (Apicomplexa)
Sporozoa tidak meiliki alat gerak, seluruh jenis Sporozoa hidup sebagai parasit
pada hewan atau manusia. Sporozoa melakukan reproduksi secara aseksual dan
seksual. Pergiliran reproduksi aseksual dan seksualnya kompleks, dengan
beberapa perubahan bentuk serta membutuhkan dua atau lebih inang.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembelahan biner. Reproduksi
10
seksual dilakukan dengan pembentukan gamet dan dilanjutkan dengan
penyatuan gamet jantan dan betina Firmansyah dkk, 2006). Perhatikan Gambar
14.
Kingdom Protista memiliki keunikan yang berbeda-beda dalam hal cara makan, dan
digolongkan dalam tiga kategori yaitu:
1. Protista autototrof, yaitu yang memiliki klorofil sehingga mampu berfotosintesis.
Contohnya adalah alga,
2. Protista menelan makanan, yaitu dengan cara fagotosis melalui membran sel.
Contohnya adalah protozoa.
3. Protista saprofit dan parasit, dengan cara mencerna makanan di luar sel dan
menyerap sari makanannya. Contohnya adalah jamur
(Wartiniyati et al., 2013)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Protista di golongkan menjadi 3, yaitu Protista mirip hewan atau biasa di sebut
Protozoa, Protista mirip tumbuhan atau alga, dan Protista mirip jamur. Digolongkan
mirip hewan karena ciri-cirinya hampir sama seperti hewan, diantaranya bergerak. Di
golongkan mirip tumbuhan karena ciri-cirinya hampir sama seperti tumbuhan,
diantaranya memiliki klorofil. Di golongkan mirip jamur karena ciri-cirinya tidak mirip
hewan maupun tumbuhan. Tidak bergerak, juga tidak memiliki klorofil.
13
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Rikky, dkk, 2006, Mudah dan Aktif Belajar Biologi, Bandung, Penerbit PT.
Grafindo Media Pratama.
Wartiniyati, Anggoro, S., Hendrarto, B., & Sunoko, H. R. (2013). Pengelolaan lingkungan
perairan Sui bakau besar laut akibat pengaruh leachate terhadap saprobitas perairan.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 390–395.
14