Anda di halaman 1dari 14

PEMULIBIAKAN ORGANISME AKUAKULTUR

“Aplikasi Teknologi Transgenik Pada Rumput Laut Kappaphycus alvarezii”

DOSEN PRAKTISI :

Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Sc

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

Muhammad Akbar Hamzah L031211040

Kaswiranda L031211009

Monalisa A. Musa L031211013

Radhi Musaid Ruslan L031211014

Nur Azza Alim L031211033

Akbar Muhammad L031211046

Ahmad Al-Fauzi L031211042

Isma Arianti L031211005

Muh. Akbar L031211024

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah dengan judul “Aplikasi Teknologi Transgenik Pada Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii” ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan kontribusi baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 Mei 2023


BAB I
PENDAHULUAN

A. latar belakang

Makroalgae atau yang lebih umum disebut sebagai rumput laut banyak
memiliki manfaat baik untuk keperluan industri (makanan, kosmetik.,farmasi,
tekstil, dan fotografi)maupun non industri (dimakan secara langsung dan produk
olahan rumah tangga). Pentingnya rumput laut untuk keperluan industri
dikarenakan kandungan fitokoloidnya yang bernilai ekonomis penting. Fikokoloid
tersebut antara lain karagenan, alginat, dan agar.Pemanfaatannya yang cukup luas
menyebabkan permintaan rumput laut ini terus mengalami peningkatan. Rumput
laut ini menjadi komoditas ekspor karena permintaan pasar delapan kali lebih
banyak dari jenis lainnya. Sampai sekarang, kenaikan permintaan tidak seimbang
dengan kenaikan produksinya. Upaya peningkatan produksi dilakukan dengan
memperluas penanaman rumput laut pada daerah pantai yang cocok untuk
budidaya atau dengan diversifikasi teknologi budidaya. Namun demikian, upaya
tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumput laut. Kendala yang
paling besar adalah penyediaan bibit unggul rumput laut yang membawa sifat-
sifat penting dalam budidaya, antara lain pertumbuhan cepat, tahan penyakit,
kandungan karagenan yang tinggi serta toleran terhadap kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan (pencemaran lingkungan dan perubahan kualitas air
secara drastis).
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang
memberikan masukan bagi devisa negara. Indonesia memiliki kondisi geografis
berupa kepulauan dan memiliki pantai yang panjang sangat mendukung budidaya
rumput laut. Kondisi ini menjadikan Indonesia sangat potensial untuk budidaya
rumput laut. Namun demikian, bukan berarti budidaya rumput laut di Indonesia
tanpa mengalami kendala. Salah satu kendala yang sampai saat ini masih dihadapi
adalah ketersediaan bibit unggul. Penyediaan bibit unggul dapat dilakukan secara
konvensional maupun dengan cara yang lebih modern. Penggunaan metode yang
lebih modern untuk penyediaan bibit unggul antara lain menggunakan metode
transformasi genetik. Transformasi genetik merupakan alat yang ampuh tidak
hanya untuk menjelaskan fungsi dan mekanisme regulasi gen yang terlibat dalam
berbagai peristiwa fisiologis, tetapi juga untuk membangun organisme yang
membawa sifat sifat tertentu yang kita harapkan. Penggunaan teknologi yang
lebih modern dengan menggunakan transformasi genetik bertujuan untuk
mendapatkan bibit rumput laut dengan sifat-sifat seperti yang diharapkan dan
dalam jangka waktu yang lebih singkat. Metode transformasi genetik yang sudah
berkembang sekarang ini, salah satunya adalah dengan teknik tembakan partikel.
Tembakan partikel merupakan teknik transfer materi genetik ke sel atau jaringan
dengan menggunakan prinsip fisika. Teknik ini sudah diujikan pada beberapa
jenis rumput laut, baik rumput laut merah, coklat dan hijau.
Transgenik adalah suatu produk bioteknologi melalui teknik rekayasa
genetika. Teknologi rekayasa genetika transgenik telah digunakan sejak 1980 dan
sekarang berkembang memproduksi makhluk hidup dengan fenotip yang
diinginkan. Indonesia telah mulai melakukan penelitian dasar di bidang
bioteknologi yang berkaitan dengan pembentukkan ikan transgenik sejak tahun
2006. Transgenesis sangat bermanfaat dalam berbagai macam studi tentang
biologi Misalnya studi mengenai fungsi dan pola ekspresi dari gen serta untuk
memproduksi produk komersial yang diinginkan. Di bidang perikanan budidaya,
transfer DNA eksogen umumnya ditujukan untuk memproduksi galur transgenik
yang mempunyai nilai komersial yang lebih tinggi seperti peningkat laju
pertumbuhan, ketahanan terhadap suhu dingin dan penyakit, dan daya tahan
terhadap kadar oksigen terlarut rendah dapat diintroduksikan ke ikan bernilai
ekonomis penting.
Teknik rekayasa genetika terus-menerus mengalami perkembangan dan
penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Adapun metode-metode yang
telah berhasil diterapkan dalam teknologi transfer gen antara lain adalah
mikroinjeksi, elektroporasi, dan transfeksi. Rekayasa genetika bukan segalanya,
karena adanya keterbatasan dalam menghasilkan ikan transgenik seperti badan
yang bengkok, kepala bercabang, dan lain-lain. Namun untuk mengurangi
kegagalan dalam transgenik ini bergantung kepada transfer gen yang
diekspresikan dan diwariskan dengan cara yang stabil serta dapat diprediksi
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
A. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigantinales
Suku : Solieraceae
Marga : Eucheuma
Jenis : Kappaphycus alvarezii

Gambar 1. Rumput laut Kappaphycus alvarezii


B. Morfologi

Thallus rumput laut memiliki bentuk yang hampir sama namun


pada kenyataannya berbeda. Morfologi rumput laut spesies Kappaphycus
alvarezii memiliki permukaan licin, cartilogeneus, thalli (kerangka tubuh
tumbuhan) bulat silindris atau gepeng, warnanya merah, abu-abu, hijau
kuning, dan hijau, bercabang berselang tidak teratur, dichotomous atau
trichotomous, mempunyai benjolan-benjolan (blunt nodule) dan duri-duri
atau spina, dan substansi thalii “gelatinus“ dan “kartilagenus” (lunak
seperti tulang rawan). Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang
berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering
terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu
proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan
berbagai kualitas pencahayaan
Spesies-spesies Kapphapycus yang menghasilkan kappa-
carrageenan misal yang dikenal dengan “cottonii” memperlihatkan
keragaman yang tinggi dalam hal warna dan tampilan umum. Rumput laut
dapat mengubah tampilannya apabila berada pada lingkungan yang baru.
Penampakan thallus bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai
kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang dan
tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan
batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal).
Tumbuh melekat ke substrat dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-
cabang pertama dan kedua tumbuh dengan membentuk rumpun yang
rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar matahari.
C. Habitat
Teluk yang airnya tenang, relatif dangkal, bersuhu panas atau
sedikit hujan adalah daerah yang digemari rumput laut. Kappaphycus
alvarezii tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Daerah
yang memperoleh aliran air laut yang tepat, variasi suhu harian yang kecil
dan substrat batu karang mati merupakan habitat yang khas untuk rumput
laut spesies ini.
Cara hidup alga merah bermacam-macam, ada beberapa jenis alga
merah yang hidup menempel pada alga lain atau di batu, ada yang
mengapung di permukaan air dan ada juga yang hidup di perairan dalam
lebih dalam dibandingkan tempat tumbuh alga jenis lain. Oleh karena itu
alga merah memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (merah)
dan fikosianin (biru) yang mampu mengumpulkan cahaya hijau untuk
masuk ke perairan dalam. Rumput laut spesies K.alvarezii merupakan alga
yang hidup mengapung di permukaan air. Alga menyimpan hasil kegiatan
fotosintesis di dalam sel sebagai bahan cadangan makanan. Proses
fotosintesis rumput laut dipengaruhi oleh sinar matahari dan ketersediaan
zat hara di sekelilingnya.
Reproduksi rumput laut dapat dilakukan secara generatif dan
vegetatif. Perkembangbiakan generatif yaitu dengan cara kawin. Rumput
laut diploid menghasilkan spora yang haploid. Spora ini kemudian menjadi
dua jenis yakni jantan dan betina yang masing-masing bersifat haploid.
Selanjutnya rumput laut jantan menghasilkan sperma dan rumput laut
betina akan menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi
syarat dapat menghasilkan suatu perkawinan dan terbentuknya zigot yang
akan tumbuh menjadi tanaman baru. Reproduksi rumput laut secara
vegetatif adalah proses perbanyakan tanpa melalui perkawinan. Setiap
bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut muda
yang mempunyai sifat seperti induknya. Perkembangbiakan secara
vegetatif lebih umum dilakukan dengan cara stek dari cabang-cabang
thallus yang muda, masih segar, warna cerah, dan memiliki percabangan
yang rimbun, serta terbebas dari penyakit.

D. Transfer Gen
Transfer gen adalah istilah yang digunakan dalam ilmu genetika
untuk menggambarkan proses pemindahan materi genetik dari satu
organisme ke organisme lain. Hal ini dapat terjadi secara alami melalui
mekanisme seperti transformasi, transduksi, dan konjugasi dalam dunia
mikroba, atau dapat dilakukan secara sengaja dalam konteks rekayasa
genetika.
Transformasi genetik adalah proses di mana materi genetik (DNA)
diambil dari satu organisme dan dimasukkan ke dalam organisme lain
yang kemudian mengadopsi dan mengekspresikan DNA baru tersebut.
Metode ini sering digunakan dalam rekayasa genetika untuk menghasilkan
organisme yang memiliki sifat-sifat baru atau menghilangkan sifat-sifat
yang tidak diinginkan.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan organisme yang memiliki
sifat atau karakteristik baru yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap
penyakit, pertumbuhan yang lebih baik, atau produksi zat tertentu.

E. Metode Transfer Gen


Ada beberapa metode yang umum digunakan dalam transfer gen,
dan literatur ilmiah berperan penting dalam mempelajari dan memahami
proses ini. Berikut adalah beberapa metode transfer gen yang umum
digunakan:
1. Mikroinjeksi
Mikroinjeksi adalah metode transfer gen yang
digunakan untuk memasukkan DNA asing langsung ke
dalam sel-sel organisme target. Metode ini sering
digunakan pada penelitian genetika, khususnya pada hewan
dan serangga. Proses mikroinjeksi melibatkan penggunaan
pipet mikro yang sangat halus untuk menyuntikkan DNA
asing ke dalam sel organisme
Kekurangan transfer gen dengan teknik
mikroinjeksi adalah keterampilan tinggi, inti telur yang
dibuahi relatif sulit diidentifikasi di bawah mikroskop
karena ukuran kecil dan volume sitoplasma besar, korion
telur sangat keras, sulit menembus mikropipet, hasilnya
dapat diabaikan, mengingat pekerjaan manual, telur selama
pembelahan sel disuntikkan satu per satu.
Mikroinjeksi memiliki beberapa kelebihan yang
membuatnya menjadi metode yang berguna dalam transfer
gen. Berikut adalah beberapa kelebihan mikroinjeksi.
Mikroinjeksi memungkinkan transfer DNA asing secara
langsung ke dalam sel target dengan presisi yang sangat
tinggi. Mikroinjeksi dapat digunakan pada berbagai jenis
organisme target, termasuk hewan dan serangga, Tidak
memerlukan vektor, mikroinjeksi tidak memerlukan
penggunaan vektor seperti virus atau plasmid untuk
memasukkan DNA asing. Dan transfer gen yang cepat:
Proses mikroinjeksi relatif cepat dibandingkan dengan
metode transfer gen lainnya. Setelah persiapan pipet mikro
dan larutan DNA, penyuntikan dapat dilakukan dengan
cepat dan efisien.
2. Elektroporasi
Elektroporasi adalah metode transfer gen yang
melibatkan penggunaan pulsa listrik pendek untuk
membuat membran sel organisme target menjadi sementara
permeabel. Dalam proses elektroporasi, medan listrik yang
tinggi diterapkan pada sel target untuk sementara waktu,
sehingga meningkatkan permeabilitas membran sel dan
memungkinkan molekul DNA asing masuk ke dalam sel
dengan lebih efisien.
Kelebihan metode elektroporasi dibandingkan
mikroinjeksi adalah tidak perlu menangani dan
memanipulasi telur satu per satu. Metode elektroporasi ini
telah dicoba pada telur ikan, tetapi terdapat kendala yaitu
telur cukup besar dan memiliki korion.
Kekurangan metode adalah elekroporasi Toksisitas
dan kerusakan, efisiensi transfer yang bergaris, keterbatasan
ukuran DNA, efek selektif pada subpopulasi sel,
Membutuhkan peralatan dan keterampilan khusus, dan
batas waktu transisi.
3. Transfeksi
Transfeksi adalah metode transfer gen yang
melibatkan penggunaan vektor, seperti virus atau liposom,
untuk mengirimkan DNA asing ke dalam sel target. Proses
transfeksi memungkinkan penyisipan DNA asing ke dalam
genom sel, yang dapat menyebabkan ekspresi gen baru atau
penghambatan ekspresi gen yang ada.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Transformasi genetik Kappaphycus alvarezii Dengan Gen Sitrat sintase
Introduksi gen PaCs ke dalam genom K.alvarezii dilakukan melalui
perantara A.tumefaciens. Transformasi menggunakan A. tumefaciens memiliki
beberapa kelebihan yaitu diantaranya mudah dilakukan. Kualitas eksplan yang
digunakan dalam transformasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan transformasi. Eksplan yang digunakan pada penelitian ini adalah
potongan thallus yang berwarna coklat tua dan tidak ada bagian eksplan yang
mengalami perubahan warna setelah ditumbuhkan di media adaptasi. Talus yang
mengalami perubahan warna menjadi hijau tidak dapat digunakan dalam proses
transformasi karena thalus tersebut tidak mampu beradaptasi dengan baik dan
rentan terhadap kematian. Eksplan yang mendukung kesuksesan transformasi
adalah eksplan yang segar dan sehat. Transformasi dilakukan berdasarkan
kemampuan A. tumefaciens mentransfer T-DNA ke dalam kromosom tanaman.
Transformasi genetik menggunakan A. tumefaciens telah dilakukan pada marine
makroalga yaitu Porphyra yezoensis.
Pada penelitian ini kokultivasi dilakukan dengan perendaman thalus pada
suspensi A.tumefaciens yang mengandung senyawa asetosiringon 100 μM selama
10–15 menit yang selanjutnya dikeringkan kemudian ditanam pada media
kokultivasi padat yang juga telah mengandung senyawa asetosiringon 100 μM
selama 2-3 hari pada ruang gelap dengan suhu 25oC. Setelah dibiakkan di media
kokultivasi, bakteri yang masih menempel pada thallus dibersihkan dengan
perendaman di media yang mengandung cefotaxim. Cefotaxim ini berfungsi untuk
membunuh A. tumefaciens tetapi tidak untuk rumput laut. Untuk melakukan
regenerasi, thalus dipindahkan ke media recovery. Konsentrasi cefotaxime yang
digunakan pada penelitian ini lebih rendah daripada penggunaan konsentrasi
cefotaxime pada penelitian tanaman tingkat tinggi. Konsentrasi cefotaxime yang
efektif digunakan dalam mengurangi jumlah bakteri pada tanaman tingkat tinggi
berkisar 250-1500 μg/mL. Pada konsentrasi yang tinggi, cefotaxime dapat
merusak jaringan tanaman. menunjukkan bahwa cefotaxim dalam Konsentrasi
yang tinggi dapat bersifat phytotoxic pada perkembangan tanaman Bit. Pada dosis
tertentu penggunaan cefotaxime pada proses transformasi tidak menghambat
regenerasi tanaman.
Thallus yang mampu bertahan hidup pada media seleksi higromisin
disebut thallus transgenik putatif. Pada penelitian ini, dari 200 beksplan yang
diinokulasi dengan A. tumefaciens terdapat 15 thalus yang tahan terhadap
higromisin sehingga efisiensi transformasi rumput laut berkisar 7,5%. Rendahnya
persentase transformasi kemungkinan disebabkan oleh perbedaan genotipe K.
alvarezii yang digunakan. Efisiensi regenerasi thalus transgenik putatif pada
penelitian ini sebesar 100% dari jumlah eksplan yang resisten di media
higromisin, sedangkan efisiensi regenerasi thalus non transgenik sebesar 100% di
media non selektif yang tidak mengandung higromisin. Efisiensi regenerasi pada
penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan efisiensi regenerasi. Hal ini
kemungkinan disebabkan penggunaan konsentrasi higromisin yang berbeda pada
media seleksi dimana pada penelitian ini hanya menggunakan higromisin dengan
konsentrasi 10 mg/. Waktu yang diperlukan yang digunakan untuk regenerasi
pada thalus transgenik lebih lama dibandingkan dengan thalus non transgenik. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti perlakuan infeksi A.
tumefaciens dan pengaruh antibiotik higromisin. Dari 15 thalus transgenik putatif
yang telah menghasilkan tunas, 3 thalus diambil secara acak untuk dianalisis lebih
lanjut. Jumlah tunas yang berhasil membawa gen PaCs yaitu 1 tunas dari 1
eksplan yang beregenerasi.
Pertumbuhan thalus rumput laut K. alvarezii pada media PES non selektif
yang tidak mengandung higromisi memperlihatkan pertumbuhan kristal filamen
disekitar thalus (2 minggu), sedangkan thalus non transgenik yang ditanam pada
media selektif menunjukkan hampir keseluruhan thalus mengalami kematian.
thalus hasil transformasi yang ditanam pada media selektif menunjukkan
pertumbuhan dimana tunas tumbuh semakin panjang. Sensitivitas sel tanaman
terhadap agen seleksi bergantung pada genotip, tipe eksplan, dan kondisi kultur
jaringan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transfer gen adalah istilah yang digunakan dalam ilmu
genetika untuk menggambarkan proses pemindahan materi genetik
dari satu organisme ke organisme lain. Hal ini dapat terjadi secara
alami melalui mekanisme seperti transformasi, transduksi, dan
konjugasi dalam dunia mikroba, atau dapat dilakukan secara
sengaja dalam konteks rekayasa genetika. Transfer genetik pada
rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan menggunakan metode
Transfeksi dapat dilakukan yaitu dengan mentransfer gen sitrat
sintase. Sitrat sintase adalah enzim yang memiliki peranan penting
di dalam tanaman. Enzim ini memiliki fungsi untuk menyintesis
sitrat.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga
bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami
mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami
juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga
dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Simangunsong, K. D C. 2020. Teknologi Transgenik Dalam Pengembangan


Akuakultur. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Budidaya Perairan,
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Alimuddin1), G. Y. (2003). Aplikasi Transfer Gen Dalam Akukultur. Aplikasi


Transfer Gen dalam. 2 (1): 21-50.

Parenrengi, A., Sulaeman., Emma, S., dan Andi, T. 2006. Karakteristik Genetika
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Yang Dibudidayakan Di Sulawesi
Selatan. Jurnal riset Akukultur. 1 (1): 1- 11

Hardiany, N. S. 2016. Metode Transfer Asam Nukleat Sebagai Dasar Terapi Gen.
Journal Kedokteran Indonesia. 4 (3): 204 - 210.

Jacinda, A. K., dan Ayi, Y. 2021. Transfer Gen pada Komoditas Udang Budidaya.
Journal of Fisheries And Marine Science. 5 (1): 29 - 40.

Rozaki, A., Haryo, T., Eva, A. W., dan April, A. 2013. Pengaruh Jarak Lokasi
Pemeliharaan Terhadap Morfologi Sel Dan Morfologi Sel Dan Morfologi
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Di Desa Lobuk Kecamatan Bluto,
Kabupaten Sumenep. Jurnal Kelautan. 6 (2): 105-110

Daud, R. F., Utut W., Suharso., Emma, S., Dan Andi, P. 2013. Introduksi Gen
Sitrat Sintase Ke Dalam Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
Menggunakan Agrobacterium tumefaciens. Jurnal Riset Akuakultur. 8 (2):
201 - 208.

Anda mungkin juga menyukai