Anda di halaman 1dari 6

TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PAKAN

SEJARAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN AKUAKUKTUR

DOSEN PENGAMPU : Ir. Edison Saade, M.Sc, Ph.D


KELOMPOK 9
1. Muh. Ansar_L031211001
2. Nirdasari_L031211002
3. Isma Arianti_L031211005
4. Kaswiranda_L031211009
5. Nabila Al Wahab_L031211010
6. Rosdiana_L031211011
7. Monalisa A.Musa _L031211013
8. Radhi Musaid Ruslan_L031211014

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
SEJARAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN AKUAKULTUR
N Tahun Temuan teknologi Perintis/ penemu
O pakan
1. 2009 Teknologi Bioflok: Teori J. ekasari
dan Aplikasi dalam
Perikanan Budidaya
Sistem Intensif
2. 2011 Teknologi Fermentasi, Wahyu
alternatif solusi dalam Pamungkas
upaya pemanfaatan
bahan pakan lokal
3. 2017 Teknologi pemanfaatan Dr. juliana,
limbah industri pangan S,pi.MP
untuk meningkatkan
pendapatan

Teknologi Bioflok (BFT) sudah mulai diperkenalkan di dunia

sejak tahun 1970-an. Teknologi ini semakin berkembang sejak

dekade terakhir dengan berbagai kegiatan riset yang dilakukan oleh

para peneliti (Emerenciano, et al., 2013; Cab et al., 2012;

Avnimelech, 2009 Di Indonesia, penelitian tentang bioflok sudah pula

dilakukan diantaranya pada ikan lele, ikan nila, dan udang . Kondisi

ini memerlukan pasokan bahan pangan yang cukup besar dan

terjamin. Salah satu sumber protein yang dapat dihasilkan dalam

jumlah massal dan cepat adalah produk perikanan air tawar. Saat ini

telah dikembangkan teknologi bioflok (BFT) yang hemat lahan dan

air sangat cocok untuk dikembangkan didaerah perkotaan atau

hunian padat penduduk yang juga merupakan pasar produk yang

dihasilkan. Dalam teknologi ini sisa pakan dan hasil ekskresi ikan

yang biasanya menjadi limbah polusi diubah menjadi bahan pakan

untuk dimanfaatkan ikan untuk pertumbuhan sehingga mengurangi

jumlah pakan yang dibutuhkan. Keseimbangan yang terjadi antara


bakteri yang menguntungkan, pakan dan pasokan karbon serta

didukung oleh aerasi yang kuat membuat kondisi kualitas air tetap

baik, dan flok yang tersusun atas sejumlah bahan organik, plankton

dan bakteri dapat dimanfaatkan ikan sebagai pakan

Teknologi fermentasi telah ada sejak zaman prasejarah.

Bukti paling awal fermentasi makanan ada pada minuman beralkohol

yang terbuat dari buah, beras, dan madu, bertanggal 7000-6600 SM

di Jiahu, China, dan minuman anggur sejak 6000 SM di Georgia.

Secara umum, fermentasi menghasilkan produk yang lebih

sederhana dan lebih mudah dicerna dari bahan asalnya. Upaya

pemanfaatan bahan baku pakan alternatif banyak dilakukan dengan

menggunakan bahan baku pakan lokal yang mudah didapat dan

biasanya berupa limbah yang belum termanfaatkan secara optimal.

Akan tetapi, upaya pemanfaatan bahan baku pakan lokal tersebut

masih mengalami kendala yaitu tingginya kandungan serat kasar,

rendahnya kandungan protein kasar bahan baku, keseimbangan

asam amino yang rendah, dan adanya zat anti nutrisi. Hal ini

menyebabkan perlunya pengolahan bahan baku pakan lokal tersebut

sebelum digunakan sebagai bahan pakan. Salah satu cara

pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan melalui fermentasi.

Secara umum, fermentasi menghasilkan produk yang lebih

sederhana dan lebih mudah dicerna dari bahan asalnya. Melalui

teknologi fermentasi, dapat dihasilkan perbaikan dan peningkatan


nilai nutrisi bahan baku pakan lokal sehingga dapat dimanfaatkan

secara optimal untuk bahan baku pakan ikan.

Teknologi pemanfaatan limbah industri pangan merupakan

salah satu masalah yang dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan jika tidak dikelola secara tepat. Jenis limbah yang

dihasilkan dapat berbentuk cair, padat maupun gas dan biasanya

masih mengandung bahan-bahan nutrisi yang dapat dimanfaatkan.

Limbah kepala udang dan limbah ampas tahu merupakan contoh

limbah industry pangan yang masih mengandung senyawa nutrisi

berupa protein yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan

terutama dalam pembuatan pakan ikan. Pemanfaatan limbah dalam

pembuatan pakan dapat mengurangi biaya produksi yang dibutuhkan

dalam kegiatan budidaya ikan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan

pakan memerlukan biaya sekitar 60% dari total biaya produksi

budidaya perikanan, karena pada umumnya pakan yang diberikan

merupakan pakan buatan pabrik yang memiliki harga yang relatif

tinggi. Ini bertujuan untuk menghasilkan pakan ikan ramah

lingkungan yang berbahan baku limbah industry pangan berupa

limbah kepala udang dan limbah ampas tahu sebagai sumber protein

pada pakan ikan, sehingga pakan yang dihasilkan dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi ikan dan memiliki harga yang lebih murah

dibandingkan dengan pakan komersial yang digunakan saat ini.

Dampak manfaat yang dapat ditimbulkan dalam memanfaatkan

limbah industri pangan menjadi pakan adalah 1) mengurangi


ketergantungan bahan baku import dalam pembuatan pakan ikan, 2)

mengurangi biaya produksi dengan penyediaan pakan ikan yang

lebih murah, 3) meningkatkan ekonomi pembudidaya ikan, 4)

meningkatkan nilai manfaat limbah yang dijadikan bahan baku

alternatif dalam pembuatan pakan, dan 5) meningkatkan

kemandirian pembudidaya dalam penyediaan pakan ikan.


DAFTAR PUSTAKA

Ekasari, J. (2009). Teknologi Biotlok: Teori dan Aplikasi dalam

Perikanan Budidaya Sistem Intensif Bioflocs Technology:

Theory and Application in Intensive Aquaculture

System. Jumal Akuakultur Indonesia, 8(2), 117-126.

Juliana. 2017. Laporan Akhir. Pengembangan Produk Pakan Ikan


Ramah Lingkungan Melalui Pemanfaatan Limbah Industri
Pangan Untuk Meningkatkan Pendapatan Pembudidaya Ikan.
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.

Pamungkas, W. (2011). Teknologi fermentasi, alternatif solusi dalam

upaya pemanfaatan bahan pakan lokal. Media

Akuakultur, 6(1), 43-48.

Anda mungkin juga menyukai