Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERMASALAHAN PENYAKIT MENULAR ISPA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat


Dosen Pengampu: Dr. Bq. Mutmainnah, M.Si.

Oleh;
1. Muhammad Suhaili
2. Nely Irna Agustina
3. Novi Yanti Salsabila
4. Nur’Aeni Mutmainnah
5. Nurmalina
6. Nursifa Windiansih

Prodi Kesehatan Gigi


Akademi Kesehatan Gigi Karya Adi Husada Mataram

2023/2024
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Swt., karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu. Makalah ini kami
beri judul “Manfaat Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami
sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan
bimbingan kelompok sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Bq.
Mutmainnah, M.Si., selaku dosen pengampu. Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain
yang telah mendukung penyusunan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Maka dari
itu kami terbuka terhadap kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada
tugas berikutnya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi kami dan para pembaca.

Mataram, 8 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah………………………………………………………………………….. 1

B. Batasan masalah…………………………………………………………………………………….. 1
C. Rumusan Masalah…………………………………………… …………………………………….. 1
D. Tujuan……………………………………………………………………………………. …………….. 2
E. Manfaat……………………………………. …………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ISPA ..........................…………………………………………...………………….. 3
B. Penyebab Terjadinya ISPA.....…………………..………………………………………………….. 3
C. Faktor Resiko ISPA...................…...………………………………………………………………… 4

D. Pengertian Segitiga Epidemiologi ..………………………………………………………………. 5


E. Upaya-upaya Pengendalian ISPA …………………………………………………………………… 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………......…………………………………………………………… 8
B. Saran…………………………….......………………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ISPA adalah sekelompok penyakit pernapasan yang sering terjadi pada manusia. Ini
mencakup berbagai kondisi seperti pilek, flu, bronkitis, dan pneumonia. ISPA
umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan memengaruhi saluran
pernapasan atas atau bawah.
ISPA dapat disebabkan oleh berbagai agen infeksi, seperti virus influenza, rhinovirus,
coronavirus, dan bakteri seperti Streptococcus pneumoniae. Penyebaran ISPA
terutama melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau melalui droplet
udara saat seseorang batuk atau bersin.
Faktor risiko ISPA melibatkan berbagai elemen, termasuk kurangnya vaksinasi, paparan
asap rokok, kekebalan tubuh yang rendah (misalnya pada anak-anak atau lansia), serta
paparan lingkungan yang buruk seperti polusi udara.
Upaya pengendalian ISPA melibatkan promosi kesehatan seperti imunisasi, menjaga
kebersihan tangan, praktik pernapasan yang sehat, dan isolasi individu yang terinfeksi.
Selain itu, peran sistem perawatan kesehatan dalam diagnosis, pengobatan, dan
pelacakan penyakit juga penting dalam pengendalian ISPA.
Segitiga epidemiologi adalah konsep dasar dalam epidemiologi yang mencakup tiga
elemen kunci: agen (misalnya, virus atau bakteri penyebab ISPA), inang (individu yang
terinfeksi), dan lingkungan (tempat penularan terjadi). Memahami hubungan antara
ketiga elemen ini adalah penting dalam memahami bagaimana ISPA menyebar dan
dapat membantu dalam perencanaan tindakan pengendalian.

B. BATASAN MASALAH
Agar pembahasan tidak terlalu luas, penulis perlu membatasi pembahasan dalam
makalah ini. Pembatasan yang penulis terapkan yaitu hanya membahas layanan
penyebab terjadinya, faktor resiko, penjelasan tentang segitiga epidemiologi, dan yang
terakhir adalah upaya-upaya dari penyakit menular ISPA.

C. RUMUSAN MASALAH
Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam makalah
ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan ISPA?
2. Apa penyebab terjadinya ISPA?
3. Apa saja faktor resiko dari ISPA?
4. Jelaskan apa itu segitiga epidemiologi
5. Apa saja upaya-upaya untuk pengendalian penyakit ISPA?

1
D. TUJUAN
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga
tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut:
• Untuk mengetahui pengertian dari ISPA
• Untuk mengetahui penyebab terjadinya ISPA
• Untuk mengetahui faktor resiko dari cacar ISPA
• Untuk mengetahui pengertian dari segitiga epidemiologi, dan
• Untuk mengetahui upaya-upaya untuk pengendalian penyakit menular ISPAP

E. MANFAAT
Berdasarkan rumusan masalah, manfaat makalah ini adalah untuk menambah
wawasan penulis dan pembaca tentang apa itu ISPA, penyebab terjadinya, faktor
resiko, upaya pengendalian, dan yang terakhir yaitu apa pengertian segitiga
epidemiologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISPA

ISPA adalah singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut. ISPA adalah infeksi yang
menyerang bagian saluran pernapasan manusia, baik saluran pernapasan atas
maupun bawah. ISPA merupakan jenis penyakit yang mudah menular dan dapat
dialami oleh segala usia, baik anak-anak maupun lansia.

Infeksi biasanya dimulai di hidung dan secara bertahap mulai memengaruhi trakea
dan paru-paru. Jika pengobatan tidak dilakukan tepat waktu, infeksi dapat
menyebar ke seluruh sistem pernapasan dan dapat menimbulkan komplikasi yang
serius.

Penyakit ini cukup berbahaya bagi anak-anak, orang dengan usia lanjut, dan
seseorang yang memiliki daya tahan tubuh rendah atau menderita gangguan daya
tahan tubuh.

Berdasarkan jenisnya, ISPA dibagi menjadi dua kategori, yaitu infeksi saluran
pernapasan atas yang sistem pernapasan bagian atas (hidung, tenggorokan, faring,
laring, dan bronkus), sedangkan infeksi pernapasan bawah memengaruhi sistem
pernapasan bagian bawah (trakea, pembuluh paru, paru-paru, dan diafragma).

B. PENYEBAB TERJADINYA ISPA


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat disebabkan oleh berbagai agen
infeksi, termasuk virus dan bakteri. Berikut adalah beberapa penyebab umum
terjadinya ISPA:
1. Virus
Virus adalah penyebab paling umum ISPA. Beberapa virus yang sering
menyebabkan ISPA meliputi:
-Virus Influenza (flu): Terdapat beberapa jenis virus influenza yang dapat
menyebabkan flu musiman.
-Rhinovirus: Ini adalah penyebab umum pilek.
-Coronavirus: Beberapa jenis coronavirus, seperti virus penyebab COVID-
19, dapat menyebabkan ISPA.
-Virus Respiratori Syncytial (RSV): Umumnya memengaruhi bayi dan anak-
anak kecil.
-Virus Parainfluenza: Penyebab berbagai infeksi saluran pernapasan,
termasuk bronkitis dan radang tenggorokan.
-Adenovirus: Bisa menyebabkan berbagai gejala pernapasan dan infeksi
mata.
2. Bakteri

3
Meskipun virus lebih umum sebagai penyebab ISPA, bakteri tertentu juga
dapat menyebabkan infeksi pernapasan, terutama pada kasus-kasus yang
lebih serius. Contoh bakteri penyebab ISPA meliputi Streptococcus
pneumoniae (pneumonia), Haemophilus influenzae (bronkitis), dan
Bordetella pertussis (batuk rejan).
3. Jamur
Meskipun jarang, beberapa jenis jamur dapat menyebabkan infeksi saluran
pernapasan pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah.
4. Faktor Lingkungan
Polusi udara, asap rokok, dan paparan zat iritan lainnya juga dapat memicu
atau memperburuk ISPA, terutama pada individu yang rentan.
5. Kontak Manusia ke Manusia
ISPA sering menyebar melalui kontak langsung dengan individu yang
terinfeksi, seperti melalui droplet udara saat seseorang batuk atau bersin,
atau melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.
6. Faktor Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada bayi, anak-anak kecil, dan
orang tua, dapat membuat individu lebih rentan terhadap infeksi ISPA.

C. FAKTOR RESIKO ISPA

1. Usia

Bayi dan anak-anak, serta lanjut usia seringkali memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami ISPA. Sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang pada
anak-anak dan penurunan kekebalan tubuh yang terjadi pada lansia menyebabkan
mereka lebih rentan terhadap infeksi.
2. Mengalami kondisi medis tertentu

Orang dengan kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung, asma atau penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) dan diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami ISPA yang lebih serius. Beberapa kondisi tersebut dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh yang membuat tubuh lebih sulit melawan infeksi.
3. Kekebalan tubuh lemah

Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, baik karena kondisi medis
ataupun pengobatan tertentu dapat menyebabkan tubuh kurang efektif dalam
melawan infeksi. Hal tersebut juga termasuk pada orang yang sedang menjalani
terapi imunosupresif setelah transplantasi organ atau dalam pengobatan kanker.
4. Lingkungan tempat tinggal

4
Seseorang yang tinggal atau bekerja dalam lingkunga yang padat, misalnya rumah
sakit, kantor ataupun tempat tinggal dengan sirkulasi udara yang buruk, ataupun
buruknya polusi udara memiliki risiko lebih tinggi untuk terpapar virus dan bakteri
penyebab ISPA. Tak hanya itu, sering terpapar asap rokok (perokok pasif) dapat
merusak saluran pernapasan dan melemahkan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
5. Perokok aktif

Jikalau perokok pasif dapat memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami ISPA, begitu
pula dengan perokok aktif yang juga memiliki risiko yang lebih besar mengalami
ISPA, bahkan cenderung lebih sulit untuk pulih.
6. Paparan Polusi Udara

Hidup atau bekerja di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi dapat
meningkatkan risiko ISPA. Polusi udara dapat mengiritasi saluran pernapasan dan
memicu gejala ISPA.
7. Kontak Dengan Individu
Terinfeksi Kontak langsung dengan individu yang terinfeksi ISPA, terutama saat
berbicara, batuk, atau bersin, dapat meningkatkan risiko penularan.
8. Tidak Menjaga Kebersihan Tangan
Tidak mencuci tangan secara teratur dan dengan benar dapat memungkinkan virus
atau bakteri untuk menyebar dari permukaan ke tangan, dan akhirnya ke mulut,
hidung, atau mata, meningkatkan risiko infeksi.
Pemahaman terhadap faktor risiko ini penting untuk mengambil langkah-langkah
pencegahan yang tepat, seperti vaksinasi, menjaga kebersihan tangan,
menghindari paparan asap rokok dan polusi udara, serta menghindari kontak
dengan individu yang terinfeksi saat sedang sakit.

D. PENGERTIAN SEGITIGA EPIDEMIOLOGI


Segitiga epidemilogi itu merupakan interaksi antara host (host) penjamu, agent
(penyebab), environment (lingkungan).
Dalam konteks penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), segitiga
epidemiologi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Host (Tuan Rumah): Merujuk kepada individu-individu yang rentan terhadap
ISPA, seperti bayi, lansia, atau individu dengan sistem kekebalan yang
melemah. Faktor-faktor seperti usia, status imunisasi, dan kondisi kesehatan
individu mempengaruhi seberapa rentan mereka terhadap ISPA.
2. Agen Penyebab: Agen penyebab ISPA dapat beragam, termasuk virus seperti
influenza, rhinovirus, atau bakteri seperti Streptococcus pneumoniae. Jenis
agen penyebab ISPA akan mempengaruhi gejala, penularan, dan cara
penanganannya.
5
3. Lingkungan: Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban udara,
kepadatan penduduk, dan sanitasi memainkan peran penting dalam
penyebaran ISPA. Misalnya, musim dingin yang dingin dan lembap dapat
mendukung penyebaran virus ISPA, dan kondisi sanitasi yang buruk dapat
meningkatkan risiko penularan bakteri.
Segitiga epidemiologi membantu para ahli epidemiologi memahami bagaimana
penyakit seperti ISPA menyebar, siapa yang rentan, dan bagaimana mencegah
penularannya dengan lebih baik. Melalui pemahaman yang baik tentang ketiga
unsur ini, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian dapat dirancang untuk
mengurangi dampak penyakit ISPA pada masyarakat.

E. UPAYA-UPAYA PENGENDALIAN ISPA


Upaya pengendalian penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bertujuan
untuk mengurangi penyebaran penyakit, mencegah kasus yang lebih serius, dan
meminimalkan dampak pada kesehatan masyarakat. Berikut beberapa upaya-
upaya pengendalian penyakit ISPA yang penting:
1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah salah satu upaya paling efektif dalam mengendalikan
ISPA. Vaksin seperti vaksin influenza tahunan dan vaksin pneumonia dapat
membantu melindungi individu dari infeksi yang serius dan mengurangi
penyebaran penyakit.
2. Kebersihan Tangan
Mencuci tangan dengan benar dan secara teratur menggunakan sabun dan
air adalah langkah sederhana yang dapat mengurangi penyebaran virus dan
bakteri penyebab ISPA.
3. Pengobatan
Pengobatan yang tepat dan tepat waktu sangat penting untuk
mengendalikan ISPA. Terutama pada kasus bakteri, antibiotik dapat
digunakan untuk mengobati infeksi.
4. Pelacakan Kontak
Melacak dan mengisolasi kontak dekat individu yang terinfeksi adalah
langkah kunci dalam mencegah penyebaran ISPA lebih lanjut.
5. Imunisasi Anak-anak
Imunisasi anak-anak dengan vaksin seperti vaksin Hib, vaksin DPT, dan
vaksin MMR (garampela) membantu melindungi mereka dari penyakit ISPA
yang serius.
6. Pengendalian Polusi Udara
Mengurangi paparan polusi udara melalui regulasi, perubahan dalam
kebijakan industri, dan edukasi publik dapat membantu mengurangi risiko
ISPA.

6
Upaya-upaya ini dapat bervariasi sesuai dengan jenis ISPA, tingkat keparahan, dan
situasi lokal. Langkah-langkah ini tergantung pada kerja sama antara individu,
komunitas, lembaga pemerintah, dan organisasi kesehatan untuk mencapai
kontrol yang efektif terhadap ISPA.

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan mengenai ISPA adalah bahwa ini adalah singkatan dari
Infeksi Saluran Pernapasan Akut, yang merujuk pada sekelompok
penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri. ISPA
dapat memengaruhi saluran pernapasan atas dan bawah dan dapat
menyebabkan gejala seperti batuk, pilek, demam, sesak napas, dan
peradangan di saluran pernapasan. Penyakit ini dapat menyerang siapa
saja, tetapi rentan pada bayi, anak-anak, orang tua, dan individu dengan
sistem kekebalan yang lemah. Pengobatan yang tepat diperlukan untuk
mencegah perkembangan menjadi kondisi yang lebih serius.

B. SARAN
-Untuk responden: Disarankan untuk responden agar memahami apa
saja yang menjadi faktor penyebab penyakit ISPA sehingga agar bisa
mencegah keluarganya dari terkenanya penyakit ISPA seperti
memperbaiki lantai, dinding, langit-langit rumah, dan anggota keluarga
yang merokok.
-Untuk Puskesmas: Disarankan bagi pihak puskesmas dapat menjadikan
masalah ini sebagai masukkan dan bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan kedepannya sehingga bisa menekan angka
kejadian ISPA diwilayah yang terdampak ISPA.
-Bagi Peneliti lain: Disarankan untuk peneliti lain dapat melakukan
penelitian yang lebih mendalam terkait ISPA pada balita karena angka
kejadian ISPA di Indonesia sangatlah banyak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fadli, R. (2023). ISPA. https://www.halodoc.com/kesehatan/ispa.


Diakses pada 8 Oktober 2023.
Astusi, C.
https://repository.ump.ac.id/3971/3/CINDI%20ASTUTI%20BAB
%20II.pdf. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2023.
Siloamhospital. (2023). ISPA – Gejala, Penyebab, Pengobatan dan
Pencegahannya. https://www.siloamhospitals.com/informasi-
siloam/artikel/apa-itu-ispa. Diakses pada tanggal 8 Oktober
2023.
Kilinikpintar. (2023). Apa Itu ISPA? Ketahui Gelaja Dan Penyebabnya.
https://klinikpintar.id/blog-pasien/apa-itu-ispa-ketahui-gejala-
dan-penyebabnya. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2023.
IHC Telemend. https://telemed.ihc.id/artikel-detail-1007-Kenali-Apa-
Saja-Faktor-Risiko-ISPA.html. Diakses pada tanggal 8 Oktober
2023.
Nurpajri, R.
M.https://www.academia.edu/41872940/Pengertian_Epidemi
ologic_Triangle. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2023.
SCRIBD. https://id.scribd.com/document/407008191/KONSEP-
SEGITIGA-EPIDEMIOLOGI. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai