Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS RENDAHNYA MINAT MELANJUTKAN STUDY KE

PERGURUAN TINGGI PADA REMAJA

(Studi Kasus : Desa Kosa Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan)

Oleh :

M. TABRANI HI SIRAJU

03281811033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa; Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan aspek penting
dalam sebuah negara. Karena dapat memajukan kualitas sumberdaya manusia.
Bahkan menurut Engkoswara dan Komariah, dalam Desti Ardiani (2020), Pendidikan
dipercaya sebagai alat strategis meningkatkan taraf hidup manusia, melalui
pendidikan manusia menjadi cerdas, memiliki kemampuan, sikap hidup yang baik,
sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat. Pendidikan menjadi investasi
yang memberikan keuntungan sosial dan pribadi yang menjadikan Bangsa
bermartabat dan individunya menjadi manusia yang memiliki derajat.

Berdasarkan sistem pendidikan yang telah ditentukan pemerintah, pendidikan di


Indonesia dibedakan menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal.
Pendidikan formal diperoleh melalui lembaga pendidikan, yaitu sekolah dan
merupakan pendidikan yang berjenjang dari pendidikan paling rendah sampai dengan
pendidikan tertinggi. Jenjang pendidikan pada pendidikan formal terdiri dari : 1)
pendidikan dasar (SD, SMP); 2) pendidikan menengah (SMA, SMK, MA); 3)
pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana), Haq, M. A., & Setiyani, R. (2016).

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan


enam tahun di Sekolah Dasar dan tiga tahun di Sekolah Menengah Pertama.
Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta
didik untuk mengembangkan kemampuannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara, dan anggota manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk
mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang
lamanya tiga tahun bertujuan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar
serta mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya,
dan alam sekitar serta dapat mengem- bangkan kemampuan lebih lanjut dalam
memasuki dunia kerja maupun pendidikan selanjutnya yaitu pendidikan tinggi.
Jenjang selanjutnya adalah pendidikan tinggi dengan segala penyelenggara- annya.
Pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang memiliki
kemampuan akademis maupun kemampuan profesional yang dapat me- nerapkan,
mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Suciningrum,
N. P., & Rahayu, E. S. (2015).

Mirisnya pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah.


Berdasarkan survey united organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di
negara-negara berkembang di asia pasific, indonesia menempati peringkat 10 dari 14
negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kualitasnya berada pada level 14 dari 14
negara berkembang (Fatima (2019). Menurut (Utaminingsih, S. (2021), indonesia
masih dihadapkan pada berbagai tantangan serius, terutama dalam upaya
meningkatkan kinerja yang mencakup (a) pemerataan dan perluasan akses; (b) Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; (c)
penataan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik; dan (d) peningkatan pembiayaan.
Dari bebrapa faktor tersebut berpengaruh pada minat remaja untuk melanjutkan study
ke perguruan tinggi. Sarlito dalam Arnawan, G. (2016) mengemukakan bahwa “masa
remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Dengan
peralihan fungsi sosial dari masa anak-anak kemasa dewasa memicu minat anak
remaja terhadap berbagai macam pilihan dalam lingkungannya terhadap prioritas
hidup khususnya dalam dunia pendidikan”.

Kehidupan masyarakat modern yang berpikiran maju akan dipengaruhi oleh


lingkungan dan masyarakat tidak lepas dari dukungan dari kesadaran kolektif, tidak
ada pembatasan-pembatasan alamiah apapun pada kebutuhan dan hasrat manusia,
maka minat masyarakat khususnya pada anak remaja tidak terbatas, yaitu memiliki
minat yang tinggi tanpa memandang stratifikasi kelas sosial. Dengan adanya minat
remaja terhadap pendidikan maka mendorong atau memotivasi bagi anak remaja
untuk berusaha keras agar dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan cita-citanya
(Arnawan, G. (2016). Di desa Kosa Kecamatan Oba Kota Tidore kepulauan
Kepulauan terdapat rendahnya minat remaja dalam melanjutkan study ke perguruan
tinggi. Hal itu dapat di buktikan dari remaja yang setelah lulus dari sekolah menengah
ahir (SMA), menganggur dan ada yang memilih langsung bekerja. Padahal telah di
jelaskan di atas tentang pentinya pendidikan.

B. Identifikasi Masalah

Rendahnya minat remaja Desa Kosa Kecamatan Oba Kota Tidore kepulauan untuk
melanjutkan study ke perguruan tinggi setelah lulus dari SMA.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini membatasi pada Rendahnya minat remaja Desa Kosa Kecamatan Oba
Kota Tidore kepulauan untuk melanjutkan study ke perguruan tinggi setelah lulus dari
SMA.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi secara tentang perguruan tinggi pada remaja desa kosa?
2. Apa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat remaja melanjutkan study ke
perguruan tinggi di desa kosa?
E. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persepsi secara tentang perguruan tinggi pada remaja


desa kosa
2. Untuk dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya minat
remaja melanjutkan study ke perguruan tinggi di desa kosa.

Manfaat penelitian dapat di uraikan sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada


umumnya.
2. Memberikan manfaat bagi peneliti agar kiranya memahami bagaimana
sebenarnya rendahnya minat remaja melanjutkan study ke perguruan
tinggi di desa kosa.
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang ingin mengembangkan
penelitian sejenis pada masa yang akan datang.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi konseptual
1. Pengertian Minat

Dalam KBBI minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah,
keinginan terhadap sesuatu. Menurut Sardiman dalam Armalita. S, (2016) minat
diartikan sebagai “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-
kebutuhannya sendiri”. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan
kepentingannya sendiri.

Pengertian minat juga dikemukakan oleh Daryanto dalam Armalita. S, (2016) “minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang. Di tambah lagi Slameto dalam Rachmawati. D, (2017)
memandang bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan dan minat selalu diikuti dengan perasaan senang
dan dari situ diperoleh kepuasan.

Dari beberapa pandangan tentang pengertian minat tersebut dapat di simpulkan


bahwa minat merupakan keinginan yang tumbuh pada suatu kegiatan/objek tertentu
dimana dapat membuat seorang tertarik dan merasakan perasaan senang serta rasa
puas saat melakukanya.

2. Jenis-jenis minat
Menurut Al Mighwar dalam Yulida. H, (2021) Minat seseorang dengan orang lain
memiliki perbedaan terutama minat terhadap suatu hal, yang terdiri dari beberapa
jenis sesuai dengan minatnya. Jenis-jenis minat di bagi berdasarkan pilihan minat
sebagai berikut:

a. Realistis, pada kenyataannya banyak orang yang kurang mampu dalam


menggunakan media komunikasi serta kurang memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.

b. Investigatif, seseorang yang memproritaskan terhadap teoritis dalam bidang


keilmuan, seperti merencanakan, merenungkan, memikirkan dan lain-lain
sebagainya.

c. Artistik, karakteristik orang memiliki minat artistik adalah orang yang


menyukai hal-hal yang tidak terstruktur, bebas, memiliki kesempatan
bereaksi, sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekspresikan sesuatu
secara individual, sangat kreatif dalam bidang masing-masing.

d. Sosial, orang yang memiliki karakteristik dapat bergaul, bertanggung jawab,


rasa kemanusiaan, suka bekerja dalam kelompok, terampil bergaul,
menghindari perpecahan masalah secara intelektual, suka bermusyawarah
dalam memecahkan masalah yang terjadi, menyukai kegiatan yang
bermanfaat bagi orang banyak.

e. Enterprising, orang yang memiliki karakteristik enterprising cenderung


menguasai atau memimpin orang lain, memiliki kemampuan untuk mencapai
tujuan dan pecaya diri dan pada umumnya sangat aktif.

3. Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi adalah suatu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.


Dalam peraturan pemerintah No.33 Tahun 1990, juga disebutkan tentang tujuan
perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan kesenian serta
menyumbangkan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kehidupan nasional. Ulani dan Heriyanti. P, Dalam Yuli Ani. A (2020).

Menurut Fatima, (2019) Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah


pendidikan menengah (SMK/SMA/MA). Program yang ada dalam pendidikan tinggi
ini tidak hanya sarjana (S-1) melainkan diploma, pendidikan profesi, magister (S-2),
bahkan doktor (S-3). Sedangkan satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi ini dikenal dengan nama Perguruan Tinggi (PT), baik itu Perguruan
Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Pendidikan tinggi
merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan
sistem terbuka. Dengan adanya perguruan tinggi maka akan mempermudah siswa
meraih cita-cita. karena dalam prosesnya siswa dapat memperdalam bakat yang di
miliki.

Olehnya itu Fatima, (2019) mengakatakan bahwa pendidikan tinggi diharapkan dapat
menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkatpengetahuan yang terdiri
atas Kemampuan akademis yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah,
baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis,
sitematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi
dan merumuskan masalah yang dihadapi, Kemampuan professional yaitu kemampuan
dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para
tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam
bidang profesinya dan Kemampuan personal adalah kemampuan kepribadian. Dengan
kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu
menunjukkan sikap, dan tingkah laku.
4. Minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi
Utaminingsih, S. (2021). Analisis Rendahnya Minat Melanjutkan Pendidikan Ke
Jenjang Yang Lebih Tinggi. Journal of Civics and Education Studies, 8(2).

Suciningrum, N. P., & Rahayu, E. S. (2015). pengaruh status sosial ekonomi orang tua dan
motivasi belajar tehadap minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada kelas xi di sma
pusaka 1 jakarta. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB), 3(1), 1-21.

Haq, M. A., & Setiyani, R. (2016). Pengaruh prestasi belajar, kondisi sosial ekonomi orang
tua dan self efficacy terhadap minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi siswa
ips. Economic Education Analysis Journal, 5(3), 1034-1034.

Darmawan, I. (2017). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Teman Sebaya
Terhadap Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa. Jurnal Pendidikan dan
ekonomi, 6(2), 156-165.

Arnawan, G. (2016). Faktor penyebab kurangnya minat remaja desa terhadap pendidikan di
perguruan tinggi (studi kasus pada remaja di Desa Balirejo Kecamatan Angkona Kabupaten
Luwu Timur). Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi, 3(3), 80-84.

Anda mungkin juga menyukai