Sumber : https://www.diplomatsukses.com/mempelajari-nilai-nilai-keteladanan-bj-habibie
diakses 29 November 2022
Kegiatan Belajar 2
BELAJAR MERINCI TEKS BERBAGAI JENIS TEKS BIOGRAFI
Mr. Raden Ali Sastroamidjojo ( EYD : Ali Sastroamijoyo ) (21 Mei 1903 – 13 Maret 1975)
adalah Perdana Menteri Indonesia yang berasal dari Magelang memimpin dan bertahan
selama dua periode yang berbeda pada tahun tahun 1953 sampai 1955 dan 1956 hingga
1957. Ketika berpolitik di Partai Nasional Indonesia, ia menjabat sebagai ketua umum. Ali
merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia .
Raden Ali Sastroamidjojo lahir di Grabag , Hindia Belanda (sekarang Indonesia ) pada
tanggal 21 Mei 1903 dari keluarga bangsawan Kabupaten Magelang yang tergolong priyayi .
Dia menghabiskan masa kecilnya di daerah setempat dan bermain dengan teman-temannya
yang kebanyakan dari keluarga petani. Dengan harapan menemukan lingkungan yang layak
bagi perkembangan anak-anaknya, maka keluarga Sastroamidjojo pindah ke kota di mana
menjadi tempat Sastroamidjojo dikirim untuk mengenyam pendidikan Eropa, meskipun ia
juga rutin belajar bahasa Jawa. Keluarga Sastroamidjojo mengabdikan diri untuk
mengadvokasi pentingnya pendidikan Barat.
Seperti kebanyakan pemuda bangsawan lainnya di Hindia Belanda, Ali bersekolah di
sekolah Belanda, Queen Wilhelmina School, dan melanjutkan studi hukum di Universitas
Leiden di Belanda, di mana ia menerima gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) pada
tahun 1927. Kemudian, ia pergi ke praktek swasta. Semasa sekolah, ia aktif dalam organisasi
pemuda, seperti organisasi Jong Java , dari tahun 1918 hingga 1922 dan Perhimpoenan
Indonesia , dari tahun 1923 hingga 1928. Karena aktivitasnya, ia ditangkap pada tahun 1927
oleh Belanda bersama dengan Mohammad Hatta , Nazir Datuk Pamuncak , dan Abdulmadjid
Djojoadiningrat. Setelah enam bulan di penjara, Ali dibebaskan. Ia kemudian kembali ke
Jawa pada tahun 1928.
Pada tahun 1928, Ali bersama dengan Soejoedi membuka kantor pengacara, dan
bersama Soekiman , menerbitkan majalah Djanget di Kota Surakarta . Kemudian ia berpolitik
di Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno , lalu masuk Gerindo saat PNI
dibubarkan oleh Sartono . Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, ia kembali
bergabung dalam organisasi PNI. Seusai Perang Dunia II , Ali meneruskan aktivitasnya di
lapangan politik dan pemerintahan, antara lain menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet
Amir Sjarifuddin I (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Ia kemudian menjabat
sebagai wakil ketua delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda
(Februari 1948) dan menjadi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan
Konferensi Meja Bundar. Setelah pengakuannya terhadap Republik Indonesia, ia diangkat
menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950–1955).
Selain itu, ia juga diangkat menjadi Ketua Umum Konferensi Asia Afrika di Kota Bandungpada
tahun 1955, wakil tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (1957–1960), dan
menjadi Ketua Umum PNI (1960–1966). Penghargaan yang diberikan kepada Ali yaitu
Meester in de Retchen oleh Universitas Leiden (1927)
Kegiatan Belajar 4
BELAJAR MENULIS TEKS BIOGRAFI
Nothing exp-