Job 14 Pemadatan
Job 14 Pemadatan
JOB XIV
PEMADATAN PROCTOR
A. TUJUAN PENGUJIAN
Untuk menentukan hubungan kadar air dan kepadatan tanah kering. Sehingga
dapat diketahui kepadatan tanah kering maksimum dan kadar air optimum.
B. DASAR TEORI
Pemadatan tanah adalah suatu proses dimana partikel tanah didesak menjadi
lebih berdekatan satu sama lain melalui pengurangan rongga udara dengan di gilas
atau metode mekanik lain. Pemadatan dilakukan bila tanah dilapangan
membutuhkan perbaikan untuk mendukung konstruksi diatasnya, atau tanah akan
digunakan sebagai bahan timbunan. Maksud dari pemadatan tanah adalah sebagai
berikut;
1. menambahkan nilai kuat geser tanah,
2. mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas),
3. mengurangi sifat permeabilitas, dan
4. mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan lain-
lainnya.
Sifat teknis tanah dan batuan yang digunakan pada penimbunan, sebagai
contoh kekuatan gesernya, karakteristik konsolidasi, permeabilitas, dan
sebagainya, adalah berkaitan dengan jumlah pemadatan yang telah diterimanya.
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Badan Litbang PU, 2000 : hal 4)
Tingkat kepadatan yang tinggi membantu dalam :
1. Menurunkan biaya pemeliharaan;
2. Menurunkan resiko terjadinya longsor;
3. Memungkinkan struktur permanen seperti jalan atau gedung untuk
dibangun langsung tanpa penundaan;
4. Mendapatkan tekanan dukung yang lebih tinggi pada desain pondasi untuk
struktur permanen.
Pada proses pemadatan untuk setiap daya pemadatan tertentu, kepadatan yang
tercapai tergantung pada banyaknya air di dalam tanah tersebut, yaitu kadar
airnya. Apabila kadar airnya rendah, tanah mempunyai sifat keras atau kaku
sehingga sukar dipadatkan. Bilamana kadar airnya ditambah maka air itu akan
berlaku sebagai pelumas sehingga tanah akan lebih mudah dipadatkan. Pada kadar
air yang lebih tinggi lagi kepadatannya akan turun karena pori-pori tanah menjadi
penuh terisi air yang tidak lagi dikeluarkan dengan cara memadatkan. Diperlukan
kadar air tertentu yang disebut kadar air optimum (Wopt) dalam suatu proses
pemadatan agar didapatkan hasil kepadatan maksimum. Kadar air ini selalu
tergantung pada daya pemadatannya. Apabila daya pemadatannya berlainan, maka
kadar air optimumnya (Wopt) juga lain.
Adapun perbedaan kedua tes tersebut yaitu energi yang diberikan pemadatan
proctor lebih sedikit dari pada pemadatan modifikasi. Semakin tinggi nilai atau
energi yang diberikan semakin besar pula kepadatannya.
Hubungan grafis dari kepadatan kering untuk mengetahui kadar air kemudian
diplot untuk membentuk kurva atau grafik pemadatan. Kepadatan kering
maksimum diperoleh dari titik puncak kurva pemadatan dan kadar air yang sesuai
atau kadar air optimum. Tes ini dijelaskan secara umum sesuai aturan dengan
standar American Society for Testing and Materials (ASTM) dan serupa dengan
standar Americaan Associationof State Highway and Transporttation Officials
(AASHTO).
Kepadatan Kering
γt x 100
γd =
100+ w
Dimana :
ɣ𝐭 = Kepadatan
W = Kadar Air (%)
Berat Tanah basah
B1−B 2
Dimana ;
B1 = Berat Tanah Basah + Berat Cetakan (Mold) (gram)
B2 = Berat Cetakan (Mold) (gram)
Kadar Air
W 2−W 3
W= x 100 %
W 3−W 1
Dimana :
W1 = Berat Cawan Kosong (gram)
W2 = Berat Cawan + Berat Tanah Basah (gram)
W3 = Berat Cawan + Berat Tanah Kering (gram)
D. LANGKAH PENGUJIAN
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk pengujian.
2. Sampel tanah dikeringkan di dalam oven. Setelah kering, butiran tanah yang
ada dalam sampel dihaluskan/ditumbuk menggunakan palu karet.
3. Sampel tanah disaring menggunakan saringan no. 4. Setelah itu, sampel
dimasukkan ke dalam kantong/plastik berjumlah 5 buah dengan berat tiap
kantong 2 kg.
Jurusan Teknik Sipil
D4 Jasa Konstruksi
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
4. Air diberikan ke salah satu sampel untuk memperkirakan kadar air optimum.
5. Untuk sampel berikutnya diberikan kadar air dengan ketentuan sebagai
berikut:
2 contoh tanah dengan kadar air ≤ persentase air optimum
2 contoh tanah dengan kadar air ≥ persentase air optimum
Perbedaan persentase air tiap contoh tanah 1 – 3%
6. Benda uji dan aquades diaduk hingga homogen.
7. Sampel tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik didiamkan selama
minimal 12 jam atau 24 jam.
8. Diameter serta tinggi cetakan (mold) diukur kemudian cetakan ditimbang.
9. Cawan kosong ditimbang menggunakan timbangan digital.
10. Bagian dalam cetakan mold diolesi Vaseline.
11. Kertas filter dimasukkan ke dalam mold bagian bawah.
12. Sampel disimpan ke dalam talam dan dibagi menjadi tiga bagian.
13. Sampel tanah dipadatkan menggunakan alat penumbuk standar 2.5 kg dengan
tinggi jatuh 30 cm.
14. Sampel tanah dipadatkan dalam 3 lapisan dan tiap lapisan ditumbuk sebanyak
25 kali.
15. Leher cetakan dibuka dan permukaannya diratakan menggunakan alat perata.
16. Sampel tanah ditimbang menggunakan timbangan digital.
17. Sebagian kecil sampel tanah dimasukkan ke dalam cawan.
18. Cawan yang berisi sampel tanah ditimbang lalu dimasukkan ke dalam oven.
19. Cawan yang berisi sampel tanah kering ditimbang.
20. Menghitung dan menganalisa data yang diperoleh.
E. DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN
1. Data
Diameter mold = 10.1 cm
Tinggi mold = 11 cm
Berat mold = 3758.00 gr
Jumlah pukulan/lapis = 25/lapis
Jumlah lapisan = 3 lapis
Volume mold = 880.856 cm3
B 2−B 1
Kepadatan (γ ) =
V
1540.000
=
880.856
= 1.748 gr/cm3
W 2−W 3
Kadar air (W) = x 100 %
W 3−W 1
16.430
= x 100 %
75.780
= 21.68%
γ x 100
Kepadatan kering (γ d ¿ =
100+W
1.748 x 100
=
100+21.68
= 1.44 gr/cm3
c) Sampel III
Berat tanah basah = B2 – B1
= 5340 – 3710.000
= 1630.000 gr
B 2−B 1
Kepadatan (γ ) =
V
1630.000
=
880.856
= 1.850 gr/cm3
W 2−W 3
Kadar air (W) = x 100 %
W 3−W 1
16.530
= x 100 %
66.410
= 24.89%
γ x 100
Kepadatan kering (γ d ¿ =
100+W
1.850 x 100
=
100+24.89
= 1.48 gr/cm3
d) Sampel IV
Berat tanah basah = B2 – B1
= 5390 – 3770.000
Jurusan Teknik Sipil
D4 Jasa Konstruksi
LABORATORIUM PENGUJIAN TANAH
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
= 1620.000 gr
B 2−B 1
Kepadatan (γ ) =
V
1620.000
=
880.856
= 1.839 gr/cm3
W 2−W 3
Kadar air (W) = x 100 %
W 3−W 1
14.660
= x 100 %
58.870
= 24.90%
γ x 100
Kepadatan kering (γ d ¿ =
100+W
1.839 x 100
=
100+24.90
= 1.47 gr/cm3
e) Sampel V
Berat tanah basah = B2 – B1
= 5500 – 3770.000
= 1730.000 gr
B 2−B 1
Kepadatan (γ ) =
V
1730.000
=
880.856
= 1.694 gr/cm3
W 2−W 3
Kadar air (W) = x 100 %
W 3−W 1
18.540
= x 100 %
69.180
= 26.80%
γ x 100
Kepadatan kering (γ d ¿ =
100+W
1.694 x 100
=
100+26.80
= 1.55
SAMPEL I II III IV V
Berat Mold + Tanah
gr 5260 5310 5340 5390 5500
Basah (B2)
3770,00
gr 3770,000 3770,000 3710,000 3770,000
Berat Mold (B1) 0
Berat Tanah Basah 1620,00
gr 1490,00 1540,000 1630,000 1730,000
(W3) 0
Volume Mold (V) cm³ 880,856 880,856 880,856 880,856 880,856
Kepadatan (ƴ) gr/cm³ 1,692 1,748 1,850 1,839 1,964
Kepadatan Kering
gr/cm³ 1,41 1,44 1,48 1,47 1,55
(ƴd)
No. Cawan 3 10 16 36 47
Berat Cawan + Tanah
gr 119,020 105,580 96,160 86,770 101,010
Basah (W2)
Berat Cawan + Tanah
gr 101,330 89,150 79,630 72,110 82,470
Kering (W3)
Berat Air gr 17,690 16,430 16,530 14,660 18,540
Berat Cawan (W1) gr 13,280 13,370 13,220 13,240 13,290
Berat Tanah Kering gr 88,050 75,780 66,410 58,870 69,180
Kadar Air (W) % 20,09 21,68 24,89 24,90 26,80
1.40
1.39
1.37
1.36
1.35
1.34
1.33
1.32
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Gambar 3.14.19 Grafik Kepadatan Kering Maksimum dan Kadar Air Optimum
F. KESIMPULAN
b. Bahan
H. DOKUMENTASI