Anda di halaman 1dari 2

KHOTBAH KATEGORIAL BAPAK

MINGGU, 8 APRIL 2012


MANAJEMEN LUMBUNG YUSUF
BACAAN: KEJADIAN 41:37-57
Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan!
Bacaan yang kita baca ini sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi kita. Tapi perhatian kita kini
bukanlah bagaimana Yusuf menjadi penguasa, tetapi bagaimana ia dapat mengatur kehidupan bangsa Mesir
menjadi bangsa yang mengalami swasembada pangan; mandiri secara makanan; cukup makan dan minum.
Kehidupan Yusuf sebagai orang yang berhasil dalam mengatur urusan makanan sebenarnya bermula dari
kehidupannya sebagai anak-anak, ketika ia sudah dibiasakan mengantar makanan kepada kakak-kakaknya.
Tentu ia tahu berapa jumlah kakak-kakaknya, berapa porsi makan mereka dan apa-apa yang menjadi menu
kesukaan mereka.
Kemudian ketika ia dijual ke Mesir dan tinggal di rumah Potifar, ia pun dipercayakan mengatur
kehidupan rumah tangga Potifar. Dalam hal ini tanggungjawabnya mengatur kesejahteraan pangan meningkat,
dari keluarganya sendiri kepada kehidupan keluarga majikannya. Namun oleh karena suatu persoalan dengan
istri Potifar, maka ia masuk ke penjara.
Di penjara pun, Yusuf sebenarnya bukan menjadi seorang tahanan, tetapi menjadi pengatur makanan
para nara pidana. Ini dibuktikan dengan persahabatannya dengan juru minuman dan juru roti, walaupun juru
roti kemudian digantung. Kemudian oleh bantuan juru minuman, Yusuf dapat mengartikan mimpi Firaun
tentang bulir-bulir gandum dan lembu-lembu yang makan memakan. Lagi-lagi berkaitan dengan makanan.
Bapak-bapak yang dikasihi Tuhan!
Yusuf menjadi pribadi yang unik, ketika kehidupannya berkaitan dengan pengaturan makanan. Ini
bukan berkaitan dengan masakan apa, tetapi bagaimana makanan itu diperoleh, apa yang akan dimasak, siapa
yang akan makan, berapa banyak makanan yang akan dimakan itu. Pengaturan hal tersebut memerlukan
standar kepintaran dan keterampilan dalam mengolah segala sesuatu.
Ini juga menjadi hal penting bagi Yusuf ketika ia dipercayakan mengatur segala sesuatu yang berurusan
dengan perut, yakni, semakin berjenjang dan bertingkat naik, dari perut keluarganya, perut orang lain (keluarga
Potifar dan para nara pidana), dan ke arah yang lebih besar, yakni perut seluruh orang Mesir. Namun demikian,
pada akhirnya Yusuf kembali lagi ke kehidupan keluarganya, ketika kakak dan adiknya datang ke Mesir untuk
membeli makanan. Perhatikan bagaimana Yusuf dapat memberi pengaruh, yaitu keluarga ke keluarga orang
lain ke keluarga besar penjara ke keluarga besar suatu negara kembali ke keluarganya sendiri. Ini berarti bahwa
lingkaran pengaruh yang dijalankan Yusuf, sebagai pemberkatan Tuhan, dengan mengatur secara baik
persoalan perut dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik.
Apa yang menjadi rahasia Yusuf? Beberapa hal yang dapat dikemukakan adalah:
Pertama, Yusuf dapat mempersiapkan masa depannya. Masa depan ini bukan hanya menyangkut masa depan
diri sendiri, tapi juga keluarga dan orang lain baik dalam skala kecil maupun skala besar. Ingatlah akan Firman
“ketika kita setia pada perkara kecil, Tuhan akan memberikan perkara yang besar”, demikian yang berlaku
kepada Yusuf.
Kedua, Yusuf cerdas mengatur dan menentukan rencana-rencana dalam hidupnya. Benar bahwa dia bukan
Tuhan yang dapat menentukan masa depan, tapi dia dikaruniai Tuhan hikmat untuk menentukan beragam
prioritas dalam hidupnya untuk kesejahteraan banyak orang.
Ketiga, Yusuf dapat membaca tanda-tanda zaman. Maksudnya, ketika diperhadapkan pada mimpi Firaun,
pikiran Yusuf tertuju pada segala sesuatu yang dapat menjadi penyebab tahun-tahun gemuk dan segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi sehingga terjadi tahun-tahun kurus. Hidup yang gemuk dan kurus dapat bergantung
pada faktor-faktor seperti cuaca yang tidak baik sehingga buah pohon tidak baik kalau banyak hujan atau
malah layu kalau musim panas, atau keadaan sosial yang rawan seperti konflik yang kita alami lalu, dan lain
sebagainya. Tapi juga tahun gemuk dan kurus dapat pula bergantung pada faktor-faktor manajemen yang
kurang baik, seperti pola hidup boros dan tidak memikirkan kebutuhan masa depan.
Ketiga, sederhana saja, Yusuf menabung. Ia menabung banyak hal. Pertama-tama, ia menabung perilaku yang
baik dan dapat dipercaya. Ini modal hidupnya ketika berjumpa dengan banyak orang dan bergaul dengan
mereka. Ia merupakan pribadi yang layak dipercaya.
Kemudian ia menabung barang. Ketika itu yang ditabungnya adalah gandum, jadi ia membuat lumbung
sebagai persediaan makanan untuk digunakan pada tahun kurus. Sebenarnya ini merupakan suatu kearifan
lokal yang diwariskan oleh para orang tua kita. Mereka membangun lumbung sebagai persediaan makanan
pada tahun sulit dan kurus. Yusuf pun demikian, ia mengatur secara baik hasil pada musim gemuk sebagai
persediaan pada musim kurus. Ketika tiba musim kurus, secara perlahan ia mengatur pengeluaran sehingga
cukup untuk tujuh tahun dimakan oleh satu negara. Ini merupakan gambaran manusia cerdas dan memiliki
hikmat Allah.
Terpujilah Allah yang mengaruniakan kecerdasan dan hikmat kepada kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai