8 5 1 3 KAK Pedoman Penanganan Masalah Kebakaran Di Puskesmas Saparua
8 5 1 3 KAK Pedoman Penanganan Masalah Kebakaran Di Puskesmas Saparua
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS AMPANA TIMUR
Jl. Kolomboi Desa Sabulira Toba (0464) 21223 Ratolindo 94683
E-Mail : puskesmasampanatimur05@gmail.com
A. PENDAHULUAN
B. Latar belakang
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Api terjadi karena persenyawaan
dari: Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi
kimia dan perubahan kimia. Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar,
kayu, plastik dan sebagainya. Oksigen (tersedia di udara) Apabila ketiganya bersenyawa maka
akan terjadi api. Dalam pencegahan terjadinya kebakaran kita harus bisa mengontrol Sumber
panas dan Benda mudah terbakar, misalnya Dilarang Merokok ketika Sedang Melakukan
Pengisian Bahan Bakar, Pemasangan Tanda-Tanda Peringatan, dan sebagainya.Apabila sudah
terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya Oksigen dalam kebakaran
tersebut. Contoh mudahnya seperti ketika kita menghidupkan lilin, lalu coba kita tutup dengan
gelas maka api pada lilin tersebut akan mati karena oksigen yang berada di luar gelas tidak
dapat masuk dan oksigen yang berada dalam gelas berubah menjadi Karbon Dioksida (CO2)
yang mematikan api.
Ketika kita memadamkan kebakaran dengan mengunakan APAR, karung goni yang
basah dan pasir yang terjadi adalah kita mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut asal
semua permukaan api tertutupi oleh ketiga media pemadaman tersebut dan api akan mati
seperti lilin yang kita tutup memakai gelas tadi. Bila kita menggunakan air sebagai media
pemadaman maka terjadi reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran
tersebut.
C. PENGERTIAN
1. Berikut ini beberapa Definisi terkait dengan Kebakaran
a. API : proses oksidasi cepat dari bahan bakar (berupa cair, padat dan gas) dipacu
adanya sumber energi yang menghasilkan panas, asap dan cahaya.
Untuk dapat mengevaluasi potensi kebakaran secara akurat dan tepat, diperlukan
pemahaman secara rinci tentang karakteristik dari tipikal kebakaran yang mungkin
terjadi berdasarkan kategori dan klasifikasi potensi kebakaran.
1) Pengaturan tata letak dan timbunan bahan mudah terbakar seperti bahan baku,
bahan pendukung proses dan produk ditinjau dari kemudahan penjalaran api karena
aliran barang/ bahan yang bersifat terbuka antar proses
2) Masalah kendaraan/ peralatan pengangkut
3) Problem jumlah pekerja dan akses keluar
4) Ketersediaan dan kelengkapan sisem proteksi kebakaran
1. ManfaatSistemManajemenPenanggulangan Kebakaran
c. Dana : semua kegiatan yang menggunakan sarana, sumber daya manusia dan
teknologi tidak akan terlepas dari kebutuhan dana
1.Kepatuhan dan ketaatan dalam bentuk tindakan dan perbuatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan
program.
a. Pengertian
Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang
untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
1) Cairan (air);
2) Tepung Kering;
3) Fire extinguisher
1) Pemasangan :
1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
2. Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas
satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan, atau disesuaikan
dengan kondisi tempat yang ada.
3. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan jenis
dan penggolongan kebakaran.
4. Penempatan alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu
dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh
pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja, atau disesuaikan dengan
rencana pengadaan APAR.
8. Lemari atau peti (box) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus
diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
10 Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) harus disesuaikan
dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan.
11. Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian
paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai
kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih
rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang
15 cm dan permukaan lantai.
12. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau
tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C, kecuali
apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas
tersebut.
13. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi
dengan tutup pengaman.
2) Pemeliharaan
1. Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun,
yaitu :
2. Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan
yang tidak cacat.
c) Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang
tidak boleh retak atau menunjukan tanda-tanda rusak;
Dalam upaya peningkatan pengetahuan serta ketrampilan sumber daya manusia yang
dimiliki puskesmas , maka perlu dilaksanakan:
1. Pelatihan penggunaan alat pemadam api ringan bagi seluruh pegawai Puskesmas .
K. Sasaran