Anda di halaman 1dari 12

INSTRUMEN EVALUASI

MAKALAH

Disusun oleh:

JULIA NI’MATUNNISA 0102521039


AUDY RIFDAH WIDYASTUTI 0102521041
MOHAMMAD MAIMUN MUHIBBUDDIN 0102521043

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No 20 Tahun 2003, Pasal 1 Ayat
1) Hasil dari berbagai proses pembelajaran tersebut akan membentuk potensi dan karakter
peserta didik yang bermutu, dan dengan terlahirnya peserta didik yang bermutu secara tidak
langsung akan membentuk pendidikan yang bermutu pula. Mutu pendidikan menjadi
orientasi dalam penyelenggaraan pendidikan oleh seluruh pemangku pendidikan. Berbagai
program dan upaya dalam peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah
mamun belum juga mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Dalam peroses penetapan mutu lembaga pendidikan perlu melihat fakor-faktor
peningkatan mutu dari banyak sisi, dan tidak hanya puas terhadap hasil dari proses
pengakuan terakreditasi saja melainkan memiliki motivasi tinggi terhadap peningkatan
mutu atau pelampauan mutu dari standar mtu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal
91 berisi pernyataan bahwa setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal
wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui SNP (Suharsaputra, 2013: 383-384). Dengan
pemenuhan seluruh standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut maka tingkat
pendidikan di Indonesai akan semakin bermutu dan mampu melahirkan lulusan yang
berdaya saing.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk intrumen evaluasi?
2. Bagaimana instrument evaluasi dalam penjaminan mutu?

2
BAB II

PEMBAHASAN

Instrumen merupakan suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat
digunakan sebagai alat ukur atau pengumpulan data mengenai suatu variabel. Dalam bidang
penelitian instrumen juga diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variable-
variable penelitian sebagai kebutuhan penelitian. Sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen
digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Menurut (Djaali & Pudji Mulyono, 2007),
beberapa faktor yang diduga berpengaruh yaitu terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar,
keberhasilan proses belajar-mengajar dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.

A. Intrumen Evaluasi
Instrumen Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu tes dan non tes. Yang termasuk kelompok
tes adalah tes tertulis (essay), tes hasil belajar (objektif), tes tindakan (performance test).
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok non tes ialah skala sikap, skala penilaian,
observasi, wawancara, angket dokumentasi dan sebagainya.
1. Tes
a. Pengertian
Menurut Sudijono (1996), tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang
mempunyai standar objektif, sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta dapat
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu. Sedangkan menurut Norman (1976), tes merupakan salah satu prosedur
evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan (Djaali & Pudji Mulyono, 2007).
b. Fungsi
Menurut Anas Sudijono (2001: 67) secara umum ada dua fungsi tes yaitu:
1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik
setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

3
2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program mengajar di sekolah. Melalui tes akan
dapat diketahui sudah berapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan atau
dicapai.
c. Bentuk
1) Tes tertulis (Essay)
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban
uraian, baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian
ini, khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk
mengorganisasikan dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata
sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid untuk berfikir kritis yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pertanyaan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Memecahkan masalah
2. Menganalisa masalah
3. Membandingkan
4. Menyatakan hubungan
5. Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).
Tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas
(restricted respons items) dan uraian bebas (extended respons items). Contoh untuk
masing-masing jenis tes ini dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka.
Contoh:
Coba sebutkan manfaat belajar penaksiran dalam kehidupan sehari-hari dan berikan
contohnya.
2. Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas.
Contoh:
Toni akan memasukkan 21 kelereng merah dan 28 kelereng biru ke dalam kotak. Tiap
kotak berisi kelereng merah yang sama banyak dan kelerengn biru yang sama
banyak pula. Berapa banyak kotak yang diperlukan?. Berapa kelereng merah dan
kelereng biru dalam setiap kotak?

Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah dengan pedoman sebagai
berikut:

4
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal tersebut dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
2. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang, menyontek dan bertanya yang
lainya hendaknya sesuatu kalimat pada soal berlawanan dengan buku pelajaran.
3. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-
pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan bervariasi.
4. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
5. Sebelum siswa mengerjakan soal hendaklah seorang siswa mengemukakan cara
mengerjakannya.
2) Tes Hasil Belajar (Objektif)
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam
terhadap semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan
istilah tes jawaban pendek (short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang
terdiri dari butir-butir soal (items) ini dapat dijawab oleh siswa dengan jalan memilih
salah satu (atau lebih). Di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan pada masing masing items, jalan menuliskan jawabannya berupa kata-
kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-
masing butir yang bersangkutan.
Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif yaitu:
1. Bentuk melengkapi (completion test)
2. Pilihan ganda (multiple choice)
3. Mencocokkan (matching)
4. Bentuk pilihan benar-salah (true false).
3) Tes Tindakan (Performance Test)
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar
yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa
yang diperintahkan dan ditanyakan. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai
kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk

5
juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan
kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.
Penilaian ini juga cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Cara penilaian ini dianggap lebih
otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan
peserta didik yang sebenarnya.
Contoh tes tindakan:
Siswa diajarkan oleh guru di depan kelas bagaimana cara mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran aktif tipe jigsaw.

2. Non Tes
Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak mengunakan tes.
Teknik penilaian ini umumnya digunakan untuk menilai kepribadian anak secara
menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-
lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu
maupun secara kelompok. Berikut adalah beberapa instrumen non tes yang sering
dgunakan dalam evaluasi dibidang pendidikan:

1) Observasi

Terdapat dua rumusan tentang pengertian observasi, yaitu pengertian secara


semmpit dan luas. Dalam arti sempit, observasi berarti pengamatan secara langsung
terhadap apa yang diteliti, Dalam arti luas observasi meliputi pengamatan yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti
(Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011). Menurut Susilo Surya dan Natawidjaja
(dalam Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011: 48-49) membedakan observasi menjadi
3 yaitu:

1. Observasi partisipatif

2. Observasi sistematis

3. Observasi experimental.

6
2) Angket

Sedangkan menurut Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 95-97) dilihat dari
bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga yaitu: angket terbuka, angket
tertutup dan angket terbuka tertutup.
1. Angket terbuka
2. Angket tertutup
3. Angket terbuka dan tertutup
3) Wawancara
Dalam wawancara ada beberapa persyaratan penting yang perlu diperhatikan:
1. Adanya interaksi atau tatap muka guru dengan siswa
2. Adanya percakapan verbal diantara mereka dan memiliki tujuan tertentu

Dalam konteks evaluasi pendidikan, wawancara dapat dilakukan secara individual


maupun secara berkelompok, dimana seorang guru bertatap muka dan melakukan
prosesi tanya jawab terhadap siswanya. Di samping itu wawancara dapat dilakukan
baik sebelum, selama dan sesudah proses belajar mengajar berlangsung (Sukardi,
2008).

4) Daftar check
Merupakan sebuah daftar yang memuat sejumlah pernyataan singkat, tertulis
tentang berbagai gejala yang dimaksudkan sebagai penolong pencatatan ada tidaknya
sesuatu gejala dengan cara member tanda cek (V) pada setiap pemunculan gejala
yang dimaksud. Daftar cek bertujuan untuk mengetahui apakah gejala yang berupa
pernyataan yang tercantum dalam daftar cek ada atau tidak ada pada seorang individu
atau kelompok (Ign. Masidjo, 1995).

5) Skala Nilai/Rating Scale

Skala rating merupakan alat ukur keterampilan yang juga tergolong alat ukur non tes.
Seperti alat ukur daftar cek list, alat ukur ini juga sudah lama digunakan dibidang
evaluasi pendidikan. Pada umunya, alat ukur rating terdiri atas dua bagian, yaitu:

7
1. Satu rangkaian karakteristik atau kualitas yang hendak dinilai
2. Beberapa tipe skala ukur yeng menunjukkan tingkat atau derajat atribut subjek
atau objek yang ada (Crondlund & Linn, dalam Sukardi, 2008).

B. Syarat Instrumen Evaluasi

Instrumen evaluasi hendaknya memenuhi syarat sebelum di gunakan untuk


mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang
tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau hasil tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika
terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Menurut Wina Sanjaya (2008: 352-354), mengatakan bahwa syarat-syarat alat evaluasi
yang baik harus:
1. Memberikan motivasi
2. Validitas
3. Adil
4. Terbuka
5. Berkesinambungan
6. Bermakna
7. Menyeluruh
8. Edukatif.

C. Evaluasi Diri Sekolah (EDS)


Salah satu dalam penjaminan mutu yaitu dengan EDS (Evaluasi Diri Sekolah)
karena dengan itu dapat terlihat bagaimana sekolah dalam memanajemen sekolahnya dan
di sini dapat terlihat keadaan sekolah dengan melihat laporan EDS yang telah di laporkan
setiap satuan pendidikan. Sehingga Dinas Pendidikan dapat mengetahui permasalahan
yang dihadapi setiap sekolah dan mencoba mengevaluasi setiap satuan pendidikan agar
menjadi lebih baik khususnya dalam penjaminan mutu pendidikan. Sekolah sebagai satuan
pendidikan tidak akan menjadi berkualitas baik atau unggul dengan sendirinya, melainkan

8
melalui berbagai upaya yang harus dilakukan dan sudah menjadi kebijakan sekolah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah proses yang mengikutsertakan semua
pemangku kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai mutu penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu pada 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Melalui EDS dan kemajuan sekolah dapat diketahui dan aspek-aspek
yang memerlukan peningkatan dapat diidentifikasi. Permendiknas RI No. 63 Tahun 2009
Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) pada pasal 5 mengharuskan setiap
satuan pendidikan melaksanakan kegiatan penjaminan mutu pendidikan secara internal.
Salah satu program yang dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan dalam rangka
penjaminan mutu pendidikan adalah EDS/M. Program ini dilaksanakan oleh Tim
Pengembang Sekolah/ Madrasah (TPS/M).
Pada panduan Evaluasi Diri Sekolah (2010:16) dinyatakan bahwa evaluasi secara
umum merupakan suatu proses pengumpulan serta pemrosesan data dan informasi yang
akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengelolaan dan pengembangan
sekolah. Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana
suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu
standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya, serta bagaimana
manfaat yang telah dikerjakan bila dibandingkan dengan harapan – harapan yang ingin
diperoleh (Husein Umar, 2002:36). Ada beberapa tahapan yang digunakan dalam evaluasi
diantaranya: menentukan apa yang akan dievaluasi, merancang design kegiatan,
pengumpulan data, pengolahan data serta analisis, dan terakhir adalah pelaporan hasil
(Husein Umar, 2002:38-39) Pasal 10 Permendiknas RI No. 63 Tahun 2009 Tentang SPMP,
pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan
dalam bentuk kegiatan EDS/M ditujukan untuk memenuhi tiga tingkatan acuan mutu, yaitu
SPM, SNP, dan standar mutu pendidikan.
Pengisian Instrumen EDS dilakukan oleh Tim Pengembang Sekolah (TPS) setelah
data dan bukti fisik sekolah terkumpul untuk memasukkan ke dalam indikator dan
komponen sesuai dengan 8 SNP. Untuk pengisian instrumen, TPS harus memahami PP
dan Permendiknas yang terkait dengan 8 SNP dan kemudian memahami setiap
indikatornya diantaranya standar isi, standar proses, standar kelulusan, standar sarana dan

9
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, dan standar penilaian, kemudian menuliskan deskripsi sekolah berdasarkan
kondisi riil sekolah dan bukti fisik dan yang terakhir menentukan tahap pengembangan
pencapaian indikator berdasarkan kriteria/ rubrik
Data yang diperlukan untuk melakukan evaluasi diri sekolah tidak semuanya
kuantitaif (dapat diskorkan) dan tertampung dalam instrumen EDS ini. Oleh karena itu,
selain mengisi instrumen EDS ini, responden juga dapat menuliskan atau mendeskripsikan
secara naratif dan lebih rinci tentang kondisi sekolah yang belum tercakup secara eksplisit
dalam instrumen ini. Bahkan, responden disarankan untuk melakukan cek dan ricek
sebelum mengisi instrumen ini agar diperoleh data yang valid, terpercaya, dan menyeluruh
tentang sekolah sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan sekolah secara
berkelanjutan. Hasil penyusunan EDS dapat dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana
Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) kedepan sehingga
pihak sekolah mengetahui mana yang harus diperbaiki ataupun dikembangkan terlebih
dahulu serta dapat mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan sekolah.
Instrument EDS terdiri dari 8 bagian sesuai dengan 8 SNP. Setiap bagian terdiri
atas serangkaian pertanyaan terkait dengan SNP sebagai dasar bagi sekolah dalam
memperoleh informasi kinerjanya yang bersifat kualitatif. Setiap standar bisa berisi dari
beberapa aspek yang memberikan gambaran lebih menyeluruh. Setiap aspek dari standar
terdiri dari 4 tingkat pencapaian: tingkat pencapaian 1 berarti kurang, 2 berarti sedang, 3
berarti baik, dan 4 berarti amat baik. Tiap tingkatan pencapaian memiliki beberapa
indikator. Pada bagian akhir dari aspek setiap standar, terdapat halaman rekapitulasi untuk
menuliskan hasil pencapaian yang diperoleh. Halaman rekapitulasi ini terdiri dari bukti
fisik yang menguatkan pengakuan atas tingkatan pencapaian, deskripsi umum temuan,
penetuan tingkat pencapaian kinerja sekolah. Tingkat pencapaian pada tiap standar dalam
instrument ini dapat digunakan sekolah untuk menilai kinerjanya pada standar tertentu.

10
BAB III
Kesimpulan

Bentuk instrument evaluasi diantaranya; 1. Tes, bentuknya ada essay, objektif dan
performance test, dan 2. Non tes, bentuknya ada; observasi, akngket, wawancara dan daftar
check, dan skala nilai. Untuk menilai atau mengevaluasi penjaminan mutu di sekolah ada
beberapa cara, di makalah ini dipilih Evaluasi Diri Sekolah (EDS) sebagai salah satu alat
untuk penjaminan mutu di sekolah. Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah proses yang
mengikutsertakan semua pemangku kepentingan untuk membantu sekolah dalam menilai
mutu penyelenggaraan pendidikan berdasarkan indikator-indikator kunci yang mengacu
pada 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pengisian Instrumen EDS dilakukan oleh Tim
Pengembang Sekolah (TPS) setelah data dan bukti fisik sekolah terkumpul untuk
memasukkan ke dalam indikator dan komponen sesuai dengan 8 SNP. Untuk pengisian
instrumen, TPS harus memahami PP dan Permendiknas yang terkait dengan 8 SNP dan
kemudian memahami setiap indikatornya diantaranya standar isi, standar proses, standar
kelulusan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, dan standar penilaian, kemudian menuliskan deskripsi
sekolah berdasarkan kondisi riil sekolah dan bukti fisik dan yang terakhir menentukan
tahap pengembangan pencapaian indikator berdasarkan kriteria/ rubric.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djaali & Mulyono, Pudji. (2007). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo

Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogjakarta: Kanisius.

Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011) Pemahaman Individu (teknik Non Tes). Kudus:

Sudijono, Anas. (2001). Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media
Group.

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

12

Anda mungkin juga menyukai