Anda di halaman 1dari 10

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang terletak dalam pertemuan 5
lempeng dunia, selain itu Indonesia juga terletak direntetan gunung berapi mulai dari aceh
hinga ke Maluku. Akhir-akhir in berbagai bencana sepertinya belum bisa lepas dari
Negara kita mulai dari kebakaran pabrik, banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan
letusan gunung berapi, hal ini menggambarkan bahwa masih rentannya masyarakat
menjadi korban bencana. Bencana yang pernah kita kenal ada dua macam yaitu bencana
yang bersifat umum ( menyangkut orang banyak ) dan bencana yang hanya terjadi pada
satu orang atau beberapa orang saja atau sering kita sebut sebagai kecelakaan. Kecelakaan
umumnya terjadi secara mendadak dan seringnya kita sebagai tenaga kesehatan tidak
cukup siap untuk menolong korban walaupun berpuluh-puluh teori sudah kita pelajari.
Kita tentu mengingat tentang Gawat Darurat, bahkan kata-kata itu sudah menjadi katakata
setiap hari yang sering kita ucapkan walaupun belum tentu benar dalam mengartikannya.
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan
penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancamannyawa korban.
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan keperawatan
yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang
mengancam kehidupan. Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah untuk: 1.
Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat. 2. Merujuk pasien gawat darurat melalui system
rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai. 3. Penanggulangan korban
bencana.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Apakah pencegahan primer, sekunder dan tersier pada gawat darurat ?

1.2.2

Apakah pencegahan primer sekunder dan tersier pada gawat darurat di berbagai system ?

1.3 Tujuan 1.3.1

Untuk mengetahui pencegahan primer, sekunder tersier pada gawat darurat

1.3.2

Untuk mengetahui pencegahan primer sekunder dan tersier pada gawat darurat di
berbagai system

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pencegahan Primer Upaya yang ditujukan kepada orang-orang sehat dan kelompok
resiko tinggi yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk mengalami
Multi trauma. Tujuan dari pencegahan primer yaitu untuk timbulnya Multi Trauma

pada individu yang beresiko

mencegah

mengalami Multi

Trauma atau pada populasi umum. Sasaran pencegahan primer yaitu orangorang yang
belum sakit dan klien yang beresiko terhadap kejadian Multi Trauma. Pencegahan primer
adalah intervensi biologi, sosial, atau psikologis yang bertujuan meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan atau menurunkan insiden penyakit di masyarakat dengan mengubah
faktor-faktor penyebab sebelum

membahayakan

seperti

penyuluhan

kesehatan,

pengubahan

lingkungan, dukungan system social. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan : 2.1.1

Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehataan merupakan salah satu bagian dari


pencegahan primer yang mampu dilakukan. Penyuluhan kesehatan mencakup
memperkuat individu dan kelompok melalui pembentukan kompetensi. Asumsinya
adalah banyak respon maladaptive terjadi akibat kurangnya kompetensi. Hal ini meliputi
kurangnya control yang dirasakan terhadap kehidupan seseorang, rasa keefektifan diri
yang rendah, kurang efektifnya strategi koping, dan harga diri rendah yang terjadi.
Penyuluhan kesehatan mencakup empat tingkat intervensi berikut ini. 1.

Meningkatkan kesadaran individu atau kelompok tentang masalah dan peristiwa yang
berhubungan dengan sehat dan sakit, seperti tugas perkembangan normal.

2.

Meningkatkan pemahaman seseorang tentang dimensi stressor yang potensial,


kemungkinan hasil (baik adaptif maupun maladaptif), dan respon koping alternative. 3

3.
Meningkatkan

pengetahuan

seseorang tentang dimana

dan

bagaimana memperoleh sumber yang diperlukan. 4.

Meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah individu atau kelompok, keterampilan


interpersonal, toleransi terhadap stres dan frustasi, motifasi, harapan, dan harga diri.

2.1.2

Pengubahan lingkungan Intervensi preventif mungkin dilakukan untuk memodifikasi


lingkungan terdekat individu atau kelompok atau system social yang lebih besar.
Intervensi ini terutama bermanfaat apabila lingkungan menempatkan tuntutan baru
kepada pasien, tidak tanggap terhadap kebutuhan perkembangan, dan hanya memberikan
sedikit dukungan. Pengubahan lingkungan meliputi jenis berikut ini. 1.

Ekonomi Mengalokasikan sumber untuk bantuan financial atau bantuan anggaran dan
pengelolaan penghasilan.

2.

Pekerjaan Menerima tes pekerjaan, bimbingan, pendidikan, atau pelatihan kembali yang
dapat menghasilkan pekerjaan atau karir baru.

3.

Perumahan Pindah ketempat baru, yang berarti meninggalkan atau kembali pada keluarga
dan teman; memperbaiki rumah yang sudah ada; mendapatkan atau kehilangan keluarga,
teman atau teman sekamar.

4.

Keluarga Memasukkan anak pada fasilitas perawatan, taman kanakkanak, sekolah dasar,
atau berkemah, mendapatkan pelayanan rekreasi, social, keagamaan, atau komunitas.

5. Politik

Memengaruhi struktur dan prosedur pelayanan kesehatan; berperan


serta

dalam

perencanaan

dan

pengembangan

komunitas; mengatasi masalahlegislatif. 2.1.3

Dukungan system social Penguatan dukungan social adalah cara mengurangi atau
memperkecil pengaruh dari peristiwa yang berpotensi menimbulkan sters. Empat jenis
intervensi preventif yang mungkin adalah: 1. Mengkaji lingkungan masyarakat untuk
mengidentifikasi area masalah dan kelompok resiko tinggi. 2. Meningkatkan hubungan
antara system dukungan masyarakat dan pelayanan kesehatan jiwa formal. 3. Menguatkan
jaringan pemberian pelayanan yang ada, meliputi kelompok

gereja,

organisasi

masyarakat,

kelompok

wanita,

dukungan tempat kerja, dan lingkungan, dan self-help group. 4. Membantu individu atau
kelompok dalam mengembangkan, mempertahankan, memperluas, dan menggunakan
jaringan social yang tersedia.

2.2 Pencegahan Sekunder Tujuan dari pencegahan skunder kegawat daruratan yaitu
Pendeteksian dini Multi Trauma serta penanganan segera sehingga komplikasi dapat
dicegah. Sasaran pencegahan skunder yaitu pasien multi trauma yang baru terdiagnosa
dan Kelompok penduduk resiko tinggi ( supir, tukang ojek, Balita, Pekerja bangunan,
pemanjat tebing ). Pencegahan skunder termaksud menurunkan prevalensi ganguan.
aktifitas pencegahan skunder meliputi penemuan kasus dini, skrining dan pengobatan
efektif yang cepat. intervensi krisis adalah suatu modalitas terapi pencegahan sekunder
yang penting. 2.2.1

Krisis Krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang
menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri seseorang. Mekanisme koping yang
biasa digunakan seseorang. Mekanisme koping yang biasa digunakan seseorang menjadi
tidak efektif untuk mengatasi
ancaman,

dan 5

orang

tersebut

mengalami

suatu

ketidakseimbangan serta peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pencetus biasanya


dapat diidentifikasi. Tujuan intervensi krisis adalah individu pada tingkat fungsi sebelum
krisis. Krisis memiliki keterbatasan waktu, dan konflik berat yang ditimbulkan dapat
menstimulasi pertumbuhan personal. Apa yang dilakukan seseorang terhadap krisis
menentukan pertumbuhan atau disorganisasi bagi orang tersebut. 2.2.2

Factor pengimbang Dalam menguraikan resolusi krisis, beberapa factor pengimbang yang
penting perlu dipertimbangkan. Keberhasilan resolusi krisis kemungkinan besar terjadi
jika persepsi individu terhadap peristiwa adalah realististis bukan menyimpang, jika
tersedia dukungan situasional sehingga orang lain dapat membatu menyelesaikan
masalah, dan jika tersedia mekanisme koping untuk membantu mengurangi ansietas.

2.2.3

Jenis –jenis krisis a.

Krisis maturasi. Krisis maturasi merupakan masa transisi atau perkembangan dalam
kehidupan seseorang pada saat keseimbangan psikologis terganggu, seperti pada masa
remaja, menjadi orang tua, pernikahan, atau pensiun. Krisis maturasi menuntut perubahan
peran. Sifat dan besarnya krisis maturasi dapat dipengaruhi oleh model peran, sumber
interpersonal yang memadai, dan kesiapan orang lain dalam menerima peran baru.

b. Krisis situasi. Krisis situasi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu mengganggu

keseimbangan

psikologis

individu

atau

keseimbangan kelompok. Contohnya yaitu kehilangan pekerjaan, perceraian, kematian,


masalah sekolah, penyakit dan bencana.

2.3 Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka


kesembuhan, angka survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam mengatasi
penyakit. Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi beratnya gangguan
dan disabilitas yang berkaitan. Rehabilitasi adalah proses yang memungkinkan individu
untuk kembali ke tingkat fungsi setinggi mungkin.

2.4 Pencegahan primer skunder dann tersier berdasaran letak trauma : 2.4.1

Trauma kepala dan wajah a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk
pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada

masyarakat luas melalui lembaga

swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke


penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita
selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan

kendaraan dengan

kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan
pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat
menaiki bangunan yang tinggi. b. Pencegahan sunder 1) Penanganan segera secara cepat
dan tepat pada penderita Multi Trauma: Pada cedera Otak : a) Pertahankan kepala harus
berada dalam posisi gais tengah b) Untuk jaringan yang terkoyak dari wajah, semua
jaringan dan organ yang lepas dikembalikan ke tempat semula. c) Berikan sedatif untuk
mengatasi agitasi, ventilasi mekanis d) Berikan obat untuk menghentikan kejang :
Benzodiazepin. e) Tindakan untuk menurunkan TIK 2) Pencegahan komplikasi akut dan
kronis : a) cegah perdarahan yang hebat

c. Pencegahan tersier 1) pada cedera kepala ringan : a) Klien harus didampingi oleh
seseorang selama waktu 24 jam sesudah cedera. b) Jangan meminum minuman
beralkohol selama 24 jam.beristirahat selama 24 jam berikutnya c) Jangan mengemudikan
kendaraan, mengoperasikan mesin, atau mengamibil keputusan yang penting. 2.4.2

Trauma Toraks dan Leher a.

Pencegahan primer paya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat dan lembaga
sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan Helm saat mengemudi
kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan
Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat
memanjat harus menggunakan pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan
agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi.

b.

Pecegahan skunder 1) Tindakan untuk mengeluarkan cairan yang masif lewat Chest tube
2) Bebaskan jalan napas dengan mengatur posisi mandibula yang tepat

2.4.3

Trauma Abdomen a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk


pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada

masyarakat luas melalui lembaga

swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke


penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita
selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan 8

kendaraan dengan

kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan
pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat
menaiki bangunan yang tinggi. b. Pencegahan skunder : Lakukan pemeriksaan Fisik
secara cermat. c. Pencegahan tersier 1)

Pada Trauma Limpa :  Imunisasi rutin dengan vaksin pneumucocus, dilakukan pada
pasien yang baru menjalani splenektomi yang baru pulanng dari rumah sakit, untuk
mengurangi risiko overwhelming postsplenectomy infection ( OPSI)  Pada

pasien

yang

mengalami

hematoma

Limpa

Subkapsular Menghindarai aktivitas yang berat dan olahraga fisik selama kurang lebih 3
bulan untuk mencegah

terjadinya
perdarahan

ulang

yang

menyebabkan ruptur limpa. 2)

Pada pasien yang mengalami cedera colon :  Pasien yang diduga cedera colon atau
rekrum harus diberikan

profillaksis

antibiotik

parenteral

untuk

mengatasi kuman – kuman gram negatif aerob ( se perti Escherichia Coli ), dan anerob
( seperti Bcateroides fragilis ), sehingga kadar darah yang adekuat dapat dicapai pada saat
laparatomi. 3) Pada cedera vaskular abdomen : tindakan umtuk mencegah hipotermi 4)
Menghangatkan semua cairan infus kristaloid dan darah 5) Menggunakan rangkaian
proses pemanasan leawt ventilator 6) Memberikan selimut hangat dan memasang lampu
Menutup kepala pasien. 2.4.4

Trauma Tulang Belakang a. Pencegahan primer paya yang dilakukan perawat untuk
pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada 9

masyarakat luas melalui lembaga

swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke


penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita
selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan

kendaraan dengan

kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan
pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat
menaiki bangunan yang tinggi. b. Pencegahan skunder 1) Pasien harus di imobilisasi a.

Stabilisasi kepala dengan memfiksasinya dalam posisi segaris dan memerintahkan kepada
pasien untuk tidak menggerakkan leher atau kepalanya.

b.
Pengkajian fungsi motorik dan sensorik

c.

Bantuan langsung untuk memasang serta mengunci kollar servilkal yang kaku sesuai
dengan ukuran, menggulingkan tubuh pasien satu garis ke sisi tubuhnya serta memasang
papan punggung dan mengikat tali papan punggung serta alat penyangga kepala dan
pitanya.

d.

Cegah hipoksia dengan mempertahankan saturasi oksigen yang melibihi 90 % dan nilai
hematokrit yang melibihi 30 %.

2.4.5

Trauma Muskuloskeletal a. Pencegahan primer Upaya yang dilakukan perawat untuk


pencegahan primer meliputi penyuluhan kepada

masyarakat luas melalui lembaga

swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke


penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita
selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan

kendaraan dengan

kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan
pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja

10

bangunan agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi. b. Pencegahan
skunder 1) Untuk

mengendalikan perdarahan lakukan penekanan

langsung ( Turniket) 2) Apabila benda yang menancap maka harus distabilkan dengan
metode apa saja, sehingga mencegah trauma lebih lanjut. 3) Imobilisasi fraktur :
Pembidaian bagian atas dan bawah fraktur, meliputi persendian proksimal dan distal. 4)
Pada pasien yang fraktur : a) Pembatasan aktivitas yang sederhana dengan penggunaan
mitela dan kruk b) Reposisi tertutup diikuti oleh pemasangan gips. c. Pencegahan tersier
1) Untuk menangani avulsi yaitu : a) memantau dan mengendalikan perdarahan dengan
penekanan langsung b) rigasi flap kulit yang dilakukan dengan hati – hati, dan selanjutnya
ditutupi dengan balutan yang tebal, steril serta basah. 2) Imobilisasi fraktur : Pembidaian
dengan pemasangan bantalan (pad ) untuk mencegah disrupsi kulit yang lebih lanjut. 3)
Untuk mencegah terjadinya fraktur yang lebih lanjut : pasien yang akan dipulangkan : a)
Perawatan gips harus disampaikan dan dicatat
b) Paien yang menggunkan kruk : harua mengajarkan cara berjalan yang tepat.

BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa korban. Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit
yang mengancam kehidupan. Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah untuk: 1.
Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat. 2. Merujuk pasien gawat darurat melalui system
rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai. 3. Penanggulangan korban
bencana.

DAFTAR PUSTAKA
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika: Yogyakarta. Oman K. S.
2008 . Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC. Jasa KZ, Fachrul, dkk.
2014. Lauran Pasien Cedera Kepala Berat yang Dilakukan operasi Kraniotomi Evakuasi
Hematoma atau Kraniektomi Dekompresi di RSU Dr. Zaenoel Abidin Banda Aceh.
Vol.3, No.1 (8-14). Hastuti Dwi. 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Antisipasi
Cedera Dengan Praktik Pencegahan Cedera pada Anak Wilayah Puskesmas Jelengkong
Kabupaten Bandung. Vol.3, No.1 (5262). Takatelid, Lucky, dkk. 2017. Pengaruh Terapi
Oksigenasi Nasal Prong Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di
Instalasi Gawat Darurat RSUP. Prof. DR. R. D.Kandou Manado. Vol.5, No.1.

Anda mungkin juga menyukai