Perbaikan
Perbaikan
E
DENGAN PRE DAN POST APPENDISITIS AKUT
DI RUANG MARANATHA 2
RS MARDI RAHAYU KUDUS
DISUSUN OLEH :
ESTU MARIASTUTI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2018 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui tercipta masyarakat bangsa dan negara Indonesia
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal di seluruh Republik Indonesia.
(Departemen Kesehatan,2013)
Kesehatan adalah milik yang sangat berharga bagi seseorang tanpa berarti segala aktivitas
akan berhenti dengan menyadari bagi hal itu setiap orang akan dituntut untuk meningkatkan
dan mempertahankan kondisi tubuhnya kuat sehingga tidak akan mudah diserang berbagai
penyakit, diantaranya appendisitis akut. Appendisitis akut adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen.
Penyakit appendisitis akut merupakan salah satu masalah kesehatan dimana angka
prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkannya juga merupakan salah satu penyebab
tingginya angka morbiditas dan mortalitas.
(Departemen Kesehatan,2013)
Berdasarkan catatan rekam medik di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sendiri selama
tahun 2017 sampai bulan april 2018 telah merawat pasien dengan appendisitis akut sebanyak
501 pasien.
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
untuk memenuhi tugas perawat orientasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu dan meningkatkan
asuhan keperawatan pasien pre dan post operasi Appendisitis akut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien Appendisitis akut
b. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Appendisitis akut
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan
lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
(Brunner dan Sudarth, 2013)
Appendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.
(Smeltzer, 2005)
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Syamsuhidayat R, 2004)
B. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni:
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokais atau segmentais, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan
timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,biasanya ditemukan
pada usia tua.
4
(Smeltzer, 2005)
C. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor predisposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
a) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c) Adanya benda asing seperti biji-bijian
d) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja dewasa).
Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a) Appendik yang terlalu panjang
b) Massa appendiks yang pendek
c) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Brunner dan Sudarth, 2013)
D. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala dari appendisitis, terdiri dari :
a. Nyeri pada perut kanan bawah
b. Anoreksia
c. Mual
d. Muntah
e. Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
f. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
g. Konstipasi.
h. Diare.
i. Iritabilitas. (Betz Cecily dkk,2002)
5
E. Patofisiologi
Appendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan karena
penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi pada lumen menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di dalam
sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di seikum dan peningkatan flora kuman di
kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks.
Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit, yang meliputi semua lapisan
dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat yang menghambat
pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal apendiks.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan
pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis
pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam,
tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini
dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat
meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut
(Corwin,2009)
6
F. Pathways
Obstruksi
Mukosa terbendung
Appendik teregang
Absorbsi makanan
Tekanan intraluminal tidak adekuat
Appendisitis
7
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan
komplikasi. pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan appendicitis.
2. Radiologis
a. Foto polos abdomen
Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya
peritonitis) tampak :
o scoliosis ke kanan
o psoas shadow tak tampak
o bayangan gas usus kanan bawah tak tampak
o garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
o 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
b. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama
pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
c. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada
jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
9
d. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan
komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
e. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam
abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini dilakukan di
bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan
peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix (appendectomy).
(Mansjoer,2007)
I. Penalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi penanggulangan
konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang dilakukan
adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.
10
J. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh
inflamasi)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan absorsi
makanan tidak adekuat
3. Cemas berhubungan dengan tindakan prosedur pembedahan
Post operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
(Nanda, 2012)
11
Diagnosa Dan Rencana Keperawatan
Pre operasi
Post operasi
13
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
dengan luka insisi post Pain level Melakukan pengkajian
operasi Pain control nyeri secara komprehensif
Comfort level terhadap lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, durasi,
BAB III
TINJAUAN KASUS
15
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk ruang rawat inap.
Pengkajian dilakukan oleh : Estu Mariastuti
Pada tanggal : 25 April 2018
Jam/waktu : 13.30 WIB
Di ruang : Maranatha 2
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr. E
Umur : 27 Tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Mlonggo-Jepara
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Belum Kawin
Tanggal & Jam masuk RS : 25-4-2018, Jam 11.57 WIB
No. Register : 384240
Diagnosa Medis : Appendisitis Akut
2. Keluhan Utama
Nyeri pada perut kanan bawah,seperti tertusuk-tusuk,hilang timbul dan skala 3.
16
1amp, ketorolac 2 x 1amp. Dan dilakukan pemeriksaan USG abdomen, Foto thorax, Lab :
celldyn,CT,BT,screening. Setelah itu pasien sampai di ruang Maranatha 2 kamar 211
pukul 13.30 WIB.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO2 : 98%
c. Kesadaran Pasien
Composmentis
d. GCS
E: 4 V: 5 M: 6
17
e. Kepala
Mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada sakit kepala.
f. Rambut
Rambut berwarna hitam, bersih.
g. Muka/wajah
Wajah simetris,tidak ada luka
h. Hidung
Bersih, tidak ada mimisan, tidak ada polip.
i. Mata (pupil)
Pupil mata bulat isokor +/+. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
j. Telinga
Bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
k. Mulut
Mukosa bibir normal, tidak pucat.
l. Gigi
Bersih,tidak ada gigi yang patah, tidak menggunakan gigi palsu.
m. Lidah
Tidak ada luka, lidah bersih, tidak ada sariawan.
n. Tenggorokan
18
Tidak ada nyeri telan, tidak ada gangguan.
o. Leher
Tidak nyeri pada saat menelan,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
p. Dada:
1. Paru-paru
a. Inspeksi : bentuk dan gerakan simetris, jejas (-), RR: 20 x/menit
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : terdengar bunyi sonor dextra = sinistra
d. Auskultasi : suara napas vesikuler dextra = sinistra
2. Jantung
a. Inspeksi : tidak nampak ictus cordis
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
d. Auskultasi : pekak
e. Perut / Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada pembengkakan.
b. Auskultasi : BU (+)
c. Palpasi : ada nyeri tekan pada perut kanan bawah
d. Perkusi : terdengar suara timpani
f. Genetalia
Laki-laki, tidak ada hernia, tidak ada kesulitan BAK
g. Anus
Tidak ada hemoroid, tidak ada kesulitan BAB
h. Reproduksi
Pasien belum menikah.
19
i. Integumen
Turgor kulit kembali cepat.
j. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : terpasang infus Nacl 30 tpm pada tangan kiri
b. Ekstremitas bawah : tidak ada luka
k. Data Biologis
1. Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan selalu makan sehari 3x , porsi makan habis. Pasien selalu
mengkonsumsi buah dan sayuran. Dan minum air putih 1500cc/hari.
Selama sakit
Pasien mengatakan menghabiskan makanan hanya ½ porsi yang disediakan oleh
Rumah Sakit, dan pasien minum air putih 1000cc/hari.
2. Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK sehari 4-6x sehari.
Selama sakit
Pasien mengatakan terakhir BAB sebelum masuk Rumah Sakit, BAK sehari 4-6x
sehari, tidak ada perubahan.
3. Istirahat Tidur
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya tidur selama 6-8 jam sehari.
Selama sakit
20
Pasien mengatakan saat tidur sering terbangun karena merasakan nyeri pada perut
kanan bawah.
4. Aktivitas
Sebelum sakit
Pasien mengatakan untuk aktivitas dilakukan secara mandiri.
Selama sakit
Pasien mengatakan untuk aktivitas dibantu orang lain
6. Data Neurologis
Pasien tidak mengalami gangguan neurologis
7. Data Psikologis
Pasien mengatakan merasa cemas dan takut dengan tindakan operasi yang akan
dijalani.
8. Data Sosiologis
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, tidak ada masalah dengan
keluarga, saat sakit pasien di rawat oleh keluarga dan mendapatkan dukungan
penuh dari keluarga.
9. Data Spiritual
Pasien mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan Yesus dan percaya Tuhan
memberi kelancaran dalam tindakan operasinya.
7. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Tanggal 25-4-2018
a. Pemeriksaan X-photo Thorax
COR : bentuk dan letak dalam batas normal
PULMO : tak tampak kesuraman pada paru, Corakan bronkovaskuler normal
Diafragma dan sinus kanan dan kiri normal
Kesan :
COR : tak membesar
PULMO : aspek tenang
b. Pemeriksaan USG Abdomen
Klinis : appendisitis akut
Hepar : ukuran tak membesar, parenkim homogen, tak tampak nodul.
Ekogenesitas parenkim normal, tak tampak dilatasi duktus
biliaris, v porta dan v hepatika.
GB : bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak
dilatasi duktus pankreastikus
Lien : ukuran tak membesar, tak tampak dilatasi v lienalis.
Kedua ginjal : bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, tak menipis,
batas kortikomeduler baik, tak tampak dilatasi PCS maupun batu.
Vesika urinaria: dinding regular tak menebal, tak tampak batu
Prostat : ukuran tak membesar, nodul/kalsifikasi (-)
Tampak penebalan apendiks, nyeri tekan (+), defans muskuler (+), diameter
6,77mm, fluid collection minimal.
Kesan :
Tak tampak gambaran nefrolith, vesikolith maupun bendungan kedua ginjal
Mendukung gambaran appendisitis akut dengan fluid collection minimal.
2. Pemeriksaan Laboraturium
22
Tanggal 25-4-2018
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 16,4 g/dL 13.2-17.3
Lekosit 9,51 10ˆ3/ul 3.6-11.0
Hematokrit 48,5 % 41-52
Trombosit 274 10ˆ3/ul 150-400
Hemostastis
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
W. pembekuan/CT 5.00 Menit 2-6
W. pembekuan/BT 1.00 Menit 1-3
Imunoserologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HbsAg negatif negatif
3. Terapi Medis
Tanggal 25-04-2018
Injeksi Anbacim 2x1gr
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ketorolac 2x1 amp
4. Laporan operasi
Tanggal operasi : 26 April 2018
Jam operasi : 08:00
Jam operasi selesai : 08.15
Diagnose pre operasi : appendisitis akut
Macam prosedur : laparascopi appendiktomi
Jenis anastesi : GA
Laporan operasi : mengatur posisi pasien (supinasi)
23
Melakukan desinfeksi area yang akan di operasi dengan povidon iodine 10%
Melakukan draping
Dilakukan insisi abdomen sepanjang 5cm
Dilakukan appendiktomi dan luka dicuci dengan nacl 0,5 %
Luka operasi dijahit
Penanggung jawab : dr.Santi SpB
B. Analisa Data
a. Pre operasi
No. Hari/Jam Data Fokus Etiologi Masalah Nama
Petugas
1. Rabu, 25 DS: Agen injuri biologi Nyeri akut Estu
April 2018 Pasien mengatakan nyeri
13.30 P : Nyeri pada perut kanan
bawah
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : Perut kanan bawah
S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul
DO:
Pasien tampak menahan
nyeri.
TTV:
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
24
SpO2 : 98%
DO:
Pasien tampak cemas dan
bertanya bagaimana
dengan tindakan operasi
yang akan dilakukan.
b. Post operasi
DO:
Pasien tampak menahan
25
nyeri.
TD : 110/80 mmHg
S : 36 ºC
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO2 : 99%
Terdapat luka post
operasi di perut kanan
bawah
2. Kamis, 26 DS: Tindakan invasif Resiko infeksi Estu
April 2018 Pasien mengatakan perih (insisi post
10.00 pada luka post operasi di pembedahan).
perut kanan bawah
DO:
Terdapat luka insisi post
operasi di perut kanan
bawah
DO:
Pasien tampak lemas
Pasien tampak
menahan nyeri
Pasien tampak
memegang perut
sebalah kanan bawah
26
Pasien bertingkah hati-
hati
Diagnosa keperawatan
Pre operasi
Post operasi
C. Intervensi Keperawatan
a. Pre operasi
D. Implementasi Keperawatan
a. Pre operasi
29
No Tgl/jam Implementasi Respon pasien Nama
petugas
1 Rabu, Melakukan pengkajian DS : Zr. Estu
25 April nyeri Pasien mengatakan nyeri
2018 Monitor TTV P : nyeri pada perut kanan bawah
13.30 Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
DO :
Pasien tampak menahan nyeri
TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
SpO2 : 98%
DO:
Pasien mengikuti dan mempraktikan
relaksasi nafas dalam
30
(skin test) untuk obat DO :
anbacim Pasien menulis surat persetujuan
tindakan dan menandatangani
DO :
Pasien tampak menahan nyeri waktu
disuntik IC
DO :
Pasien tidak alergi
Injeksi anbacim 1gr masuk lewat
IV
DO :
Injeksi ketorolac 30 mg masuk lewat
IV
31
DO :
Injeksi ranitidine 50mg masuk lewat
IV
DO :
Pasien tampak cemas
DO :
Pasien mendengarkan dan
memahami
32
pasien untuk tindakan Pasien bersedia
operasi yang akan
dilakukan DO :
Pasien menulis surat persetujuan
tindakan operasi dan
menandatanganinya
DO :
Injeksi anbacim 1gr masuk lewat IV
33
1 20.10 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu
ketorolac 30mg Pasien bersedia
DO :
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV
DO :
Injeksi ranitidine 50mg masuk lewat
IV
DO :
Pasien tampak tenang
34
berjalan lancar
DO :
Pasien tampak tenang
206.55 Mengantar pasien ke ruang DS : Zr. Rini
operasi Pasien bersedia
DS :
Pasien tampak tenang
Post operasi
DO :
KU pasien baik, kesadaran
composmentis,nadi kuat,akral
hangat
TD : 110/70 mmHg
S : 36 ºC
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
35
SpO2 : 97%
DO :
Pasien tampak menahan nyeri
Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
Luka tertutup kasa
DO :
Pasien tampak lemas
Pasien tampak menahan nyeri
pada luka post op
36
3 12.00 Menganjurkan pasien DS : Zr. Rini
untuk istirahat Pasien bersedia
DO :
Pasien istirahat
DO :
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV
DO :
Injeksi anbacim 1gr masuk lewat IV
DO :
Injeksi ranitidine 50mg masuk lewat
IV
37
operasi
P : nyeri luka post op
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala 4
T : hilang timbul
DO :
Pasien tampak menahan nyeri
Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
Luka tertutup kasa
DO :
Pasien terbaring di tempat tidur
DO :
Pasien istirahat
38
1 19.00 Melakukan pengkajian DS : Zr. Estu
nyeri Pasien mengatakan nyeri
P : nyeri luka post op
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala 3
T : hilang timbul
DO :
Pasien tampak menahan nyeri
Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
Luka tertutup kasa
Pasien bersedia
DO :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
RR : 20 x/m
N : 84 x/m
SpO2 : 98%
DO :
39
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV
DO :
Pasien istirahat
1 Jumat, Melakukan pengkajian DS : Zr. Estu
27 April dan TTV Pasien mengatakan nyeri
2018 P : nyeri luka post op
08.00 Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala 2
T : hilang timbul
DO :
Pasien tampak menahan nyeri
Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
Luka tertutup kasa
TTV :
TD : 110/70 mmHg
40
S : 36,2 ºC
RR : 20 x/m
N : 84 x/m
SpO2 : 98%
Zr. Estu
2 09.00 Memberikan injeksi DS :
ketorolac 30mg Pasien bersedia
DO :
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV
Zr. Rini
2 10.00 Melakukan perawatan DS :
Zr. Estu
luka Pasien bersedia
DO :
Tampak luka post op kering
Terdapat jahitan pada luka
Luka tidak ada pus
Luka ditutup tegaderm
Zr. Rini
2 10.10 Mempertahankan teknik DS :
Zr. Estu
aseptic saat melakukan Pasien bersedia
41
perawatan luka
DO :
Pasien kooperatif
DO :
TD : 110/70 mmHg
S : 36,2 ºC
RR : 20 x/m
N : 84 x/m
SpO2 : 98%
DS :
3 14.00 Menganjurkan istirahat Zr. Estu
Pasien bersedia
DO :
Pasien istirahat
E. Evaluasi Keperawatan
42
O:
KU sakit sedang, kesadaran composmentis,
pasien terlihat lebih rileks dan tidak cemas.
A:
Masalah kecemasan teratasi.
P:
Hentikan intervensi
Kamis, 26 April 1 S: Estu
2018 Nyeri pada perut berkurang.
O:
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis, akral hangat, nadi kuat, tampak
rileks.
TTV:
TD: 120/80 mmHg
S: 36 ºC
N: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
A:
43
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Monitor TTV dan KU
Observasi keluhan nyeri
Ajarkan teknik non farmakologi: relaksasi
nafas dalam, distraksi
Berikan obat analgetik ketorolac 2 x 1
ampul
2 S: Estu
Pasien mengatakan perih pada luka post
operasi berkurang
O:
KU sakit sedang, kesedaran composmentis,
luka tampak kering, luka diberi tegaderm,tidak
ada tanda-tanda infeksi.
A:
Masalah resiko infeksi belum teratasi
P:
Pertahankan intervensi
Pertahankan teknik aseptik
Berikan obat antibiotik anbacim 2 x 1gr
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
3 S: Estu
Pasien mengatakan belum mampu beraktivitas
secara mandiri .
44
O:
KU sakit sedang, kesadaran composmentis,
pasien sudah jalan-jalan seperti ke kamar
mandi sendiri
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Dorong keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
Jumat 27 April 1 S: Estu
2018 Nyeri pada perut berkurang.
O:
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis, akral hangat, nadi kuat, tampak
rileks.
TTV:
TD: 120/80 mmHg
S: 36 ºC
N: 80 x/menit
45
RR: 20 x/menit
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Monitor TTV dan KU
Observasi keluhan nyeri
Ajarkan teknik non farmakologi: relaksasi
nafas dalam, distraksi
Berikan obat analgetik ketorolac 2x 1
ampul
2 S: Estu
Pasien mengatakan perih pada luka post
operasi berkurang
O:
KU sakit sedang, kesedaran composmentis,
luka tampak kering, luka diberi tegaderm.
A:
Masalah resiko infeksi teratasi
P:
Pertahankan intervensi
Pertahankan teknik aseptik
Berikan obat antibiotik anbacim 2 x 1gr
46
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
3 S: Estu
Pasien mengatakan mampu beraktivitas secara
mandiri .
O:
KU sakit sedang, kesadaran composmentis,
pasien sudah jalan-jalan seperti ke kamar
mandi sendiri
A:
Masalah peningkatan dalam aktivitas fisik
teratasi.
P:
Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
47
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Syamsuhidayat R, 2004)
B. Saran
Penting bagi pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan luka saat dirumah dan
mengenali tanda dan gejala dari infeksi luka post operasi. Bila terjadi tanda dan gejala infeksi,
seperti timbul rasa nyeri pada luka, rasa panas, mengalami pembengkakan, muncul kemerahan,
ada nanah pada daerah luka diharapkan untuk segera dibawa ke Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
Mansjoer. A. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
PR PRESENTASI
49
c. Infeksi pada daerah operasi
2. SAP
(terlampir)
PR dari bu Endang
1. Judul harus ada pre post
2. Askep tidak ada halamannya
3. Pathways tekanan intraluminal
4. Hasil Ds Do relaksasi pada implementasi
5. Laporan operasi
50