Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR.

E
DENGAN PRE DAN POST APPENDISITIS AKUT
DI RUANG MARANATHA 2
RS MARDI RAHAYU KUDUS

DISUSUN OLEH :
ESTU MARIASTUTI

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS


2018

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2018 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui tercipta masyarakat bangsa dan negara Indonesia
ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal di seluruh Republik Indonesia.

(Departemen Kesehatan,2013)

Kesehatan adalah milik yang sangat berharga bagi seseorang tanpa berarti segala aktivitas
akan berhenti dengan menyadari bagi hal itu setiap orang akan dituntut untuk meningkatkan
dan mempertahankan kondisi tubuhnya kuat sehingga tidak akan mudah diserang berbagai
penyakit, diantaranya appendisitis akut. Appendisitis akut adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen.

(Mansjoer Arief, 2007)

Penyakit appendisitis akut merupakan salah satu masalah kesehatan dimana angka
prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkannya juga merupakan salah satu penyebab
tingginya angka morbiditas dan mortalitas.

(Departemen Kesehatan,2013)

Berdasarkan catatan rekam medik di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sendiri selama
tahun 2017 sampai bulan april 2018 telah merawat pasien dengan appendisitis akut sebanyak
501 pasien.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
untuk memenuhi tugas perawat orientasi di Rumah Sakit Mardi Rahayu dan meningkatkan
asuhan keperawatan pasien pre dan post operasi Appendisitis akut.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien Appendisitis akut
b. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Appendisitis akut

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan
lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
(Brunner dan Sudarth, 2013)

Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan penyebab


abdomen akut yang paling sering.

(Mansjoer Arief, 2007)

Appendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

(Smeltzer, 2005)

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Syamsuhidayat R, 2004)
B. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni:
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokais atau segmentais, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan
timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,biasanya ditemukan
pada usia tua.

4
(Smeltzer, 2005)

C. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor predisposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
a) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c) Adanya benda asing seperti biji-bijian
d) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja dewasa).
Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a) Appendik yang terlalu panjang
b) Massa appendiks yang pendek
c) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Brunner dan Sudarth, 2013)
D. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala dari appendisitis, terdiri dari :
a. Nyeri pada perut kanan bawah
b. Anoreksia
c. Mual
d. Muntah
e. Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
f. Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
g. Konstipasi.
h. Diare.
i. Iritabilitas. (Betz Cecily dkk,2002)

5
E. Patofisiologi
Appendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan karena
penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi pada lumen menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di dalam
sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di seikum dan peningkatan flora kuman di
kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks.
Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit, yang meliputi semua lapisan
dinding apendiks tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat yang menghambat
pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal apendiks.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan
pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis
pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam,
tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini
disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini
dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat
meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut
(Corwin,2009)

6
F. Pathways

Hyperplasia Benda asing Erosi mukosa Faekolit Striktura lumen


folikel appendisitis

Obstruksi

Mukosa terbendung

Appendik teregang
Absorbsi makanan
Tekanan intraluminal tidak adekuat

Nyeri Aliran darah terganggu


Nutrisi kurang dari
Ulserasi dan invasi bakteri pada dinding appendiks tubuh

Appendisitis

Peritonium Trombosis pada vena intramural

Peritonitis Pembengkakan dan iskemia


Pembedahan
operasi

Cemas Luka insisi post operasi Jalan masuk


kuman
Intoleransi
Nyeri Akut
Aktivitas Resiko
infeksi

Sumber : Corwin, 2009

7
G. Komplikasi

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor keterlambatan


dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita meliputi pengetahuan dan biaya,
sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke
rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling sering pada
anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75%
pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-
anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum
berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi
gangguan pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran
kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang
menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga
perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam
sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran
klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik,
nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi,
baik berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang
sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.
8
(Wong, Donna L. 2003)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus dengan
komplikasi. pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
b. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan appendicitis.
2. Radiologis
a. Foto polos abdomen
Pada appendicitis akut yang terjadi lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya
peritonitis) tampak :
o scoliosis ke kanan
o psoas shadow tak tampak
o bayangan gas usus kanan bawah tak tampak
o garis retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak
o 5% dari penderita menunjukkan fecalith radio-opak
b. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama
pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
c. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada
jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.

9
d. CT-Scan
Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan
komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
e. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam
abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini dilakukan di
bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan
peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix (appendectomy).
(Mansjoer,2007)
I. Penalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi penanggulangan
konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai akses
ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang dilakukan
adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan appendektomi dengan
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi intra-abdomen.

10
J. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh
inflamasi)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan absorsi
makanan tidak adekuat
3. Cemas berhubungan dengan tindakan prosedur pembedahan
Post operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
(Nanda, 2012)

11
Diagnosa Dan Rencana Keperawatan

Pre operasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
dengan agen injuri biologi  Pain level  Melakukan pengkajian
(distensi jaringan intestinal  Pain control nyeri secara komprehensif
oleh inflamasi)  Comfort level terhadap lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, durasi,

 Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas, dan

(tahu penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi.

menggunakan teknik non  Ajarkan tentang teknik non


farmakologi untuk mengurangi farmakologi: nafas dalam.
nyeri, mencari bantuan). Relaksasi, distraksi.

 Melaporkan bahwa nyeri  Kolaborasi pemberian


berkurang dengan analgetik.
menggunakan manajemen  Anjurkan istirahat.
nyeri.  Kontrol lingkungan yang
 Menyatakan rasa nyaman dapat mempengaruhi nyeri
setelah nyeri berkurang. seperti suhu
 Tanda vital dalam rentang ruangan,pencahayaan, dan
normal kebisingan

 Mampu mengenali nyeri


(skala,intensitas,frekuensi,dan
tanda nyeri)

2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC :


12
kurang dari kebutuhan  Status nutrisi adekuat
tubuh berhubungan dengan  Keseimbangan intake dan  Tentukan kemampuan
absorsi makanan tidak output pasien untuk memenuhi
adekuat  Berat badan terkontrol kebutuhan nutrisi.
Kriteria Hasil :  Pantau kandungan nutrisi
 Mempertahankan berat badan. dan kalori pada catatan

 Toleransi terhadap diet yang asupan.

dianjurkan.  Berikan informasi yang

 Menunjukan tingkat tepat tentang kebutuhan

keadekuatan tingkat energi. nutrisi dan bagaimana

 Turgor kulit baik. memenuhinya.


 Pertahankan higiene mulut
sebelum dan sesudah
makan
3. Cemas berhubungan NOC: NIC:
dengan tindakan prosedur  Kecemasan terkontrol.  Penurunan kecemasan.
pembedahan  Koping.  Libatkan keluarga untuk
. Kriteria Hasil: mendampingi pasien.
 Klien mampu  Instruksikan pada pasien
mengidentifikasi dan untuk menggunakan teknik
mengungkapkan gejala cemas relaksasi.
 Tanda-tanda vital dalam batas  Jelaskan semua prosedur
normal. dan apa yang dirasakan
 Postur tubuh, ekspresi wajah, selama prosedur
dan tingkat aktifitas  Identifikasi tingkat
menunjukkan berkurangnya kecemasan
kecemasan.

Post operasi
13
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
dengan luka insisi post  Pain level  Melakukan pengkajian
operasi  Pain control nyeri secara komprehensif
 Comfort level terhadap lokasi,
Kriteria hasil: karakteristik, durasi,

 Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas, dan

(tahu penyebab nyeri, mampu faktor presipitasi.

menggunakan teknik non  Ajarkan tentang teknik non


farmakologi untuk mengurangi farmakologi: nafas dalam.
nyeri, mencari bantuan). Relaksasi, distraksi.

 Melaporkan bahwa nyeri  Lakukan perawatan luka


berkurang dengan  Kolaborasi pemberian
menggunakan manajemen analgetik.
nyeri.  Anjurkan istirahat.
 Menyatakan rasa nyaman  Kontrol lingkungan yang
setelah nyeri berkurang. dapat mempengaruhi nyeri
 Tanda vital dalam rentang seperti suhu
normal ruangan,pencahayaan, dan
 Mampu mengenali nyeri kebisingan
(skala,intensitas,frekuensi,dan  Dorong ambulasi dini
tanda nyeri)

2. Resiko infeksi NOC: NIC:


berhubungan dengan  Status imun  Pertahankan teknik aseptic
tindakan invasif (insisi  Pengetahuan : infeksi kontrol  Monitor adanya luka
post pembedahan)  Kaji tanda-tanda vital
Kriteria Hasil:  Isnpeksi kulit dan
 Pasien bebas dari tanda dan membrane terhadap
14
gejala infeksi kemerahan,panas
 Menunjukkan kemampuan  Ajarkan pasien dan
untuk mencegah timbulnya keluarga tentang tanda dan
infeksi gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup  Melakukan perawatan luka
sehat  Anjurkan istirahat

3. Intoleransi aktivitas NOC NIC :


berhubungan dengan nyeri  Self care : ADLs  Bantu pasien untuk
 Toleransi aktivitas mengidentifikasi aktivitas
 Konservasi energi yang mampu dilakukan
Kriteria Hasil :  Monitor respon
 Berpatisipasi dalam aktivitas fisik,emosi,sosial, dan
fisik tanpa disertai peningkatan spiritual
tekanan darah,nadi dan RR  Dorong keluarga untuk
 Mampu melakukan aktivitas membantu aktivitas pasien
sehari-hari (ADLs) secara
mandiri
 Keseimbangan aktivitas dan
istirahat

BAB III
TINJAUAN KASUS

15
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk ruang rawat inap.
Pengkajian dilakukan oleh : Estu Mariastuti
Pada tanggal : 25 April 2018
Jam/waktu : 13.30 WIB
Di ruang : Maranatha 2
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr. E
Umur : 27 Tahun
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Mlonggo-Jepara
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Belum Kawin
Tanggal & Jam masuk RS : 25-4-2018, Jam 11.57 WIB
No. Register : 384240
Diagnosa Medis : Appendisitis Akut

2. Keluhan Utama
Nyeri pada perut kanan bawah,seperti tertusuk-tusuk,hilang timbul dan skala 3.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Rumah Sakit Mardi Rahayu, setelah mengalami nyeri pada perut kanan
bawah dan disertai demam (S:37,2), muntah dan tidak nafsu makan . Setelah itu pasien
dibawa ke Rumah Sakit Mardi Rahayu, tiba di UGD pukul 11.57. Setelah tiba di UGD
dilakukan observasi keadaan umum pasien, TD: 110/70, S: 36,4 C, RR: 20 x/menit, N: 80
x/menit, SpO2: 98 %. Kemudian berkolaborasi dengan Dokter SpB, dan dilakukan
pemasangan infus Nacl 30 tpm, mendapat terapi injeksi Anbacim 2 x 1gr, ranitidine 2 x

16
1amp, ketorolac 2 x 1amp. Dan dilakukan pemeriksaan USG abdomen, Foto thorax, Lab :
celldyn,CT,BT,screening. Setelah itu pasien sampai di ruang Maranatha 2 kamar 211
pukul 13.30 WIB.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit appendisitis dan belum
pernah di operasi.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan di keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit hepatitis,
hipertensi, DM dan lainnya.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO2 : 98%

b. Tinggi dan Berat Badan


TB : 65 kg
BB : 170 cm

c. Kesadaran Pasien
Composmentis

d. GCS
E: 4 V: 5 M: 6

17
e. Kepala
Mesochepal, tidak ada benjolan, tidak ada sakit kepala.

f. Rambut
Rambut berwarna hitam, bersih.

g. Muka/wajah
Wajah simetris,tidak ada luka

h. Hidung
Bersih, tidak ada mimisan, tidak ada polip.

i. Mata (pupil)
Pupil mata bulat isokor +/+. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

j. Telinga
Bersih, tidak ada gangguan pendengaran.

k. Mulut
Mukosa bibir normal, tidak pucat.

l. Gigi
Bersih,tidak ada gigi yang patah, tidak menggunakan gigi palsu.

m. Lidah
Tidak ada luka, lidah bersih, tidak ada sariawan.

n. Tenggorokan

18
Tidak ada nyeri telan, tidak ada gangguan.

o. Leher
Tidak nyeri pada saat menelan,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

p. Dada:
1. Paru-paru
a. Inspeksi : bentuk dan gerakan simetris, jejas (-), RR: 20 x/menit
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : terdengar bunyi sonor dextra = sinistra
d. Auskultasi : suara napas vesikuler dextra = sinistra
2. Jantung
a. Inspeksi : tidak nampak ictus cordis
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
d. Auskultasi : pekak
e. Perut / Abdomen
a. Inspeksi : tidak ada jejas, tidak ada pembengkakan.
b. Auskultasi : BU (+)
c. Palpasi : ada nyeri tekan pada perut kanan bawah
d. Perkusi : terdengar suara timpani

f. Genetalia
Laki-laki, tidak ada hernia, tidak ada kesulitan BAK

g. Anus
Tidak ada hemoroid, tidak ada kesulitan BAB

h. Reproduksi
Pasien belum menikah.

19
i. Integumen
Turgor kulit kembali cepat.

j. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : terpasang infus Nacl 30 tpm pada tangan kiri
b. Ekstremitas bawah : tidak ada luka

k. Data Biologis
1. Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan selalu makan sehari 3x , porsi makan habis. Pasien selalu
mengkonsumsi buah dan sayuran. Dan minum air putih 1500cc/hari.
Selama sakit
Pasien mengatakan menghabiskan makanan hanya ½ porsi yang disediakan oleh
Rumah Sakit, dan pasien minum air putih 1000cc/hari.

2. Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK sehari 4-6x sehari.
Selama sakit
Pasien mengatakan terakhir BAB sebelum masuk Rumah Sakit, BAK sehari 4-6x
sehari, tidak ada perubahan.

3. Istirahat Tidur
Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasanya tidur selama 6-8 jam sehari.

Selama sakit

20
Pasien mengatakan saat tidur sering terbangun karena merasakan nyeri pada perut
kanan bawah.

4. Aktivitas
Sebelum sakit
Pasien mengatakan untuk aktivitas dilakukan secara mandiri.
Selama sakit
Pasien mengatakan untuk aktivitas dibantu orang lain

5. Skala Kekuatan otot


5 5
5 5

6. Data Neurologis
Pasien tidak mengalami gangguan neurologis

7. Data Psikologis
Pasien mengatakan merasa cemas dan takut dengan tindakan operasi yang akan
dijalani.

8. Data Sosiologis
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, tidak ada masalah dengan
keluarga, saat sakit pasien di rawat oleh keluarga dan mendapatkan dukungan
penuh dari keluarga.

9. Data Spiritual
Pasien mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan Yesus dan percaya Tuhan
memberi kelancaran dalam tindakan operasinya.

10. Data Komunikasi


21
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar.

7. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
 Tanggal 25-4-2018
a. Pemeriksaan X-photo Thorax
COR : bentuk dan letak dalam batas normal
PULMO : tak tampak kesuraman pada paru, Corakan bronkovaskuler normal
Diafragma dan sinus kanan dan kiri normal
Kesan :
COR : tak membesar
PULMO : aspek tenang
b. Pemeriksaan USG Abdomen
Klinis : appendisitis akut
Hepar : ukuran tak membesar, parenkim homogen, tak tampak nodul.
Ekogenesitas parenkim normal, tak tampak dilatasi duktus
biliaris, v porta dan v hepatika.
GB : bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak
dilatasi duktus pankreastikus
Lien : ukuran tak membesar, tak tampak dilatasi v lienalis.
Kedua ginjal : bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, tak menipis,
batas kortikomeduler baik, tak tampak dilatasi PCS maupun batu.
Vesika urinaria: dinding regular tak menebal, tak tampak batu
Prostat : ukuran tak membesar, nodul/kalsifikasi (-)
Tampak penebalan apendiks, nyeri tekan (+), defans muskuler (+), diameter
6,77mm, fluid collection minimal.
Kesan :
Tak tampak gambaran nefrolith, vesikolith maupun bendungan kedua ginjal
Mendukung gambaran appendisitis akut dengan fluid collection minimal.
2. Pemeriksaan Laboraturium

22
 Tanggal 25-4-2018
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 16,4 g/dL 13.2-17.3
Lekosit 9,51 10ˆ3/ul 3.6-11.0
Hematokrit 48,5 % 41-52
Trombosit 274 10ˆ3/ul 150-400

Hemostastis
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
W. pembekuan/CT 5.00 Menit 2-6
W. pembekuan/BT 1.00 Menit 1-3

Imunoserologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HbsAg negatif negatif

3. Terapi Medis
Tanggal 25-04-2018
Injeksi Anbacim 2x1gr
Injeksi Ranitidin 2x1 amp
Injeksi Ketorolac 2x1 amp
4. Laporan operasi
Tanggal operasi : 26 April 2018
Jam operasi : 08:00
Jam operasi selesai : 08.15
Diagnose pre operasi : appendisitis akut
Macam prosedur : laparascopi appendiktomi
Jenis anastesi : GA
Laporan operasi : mengatur posisi pasien (supinasi)

23
Melakukan desinfeksi area yang akan di operasi dengan povidon iodine 10%
Melakukan draping
Dilakukan insisi abdomen sepanjang 5cm
Dilakukan appendiktomi dan luka dicuci dengan nacl 0,5 %
Luka operasi dijahit
Penanggung jawab : dr.Santi SpB

B. Analisa Data
a. Pre operasi
No. Hari/Jam Data Fokus Etiologi Masalah Nama
Petugas
1. Rabu, 25 DS: Agen injuri biologi Nyeri akut Estu
April 2018 Pasien mengatakan nyeri
13.30 P : Nyeri pada perut kanan
bawah
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : Perut kanan bawah
S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul

DO:
Pasien tampak menahan
nyeri.
TTV:
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
N : 82 x/menit
RR : 20 x/menit

24
SpO2 : 98%

2. Rabu, 25 DS: Tindakan Cemas Estu


April 2018 Pasien mengatakan merasa pembedahan
13.30 kuatir dan takut dengan
tindakan operasi.

DO:
Pasien tampak cemas dan
bertanya bagaimana
dengan tindakan operasi
yang akan dilakukan.

b. Post operasi

No. Hari/Jam Data Fokus Etiologi Masalah Nama


Petugas
1. Kamis, 26 DS: Luka insisi (post Nyeri akut Estu
April 2018 Pasien mengatakan nyeri operasi)
10.00 setelah dilakukan operasi
P : Nyeri pada perut kanan
bawah
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R : Perut kanan bawah
S : Skala nyeri 4
T : Hilang timbul

DO:
 Pasien tampak menahan

25
nyeri.
 TD : 110/80 mmHg
S : 36 ºC
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO2 : 99%
 Terdapat luka post
operasi di perut kanan
bawah
2. Kamis, 26 DS: Tindakan invasif Resiko infeksi Estu
April 2018 Pasien mengatakan perih (insisi post
10.00 pada luka post operasi di pembedahan).
perut kanan bawah

DO:
Terdapat luka insisi post
operasi di perut kanan
bawah

3. Kamis, 26 DS: Nyeri Intoleransi Estu


April 2018 Pasien mengatakan sakit aktivitas
10.00 atau nyeri saat beraktivitas

DO:
 Pasien tampak lemas
 Pasien tampak
menahan nyeri
 Pasien tampak
memegang perut
sebalah kanan bawah

26
 Pasien bertingkah hati-
hati
Diagnosa keperawatan

Pre operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi


2. Cemas berhubungan dengan tingkat pembedahan

Post operasi

1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi (post operasi)


2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri

C. Intervensi Keperawatan
a. Pre operasi

No. Tgl/jam Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Nama


Petugas
1. Rabu, 25 Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri Estu
April keperawatan selama 3 x 24 jam, secara komprehensif terhadap
2015 pasien tidak mengalami nyeri dengan lokasi, karakteristik, durasi,
13.30 kriteria hasil: frekuensi, kualitas, dan faktor
 Mampu mengontrol nyeri (tahu presipitasi.
penyebab nyeri, mampu  Ajarkan tentang teknik non
menggunakan teknik non farmakologi: nafas dalam.
farmakologi (relaksasi) untuk Relaksasi, distraksi.
mengurangi nyeri)  Anjurkan istirahat.
 Melaporkan bahwa nyeri  Tindakan kolaborasi
berkurang dengan menggunakan pemberian analgetik
manajemen nyeri. Skala nyeri 3
menjadi 1, ekspresi wajah terlihat
27
rileks.
2. Rabu, 25 Setelah dilakukan tindakan  Kaji penyebab pasien cemas. Estu
April keperawatan selama 1 x 24  Lakukan bina hubungan saling
2015 jam,diharapkan kecemasan teratasi percaya dengan pasien.
13.30 dengan kriteria hasil:  Libatkan keluarga untuk
 Klien mampu mendampingi pasien.
mengidentifikasi dan  Ajarkan teknik relaksasi.
mengungkapkan gejala  Kolaborasi dengan DPJP untuk
cemas. menjelaskan prosedur operasi
 Tanda-tanda vital dalam batas
normal. TD: 110-140/60-90
mmHg, S: 36,3-37,5, N: 60-
100x/menit, RR:
18-22x/menit
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat
aktifitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
b. Post operasi

No. Tgl/jam Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Nama


Petugas
1. Kamis, Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri Estu
26 April keperawatan selama 3 x 24 secara komprehensif terhadap
2018 jam,diharapkan pasien tidak lokasi, karakteristik, durasi,
10.00 mengalami nyeri dengan kriteria frekuensi, kualitas, dan faktor
hasil: presipitasi.
 Mampu mengontrol nyeri  Motivasi pasien menggunakan
(penyebab nyeri, menggunakan teknik non farmakologi: nafas
teknik non farmakologi untuk dalam. Relaksasi, distraksi.
mengurangi nyeri, mencari  Anjurkan istirahat.
28
bantuan).  Lakukan perawatan luka
 Melaporkan bahwa nyeri  Kolaborasi pemberian
berkurang dengan menggunakan analgetik
manajemen nyeri. Skala nyeri 4
menjadi 1, ekspresi wajah terlihat
rileks.
2. Kamis, Setelah dilakukan tindakan  Pertahankan teknik aseptik Estu
26 April keperawatan selama 3 x 24 jam, saat melakukan perawatan
2018 pasien tidak mengalami infeksi luka.
10.00 dengan kriteria hasil:  Lakukan cuci tangan 5
 Pasien bebas dari tanda dan gejala moment.
infeksi.  Lakukan perawatan luka
 Luka post operasi kering, tidak  Tindakan kolaborasi
ada tanda kemerahan disekitar pemberian antibiotik
luka, tidak ada nanah.
3. Kamis, Setelah dilakukan tindakan  Bantu pasien untuk Estu
26 April keperawatan selama 1 x 24 jam, mengidentifikasi aktivitas
2018 pasien bertoleransi terhadap aktivitas yang mampu dilakukan
10.00 dengan kriteria hasil :  Monitor respon
 Mampu melakukan aktivitas fisik,emosi,sosial, dan spiritual
sehari-hari secara mandiri  Dorong keluarga untuk
 Keseimbangan aktivitas dan membantu aktivitas pasien
istirahat  Observasi adanya pembatasan
pasien dalam melakukan
aktivitas

D. Implementasi Keperawatan
a. Pre operasi

29
No Tgl/jam Implementasi Respon pasien Nama
petugas
1 Rabu, Melakukan pengkajian DS : Zr. Estu
25 April nyeri Pasien mengatakan nyeri
2018 Monitor TTV P : nyeri pada perut kanan bawah
13.30 Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul

DO :
Pasien tampak menahan nyeri
TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
SpO2 : 98%

1 13.40 Mengajarkan teknik non DS : Zr. Estu


farmakologi : relaksasi dan Pasien mengatakan mengerti teknik
distraksi relaksasi nafas dalam yang diajarkan

DO:
Pasien mengikuti dan mempraktikan
relaksasi nafas dalam

1 13.50 Meminta surat persetujuan DS : Zr. Leni


pasien untuk dilakukan Pasien bersedia
tindakan penyuntikan IC

30
(skin test) untuk obat DO :
anbacim Pasien menulis surat persetujuan
tindakan dan menandatangani

1 14.00 Melakukan IC (skin test ) DS : Zr. Estu


injeksi Anbacim 1gr Pasien bersedia

DO :
Pasien tampak menahan nyeri waktu
disuntik IC

1 14.30 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


anbacim 1gr Pasien bersedia

DO :
 Pasien tidak alergi
 Injeksi anbacim 1gr masuk lewat
IV

1 14.35 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


ketorolac 30mg Pasien bersedia

DO :
Injeksi ketorolac 30 mg masuk lewat
IV

2 14.40 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


ranitidine 50mg Pasien bersedia

31
DO :
Injeksi ranitidine 50mg masuk lewat
IV

2 15.00 Mengkaji penyebab cemas DS : Zr. Estu


pada pasien Pasien mengatakan merasa cemas
dengan tindakan operasi yang akan
dilakukan

DO :
Pasien tampak cemas

2 16.00 Melakukan kolaborasi DS : Zr. Resmi


dengan DPJP untuk Pasien mengatakan bertanya tentang
menjelaskan prosedur prosedur operasi
operasi (Dokter visite)
DO:
Pasien diberikan penjelasan tentang
prosedur operasi oleh DPJP

2 16.30 Menjelaskan tentang DS : Zr. Estu


appendisitis Pasien bersedia

DO :
Pasien mendengarkan dan
memahami

2 17.00 Meminta surat persetujuan DS : Zr. Resmi

32
pasien untuk tindakan Pasien bersedia
operasi yang akan
dilakukan DO :
Pasien menulis surat persetujuan
tindakan operasi dan
menandatanganinya

2 18.00 Meminta persetujuan DS : Zr. Lenny


pasien untuk tindakan Pasien bersedia
anastesi
DO :
Pasien menulis surat persetujuan
tindakan operasi dan
menandatanginya

1 19.00 Melakukan TTV DS : Zr. Estu


Pasien bersedia
DO :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,1 ºC
RR : 20 x/m
SpO2 : 97%

1 20.00 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


anbacim 1gr Pasien bersedia

DO :
Injeksi anbacim 1gr masuk lewat IV

33
1 20.10 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu
ketorolac 30mg Pasien bersedia

DO :
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV

1 20.15 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


ranitidine 50mg Pasien bersedia

DO :
Injeksi ranitidine 50mg masuk lewat
IV

2 21.00 Menganjurkan pasien DS : Zr. Lenny


untuk beristirahat Pasien bersedia

DO :
Pasien tampak tenang

2 Kamis, Menganjurkan pasien DS : Zr. Ema


26 April puasa untuk persiapan Pasien bersedia
2018 operasi besok jam 07.00
00.00 DO :
Pasien mulai puasa

2 06.30 Melakukan bina hubungan DS : Zr. Ema


saling percaya dengan Pasien mengatakan berdoa dan
pasien percaya tindakan operasinya akan

34
berjalan lancar

DO :
Pasien tampak tenang
206.55 Mengantar pasien ke ruang DS : Zr. Rini
operasi Pasien bersedia

DS :
Pasien tampak tenang

Post operasi

No Tgl/jam implementasi Respon pasien Nama


petugas
1 Kamis, Mengambil pasien dari DS : Zr. Rini
26 April ruang operasi -
2018
10.00 DO :
Pasien tampak lemas

1 10.10 Melakukan TTV DS : Zr. Marlina


-

DO :
KU pasien baik, kesadaran
composmentis,nadi kuat,akral
hangat
TD : 110/70 mmHg
S : 36 ºC
N : 82 x/m
RR : 20 x/m

35
SpO2 : 97%

1, 10.30 Melakukan pengkajian DS : Zr. Marlina


2 nyeri Pasien mengatakan nyeri setelah
dilakukan operasi
P : nyeri luka post op
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala 4
T : hilang timbul

DO :
 Pasien tampak menahan nyeri
 Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
 Luka tertutup kasa

1 11.00 Mengajarkan teknik DS : Zr. Marlina


relaksasi dan distraksi Pasien bersedia
DO :
Pasien mengikuti dan mempraktikan
relaksasi nafas dalam

3 11.30 Membantu pasien untuk DS : Zr. Rini


mengidentifikasi aktivitas Pasien mengatakan lemas
yang mampu dilakukan

DO :
 Pasien tampak lemas
 Pasien tampak menahan nyeri
pada luka post op

36
3 12.00 Menganjurkan pasien DS : Zr. Rini
untuk istirahat Pasien bersedia

DO :
Pasien istirahat

1 14.00 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


ketorolac 30mg Pasien bersedia

DO :
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV

2 14.10 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


anbacim 1gr Pasien bersedia

DO :
Injeksi anbacim 1gr masuk lewat IV

2 14.20 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


ranitidine 50mg Pasien bersedia

DO :
Injeksi ranitidine 50mg masuk lewat
IV

1, 15.00 Melakukan pengkajian DS : Zr. Estu


2 nyeri Pasien mengatakan nyeri pada luka

37
operasi
P : nyeri luka post op
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala 4
T : hilang timbul

DO :
 Pasien tampak menahan nyeri
 Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
 Luka tertutup kasa

3 16.00 Menganjurkan keluarga DS : Zr. Estu


untuk membantu pasien Keluarga pasien bersedia
dalam beraktivitas setelah
post operasi DO :
Keluarga kooperatif

3 17.00 Mengobservasi pasien DS : Zr. Resmi


dalam melakukan aktivitas -
setelah post operasi

DO :
Pasien terbaring di tempat tidur

3 17.30 Menganjurkan untuk DS : Zr. Resmi


istirahat Pasien bersedia

DO :
Pasien istirahat

38
1 19.00 Melakukan pengkajian DS : Zr. Estu
nyeri Pasien mengatakan nyeri
P : nyeri luka post op
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala 3
T : hilang timbul

DO :
 Pasien tampak menahan nyeri
 Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
 Luka tertutup kasa

1 19.30 Melakukan TTV Ds : Zr. Estu

Pasien bersedia

DO :
TD : 120/80 mmHg
S : 36,2 ºC
RR : 20 x/m
N : 84 x/m
SpO2 : 98%

1 20.00 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


ketorolac 30 mg -

DO :

39
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV

2 20.05 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


anbacim 1gr dan -
ranitidine 50mg
DO :
Injeksi anbacim 1gr dan ranitidine
50mg masuk lewat IV

3 21.00 Menganjurkan pasien DS : Zr. Estu


untuk istirahat Pasien bersedia

DO :
Pasien istirahat
1 Jumat, Melakukan pengkajian DS : Zr. Estu
27 April dan TTV Pasien mengatakan nyeri
2018 P : nyeri luka post op
08.00 Q : seperti tertusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala 2
T : hilang timbul

DO :
 Pasien tampak menahan nyeri
 Terdapat luka post operasi di
perut kanan bawah
 Luka tertutup kasa
TTV :
TD : 110/70 mmHg

40
S : 36,2 ºC
RR : 20 x/m
N : 84 x/m
SpO2 : 98%
Zr. Estu
2 09.00 Memberikan injeksi DS :
ketorolac 30mg Pasien bersedia

DO :
Injeksi ketorolac 30mg masuk lewat
IV

3 09.20 Memberikan injeksi DS : Zr. Estu


anbacim 1gr dan Pasien bersedia
ranitidine 50mg
DO :
Injeksi anbacim 1gr dan ranitidine
50 mg masuk lewat IV

Zr. Rini
2 10.00 Melakukan perawatan DS :
Zr. Estu
luka Pasien bersedia

DO :
 Tampak luka post op kering
 Terdapat jahitan pada luka
 Luka tidak ada pus
 Luka ditutup tegaderm

Zr. Rini
2 10.10 Mempertahankan teknik DS :
Zr. Estu
aseptic saat melakukan Pasien bersedia

41
perawatan luka
DO :
Pasien kooperatif

1 12.00 Melakukan TTV DS : Zr. Estu


Pasien bersedia

DO :
TD : 110/70 mmHg
S : 36,2 ºC
RR : 20 x/m
N : 84 x/m
SpO2 : 98%

DS :
3 14.00 Menganjurkan istirahat Zr. Estu
Pasien bersedia

DO :
Pasien istirahat

E. Evaluasi Keperawatan

Hari/tgl No. Diagnosa Catatan Perkembangan Nama


petugas

Rabu, 25 April 2 S: Estu


2018 Pasien mengatakan sudah tidak cemas, setelah
melewati tindakan operasi.

42
O:
KU sakit sedang, kesadaran composmentis,
pasien terlihat lebih rileks dan tidak cemas.

A:
Masalah kecemasan teratasi.

P:
Hentikan intervensi
Kamis, 26 April 1 S: Estu
2018 Nyeri pada perut berkurang.

P : nyeri saat pasien bergerak


Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala nyeri 2
T : nyeri hilang-timbul

O:
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis, akral hangat, nadi kuat, tampak
rileks.

TTV:
TD: 120/80 mmHg
S: 36 ºC
N: 80 x/menit
RR: 20 x/menit

A:

43
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
 Monitor TTV dan KU
 Observasi keluhan nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologi: relaksasi
nafas dalam, distraksi
 Berikan obat analgetik ketorolac 2 x 1
ampul
2 S: Estu
Pasien mengatakan perih pada luka post
operasi berkurang

O:
KU sakit sedang, kesedaran composmentis,
luka tampak kering, luka diberi tegaderm,tidak
ada tanda-tanda infeksi.

A:
 Masalah resiko infeksi belum teratasi
P:
Pertahankan intervensi
 Pertahankan teknik aseptik
 Berikan obat antibiotik anbacim 2 x 1gr
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
3 S: Estu
Pasien mengatakan belum mampu beraktivitas
secara mandiri .

44
O:
KU sakit sedang, kesadaran composmentis,
pasien sudah jalan-jalan seperti ke kamar
mandi sendiri

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
 Dorong keluarga untuk membantu
aktivitas pasien
Jumat 27 April 1 S: Estu
2018 Nyeri pada perut berkurang.

P : nyeri saat pasien bergerak


Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : perut kanan bawah
S : skala nyeri 2
T : nyeri hilang-timbul

O:
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran
composmentis, akral hangat, nadi kuat, tampak
rileks.

TTV:
TD: 120/80 mmHg
S: 36 ºC
N: 80 x/menit

45
RR: 20 x/menit

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi
 Monitor TTV dan KU
 Observasi keluhan nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologi: relaksasi
nafas dalam, distraksi
 Berikan obat analgetik ketorolac 2x 1
ampul

2 S: Estu
Pasien mengatakan perih pada luka post
operasi berkurang

O:
KU sakit sedang, kesedaran composmentis,
luka tampak kering, luka diberi tegaderm.

A:
 Masalah resiko infeksi teratasi

P:
Pertahankan intervensi
 Pertahankan teknik aseptik
 Berikan obat antibiotik anbacim 2 x 1gr
46
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi.
3 S: Estu
Pasien mengatakan mampu beraktivitas secara
mandiri .

O:
KU sakit sedang, kesadaran composmentis,
pasien sudah jalan-jalan seperti ke kamar
mandi sendiri

A:
Masalah peningkatan dalam aktivitas fisik
teratasi.

P:
Hentikan intervensi

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan

47
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
(Syamsuhidayat R, 2004)

Pada kasus appendisitis,diagnose keperawatn yang biasanya sering muncul adalah


sebagai berikut :
Pre operasi :
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh
inflamasi)
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan absorsi
makanan tidak adekuat
7. Cemas berhubungan dengan tindakan prosedur pembedahan
Post operasi :
4. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post operasi
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri

B. Saran
Penting bagi pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan luka saat dirumah dan
mengenali tanda dan gejala dari infeksi luka post operasi. Bila terjadi tanda dan gejala infeksi,
seperti timbul rasa nyeri pada luka, rasa panas, mengalami pembengkakan, muncul kemerahan,
ada nanah pada daerah luka diharapkan untuk segera dibawa ke Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi


48
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Depatemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riskesdas 2013 dalam Angka. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Smeltzer & Bare (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8.
Jakarta: EGC
Brunner & suddarth (2013) Keperawatan Medical Bedah edisi 12. Jakarta EGC

Mansjoer. A. Dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.

PR PRESENTASI

PR dari Pak Bimo


1. Apa saja komplikasi dari appendiktomi ?
a. Perdarahan
b. Perlengkatan organ dalam

49
c. Infeksi pada daerah operasi
2. SAP
(terlampir)

PR dari bu Endang
1. Judul harus ada pre post
2. Askep tidak ada halamannya
3. Pathways tekanan intraluminal
4. Hasil Ds Do relaksasi pada implementasi
5. Laporan operasi

50

Anda mungkin juga menyukai