Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KASUS ETIK DAN LEGAL HUKUM DALAM

KEPERAWATAN

Pembimbing :
Prof. Dr. Hasim Purba, SH. M.Hum.

Disusun oleh :
Nama : Angenia Itoniat Zega
NIM 237046017

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
ETIK DAN HUKUM KEPERAWATAN

A. KASUS
Ny. Farida adalah seorang ibu yang sedang hamil bayi pertama hasil
perkawinan dengan suaminya Tn. Rudi. Tn.R berprofesi sebagai TNI, sedangkan
Ny.F seorang dokter umum. Selama kehamilannya berlangsung dari bulan
pertama sampai bulan terakhir, Ny.F senantiasa melakukan kontrol terhadap
perkembangan janinnya. Pada saat ingin melahirkan Ny.F di rawat di RS tipe C,
dalam proses persalinan terdapat hambatan. Selama 8 jam persalinan belum
terlaksana dan Ny.F terlihat kelelahan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa air
ketuban berkurang. Atas pertimbangan Dokter (DPJP) serta tenaga medis lainnya,
seharusnya Ny.F dirujuk ke RS kelas yang lebih tinggi/bagus agar bisa membantu
proses persalinan secara normal. Akan tetapi, RS yang akan dituju sangat jauh dan
hanya bisa ditempuh jalur darat sekitar 10 jam perjalanan. Maka DPJP dan Tim
medis lainnya melakukan perundingan dan telah mendapatkan persetujuan dari
suami, persalinan tetap dilakukan di RS tipe C dengan metode Operasi Caesar.
Tenaga medis yang tersedia pada saat itu adalah dr. Obgyn 1 orang, dr. Anestesi 1
orang, dr. Bedah 1 orang dan sejumlah perawat yang dibutuhkan. Operasi Caesar
berjalan lancar walaupun dilakukan pada malam hari. BBL ditempatkan di ruang
perawatan bayi. Setelah ± 6 jam bayi Ny.F ditemukan meninggal oleh perawat
yang sedang bertugas ingin memberi susu. Akibatnya, pihak keluarga menuntut
pihak RS, dokter, dan seluruh perawat. Hasil pemeriksaan, sebelum dikebumikan
ditemukan cairan pada rongga pernafasan dan organ lain. Akibatnya keluarga
korban melakukan tuntutan pidana dan melaporkan kejadian ini ke pihak polisi
untuk menggugat Rumah Sakit.

B. Pertanyaan
1. Buatlah analisis kasus dari aspek pelayanan kesehatan?
2. Apakah keputusan tindakan medis untuk operasi caesar dilakukan secara tepat?
3. Apakah penyebab kematian sang bayi karena cairan dari rongga pernapasan?
4. Mengapa bisa ada endapan cairan dirongga pernapasan si bayi?
5. Siapa yang harus bertanggung jawab atas ditemukannya cairan-cairan yang
mengendap pada pernapasan si bayi?
6. Buat uraian/analisis tentang masalah diatas?

C. Penyelesaian
1. Hasil analisis kasus dari aspek pelayanan kesehatan adalah Tindakan proses
persalinan mengalami hambatan, selama 8 jam persalinan belum terlaksana dan
pasien mengalami kelelahan dan air ketuban pasien sudah berkurang. Pada
kasus diatas, Pasien dan BBL belum dilakukan pemeriksaan berupa anamnesa
post partus. Berdasarkan kasus diatas, tersedianya dr. Obgyn yang seharusnya
dapat melakukan pemeriksaan kesehatan pada ibu nifas secara umum,
mengukur tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, denyut nadi, tanda infeksi
pada sayatan operasi caesar, Fundus uteri, kontraksi uterus, payudara,
memeriksa lokhea dan perdarahan.
Sedangkan pada BBL, diperlukan pemeriksaan penilaian APGAR, pencarian
kelainan kongenital, pemeriksaan cairan amnion, tali pusat, plasenta,
menimbang berat badan serta membandingkannya dengan masa gestasi,
pemeriksaan mulut, anus, garis tengah tubuh dan jenis kelamin. Namun,
pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh dokter anak dan bidan. Ketidaktersediaan
bidan dan dokter anak pada saat proses dan setelah kelahiran dapat
mengakibatkan pemeriksaan BBL tidak dapat dilakukan dan akan beresiko
tinggi pada kesehatan BBL.

Rumah Sakit Type C sesuai dengan PERATURAN MENTERI KESEHATAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 pasal 14
Bahwa :
a. Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar
dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik
b. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum,
Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut,
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan
Pelayanan Penunjang Non Klinik.
c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik
e. Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan
Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.

2. Secara keilmuan sudah benar. Dilakukannya tindakan operasi Caesar untuk


menghindari kondisi ibu dan bayi di kandungan kandungan dalam bahaya
karena ketidaksanggupan ibu untuk partus dan air ketuban juga sudah banyak
keluar dan berkurang. Indikasi Sectio Caesarea secara garis besar dibagi
menjadi dua : dari faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu yaitu ada riwayat
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta
previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat III, komplikasi
kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit jantung, Diabetes Melitus,
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya),
Cephalopelvic Disproportion (CPD), Preeklamsia Berat (PEB), Ketuban Pecah
Dini (KPD), bekas Sectio Caesarea sebelumnya, dan faktor hambatan jalan
lahir. Penyebab dari faktor janin berupa gawat janin, malpresentasi, malposisi
kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, dan kegagalan
persalinan vakum atau forceps ekstraksi. Dilakukannya tindakan operasi Caesar
untuk menghindari kondisi ibu dan bayi di kandungan kandungan dalam
bahaya karena ketidaksanggupan ibu untuk partus dan air ketuban juga sudah
banyak keluar dan berkurang (Putu, et al, 2021).
Akan tetapi secara SOP seharusnya ada dokter Anak yang mendampingi saat
proses operasi SC di lakukan supaya dapat melihat keadaan langsung keadaan
bayi dan sebaiknya harus di lakukan langsung Tindakan suction Pump untuk
mengurangi Slem (+) supaya memperlancar jalan napas bayi dan bayi ada
reaksi menangis kuat, memberikan rangsangan taktil, menghitung APGAR
score secara menyeluruh dalam waktu 1-15 menit pada setiap bayi yang baru
lahir.
Secara hukum proses pertolongan yang di lakukan pihak rumah sakit sudah
benar karena sebelumnya sudah diberikan inform concent dan keluarga sudah
menandatanganinya.

3. Penyebab kematian si bayi


Menurut kasus di atas, bayi sudah terlalu lama di dalam perut si ibu dan
mengalami hambatan 8 jam belum terlaksana proses persalinan sehingga
kemungkinan bayi terhirup cairan amnion yang sudah tercampur dengan
meconium yang dapat menyebabkan henti nafas.
Ada beberapa kondisi yang memicu bayi mengeluarkan mekonium, seperti
persalinan yang terlalu sulit, persalinan terlalu lama atau lebih dari usia 40
minggu, dan ibu memiliki riwayat penyakit diabetes atau tekanan darah tinggi.
Pada kasus tidak dijabarkan secara terperinci.

4. Cairan terdapat di rongga pernapasan bayi dikarenakan adanya proses


persalinan yang lama dan ketuban sudah pecah sehingga terhirup oleh janin,
jika persalinan dilakukan secara tepat dan cepat maka kemungkinan besar bayi
akan selamat dan tidak ada cairan di pernapasan bayi. Dan setelah bayi lahir
para medis yang menangani kasus tersebut tidak memeriksa pasien secara
menyeluruh. Namun saat ini cairan sudah masuk ke saluran pernapasan bayi
dan setelah ± 6 jam bayi ditemukan meninggal oleh perawat.

5. Pihak yang dapat dimintai pertanggung jawaban atas kelalaian dalam tindakan
medis yang menyebabkan bayi meninggal adalah manajemen Rumah sakit.
Tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab atas semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian oleh tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut.
Dalam managemen Rumah Sakit tidak tersedianya dokter anak dan bidan
sesuai dengan Rumah Sakit Tipe C.
6. Analisis/uraian saya tentang kasus diatas
a. SDM pada RS tipe C ini tidak sesuai dengan PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
340/MENKES/PER/III/2010
b. Tidak ada SPO tentang pemeriksaan bayi baru lahir di kamar bedah
c. Formulir patograf tidak ada selama persalinan berlangsung. Formulir
partograf yang digunakan sekarang merujuk pada labor care
guideline (LCG) dari WHO, yaitu informasi saat penerimaan
pasien, supportive care, kondisi janin saat persalinan, kondisi ibu selama
persalinan, proses persalinan, pengobatan, dan perencanaan (decision-
making). Pada form patograf ini ada isian yang berisi informasi terperinci
terkait kondisi janin/bayi, yaitu:
 Perlambatan denyut jantung bayi atau fetal heart rate
deceleration (FHR), yang diisi dengan N (no), E (early), L (late), atau
V (variable). Pencatatan FHR diulang setiap 30 menit jika masih dalam
batasan normal
 Kondisi cairan amnion, yang diisi dengan I (intact), C (ruptured clear
fluids), M (meconium), atau B (blood-stained fluid). Bila normal maka
cairan amnion dipantau kembali 4 jam setelahnya
 Jika hasil pemeriksaan menunjukkan tidak normal, segera dilaporkan ke
spesialis karena membutuhkan penanganan segera.

Anda mungkin juga menyukai