Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Kamis/22 Februari 2018

Analisis Organoleptik PJ Dosen : Ir. Dewi Sarastani , M.Si


Tim Penyaji : Kelompok 2 Asisten : Debi Kristanti

UJI PENGENALAN SIFAT SIFAT ORGANOLEPTIK


Kelompok 10 / BP1

Rizki Aulia Nuzullina J3E117092


Shinta Ariyani J3E117120

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera manusia
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya
perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi,
mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk pesaing,
mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan
memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk. (Nasiru, 2011).
Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat
rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya
rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau
tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan.

Rangsangan tidak selalu menghasilkan kesan. Rangasangan yang terlalu


rendah tidak cukup menghasilkan kesan, sebaliknya indera yang cacat atau sedang
sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan dengan baik dan tidak dapat
menghasilkan kesan wajar. Rangsangan terendah yang dimulai dapat
menghasilkan kesan disebut ambang rangsangan (stimulus threshold). Ambang
adalah batas kapasitas atau kemampuan sensori mengenal suatu rangsangan.
Ambang rangsangan (stimulus threshold) adalah suatu intensitas atau tingkat
rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respons. Lanfer et al. (2013)
menyatakan bahwa ambang sensori, yaitu konsentrasi terendah yang dapat
dirasakan, tidak relevan dengan sensasi rasa yang diterima seharihari. Pada
umumnya persepsi hedoriik (preferensi) berada pada konsentrasi rasa di atas am
bang sensori. Terdapat kemungkinan adanya keterkaitan an tara intensitas
penilaian supra-threshold (di atas ambang deteksi) dengan preferensi rasa dalam
pangan.
Dikenal empat macam ambang rangsangan, yaitu ambang mutlak
(absolute threshold), ambang pengenalan (recognation threshold), ambang
pembedaan (difference threshold), ambang batas (terminal threshold).
Ambang mutlak adalah jumlah benda rangsangan terkecil yang dapat
menghasilkan kesan. Dalam pengukurannya, ambang mutlak didasarkan pada
tingkat rangsangan yang dapat mrnghasilkan respon benar dari 50% panelis
atau populasi. Ambang pengenalan adalah jumlah benda rangsangan terkecil
yang dapat menghasilkan kesan dengan betul. Ambang pembedaan adalah
perbedaan terkecil dari dua tingkat rangsangan yang masih daat dikenali.
Ambang batas adalah rangsangan terkecil jika kenaikan intensitas rangsangan
tidak lagi menaikkan intensitas kesan, artinya pada ambang batas dicapai
kesan maksimum, meski jumlah rangsangan ditambah intensitas kesan tidak
berubah.
Kemampuan alat indra memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis
atau dibedakan berdasarkan jenis kesan, intensitas kesan, luas daerah kesan,
lama kesan dan kesan hedonik. Jenis kesan adalah kesan spesifik yang
dikenali misalnya rasa manis, asam dan asin. Intensitas kesan adalah kondisi
yang menggambarkan kuat lemahnya suatu rangsangan. Kemampuan
memberikan kesan dapat dibedakan juga berdasarkan kemampuan alat indra
memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut
meliputi kemampuan mendeteksi ( detection ), mengenali (recognition),
membedakan ( discrimination ), membandingkan ( scalling ) dan kemampuan
menyatakan suka atau tidak suka ( hedonik ). Perbedaan kemampuan tersebut
tidak begitu jelas pada panelis. Sangat sulit untuk dinyatakan bahwa satu
kemampuan sensori lebih penting dan lebih sulit untuk dipelajari. Karena
untuk setiap jenis sensori memiliki tingkat kesulitan yang berbeda- beda, dari
yang paling mudah hingga sulit atau dari yang paling sederhana sampai yang
kompleks (rumit).
Pada praktikum mata kuliah Analisis Organoleptik kali ini akan
melakukan uji Ambang Rangsang, dengan melakukan Uji Ambang Asam,Uji
Ambang Asin, dan Uji Ambang Manis.
1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum uji ambang rangsangan ini adalah untuk
memperkenalkan mahasiswa pada pengujian dan pengukuran nilai ambang mutlak
dan ambang pengenalan sifat indrawi asam, asin, dan manis.

BAB II

METODOLOGI

2.1 Bahan dan Alat


Alat :

1. Enam lusin gelas sloki


2. Satu lusin gelas besar,
3. Sendok kecil
4. Tiga gelas besar pembuat larutan,
5. Pengaduk panjang,
6. Timbangan Digital,
7. Tiga gelas ukur 100 mL
8. Tiga pipet 1 mL,
9. Tiga pipet 5 mL
10. Tiga pipet 10 mL.

Bahan :

1. Gula pasir (curah)


2. Garam halus (curah)
3. Asam sitrat
4. Beberapa galon air minum
2.2 Prosedur Kerja

2.2.1 Penyiapan Contoh Uji

2.2.2 Penyajian Contoh Uji


 Uji Ambang Asam

Gambar 2.3. Cara penyajian contoh uji ambang asam

Keterangan : Pada uji ambang asam ini, sembilan contoh uji terdiri
atas 9 gelas sloki larutan asam sitrat dengan tingkat konsentrasi
berbeda, setiap gelas sloki diberi kode berbeda dan kesembilan
gelas sloki disajikanbersama secara acak.
 Uji Ambang Asin

Gambar 2.3. Cara penyajian contoh uji ambang asin

Keterangan : Pada uji ambang asin ini, sembilan contoh uji terdiri
atas 9 gelas sloki larutan garam dapur dengan tingkat konsentrasi
berbeda, setiap gelas sloki diberi kode berbeda, dan kesembilan
gelas sloki disajikan bersama secara acak.
 Uji Ambang Manis

Gambar 2.3. Cara penyajian contoh uji ambang manis

Keterangan : Pada uji ambang manis ini,sembilan contoh uji terdiri


atas 9 gelas sloki larutan gula pasir dengan tingkat konsentrasi
berbeda, setiap gelas sloki diberi kode berbeda, dan kesembilan
gelas sloki disajika bersama secara acak.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Rekapitulasi Data Uji Tekstur,Kerenyahan dan Kekentalan
Uji Tekstur Agar-Agar/Jelly Uji Uji Kekentalan
Uji Aroma
No Nama Panelis Kekerasan Kekenyalan Kerenyah Susu
345 638 247 502 345 638 247 502 152 210 175 281 593 709 357 108
1 MUHAMMAD ILHAM ANANTA 1 1 1 1 1 1 1 1
2 IKHSAN SYUKRI BAKRI 3 4 2 1 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1
3 HESTI ANGELIA JUPANDA 2 1 4 3 4 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
4 NISRINA AFIFAH 2 1 3 4 2 1 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1
5 PATRICIA HELENA EKASARI 4 3 2 1 1 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1
6 MAYA MUSLIMAH 3 1 2 4 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1
7 LIANA ZAHRA 3 1 2 4 3 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1
8 AMELIA ADISTI 3 1 4 2 4 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
9 BIMA ARRASYID NASUTION 4 1 2 3 4 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
10 RIZKI AULIA NUZULLIANA 3 2 1 4 4 1 3 2 1 1 1 1 1 0 0 1
11 RATU BALQIS 4 1 2 3 4 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
12 PUSPITA DEWI WULANDARI 1 4 3 2 3 4 2 1 1 1 1 1 1 0 0 1
13 NADHIFAH SALSABILA 2 1 3 4 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 ABIE TAMAMI JISAQTRA 2 4 1 3 3 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
15 SRI SUSANTI NURAENI 4 1 2 3 4 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1
16 SHINTA ARIYANI 3 1 2 4 3 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1
17 BAQIYATUS SHOLIKHAH DEJESETYA 2 4 3 1 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 MUHAMMAD MUZAKI MUSLIM 3 2 1 4 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1
19 RAINAVA PUTRI AVILA 1 1 1 1 1 1 1 1
20 RAKA WIDIANTAMA 1 4 3 2 2 4 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1
21 ULYA KHIYARATUL MAR'AH 4 1 2 3 2 4 1 3 1 1 1 1 1 0 0 1
22 SALAMA ADZARI 2 1 3 4 1 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1
23 LAILA NURUL AMANAH 2 1 3 4 3 4 1 2 1 1 1 1 1 0 0 1
24 ANNISA KUSUMAWATI 2 1 3 4 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1
25 ASTI YASMINA RAHMA 2 1 3 4 3 1 2 4 1 1 1 1 1 0 1 0
26 KARISSA JUWITA SYAHFITRIYAH 3 1 2 4 3 1 2 4 1 1 0 0 1 0 0 1
27 ALIFIA TAMIMA MAWAR HADI PUTRI 2 1 3 4 3 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 FARADINA SALBILLA PUTRI 3 1 2 4 4 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1
29 PUTRI NILAM SARI 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah Respon 69 45 63 83 78 59 51 72
Jumlah Respon Benar 2,65 1,73 2,42 3,19 3,00 2,27 1,96 2,77 29 29 28 28 29 22 23 28
Jumlah Panelis 26 26 26 26 26 26 26 26 29 29 29 29 29 29 29 29
Persentase Repon Benar % 100 100 97 97 100 76 79 97
Tabel 3.1 Tabel hasil rekapitulasi

Keterangan: 1 = Respon Benar 0 = Respon Salah


Untuk dapat menganalisis data uji pada keripik dan susu, maka data uji diolah
dulu dengan menjumlahkan respon benar [1] pada setiap kolom contoh uji,
kemudian dapat dihitung persentase panelis yang memberi respon benar dari
setiap contoh uji.
Untuk dapat menganalisis data uji pada jelly diolah dengan menjumlahkan
nilai respon panelis kemudian dirata-ratakan respon penilaian jelly oleh
panelis. Untuk uji pada jelly tidak disediakan jawaban benar karena uji tersebut
merupakan pendapat berbeda masing-masing panelis.
Dari data di atas dilakukan analisis dengan cara menjumlahkan respon yang di
dapat dari 29 panelis, dengan keterangan respon benar adalah 1 dan respon salah
adalah 0 pada setiap kolom. Selanjutnya, dihitung jumlah respon bebenar terhadap
uji yang telah dilakukan dari seluruh panelis, serta dihitung presentasi panelis
yang merespon dengan respon benar untuk setiap contoh uji.

Keterangan:
Uji Ambang Asam
Kode Contoh Konsentrasi Asam Sitrat

423 0%
728 0.01%
531 0.02%
372 0.04%
823 0.06%
157 0.08%
931 0.1%
623 0.12%
321 0.14%

Uji Ambang Asin


Kode Contoh Konsentrasi Larutan Garam

347 0%
231 0.1%
796 0.2%
386 0.3%
210 0.6%
106 0.9%
021 1.2%
608 1.5%
512 1.8%

Uji Ambang Manis


Kode Contoh Konsentrasi Larutan Gula

219 0%
173 0.25%
032 0.5%
145 1.0%
237 1.5%
439 2.0%
790 2.5%
863 3.0%
987 3.5%

3.2 Pembahasan
Pada praktikum Uji Ambang Rangsangan dilakukan beberapa uji, yaitu uji
ambang asam, uji ambang asin, dan uji ambang manis. Uji-uji tersebut dilakukan
untuk memperkenalkan mahasiswa pada pengujian dan pengukuran nilai ambang
mutlak dan ambang pengenalan sifat indrawi asam, asin, dan manis.
Intensitas atau tingkat rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan
respon disebut ambang rangsangan (stimulus threshold). Prinsip pengujian
ambang rangsang adalah menyatakan ada atau tidak ada sifat indrawi tertentu
yang diujikan. Sejumlah sampel pengujian disajikan dan dinyatakan ada atau tidak
ada respon dari masing-masing contoh. Dikenal beberapa ambang rangsangan,
yaitu ambang mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (recognition
threshold), ambang pembedaan (difference threshold) dan ambang batas (terminal
threshold) (Soekarto dan Soewarno 1985 di dalam Desy Afriyanti 2010).
Ambang mutlak (detection threshold, Meilgard) adalah ukuran perangsang
terkecil yang dapat menghasilkan kesan, atau merupakan kesan yang terlemah (the
weakest taste) yang dapat dikenali. Secara konvensional ambang mutlak
didefinisikan sebagai tingkat rangsangan yang dapat menghasilkan respons benar
50% dari panelis atau populasi. Pada ambang mutlak ini jumlah benda rangsang
terkecil yang mulai menimbulkan kesan. Ambang pengenalan (recognition
threshold) yaitu jumlah benda rangsangan terkecil yang dapat menghasilkan kesan
dengan betul dimana panelis mampu mengenali jenis kesannya. Pada ambang
pengenalan kesan dapat dikenali 75% dari populasi atau panelis. Dalam praktek
analisis, ambang diperoleh dari nilai presentil 0,75 atau 75% respons panelis
(Soekarto, 1993). Ambang pembedaan adalah perbedaan terkecil dari dua tingkat
rangsangan yang masih dapat dikenali. Ambang batas adalah rangsangan terkecil
jika kenaikan intensitas rangsangan tidak lagi menaikkan intensitas kesan, artinya
pada ambang batas dicapai kesan maksimum, meski jumlah rangsangan ditambah
intensitas kesan tidak berubah (Sarastani,2018). Kemampuan manusia
memperoleh kesan dari suatu rangsangan tidak selamanya sebanding dengan
besarnya rangsangan yang diterima. Rangsangan yang terus ditingkatkan
konsentrasinya pada suatu saat tidak akan menghasilkan peningkatan intensitas
kesan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ambang rangsangan adalah sensitivitas


seseorang yang dapat berfluktuasi, umur (terlalu muda dan terlalu tua), kebiasaan
merokok, indera yang sedang sakit/cacat, dan pemakaian zat-zat yang dapat
mempengaruhi fungsi indera. Setiap orang mempunyai threshold yang berbeda-
beda. Di bawah threshold level, berbagai senyawa rasa masih dapat
mempengaruhi persepsi rasa secara keseluruhan, yang dikenal sebagai pengaruh
subthreshold level. Misalnya peningkatan konsentrasi garam dapat menyebabkan
peningkatan tingkat kemanisan dan penurunan tingkat kemasaman. Peningkatan
konsentrasi asam dapat meningkatkan keasinan dan peningkatan konsentrasi gula
dapat mengurangi tingkat keasinan dan kepahitan.

Kegunaan dari uji ambang rangsang dapat digunakan untuk mengetahui


sensitivitas dan seleksi panelis. Selain itu juga dapat digunakan untuk menentukan
tingkat konsentrasi terendah suatu stimulus yang dapat dideteksi (absolute
threshold), menentukan perubahan konsentrasi terkecil suatu stimulus yang dapat
dideteksi perubahannya (difference threshold), mengenal macam stimulus
(recognition threshold), atau menentukan konsentrasi rangsangan terkecil di mana
peningkatan konsentrasi rangsangan sudah tidak lagi mempengaruhi tingkat
intensitas kesan (terminal threshold).

Uji Ambang Asam


Pada praktikum uji ambang asam dilakukan dengan sembilan contoh uji
yang terdiri atas 9 gelas sloki larutan asam sitrat dengan tingkat konsentrasi
berbeda, setiap gelas sloki diberi kode berbeda dan kesembilan gelas sloki
disajikanbersama secara acak. Pada sampel larutan asam sitrat dengan konsentrasi
0% diberi kode 423, konsentrasi 0.01% diberi kode 728, konsentrasi 0.02% diberi
kode 531, konsentrasi 0.04% diberi kode 372, konsentrasi 0.06% diberi kode
823,konsentrasi 0.08% diberi kode 157,konsentrasi 0.1% diberi kode
931,konsentrasi 0.12% diberi kode 623 dan konsntrasi 0.14% panelis berhasil
mendeteksi adanya perbedaan antara air putih biasa dengan larutan asam sitrat.
Namun pada kosentrasi 0% terdapat 1 panelis yang mengartikan bahwa larutan
tersebut berasa asam padahal larutan tersebut adalah air putih biasa. Pada uji
ambang asam, diperoleh kesan pada kosentrasi asam 0% yaitu sebanyak 1 panelis,
kosentrasi asam 0,01% yaitu sebanyak 2 panelis, kosentrasi asam 0,02% yaitu
sebanyak 12 panelis, kosentrasi 0,04% yaitu sebanyak 26 panelis, kosentrasi
0,06% yaitu sebanyak 28 panelis, kosentrasi 0,08% yaitu sebanyak 28 panelis,
kosentrasi 0,1% yaitu sebanyak 28 panelis, kosentrasi 0,12% yaitu sebanyak 29
panelis, dan untuk kosentrasi 0,14% masing-masing sebanyak 29 panelis. Pada
konsentrasi 0,06% 0,08% dan 0,1% terdapat masing-masing 1 panelis yang
mendeteksi bahwa tidak terdapat rasa asam, kemungkinan panelis tersebut tidak
berkonsentrasi dan tidak meminum air putih sebagai penetral lidah sebelum
melakukan penilaian. Dan diperoleh frekuensi 100% dari keseluruhan 29 panelis
mendeteksi aterdapat rasa asam pada tingkat konsentrasi 0,12& dan 0,14%.

Pada percobaan uji ambang asam, indera yang lebih berperan dalam
mengidentifikasi produk adalah indera pencicipan atau indera pengecap. Indera
pencicipan berfungsi memberikan informasi kepada kita tentang makanan dan
minuman yang kita konsumsi. Reseptor pengecap terletak pada permukaan atas
lidah dan faring dan laring yang terletak didekatnya. Kepekaan pencicipan
terhadap rasa asam adalah 15000 bagian air per bagian zat nya.

Konsentrasi asam
Jumlah kesan
sitrat/kode
0% (423) 1
0,01% (728) 2
0,02%(531) 12
0,04% (372) 26
0,06% (823) 28
0,08% (157) 28
0.1% (931) 28
0,12% (623) 29
0,14% (321) 29 Tabel 1.
Jumlah kesan uji asam

Pada uji ambang asam diperoleh nilai ambang mutlaknya yaitu kosentrasi
di atas 0.02% dan di bawah 0.04% dimana pada kosentrasi tersebut sebanyak 50%
panelis dapat mendeteksi adanya rasa asam. Untuk nilai ambang pengenalannya
yaitu kosentrasi di atas 0.02% dan di bawah 0.04% dimana pada kosentrasi
tersebut sebanyak 75% panelis dapat mendeteksi adanya rasa asam Untuk nilai
ambang batasnya yaitu pada kosentrasi ???? Sedangkan untuk ambang
pembedaannya yaitu ???. Setelah melakukan perhitungan, nilai ambang rata-rata
yang diperoleh untuk uji asam adalah 0.0296, artinya rata-rata panelis mampu
mendeteksi adanya rasa asam yang dimulai pada kosentrasi 0.0296%.

Namun pada percobaan uji ambang asam terjadi kekeliruan, dimana untuk
kosentrasi 0% terdapat 1 panelis yang mengartikan bahwa larutan tersebut berasa
asam padahal hanyalah air minum biasa. Dan pada kosentrasi asam sitrat 0,06%
0,08 dan 0,1% terdapat masing-masing 1 panelis yang tidak mampu mendeteksi
adanya rasa asam.

Uji Ambang Asin


Pada praktikum uji ambang asin dilakukan dengan sembilan contoh uji
terdiri atas 9 gelas sloki larutan garam dapur dengan tingkat konsentrasi berbeda,
setiap gelas sloki diberi kode berbeda, dan kesembilan gelas sloki disajikan
bersama secara acak. Pada sampel larutan garam dengan konsentrasi 0% diberi
kode 347, konsentrasi 0.1% diberi kode 231,konsentrasi 0.2% diberi kode
796,konsentrasi 0.3% diberi kode 386, konsentrasi 0.6% diberi kode 210,
konsentrasi 0.9% diberi kode 106,konsentrasi 1.2% diberi kode 021, konsentrasi
1.5% ddiberi kode 608 dan konsetrasi 1.8% diberi kode 512. panelis berhasil
mendeteksi adanya perbedaan antara air minum biasa dengan larutan garam.
Namun
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Penilaian Organoleptik atau penilaian sensori adalah cara penilaian
yang menggunakan instrumen uji dengan indera manusia. Penilaian Sensorik
merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif dan kuno,tetapi masih
sangat umum digunakan. Penilaian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
jenis kelamin, usia,kondisi fisiologis, faktor genetis, dan kondisi psikologis
seorang panelis. Pengujian ini juga bertujuan untuk melatih kepekaan sensori
dari seorang panelis. Dengan uji tekstur produk agar-agar, para panelis dapat
melatih kepekaan terhadap tekstur dari suatu bahan dan melatih kepekaan
indera peraba. Pada praktikum uji aroma susu, indera yang digunkan adalah
indera penciuman. Sedangkan untuk uji kekentalan alat indera yang
digunakan adalah indera perasa. Dengan digunakannya indera perasa maka
diharapkan kondisi panelis sehat sehingga dapat fokus dalam menilai suatu
sampel.

4.2 Saran
Dalam pemilihan seorang panelis yang handal sebaiknya tidak
dilakukan hanya satu kali pengujian , namun sebaiknya melakukan uji-uji
yang lain yang berhubungan dengan organoleptik dan dapat meningkatkan
kepekaan sensori terhadap suatu bahan. Sebaiknya pada saat pengujian ,
seorang panelis diharapkan tidak dalam keadaan lapar, sakit, dan stres yang
akan mengakibatkan terganggunya fokus dan kepekaan sensori pada saat
pengujian dilakukan. Sebaiknya tim penyaji tidak terlalu lama dalam
mempersiapkan bahan bahan uji, dan laboraturium seharusnya dalam kondisi
yang tenang dan tidak banyak dilalui oleh orang sehingga panelis dapat fokus
ketika melakukan uji. Sebaiknya tim penyaji juga memperhatikan kebersihan
saat menyajikan sampel jangan sampai terdapat, strapler dan benda-benda
semacamnya yang dapat membahayakan kesehatan panelis.

DAFTAR PUSTAKA

Chandra Mahardika, Bani. Darmanto,YS. Nurcahya Dewi,Eko 2014. Program


Studi Teknologi Hasil Perikanan, Jurusan Perikanan. Jurnal Pengolahan
dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomer 3, Tahun 2014,
Halaman 112-120.https://media.neliti.com/media/publications/124961-ID-
karakteristik-permen-jelly-dengan-penggu.pdf [24 Februari 2018]

Gusti Ayu Fitri Diastari,I. Karang Agustina,Kadek. 2013.Laboratorium Kesehatan


Masyarakat Veteriner: Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi
Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar
portalgaruda.org/article.php?article=82698&val=974 [24 Februari 2018]

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga


Kependidikan, 2017. Modul Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian BAB
XVIOrganoleptik.http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/
MODUL%202017/Teknologi%20Pengolahan%20Hasil%20Pertanian/
BAB-XVI-Organoleptik.pdf [24 Februari 2018]

Rosanna. Octora,Yonas. Basuki ahza,Adil. Syah,dahrul 2015. Departemen ilmu


teknologi pangan fakultas teknologi pertanian IPB, Jurnal Prapemanasan
meningkatkan kerenyahan keripik singkong dan ubi jalar ungu
journal.ipb.ac.id/index.php/jtip/article/download/10705/ [24 Februari
2018]

S,Susiwi. 2009. Penilaian Organoleptik: Jurusan Kimia FMIPA Universitas


Pendidikan Indonesia. [24 Februari 2018]

Teknologi Pangan Unimus.2006.Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) dalam


IndustriPangan.http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/
Pengujian-Organoleptik-dalam-Industri-Pangan.pdf[24 Februari 2018]
LAMPIRAN

http://grahailmu.co.id/previewpdf/978-602-262-212-3-1225.pdf

(Nasiru, 2011)

http://repository.ut.ac.id/4683/1/PANG4427-M1.pdf

(Soekarto, 93).

http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Uji-Organoleptik-Produk-
Pangan.pdf

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/69163/1/Jurnal%20Mutu
%20Pangan%20-%20Preferensi%20dan%20Ambang%20-%20Dede%20R
%20A.pdf

Lanfer et 01. (2013

(Sarastani,2012).

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/72836/1/F14nca.pdf

(Setyaningsih et al. 2010).

Sarastani, D. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Jurusan


Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Diploma IPB, Bogor.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-mutiara-nugraheni-stpmsi/
labsheet-pmp-01.pdf

http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/1.Cover_.pdf

Anda mungkin juga menyukai