Anda di halaman 1dari 9

Tuhan Maha Tahu, Tapi Menunggu

God Sees The Truth, but Waits


- Leo Tolstoy -

Pada suatu masa sekitar tahun 1870an di Kekaisaran Rusia di kota Vladimir, hiduplah
seorang pedagang muda bernama Ivan Dmitrich Aksyonov. Ia mempunyai dua toko dan
sebuah rumah.

Aksyonov adalah pria yang tampan. Ia mempunyai sifat jenaka, dan berbakat dalam
bernyanyi. Saat masih muda dulu ia sering minum-minum, dan sering mengamuk tak
terkendali jika sudah mabuk berat. Untungnya setelah menikah ia berhenti melakukan hal
itu.

Suatu hari di musim panas, Aksyonov sedang bersiap pergi ke pekan raya Nizhny untuk
berdagang.

Aksyonov: “Istriku, aku akan pergi beberapa hari ke kota Nizhny untuk berdagang. Tinggalah
dirumah sebentar bersama anak-anak kita. Berdoalah agar dagangan kita habis dan aku bisa
membawa pulang beberapa hadiah untukmu dan anak-anak kita”

Istri: (istri nampak cemas), “Ivan Dmitrich, suamiku, bisakah kamu tidak pergi kemana-mana
hari ini? tadi malam aku bermimpi buruk tentang dirimu.”

Aksyonov: (tersenyum kecil), “Sepertinya kau takut jika aku pergi ke pekan raya, aku akan
bersenang-senang sendiri disana”

Istri:, “Tidak, Aku tak tahu apa lagi yang kutakutkan, aku telah mempercayaimu. Satu-
satunya yang kutahu adalah aku bermimpi buruk tentang dirimu. Aku bermimpi kau kembali
ke kota, dan ketika kau melepas topi, aku melihat rambutmu berubah menjadi uban
semuanya.”

Aksyonov: (tertawa), “Itu tanda keberuntungan aku akan berumur panjang. Lihat saja, aku
pasti bisa menjual semua barang daganganku, dan membawakanmu beberapa hadiah dari
pekan raya”

Setelah mengucapkan itu, ia pun mengucapkan selamat tinggal pada keluarganya, lalu pergi.

Setelah setengah hari dalam perjalanan, Aksyonov bertemu kawannya sesama pedangan
dari kota Ryazan.

[Pemain keluar]

Saudagar: “Aksyonov, temanku! Apakah kau mau ke Pekan raya Nizhny?”

Askyonov: “Ya! Aku akan kesana dan kembali setelah barang daganganku habis, kau sendiri
apa akan ke Nizhny juga?”

Saudagar: “Tentu saja! Tetapi jalanan telah gelap, lebih baik kita singgah dan beristirahat di
penginapan, nanti pagi kita bisa berangkat bersama. Perjalanan ke Nizhny cukup rawan
perampokan apalagi bagi pedagang seperti kita”
Aksyonov: “Baiklah, kita akan mencari penginapan disini”

Mereka pun menginap di penginapan yang sama di malam itu. Mereka minum teh, bercakap-
cakap, dan tidur di kamar yang sama. Namun bukan kebiasaan Aksyonov untuk tidur
menjelang subuh, dan karena keinginannya untuk lebih cepat pulang kerumahnya, iapun
membayar tagihan kamarnya lalu pergi melanjutkan perjalanan saat masih subuh dan
meninggalkan temannya yang ia lihat masih tidur pulas.

Ketika sekitar empat puluh kilometer menempuh perjalanan, Aksyonov pun menghentikan
kuda untuk diberi makan. Ia beristirahat sejenak di suatu kedai hendak makan dan minum.

Tak lama, tiba-tiba saja dua orang petugas kepolisian muncul. Mereka menghampiri
Aksyonov

Polisi 1: “Selamat sore tuan, kami petugas kepolisian yang sedang dalam penyelidikan.
Sebutkan identitas anda. Bisakah anda menjelaskan identitas anda?

Aksyonov: Aku adalah Aksyonov. Seorang pedagang”

Polisi 2: “Darimana asalmu?”

Aksyonov: “Aku dari kota Vladimir”

Polisi 1: (kedua polisi saling menoleh kemudian bertanya lebih keras) “Kemana tujuanmu?!”

Aksyonov: (sambil tersenyum) “Aku akan Nizhny untuk berdagang.

Polisi 2: “Dimana kau menginap malam tadi?!

Aksyonov: “Di penginapan di kota. Ada apa? Tidakah sebaiknya kalian lebih tenang dan
duduk minum teh bersamaku?”

Polisi 2: Apa kau sendirian, atau bersama seorang pedagang? Apa kau bertemu pedagang lain
pagi ini? Mengapa kau meninggalkan penginapan sebelum pagi?”

Aksyonov: “Mengapa anda balik bertanya pada saya seakan saya itu adalah pencuri atau
perampok? Saya sedang melakukan perjalanan untuk berdagang, anda tidak perlu mencurigai
saya.”

Polisi 1: Kami adalah petugas polisi di distrik ini. Saya menanyai anda karena pedagang yang
semalam menghabiskan waktu bersama anda telah ditemukan tewas dengan leher tersayat.
Kami harus memeriksa barang bawaan anda.”

Aksyonov: “Baiklah, silakan saja!”

[Polisi menggeledah Aksyonov, kemudian membuka kopernya]

Polisi 2: “Pisau siapa ini?!”

(Aksyonov menengok, dan melihat sebuah pisau berlumuran darah diambil dari dalam
tasnya, ia pun berdiri setengah loncat karena terkejut ketakutan.)
Aksyonov: “Mengapa bisa ada darah di pisau ini? Tidak! Mengapa bisa ada pisau?! (bicara
gagap dan panik) “A-aku tidak tahu.. bu-bukan aku..”

Polisi 1: “Pagi ini seorang pedagang ditemukan tewas di ranjang dengan leher tersayat.
Kaulah satu-satunya orang yang mungkin melakukannya. Ruangan itu tertutup dari dalam
dan tidak ada orang lain di sana. Di dalam tasmu ada sebuah pisau berlumuran darah. Wajah
dan sikapmu pun sangat mencurigakan! Katakan bagaimana kau membunuhnya, dan berapa
banyak uang yang kau curi?”

Aksyonov: “Aku bersumpah tidak melakukannya! Saat itu masih subuh sekali dan masih
gelap. Aku hanya melihat dia masih tertidur ketika aku pergi. Kalian sudah menggeledah
semua dan tidak menemukan uang curian tersebut. Apakah kalian masih mencurigaiku?”

Polisi 2: “Katakan itu di pengadilan! Tangkap dia!”

Aksyonov pun berdoa dan menangis. Uang dan barang dagangannya disita, dan dirinya
dikirim ke kota terdekat untuk ditahan. Penyelidikan atas sosok Aksyonov dilakukan di
Vladimir. Para pedagang dan penduduk setempat mengatakan bahwa di masa lalu Aksyonov
memang biasa bermabuk-mabukan dan menyia-nyiakan waktunya, namun kini ia telah
menjadi orang yang baik. Dan pengadilan pun tiba : Aksyonov didakwa membunuh seorang
pedagang dari Ryazan, dan mencuri dua puluh ribu rubel darinya.

Sang istri berada dalam keputus-asaan, ia tak tahu apa yang harus dipercaya lagi. Anak-
anaknya masih kecil; yang satu bahkan masih bayi dalam susuan. Dengan membawa semua
anak-anaknya, ia pun pergi ke kota dimana suaminya dipenjara. Mulanya ia tak
diperbolehkan untuk melihat sang suami; namun setelah memohon-mohon, akhirnya ia pun
mendapatkan izin dari petugas dan di antarkan untuk menemuinya. Sang istri langsung
berlutut dan untuk sesaat tak sadarkan diri, ketika ia melihat suaminya menggunakan baju
penjara dan dirantai, bertempat satu ruangan dengan para pencuri dan penjahat lainnya.
Sang istri merangkup anak-anaknya, lalu duduk didekat sel sang suami.

[Anak-anak dan istri Aksyonov menghampirinya. Duduk disebelah Aksyonov yang


termenung]

Istri: “Orang-orang di Vladimir telah mendengar berita bahwa kamu ditangkap dan dipenjara
atas tuduhan pembunuhan dan perampokan. Kami tidak bisa lagi tinggal dirumah itu. Toko
yang kita miliki pun telah sepi pembeli karena kejadian ini. Apa yang dapat kita lakukan
sekarang?”

Aksyonov: “Kita harus mengirim surat pada Kaisar untuk tidak membiarkan orang tak
bersalah dihukum.”

Istri: “Aku telah mengirim surat pada sang Kaisar, namun tidak diterima”

[Aksyonov tak menjawab, ia hanya tertunduk murung]

Istri: “Bukan tiada artinya aku bermimpi rambutmu beruban. Kau ingat? Seharusnya kau
tidak pergi kemana-mana hari itu. Suamiku, beritahu istrimu ini kebenaran, apa bukan kau
yang membunuhnya?”

Aksyonov: “Jadi, kau pun menuduhku!” (kemudian menyembunyikan wajahnya di balik


tangan, dan ia pun mulai terisak)
[2 Petugas Polisi datang untuk menyuruh pulang istri dan anak-anak Aksyonov]

Polisi 1: “Kalian harus segera pergi. Tahanan ini akan dibawa ke penjara pertambangan di
Siberia untuk menjalani hukumannya”

[kedua polisi tersebut menggiring mereka keluar]

Ketika mereka telah pergi, Aksyonov mengingat kembali apa yang telah mereka obrolkan,
dan ketika ia mengingat bahwa istrinya pun menuduhnya, ia bertutur pada dirinya sendiri.

Aksyonov: “Sepertinya hanya Tuhan yang mengetahui kebenarannya; hanya kepadanya aku
meminta, dan hanya darinya aku berharap belas kasih.”

[Aksyonov keluar]

Dan Aksyonov pun berhenti menulis petisi; ia berhenti berharap dan hanya berdo’a pada
Tuhan.

[Aksyonov dibawa kedepan hakim]

Hakim: “Hukuman atas perbuatanmu telah diputuskan, kau harus dicambuk 300 kali dan
dikirim ke penjara pertambangan. Segera laksanakan hukuman cambuk, besok ia harus segera
ikut pada pengiriman tahanan ke penjara pertambangan”

[Aksyonov dihukum cambuk]

Aksyonov dihukum cambuk dan dikirim ke pertambangan. Di sana ia dicambuk oleh simpul
tali, dan ketika luka yang ditimbulkan oleh simpul tali itu sembuh, ia pun segera dipindahkan
ke Siberia bersama narapidana lainnya.

[Aksyonov keluar, kembali lagi dengan kondisi tua]

Selama dua puluh enam tahun Aksyonov hidup sebagai seorang narapidana di Siberia.
Rambutnya berubah jadi seputih salju, dan janggut abu-abu tipisnya sudah tumbuh panjang.
Segala kegembiraan telah pergi dari dalam dirinya; ia membungkuk; berjalan pelan, sedikit
berbicara, tidak pernah tertawa, namun masih sering berdoa.

Di penjara Aksyonov belajar membuat sepatu boot, ia mendapatkan sedikit uang yang
digunakan untuk membeli buku The Lives of the Saints. Ia membaca buku tersebut ketika ada
cahaya yang cukup di penjara. Dan saat hari Minggu, di gereja penjara ia biasa membaca
kitab dan bernyanyi di paduan suara; karena suaranya masih terbilang cukup bagus.

Para sipir penjara menyukai Aksyonov karena sikapnya yang baik dan penurut, teman-teman
penjara pun menghormatinya: mereka memanggil Aksyonov sebagai “si Kakek,” atau juga
“Si Orang Saleh.” Ketika mereka ingin meminta sesuatu pada sipir penjara, mereka selalu
menjadikan Aksyonov sebagai juru bicara mereka. Dan ketika ada perselisihan di antara
para narapidana, merekapun akan datang kepada Aksyonov untuk menengahi perselisihan
dan menimbang masalah yang ada.

Tidak ada kabar dari rumah yang mencapai telinga Aksyonov, ia bahkan tidak tahu apakah
anak-anaknya masih hidup.
[kelompok narapidana baru masuk]

Suatu hari sebuah gerombolan narapidana baru datang ke penjara. Malamnya para
narapidana lama mengitari para narapidana baru itu dan bertanya darimana mereka
berasal, dan kenapa mereka bisa dihukum. Di antara para narapidana lama, Aksyonov
duduk dekat para pendatang dan mendengar dengan murung apa yang mereka bicarakan.

Satu di antara narapidana baru, seorang pria tinggi dan kuat berusia enam puluh tahunan,
dengan sebuah janggut abu-abu yang dipangkas, bercerita pada yang lain mengapa ia bisa
ditangkap.

[Beberapa tahanan masuk dan duduk melingkar]

Makar: “Baiklah, kawan, Aku akan menceritakan kenapa aku bisa dibawa ke sini. Aku hanya
mengambil seekor kuda yang diikatkan pada sebuah kereta tarik, setelah itu aku ditangkap
dan dituduh mencuri. Aku bilang aku mengambilnya agar dapat pulang lebih cepat, dan
setelah itu aku akan melepaskannya: di samping itu, pengemudinya pun adalah teman
dekatku. Jadi aku bilang, ‘Semua akan baik-baik saja.’ ‘Tidak’, kata mereka, ‘Kau telah
mencurinya.’ Tapi bagaimana dan dimana aku mencurinya mereka tidak menjelaskan. Hanya
sekali saja aku pernah melakukan hal yang jahat, dan seharusnya aku datang kesini bertahun-
tahun yang lalu, tapi saat itu aku tidak ditemukan. Kini aku dikirim kesini karena kasus yang
bukan apa-apa… Eh, itu bohong; aku pernah ke sini sebelumnya, tapi tidak tinggal terlalu
lama.”

Aksyonov: “Darimana kau berasal?”

Makar: “Dari Vladimir. Keluargaku ada di kota itu. Namaku adalah Makar, mereka biasa
memanggilku Semyonich.”

Aksyonov: “Beritahu aku, Semyonich, apakah kau tahu sesuatu tentang keluarga pedagang
Aksyonov dari Vladimir? Apakah mereka masih hidup?”

Makar: “Tentu saja. Keluarga Aksyonov itu kaya, meskipun kini ayahnya berada di Siberia:
penjahat seperti kita! Dan untukmu kek, bagaimana bisa kau datang kesini?”

Aksyonov: (menghela napas) “Untuk dosa-dosaku aku telah berada di penjara selama dua
puluh enam tahun.”

Makar: “Dosa-dosa apa?”

Aksyonov: “Yah, yah—yang pasti aku pantas menerima ganjarannya!” (Aksyonov berdiri
pelan hendak meninggalkan kumpulan itu)

Ia tidak berkata apapun lagi, tapi teman-temannya berkata pada si pendatang bagaimana
Aksyonov bisa ada di Siberia; tentang seseorang yang membunuh seorang pedagang, lalu
menyimpan pisaunya diantara barang bawaan Aksyonov, dan akhirnya Aksyonov pun
dihukum dengan tidak adil.

Makar: “yah, ini luar biasa! Sungguh luar biasa! Lihatlah, seberapa tua kau saat ini, kakek!”

Aksyonov: “Apakah aku mengenalmu?”


Makar: “Luar biasa sekali kita bisa bertemu di sini!”

Aksyonov: “Mungkin, Semyonich, kau pernah mendengar kasus itu, atau mungkin kau
pernah melihatku sebelumnya?”

Makar: “Bagaimana aku tak mendengarnya? Dunia ini penuh dengan rumor. Tapi itu sudah
lama sekali, aku sudah lupa apa yang kudengar.”

Aksyonov: “Mungkin kau mendengar siapa yang membunuh pedagang itu?”

Makar: “Pembunuh itu pastinya dia yang di tasnya ditemukan sebuah pisau! Jika seseorang
menyembunyikan pisau disana, seperti kata pepatah, ‘dia bukanlah pencuri hingga
tertangkap,’ lagipula bagaimana bisa seseorang menyimpan pisau di tasmu selagi benda itu
ada di bawah kepalamu? Pastinya kau akan segera terbangun!”

Ketika Aksyonov mendengar kata-kata itu, ia merasa yakin bahwa orang inilah yang telah
membunuh si pedagang.

[semua keluar] [Aksyonov masuk]

Ia pun bangkit dan melangkah pergi. Sepanjang malam itu Aksyonov terbangun. Ia merasa
amat tidak senang. Segala macam bayangan bermunculan di pikirannya. Ada bayangan sang
istri ketika ia berpisah dengan dirinya untuk pergi ke pekan raya. Ia membayangkan sang
istri seakan wanita itu berada disini; wajah dan matanya terangkat di depannya; ia
mendengar sang istri berbicara lalu tertawa. Dan ia melihat anak-anaknya, masih begitu
kecil, sama seperti waktu itu: yang satu menggenakan mantel mungil, dan yang satunya
menyusu di pangkuan sang ibu. Lalu ia mengingat dirinya ketika masih muda dan penuh
kegembiraan.

[Aksyonov duduk sendirian dan termenung, gelisah, berusaha tidur, terbangun, berdiri,
berjalan. Berdoa]

Ia ingat bagaimana ketika sedang duduk bermain gitar di serambi penginapan, lalu tiba-tiba
petugas datang menangkapnya, dan betapa tak dipedulikannya ia setelah itu. Ia melihat, di
pikirannya, tempat ketika ia dicambuk, sang algojo, dan orang-orang yang berdiri di
depannya; rantai-rantai, narapidana, semua masa dua puluh enam tahun kehidupan
penjaranya, dan umur tuanya yang datang terlalu cepat. Semua pikiran itu membuat dirinya
begitu menderita sehingga ia merasa siap untuk membunuh dirinya sendiri.

Aksyonov:“Semuanya ini gara-gara ulah si penjahat itu!”

Kemarahannya begitu besar pada Makar Semyonich sehingga ia berhasrat untuk membalas
dendam, meski dirinya akan mati jika melakukannya. Ia terus mencoba mengulang do’a
setiap malam, namun tidak mendapatkan kententraman. Selama seharian ia tidak sudi
mendekati bahkan melihat Makar Semyonich.

Dua minggu berlalu seperti itu. Aksyonov tidak bisa tidur di malam hari, ia begitu susah hati
sehingga tak tahu apa yang harus dilakukannya.

[Aksyonov berjalan diantara tahanan yang sedang tidur, tiba-tiba ia melihat Makar sedang
merangkak dibawah kolong. Aksyonov berusaha tidak peduli, namun Makar menarik
tangannya dan menahan badannya]
Makar: “Pak Tua, aku telah menggali lubang dibawah sini. Setiap hari aku membawa tanah
ini disepatuku dan membuangnya di perjalanan menuju pertambangan. Pokoknya kau diam
saja, pak tua, kau pun akan kuajak keluar. Jika kau banyak bicara, mereka akan menjatuhi
hukuman mati bagi tahanan yang mencoba kabur. Jika kau bicara dan aku tertangkap, aku
yang akan menghabisimu terlebih dahulu!”

Aksyonov: (meronta dari pegangan Makar), “Aku tidak ingin kabur, dan kau tidak usah
membunuhku; kau telah melakukannya bertahun-tahun yang lalu! Asal kau tahu saja—aku
mungkin melaporkanmu atau tidak, biarlah Tuhan yang memberi jawaban.”

[semua keluar] [dua polisi tahanan masuk]

Polisi 1: Kami menemukan bekas-bekas tanah disini dan berarti ada diantar kalian yang
menggali tanah untuk mencoba kabur. Katakan sekarang juga, siapa pelakunya?!”

[semua diam tidak ada jawaban, polisi kemudian bicara pada hakim]

Polisi 2: “dalam persoalan ini, sebaiknya kita bertanya pada Aksyonov, dia seorang yang
jujur dan dapat dipercaya oleh kita”

Hakim: Pak Tua Aksyonov, katakan pada kami, siapa diantara mereka yang mencoba kabur.
Kami mengenalmu sangat lama. Kami akan mengabulkan beberapa permintaanmu jika kau
berkata sebenarnya. Kau adalah pria tua yang bisa dipercaya; katakan, atas nama Tuhan,
siapa yang menggali lubang?”

[Makar melihat tajam ke arah Aksyonov. Aksyonov terdiam beberapa saat]

Hakim: “Baiklah, Pak Tua, katakan kebenarannya: siapa yang telah menggali di bawah
tembok?”

Aksyonov: (melirik ke arah Makar), “Aku tak dapat mengatakannya. Bukanlah kehendak
Tuhan jika aku mengatakannya! Lakukan saja apa yang kau suka pada diriku; nasibku ada
ditanganmu Yang Mulia Hakim”

Hakim: (diam sejenak) “baiklah Aksyonov, aku hanya perlu satu jawabanmu. Jika kau
berkata tidak, maka aku menghormatinya. Namun pengawasan akan diperketat. Aku berkata
pada kalian semua, barang siapa mencoba kabur, akan dihukum cambuk sampai mati. Ingat
itu! Kejadian ini akan kubiarkan dulu. Sekarang kalian kembali ke pertambangan!”

[semua keluar] [Aksyonov masuk dan tidur] [Makar menyusul masuk mendekati Aksyonov]

Aksyonov: “Apa lagi yang kau inginkan dariku? Mengapa kau datang kesini?”

[Makar hanya terdiam]

Aksyonov: “Apa yang kau inginkan? Pergi atau aku akan memanggil penjaga!”

[Makar membungkuk dan mendekati Aksyonov dan berbisik]

Makar: “Ivan Dmitrich, maafkan aku!”


Aksyonov: “Untuk apa?”

Makar: “Akulah yang membunuh si pedagang dan menyembunyikan pisaunya di antara


barang bawaanmu. Aku bermaksud membunuhmu juga, tapi aku mendengar suara ribut dari
luar, jadi aku sembunyikan pisau itu di tasmu dan melarikan diri melalui jendela.”

[Aksyonov terdiam, Makar bergeser dan berlutut di lantai menyembah Aksyonov)]

Makar: “Ivan Dmitrich, Maafkan aku! Demi belas kasih Tuhan, maafkan aku! Aku akan
mengaku bahwa akulah yang membunuh si pedagang, kau akan dibebaskan dan pulang ke
rumahmu!”

Aksyonov: “Mudah bagimu jika hanya berbicara, Aku telah menggantikanmu menderita
selama dua puluh enam tahun ini. Kemana aku harus pergi sekarang? istriku mungkin
meninggal, dan anak-anakku telah melupakanku. Aku tak mempunyai tempat untuk pergi!”

[Makar tidak bangkit, ia membenturkan kepalanya ke lantai]

Makar: “Ivan Dmitrich, maafkan aku!” (menangis) Ketika mereka mencambukku, rasanya
tidak seberat saat aku melihatmu kini. Kau telah mengasihaniku dengan tidak memberitahu
mereka. Maafkanlah aku Pak Tua, aku adalah orang yang hina!”

[Aksyonov mendengar tangisannya, dan mulai meneteskan air mata]

Aksyonov: “Tuhan akan memaafkanmu! Mungkin saja aku ratusan kali lebih berdosa dari
dirimu.”

Kata-kata itu meringankan hatinya, dan keinginannya untuk pulang pun telah hilang. Ia
tidak mempunyai hasrat lagi untuk keluar dari penjara. Saat ini Aksyonov hanya ingin
beristirahat.

[Aksyonov kembali tidur] [Makar pergi mencari penjaga]

Makar: Penjaga. Bawalah aku kehadapan hakim. Aku ingin mengakui dosaku agar aku
dihukum dengan pantas!”

Polisi 2: “Apa maksudmu dan apa yang kau perbuat?”

Makar: “Akulah yang membunuh pedangan 26 tahun lalu yang kalian tuduhkan pada
Aksyonov. Kita semua telah menghukum orang yang tidak bersalah!”

Polisi 1: “Kau harus bersaksi didepan hakim demi nama Aksyonov!”

[kedua polisi membawa Makar kehadapan hakim]

Polisi 2: “Yang mulia, pria ini telah mengaku bahwa dialah yang membunuh pedangan yang
dituduhkan pada Aksyonov”

Makar: “Ya, itu benar Yang Mulia. Aku lah pembunuh yang sebenarnya!”
Hakim: “Jika demikian pengakuan dosamu, maka kita harus menemui Aksyonov sekarang
juga”

[mereka semua melihat Aksyonov yang tertidur dan membangunkannya, tapi Aksyonov tidak
bangun. Hakim memeriksa napas dan nadi Aksyonov]

Hakim: “Pak Tua Aksyonov telah meninggalkan kita. Bawalah dia ke gereja untuk diadakan
pemakaman baginya”

[mereka menggotong Aksyonov keluar]


- Selesai -

Anda mungkin juga menyukai