Anda di halaman 1dari 46

KUMPULAN TERJEMAHAN CERITA LISAN RAKYAT RUSIA

Oleh Tri Yulianty K. NIP 132310586


Program Studi Sastra Rusia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Jatinangor 20
07

KATA PENGANTAR
Kumpulan Terjemahan Cerita Lisan Rakyat Rusia ini disusun sebagai upaya penunjan
g dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada Program Studi Sastra Rusia, khususn
ya untuk mata kuliah Cerita Rakyat Rusia, dan mata kuliah lain yang memiliki ket
erkaitan dengan masyarakat dan budaya Rusia, seperti mata kuliah Folklor Rusia a
tau Tradisi dan Budaya Rusia, serta Mozaik Seni Rusia. Kelancaran proses KBM tid
ak akan tercapai tanpa ditunjang oleh sarana dan prasarana, yang salah satunya a
dalah ketersediaan materi perkuliahan. Kesulitan dalam mendapatkan buku-buku men
genai cerita rakyat Rusia menjadikan salah satu alasan penyusunan kumpulan terje
mahan ini. Cerita-cerita rakyat Rusia ini diterjemahkan langsung dari bahasa Rus
ia ke dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah pemahaman para mahasiswa terhadap
isi cerita. Akhir kata, semoga kumpulan terjemahan cerita lisan rakyat Rusia in
i dapat menjadi sumbangan berharga, khususnya sebagai sarana penunjang KBM di Pr
odi Sastra Rusia, dan dapat menambah wawasan mengenai budaya Rusia melalui cerit
a rakyat.
Jatinangor, Juni 2007 Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Ivan Tsarevich dan Serigala Abu-abu 1

Seruling Gembala . 9 Sivka-burka 14 Atas P

Cerita Lisan Rakyat Rusia


Ivan Tsarevich dan Serigala Abu-Abu
Hiduplah seorang tsar bernama Berendya. Dia mempunyai tiga orang anak laki-laki.
Anak bungsunya bernama Ivan. Di istana tsar ada kebun yang sangat indah, di san
a tumbuh pohon apel dengan buahnya yang berwarna emas. Suatu hari ada yang memas
uki kebun tsar dan mencuri buah apel emas itu. Tsar menjadi gusar. Ia memerintah
kan penjaga untuk mengawasi kebunnya, tapi tak ada penjaga yang bisa mengintai p
encurinya. Tsar mulai tidak mau makan dan minum, ia sangat sedih. Anak-anaknya m
enghibur. Ayahku sayang, jangan sedih, kami sendiri yang akan menjaga kebun itu. A
nak yang paling besar berkata: Hari ini giliranku, aku akan menjaga kebun dari pe
ncuri. Anak yang paling besar itu pergi. Beberapa jam berlalu dia tidak melihat s
iapapun, lalu ia duduk di atas rumput yang empuk dan tertidur. Nah, apakah ada ka
bar gembira? Apakah kamu melihat pencurinya? Tidak ayahku sayang, sepanjang malam
aku tidak tidur, tidak memejamkan mata, tapi tidak melihat siapapun. Malam beriku
tnya giliran anak kedua berjaga dan dia juga tertidur sepanjang malam, tapi pagi
harinya dia berkata bahwa dia tidak melihat pencurinya. Tiba giliran anak bungs
u berjaga. Ivan Tsarevich pergi menjaga kebun ayahnya. Ia bahkan tidak berani du
duk karena takut tertidur. Saat kantuk menyerang, ia mencuci mukanya dengan embu
n dari rerumputan sehingga rasa kantuk hilang. Setengah malam berlalu, ia merasa
kan keanehan: di kebun itu terang. Makin terang dan makin terang. Seluruh kebun
menjadi terang. Dia melihat di atas pohon apel hinggap seekor burung Zar dan mem
atuki buah-buah apel emas. Ivan Tsarevich

mengendap-endap mendekati pohon apel dan menangkap ekor burung itu. Burung Zar b
erontak dan terbang, di tangan Ivan hanya tertinggal satu bulu ekornya. Pagi har
inya Ivan mendatangi ayahnya. Bagaimana Ivan, anakku, apakah kamu melihat pencuri
nya? Ayahku sayang, aku tidak bisa menangkapnya, tapi aku tahu, siapa yang merusak
kebun kita. Ini aku dapat bukti si pencuri itu. Ini, ayahku, burung Zar. Tsar me
ngambil bulu itu dan sejak saat itu dia kembali mau makan dan minum, dan tidak l
agi sedih. Begitulah hingga pada suatu hari yang indah dia memikirkan burung Zar
itu. Lalu dia memanggil anak-anaknya dan berkata kepada mereka: Anak-anakku saya
ng, siapkan kuda-kuda terbaik, pergilah mengikuti terangnya cahaya untuk mengeta
hui dimana burung Zar itu. Mereka menuruti perintah ayahnya. Mereka menyiapkan ku
da terbaik dan pergi: anak yang paling besar pergi ke satu arah, yang kedua ke a
rah lain, dan Ivan ke arah ketiga. Berjalan Ivan Tsarevich entah lama entah sebe
ntar. Saat itu musim panas. Ivan Tsarevich merasa lelah dan turun dari kudanya.
Ia melepaskan kuda itu lalu dia sendiri tidur. Entah lama entah sebentar waktu b
erjalan, Ivan Tsarevich terbangun dan melihat kudanya tidak ada. Dia pergi menca
ri, berjalan, berjalan, dan menemukan kudanya ia hanya menemukan tulang-tulangny
a yang telah digigiti. Ivan Tsarevich sedih: bagaimana ia bisa pergi jauh tanpa
kuda? Bagaimana ini, pikirnya, tak ada yang bisa dilakukan lagi. Ia berjalan kaki, b
erjalan, berjalan, lelah sampai setengah mati. Lalu ia duduk di atas rumput yang
empuk. Entah darimana, berlari mendatanginya seekor serigala abu-abu: Apa yang m
embuatmu sedih, Ivan Tsarevich? Bagaimana aku tidak sedih, hai serigala abu-abu? K
uda terbaikku tidak ada. Ivan Tsarevich, aku yang makan kudamu aku kasihan padamu!
Ceritakanlah, untuk apa kamu pergi jauh? Kemana tujuanmu?

Ayahku memerintahkan untuk pergi mengikuti terangnya cahaya, untuk menemukan buru
ng Zar. Uh, uh, walaupun berjalan selama tiga tahun dengan menunggang kuda terbaik
mu, kamu tidak akan sampai ke tempat burung Zar itu. Hanya aku yang tahu, dimana
burung itu tinggal. Jadi, beginilahaku telah memakan kudamu, jadi akulah yang be
rtugas menjadi kepercayaanmu. Duduklah di atas punggungku dan berpeganglah eraterat. Ivan Tsarevich duduk di atas punggung serigala itu, lalu serigala abuabu it
u berlari. Hutan-hutan yang biru melintas cepat di mata, danaudanau terlihat sep
erti ekor. Entah lama entah sebentar mereka berlari hingga sampai di benteng tin
ggi sebuah istana. Serigala abu-abu berkata: Dengarkan aku, Ivan Tsarevich, ingat
lah: merayaplah lewat dinding, jangan takut waktunya tepat, semua penjaga sedang
tidur. Kamu akan melihat tingkap di atap menara, di sana ada sangkar emas, dan
di dalam sangkar itu ada burung Zar. Kamu ambil burung Zar itu, sembunyikan di b
alik bajumu, dan ingatlah, jangan ambil sangkarnya! Ivan Tsarevich merayap lewat
dinding, melihat atap menara di tingkapnya ada sangkar emas, di dalam sangkar it
u ada burung Zar. Dia mengambil burung itu dan menyembunyikannya di balik baju,
tapi ia kemudian melihat sangkar itu. Jantungnya bergetar: Ahsangkar emas yang ind
ah sekali! Masa tidak aku bawa?! Lupalah ia dengan apa yang diperintahkan serigal
a. Baru saja ia menyentuh sangkar itu, di benteng istana terdengar bunyi-bunyi:
terompet dibunyikan, genderang dibunyikan, para penjaga terbangun, menangkap Iva
n Tsarevich dan membawanya menghadap Tsar Afron. Tsar Afron marah dan bertanya: S
iapa kamu? Darimana kamu? Saya Ivan Tsarevich, putra Tsar Berendya. Ah, betapa memal
ukan! Anak seorang tsar datang untuk mencuri. Lalu bagaimana dengan burung Zar-mu
yang datang merusak kebun kami?

Ah..seandainya kamu datang kepadaku, meminta baik-baik, aku akan menyerahkan buru
ng itu padamu, sebagai rasa hormatku pada orang tuamu, Tsar Berendya. Namun, kin
i seluruh kota membicarakan hal yang tidak baik tentang kamu Nah, baiklah, kamu a
kan melakukan suatu tugas untukku, aku akan menyuruhmu. Di istana Tsar Kusman ad
a seekor kuda bersurai emas. Bawalah kuda itu padaku, nanti akan kuberikan burun
g Zar itu dengan sangkarnya. Ivan Tsarevich pergi menemui serigala abu-abu. Serig
ala itu berkata padanya: Sudah aku katakan padamu, jangan sentuh sangkarnya! Meng
apa kamu tidak mendengarkan perintahku? Oh, maafkan aku, maafkan, serigala abu-abu
. Ya, ya, maafkanBaiklah, duduklah di atas punggungku. Tak usah bicara, aku akan me
mbawamu. Berlari lagi serigala itu dengan Ivan Tsarevich di atas punggungnya. Ent
ah lama entah sebentar, mereka berlari hingga sampai di benteng sebuah istana, d
imana kuda bersurai emas itu berada. Merayaplah, Ivan Tsarevich, lewat dinding, p
ara penjaga sedang tidur. Pergilah ke kandang kuda, ambil kudanya, tapi ingatlah
, jangan ambil tali kekangnya! Ivan Tsarevich merayap lewat dinding, di sana para
penjaga sedang tidur. Ia masuk ke kandang kuda, menangkap kuda bersurai emas it
u, tapi kemudian ia ingin memiliki tali kekang kuda itu tali kekang emas, dihias
i batu-batu indah, dengan tali kekang itulah kuda bersurai emas cocok berjalan-j
alan. Begitu Ivan Tsarevich menyentuh tali kekang, terdengar bunyi-bunyi di selu
ruh benteng istana: terompet dibunyikan, genderang dibunyikan, para penjaga terb
angun, menangkap Ivan Tsarevich dan membawanya menghadap Tsar Kusman. Siapa kamu?
Darimana kamu? Saya Ivan Tsarevich.

Ah, bodoh sekali, mencuri kuda! Petani miskin pun tidak akan setuju dengan perbua
tan itu. Baiklah, aku menyuruhmu, Ivan Tsarevich, melakukan tugas untukku. Tsar
Dalmat punya anak gadis, Elena Prekrasnaya. Culik dia, lalu bawa kepadaku. Aku a
kan menghadiahimu kuda bersurai emas itu dengan tali kekangnya. Ivan Tsarevich pe
rgi lagi menemui serigala abu-abu. Aku sudah berkata padamu, Ivan Tsarevich, jang
an ambil tali kekangnya! Kamu tidak mendengarkan perintahku. Ya, maafkan aku, maaf
kan, serigala abu-abu. Ya, ya, maafkanNah, baiklah, duduk di atas punggungku. Kembal
i serigala abu-abu itu berlari dengan membawa Ivan Tsarevich. Mereka sampai di i
stana Tsar Dalmat. Di istananya, di taman, Elena Prekrasnaya sedang berjalan-jal
an dengan para dayang. Serigala abuabu berkata: Kali ini aku sendiri yang akan pe
rgi ke sana. Dan kamu, kembalilah, aku akan segera menyusulmu. Ivan Tsarevich kem
bali, sedangkan serigala abu-abu merayap lewat dinding, lalu ke taman. Ia bersem
bunyi di balik semak-semak dan memperhatikan. Elena Prekrasnaya keluar dengan da
yang-dayangnya. Dia berjalan-jalan, berjalan-jalan, dan saat dia tanpa dayang-da
yang, serigala abu-abu menangkap Elena Prekrasnaya, mendudukannya di atas punggu
ngnya dan lari. Ivan Tsarevich sedang berjalan kaki ketika tiba-tiba serigala ab
u-abu itu menyusulnya, di atas punggungnya duduk Elena Prekrasnaya. Ivan Tsarevi
ch gembira. Serigala abu-abu berkata padanya: Cepat duduk di atas punggungku, sup
aya kita tidak terkejar. Serigala abu-abu itu melesat kembali dengan Ivan Tsarevi
ch dan Elena Prekrasnaya di punggungnya hutan-hutan yang biru melintas cepat di
mata, sungai dan danau tampak seperti ekor. Entah lama entah sebentar mereka sam
pai di istana Tsar Kusman. Serigala abu-abu berkata: Nah, Ivan Tsarevich, bagaima
na?

Ya, bagaimana aku tidak sedih, wahai serigala abu-abu? Akan berpisah dengan si ca
ntik ini! Bagaimana mungkin aku akan menukarkan Elena Prekrasnaya dengan seekor
kuda? Serigala abu-abu itu menjawab: Aku tidak akan memisahkanmu dengan si cantik
ini, kita akan menyembunyikannya di suatu tempat, lalu aku akan berpura-pura men
jadi Elena Prekrasnaya. Kamu bawa aku kepada tsar. Lalu mereka menyembunyikan Ele
na di pondok di dalam hutan. Serigala abu-abu membalikkan kepala dan ia berubah
menjadi persis seperti Elena Prekrasnaya. Ivan Tsarevich membawanya kepada Tsar
Kusman. Tsar itu sangat gembira dan mengucapkan terima kasih: Terima kasih, Ivan
Tsarevich, telah membawakan mempelai wanita untukku. Bawalah kuda surai emas itu
bersama tali kekangnya. Ivan Tsarevich duduk di atas kuda itu dan pergi menjempu
t Elena Prekrasnaya. Ia membawanya, mendudukannya di atas kuda, dan pergi melanj
utkan perjalanan. Tsar Kusman mengadakan pesta pernikahan, makan-makan dari sian
g hingga malam. Saat waktunya tidur, ia membawa Elena Prekrasnaya ke kamar, tapi
baru saja hendak membaringkannya di ranjang, dia melihat moncong serigala! Deng
an ketakutan tsar itu turun dari tempat tidur, sedangkan si serigala berlari kab
ur. Serigala abu-abu menyusul Ivan Tsarevich dan bertanya: Apa yang kau lamunkan,
Ivan Tsarevich? Bagaimana aku tidak melamun? Aku sedih berpisah dengan binatang i
ni kuda bersurai emas, dan menukarkannya dengan burung Zar. Tak usah sedih, aku ak
an menolongmu. Begitulah, mereka sampai di istana Tsar Afron. Serigala berkata: Ka
mu sembunyikan kuda ini dan Elena Prekrasnaya di hutan, lalu aku akan berpura-pu
ra menjadi kuda bersurai emas, kamu bawa aku kepada Tsar Afron.

Mereka menyembunyikan Elena Prekrasnaya dan kuda bersurai emas di hutan. Serigal
a abu-abu membalikkan kepala dan berubah menjadi seperti kuda bersurai emas. Iva
n Tsarevich membawanya kepada Tsar Afron. Tsar senang dan memberikan burung Zar
bersama sangkar emasnya. Ivan Tsarevich kembali berjalan kaki ke hutan, ia mendu
dukkan Elena Prekrasnaya di atas kuda bersurai emas, mengambil sangkar emas beri
si burung Zar dan berjalan menuju istananya. Sementara itu, Tsar Afron memerinta
hkan untuk membawa kuda hadiah itu kepadanya, tapi saat baru saja ia akan duduk
di atas punggungnya kuda itu berubah menjadi serigala abu-abu. Dengan ketakutan
tsar itu berdiri dan jatuh, sedangkan serigala abu-abu berlari pergi dan segera
menyusul Ivan Tsarevich. Kini, selamat tinggal, saya tidak bisa pergi lebih jauh
lagi. Ivan Tsarevich turun dari kuda dan tiga kali membungkuk hingga tanah, denga
n penuh hormat berterima kasih kepada serigala abu-abu. Lalu berkata: Jangan terl
alu lama berpisah, aku masih memerlukanmu. Ivan Tsarevich berpikir: Mengapa masih
diperlukan? Semua keinginanku telah terpenuhi. Dia duduk di atas kuda bersurai em
aas itu, dan berjalan lagi dengan Elena Prekrasnaya, dengan burung Zar. Dia samp
ai di pinggir hutan, dia ingat bahwa dia punya sedikit roti. Mereka makan dan mi
num dari mata air, lalu beristirahat. Saat Ivan Tsarevich tertidur, datang kakak
-kakaknya. Mereka pergi ke daerah lain, mencari burung Zar, tapi pulang dengan t
angan hampa. Mereka tiba dan melihat semua hasil buruan Ivan Tsarevich. Lalu mer
eka berkata: Ayo, kita bunuh saudara kita, semua hasil buruannya akan jadi milik
kita. Mereka membunuh Ivan Tsarevich. Lalu duduk di atas kuda bersurai emas, meng
ambil burung Zar, dan mendudukkan Elena Prekrasnaya di atas kuda dan menakut-nak
utinya:

Nanti di rumah, jangan berkata apapun! Ivan Tsarevich terbaring mati, di atasnya b
erterbangan burung gagak. Entah darimana, datang berlari serigala abu-abu dan me
nangkap anak burung gagak. Terbanglah kau, burung gagak, untuk membawa air kemati
an dan kehidupan. Bawa padaku air kematian dan kehidupan itu, nanti aku bebaskan
anakmu. Burung gagak, yang tidak dapat berbuat apapun, terbang, sedangkan seriga
la menahan anaknya. Entah lama burung gagak itu terbang, entah sebentar, dia mem
bawa air kematian dan kehidupan. Serigala abu-abu mencipratkan air kematian pada
luka Ivan Tsarevich lukanya sembuh, lalu mencipratkan air kehidupan dan Ivan Ts
arevich hidup. Oh, begitu pulasnya aku tidur! Kamu tidur sangat pulas, kata serigala
abu-abu. Jika tak ada aku, kamu sama sekali tidak akan bangun. Saudara-saudaramu
membunuhmu dan membawa pergi semua hasil buruanmu. Cepat duduklah di atas punggu
ngku. Mereka pergi mengejar kedua kakaknya. Di sana serigala abu-abu mencakar mer
eka sampai mati. Ivan Tsarevich membungkuk hormat kepada serigala abu-abu dan be
rpisah dengannya untuk selamanya. Ivan Tsarevich pulang dengan naik kuda besurai
emas, membawa burung Zar untuk ayahnya, dan untuk dirinya sendir - mempelai wan
ita, Elena Prekrasnaya. Tsar Berendya merasa senang. Ia bertanya pada anaknya. I
van Tsarevich menceritakan, bagaimana serigala abu-abu telah membantunya mendapa
tkan buruan, dan bagaimana kakak-kakaknya membunuhnya ketika ia tidur, dan bagai
mana serigala abu-abu mencakar mereka hingga mati. Tsar Berendya sedih, tapi seg
era ia menghibur diri. Lalu Ivan Tsarevich menikah dengan Elena Prekrasnaya dan
mereka hidup bahagia.

Cerita Lisan Rakyat Rusia


Seruling Gembala
Di satu desa hidup seorang laki-laki tua dan istrinya, mereka sangat miskin. Mer
eka punya seorang anak laki-laki bernama Ivanushka. Sejak kecil ia suka bermain
seruling. Begitulah, saat ia memainkan seruling dengan baiknya, semua yang mende
ngar tidak akan bosan. Bila Ivanushka memainkan lagu sedih semua menjadi sedih,
dan meneteskan air mata. Bila ia memainkan lagu untuk tarian semua menari, tidak
ada yang bisa menahan diri untuk tidak menari. Ivanushka beranjak dewasa. Ia be
rkata kepada ayah dan ibunya: Ayah, ibu, aku akan pergi mencari kerja. Berapapun
hasil yang akan kudapat, akan kuberikan semuanya pada kalian. Ivanushka berpamita
n dan pergi. Ia tiba di satu desa, tapi tak ada yang mempekerjakannya. Ia pergi
lagi ke desa lain, tapi di sana pun tidak memerlukan pekerja. Ivanushka pergi la
gi. Ia berjalan, berjalan, dan tiba di desa yang lebih jauh. Dia berjalan dari s
atu rumah ke rumah lainnya, bertanya: Apakah di sini perlu pekerja? Dari satu ruma
h keluar seorang lelaki dan berkata: Bisakan kamu menggembalakan domba? Bisa, peker
jaan itu tidak sulit! Ya, tidak sulit. Tapi saya punya syarat: jika kamu menggemba
la dengan baik, akan saya beri upah dua kali lipat. Tapi, jika ada satu domba da
ri ternakku ini hilang, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa, dan aku akan mengus
irmu tanpa memberimu uang! Kalau begitu tidak akan saya hilangkan!- jawab Ivanushka
. Ya, ya, hati-hatilah! Domba digiring, dan Ivanushka mulai menggembalakan ternak.
Pagi hari, begitu matahari terbit, ia telah pergi dan kembali saat matahari ter
benam.

Saat ia kembali dari menggembala, majikannya telah berdiri di dekat pintu gerban
g dan menghitung domba: satu, dua, tiga,sepuluh duapuluhempatpuluh limapuluh ada semu
a! Begitulah sebulan berlalu, dua bulan, tiga bulan. Segera gembala itu harus di
bayar, dia harus diberi upah. Bagaimana ini? pikir si petani. Bagaimana gembala itu
bisa menjaga semua domba? Sebelum ini selalu ada domba yang hilang, entah dimak
an serigala, entah lepas, dan hilang Ini tidak mungkin. Harus dilihat apa yang di
lakukan gembala itu di tempat penggembalaan. Pagi harinya, saat semua masih tidur
, petani itu membawa mantel bulu domba, menutupinya dengan bulu domba, lalu dike
nakannya, dan ia pergi ke kandang. Dengan merangkak-rangkak ia ada di tengah-ten
gah domda-domba. Ia menunggu saat si gembala menggembalakan ternak. Begitu matah
ari terbit Ivanushka bangun dan pergi menggembalakan domba. Domba-domba mengembi
k dan berlari. Majikannya dengan susah, agar tidak tertinggal, berlari bersama d
omba-domba dan berteriak: Be-be-be! Be-be-be! sambil berpikir: Kini, aku akan tahu
semuanya, aku akan berusaha mengetahuinya! Ia mengira bahwa Ivanushka tidak mempe
rhatikannya. Namun, penglihatan Ivanushka tajam, segera ia melihatnya, tapi tida
k langsung memandangnya. Ia menggembalakan domba-domba, tapi tidak pada majikann
ya. Ia menggiring domba-domba dengan cambuk. Ia terus menandai punggung majikann
ya! Ivanushka menggembalakan domba ke tepi hutan, ia duduk di semak-semak sambil
mengunyah-ngunyah rumput. Domba-domba berjalan di lapangan rumput, mereka makan
rumput. Ivanushka memperhatikan dari belakang. Saat ia melihat ada domba yang l
ari masuk hutan, ia memainkan serulingnya. Semua domba berlari menghampirinya. S
i majikan terus merangkak-rangkak, menunduknundukkan kepalanya ke tanah seperti
sedang memakan rumput. Ia merasa lelah, tapi malu menunjukkan diri: gembala itu
nanti akan menceritakannya pada para tetangga ia tidak akan menyimpan aib ini!.

Ketika domba-domba itu selesai makan, Ivanushkan berkata pada mereka: Nah, kalian
sudah kenyang, sudah cukup, kini kalian bisa menari! Ia mulai memainkan lagu unt
uk tarian. Domba-domba mulai melompat-lompat dan menari, dengan mengetuk-ngetukk
an tapak kakinya! Majikan itu pun melakukannya, walaupun ia tidak suka. Ia melom
pat keluar dari tengah-tengah ternak dan menari. Ia menari, menari, dengan kakin
ya ia membuat berbagai macam bunyi ketukan, ia tidak bisa menahannya! Ivanushka
memainkan seruling lebih cepat dan lebih cepat lagi. Domba-domba dan majikannya
menari lebih cepat lagi. Majikan itu kelelahan, keringat bercucuran, rambutnya m
enjadi kusuttidak tertahankan. Ia berteriak: Oh, nak, hentikan!.. aku tak kuat lag
i! Ivanushka pura-pura tidak mendengar, ia terus bermain, bermain! Akhirnya, ia b
erhenti dan berkata: Oh, tuan, anda kah itu? Ya Bagaimana anda bisa sampai kemari? Ya
ak sengaja Mengapa anda memakai mantel? Dari pagi sepertinya dingin Ia lalu pergi ke b
lik semak, pulang dan berkata pada istrinya: Nah, istriku, kita harus segera meny
uruh pergi anak itu demi kebaikan dan kesehatan, kita harus memberinya upah Apa? Ta
k ada yang diupahi, dan kita juga tidak akan mengupahinya Jangan sampai tidak membe
rinya upah. Dia akan mempermalukan kita, kita tidak akan bisa mengungkapkan hal
ini pada para tetangga. Lalu lelaki itu bercerita pada istrinya, bagaimana gembal
a itu telah membuatnya menari hingga sangat kelelahan. Istrinya mendengarkan dan
berkata:

Kini kamu jadi bodoh! Kamu harusnya tidak menari! Dia tidak akan bisa melakukan h
al itu padaku! Kalau dia datang, aku akan menyuruhnya memainkan seruling. Kamu a
kan lihat, apa yang akan terjadi. Lalu suaminya meminta pada istrinya: Jika kamu
mau melakukan ini, masukkan aku ke dalam peti dan ikat pada tiang di langit-lang
it agar aku tidak ikut menari! Aku telah menari pagi ini sampai-sampai hampir mat
i. Istri lelaki itu melakukan permintaan suaminya. Ia memasukkan suaminya ke dala
m peti dan mengikatkannya pada tiang di langit-langit. Ia sendiri menunggu Ivanu
shka kembali dari menggembala. Petang hari, saat Ivanushka selesai menggembalaka
n ternak, majikan perempuannya berkata: Betulkah kamu punya seruling yang bisa me
mbuat semua menari? Betul Ayo, mainkanlah! Jika aku menari kami akan memberimu upah,
tapi jika aku tidak menari kami akan mengusirmu. Baiklah, kata Ivanushka, kalau itu
yang anda mau. Ia mengeluarkan seruling dan mulai memainkan lagu tarian. Saat it
u majikannya sedang membuat adonan. Ia tidak bisa menahan diri dan mulai menari.
Dia menari sambil melempar-lempar adonan dari satu tangan ke tangan lainya. Iva
nunshka memainkan seruling lebih cepat, lebih cepat, lebih keras, dan lebih kera
s lagi. Majikan perempuan itu menari lebih cepat dan lebih cepat lagi. Di langit
-langit suaminya mendengar seruling itu. Dia mulai menggerak-gerakkan tangan dan
kakinya, menari. Tapi, di sana sempit, kepalanya selalu terbentur tutup peti. D
ia bergerak, bergerak makin cepat, lalu ikatan peti lepas dari tiang. Tutup peti
terbuka karena terbentur kepala, ia melompat keluar dari peti dan menari dengan
merangkakrangkak di langit-langit. Dari langit-langit ia meluncur ke bawah, mas
uk ke dalam rumah. Ia mulai menari bersama istrinya sambil menggerak-gerakkan ta
ngan dan kakinya! Ivanushka keluar, ke teras, duduk di anak tangga, dan terus be
rmain tanpa lelah. Majikannya melompat-lompat di halaman, menari dan

melompat-lompat di depan teras. Suami-istri itu kelelahan, hampir tak bisa berna
fas, tapi tak bisa berhenti. Sambil melihat mereka, ayam-ayam mulai menari, juga
domba, sapi, dan anjing di tempat penjagaan. Lalu Ivanushka berdiri, sambil ter
us bermain ia berjalan ke pintu gerbang. Di belakangnya semua mengikuti. Majikan
nya melihat bahwa ini tidak baik. Ia mulai meminta pada Ivanushka: Hei, nak, berh
entilah, jangan main lagi! Jangan keluar dari halaman! Jangan permalukan kami di
depan orang-orang! Kami janji akan membayarmu! Kami akan membayarmu sesuai perj
anjian! Tidak!- kata Ivanushka. Biarlah orang-orang baik akan melihat kalian, biarla
h mereka tertawa! Ivanushka berjalan keluar dari halaman masih bermain dengan leb
ih cepat. Majikannya, dengan semua sapi, domba, dan ayam juga menari lebih cepat
. Mereka berputar, berkeliling, berjongkok, dan berjingkrakjingkrak! Seluruh pen
duduk desa berlari keluar rumah orang-orang tertawa sambil menunjuk-nunjuk denga
n jari Ivanushka memainkan seruling sampai malam. Pagi harinya ia menerima upah.
Ia pergi menemui ayah dan ibunya. Majikannya bersembunyi di dalam rumah. Mereka
diam, tidak berani bertemu orangorang.

Cerita Lisan Rakyat Rusia


Sivka-burka
Hiduplah seorang lelaki tua yang punya tiga anak laki-laki. Dua anak tertua meng
urus kebutuhan rumah, menjadi pedagang dan perlente, sedangkan anak bungsunya, s
i bodoh Ivan, hidup seenaknya. Ia suka pergi ke hutan mengumpulkan jamur, dan di
rumah ia selalu duduk di dapur dekat tungku. Tiba waktunya lelaki tua itu wafat
. Sebelumnya ia berpesan pada anak-anaknya: Bila aku mati, selama tiga malam kali
an harus bergiliran datang ke makamku dan membawakan roti untukku. Begitulah, ora
ng tua itu telah dikuburkan. Malam tiba. Anak yang tertua harusnya pergi ke kubu
ran, tapi dia entah malas entah takut, berkata pada adik bungsunya: Ivan, gantika
n aku malam ini, datanglah ke makam ayah, nanti akan kubelikan kamu kue jahe. Iva
n setuju. Ia membawa roti, lalu peri ke makam ayahnya. Ia duduk dan menunggu. Te
ngah malam tanah kuburan bergerak, terbuka, ayahnya bangkit dari kubur dan berka
ta: Siapa itu? Kamukah anak pertamaku? Ceritakanlah, apa yang terjadi di Rus: apa
kah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau bayibayi menangis? Ivan m
enjawab: Ini aku, anakmu. Di Rus semuanya baik-baik saja. Ayahnya memakan habis ro
ti dan kembali berbaring di kuburannya. Ivan kembali ke rumah. Di sepanjang jala
n ia mengumpulkan jamur. Kakak tertuanya datang dan bertanya: Kamu bertemu ayah? Ya
. Rotinya dia makan?

Ya. Dimakan habis sampai kenyang. Tiba malam kedua. Yang harus pergi anak kedua, t
api dia entah malas entah takut berkata: Ivan, pergilah menggantikan aku ke makam
ayah. Nanti aku akan memberimu pemukul kasti. Baiklah. Ivan mengambil roti, lalu p
ergi ke makam ayahnya. Ia duduk, menunggu. Tengah malam tanah bergerak, terbuka,
ayahnya bangkit dan bertanya: Siapa itu? Kamukah anak keduaku? Ceritakanlah, apa
yang terjadi di Rus: apakah anjing-anjing menggonggong? Serigala melolong? Atau
bayi-bayi menangis? Ivan menjawab: Ini aku, anakmu. Di Rus semuanya baik-baik saj
a. Ayahnya memakan roti sampai habis dan kembali berbaring di kuburannya. Ivan pu
lang ke rumah dan di sepanjang jalan ia mengumpulkan jamur. Kakak keduanya berta
nya: Ayah memakan rotinya? Ya. Dimakan habis sampai kenyang. Malam ketiga tiba gilir
an Ivan yang harus pergi. Ia berkata pada kakak-kakaknya: Sudah dua malam aku per
gi. Sekarang kalianlah yang pergi ke makam ayah, aku akan istirahat. Kakak-kakakn
ya menjawab: Bagaimana kamu ini Ivan, kamu sudah tahu keadaan di sana, sebaiknya
kamu sendirilah yang pergi. Ya, baiklah. Ivan mengambil roti, lalu pergi. Tengah ma
lam tanah kuburan bergerak, terbuka. Ayahnya bangkit dari kubur: Siapa itu? Kamuk
ah Ivan, anak bungsuku? Ceritakanlah, apa yang terjadi di Rus: apakah anjing-anji
ng menggonggong? Serigala melolong? Atau bayi-bayi menangis?

Ivan menjawab: Ini aku, anakmu, Ivan. Di Rus semuanya baik-baik saja. Ayahnya mema
kan roti sampai habis dan berkata: Hanya kamu yang memenuhi amanatku, kamu tidak
takut selama tiga malam datang ke makamku. Jika kamu ke lapangan yang kosong, be
rserulah Sivka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di atas rumput!, akan d
atang seekor kuda menghampirimu, mendekatlah ke telinga kanan kuda itu, lalu ke
telinga kirinya. Kamu akan menjadi seorang yang gagah berani. Duduklah di atas k
uda itu dan pergilah. Ivan mengambil tali kekang, berterima kasih pada ayahnya, d
an pulang ke rumah sambil mengumpulkan jamur di sepanjang jalan. Di rumah kakakkakaknya bertanya: Kamu bertemu ayah? Bertemu. Dia memakan rotinya? Ayah memakannya ha
is sampai kenyang dan tidak menyuruh kita datang lagi. Pada saat itu tsar menyeru
kan pada semua pemuda pemberani yang masih bujangan untuk datang ke istana. Anak
gadisnya, Nesravnennaya Krasota (Kecantikan Yang Tak Ada Bandingannya), memerin
tahkan untuk membuat tempat seperti sangkar di menara dengan duabelas susun tong
gak kayu dan duabelas susun batang kayu. Di dalam menara itu ia akan duduk dan m
enunggu orang yang bisa meraihnya dan mencium bibirnya sambil menunggangi kuda.
Hadiahnya Nesravnennaya Krasota dan setengah kerajaan. Saudara-saudara Ivan mend
engar itu dan berkata: Ayo kita coba keberuntungan. Begitulah, mereka memberi maka
n kuda-kuda terbaik mereka dengan havermouth dan memberinya minum. Mereka sendir
i berpakaian bagus dan menyisir rapi rambut mereka, sedangkan Ivan duduk di dapu
r dekat tungku, menghisap pipa, dan berkata pada kakaknya: Kak, ajaklah aku untuk
mencoba keberuntungan!

Orang bodoh tidak dibolehkan! Lebih baik kamu pergi ke hutan mengumpulkan jamur,
tak ada yang akan menertawakanmu. Kakak-kakaknya duduk di atas kuda, mengenakan t
opi, bersiul, bersuit, lalu tinggal debu yang tertinggal. Ivan mengambil tali ke
kang dan pergi ke lapangan kosong. Ia berseru seperti yang diajarkan ayahnya: Siv
ka-burka, berdirilah di hadapanku seperti daun di atas rumput! Dari suatu tempat
datanglah seekor kuda, tanah bergetar, dari lubang hidung dan telinganya keluar
uap panas. Dia berdiri tegak dan bertanya: Apa yang anda perintahkan? Ivan memanda
ng kuda itu, memasangkan tali kekang, dan mendekat ke telinga kanannya, lalu ke
telinga kirinya, dan dia berubah menjadi seorang yang gagah berani yang sebelumn
ya tak terpikirkan, tak terduga, dan tak terlukiskan. Ia duduk di atas kuda dan
pergi ke istana tsar. Sivkaburka berlari, tanah bergetar, bukit-bukit tampak sep
erti ekor, bagian bawah sepatu di antara kaki seperti akan lepas. Ivan tiba di i
stana tsar, di sana banyak sekali orang. Di menara yang tinggi dengan duabelas s
usun tonggak kayu dan duabelas susun batang kayu duduk putri Nesravnennaya Kraso
ta. Tsar keluar ke balkon dan berkata: Siapa diantara kalian, para pemberani, den
gan menunggang kuda bisa sampai di atas menara dan mencium bibir putriku, dialah
yang akan menjadi suaminya dan mendapatkan setengah kerajaanku. Para pemuda pemb
erani mulai menunggang kuda, ke tempat yang tinggi, tapi tidak berhasil! Kakak-k
akak Ivan ikut mencoba, sampai setengah jalan pun mereka tidak berhasil. Tiba gi
liran Ivan. Ia mempercepat Sivka-burka, bersuit, berseru, melompat tinggal melew
ati dua susun batang kayu. Mencoba lagi, kali ini tinggal mencapai satu susun la
gi. Dia berputar lagi, berkeliling, menyemangati kudanya, mencari celah, lalu me
lesat ke dekat tingkap menara dan mencium putri Nesravnennaya Krasota di bibirny
a yang manis. Tapi, sang putri dengan cincin di jari menampar dahinya, dan menin
ggalkan bekas. Di bawah orang-orang berteriak:

Tahan, tahan dia! Tapi Ivan terus pergi menghilang. Ivan pergi ke lapangan kosong,
ia mendekati telinga kanan Sivkaburka, dan telinga kiri Sivka-burka, dan ia kem
bali menjadi si bodoh Ivan. Kuda menghilang, dan ia sendiri pulang ke rumah samb
il mengumpulkan jamur di sepanjang jalan. Ia membalut dahinya dengan kain, berba
ringbaring di dapur dekat tungku. Kakak-kakaknya datang dan menceritakan apa yan
g telah mereka lihat. Ada banyak pemberani yang baik, tapi satu yang paling baik
dari semuanya dengan menunggang kuda dia bisa mencium sang putri. Semua melihat
dari mana dia datang, tapi tak ada yang melihat kemana dia pergi. Ivan duduk samb
il menghisap pipa dan berkata: Bukankah orang itu aku? Kakak-kakaknya marah: Bodoh,
tak tahu malu! Duduklah di dapur dekat tungku dan makanlah jamur-jamurmu! Diam-d
iam Ivan membuka kain balutan di dahinya, dimana cincin sang putri telah meningg
alkan bekas, lalu ia menyalakan api di dalam pondok. Kakak-kakaknya kaget dan be
rteriak: Apa yang kamu lakukan, bodoh? Kamu akan membuat rumah terbakar! Esok hari
nya tsar mengundang semua bangsawan, tuan tanah, dan rakyat biasa yang kaya maup
un yang miskin, yang tua dan yang muda, ke pesta besar. Kakak-kakak Ivan bersiap
-siap menghadiri pesta itu. Ivan berkata pada mereka: Ajaklah aku bersama kalian! K
emana jamurmu. pun kamu pergi, hai bodoh, orang-orang akan menertawakanmu! Dudukl
ah di dapur dekat tungku dan makanlah jamur-

Kakak-kakaknya duduk di atas kuda terbaik mereka dan pergi, sedangkan Ivan berja
lan kaki. Ia datang ke pesta tsar dan duduk di pojok yang jauh. Putri Nesravnenn
aya Krasota mulai berkeliling mendekati para tamu. Ia membawa cawan berisi madu
dan mencari siapa yang dahinya mempunyai tanda cincin bekas pukulannya. Ia mengi
tari para tamu, lalu mendekati Ivan, hatinya begitu berdebar. Ia memandang Ivan.
Ivan, yang wajahnya hitam karena jelaga, berdiri bulu romanya. Putri Nesravnenn
aya Krasota mulai bertanya: Siapa kamu? Darimana kamu? Mengapa dahimu dibalut? Terb
entur. Sang putri membuka balutan di dahi Ivan tiba-tiba seluruh istana menjadi r
amai. Putri berseru: Ini tanda yang kubuat! Inilah calon suamiku! Tsar mendekati d
an berkata: Calon suami apa! Dia orang bodoh, hitam penuh jelaga! Ivan berkata pad
a tsar: Izinkan saya untuk membersihkan diri. Tsar mengizinkannya. Ivan keluar dar
i istana dan berseru seperti yang diajarkan ayahnya: Sivka-burka, berdirilah di h
adapanku seperti daun di atas rumput! Dari suatu tempat datanglah seekor kuda, ta
nah bergetar, dari lubang hidung dan telinganya keluar uap panas. Ivan mendekat
ke telinga kanan kuda itu, lalu ke telinga kirinya, dan kembali ia menjadi seora
ng yang gagah berani yang tak terpikirkan, tak terduga, tak terlukiskan. Orang-o
rang takjub. Pendek cerita, diadakanlah pesta besar pernikahan.

Cerita Lisan Rakyat Rusia


Atas Perintah Ikan Syuka
Di satu desa hidup seorang lelaki tua. Ia mempunyai tiga anak lakilaki: dua anak
tertuanya pintar, sedangkan anak bungsunya, Emelya, seorang yang bodoh. Kakak-k
akak Emelya bekerja, tetapi Emelya sepanjang hari hanya berbaring dekat tungku d
an tidak melakukan apa-apa. Begitulah, suatu hari kakak-kakaknya pergi ke pasar,
lalu kakakkakak iparnya menyuruh Emelya: Emelya, pergilah mengambil air. Tapi, ia
tidak beranjak dari dekat tungku: Malas Pergilah Emelya, nanti kalau kakakmu pulang
dari pasar, mereka tidak akan memberimu hadiah. Ya, baiklah. Emelya beranjak dari
dekat tungku, memakai sepatu, mantel, mengambil ember dan kapak, lalu pergi ke s
ungai. Ia memecahkan lapisan es, menimba air, dan meletakkan ember-ember, lalu m
elihat ke lubang es. Di lubang es itu Emelya melihat seekor ikan syuka. Ia menga
mbil ikan itu dan meletakkannya di tangan: Oh, sup ikan sepertinya enak! Tiba-tiba
ikan syuka itu berbicara seperti manusia: Emelya, lepaskan aku ke air, aku nanti
akan berguna bagimu. Emelya tertawa: Bagaimana kamu bisa berguna untukku? Tidak,
aku akan membawamu pulang ke rumah dan aku akan menyuruh iparku untuk membuat su
p ikan. Sup ikan tampaknya enak. Ikan syuka memohon lagi: Emelya, Emelya, lepaskan
aku ke air, aku akan melakukan semua yang kamu inginkan. Baiklah, tapi buktikan d
ulu bahwa kamu tidak menipuku, nanti aku lepaskan. Ikan syuka bertanya: Emelya, Em
elya, katakan, sekarang apa yang kamu inginkan?

Aku ingin agar ember-ember ini pulang sendiri ke rumah dan airnya tidak tumpah Ikan
syuka berkata: Ingatlah kata-kataku ini: bila kamu menginginkan sesuatu, tinggal
katakan Atas perintah ikan syuka, atas keinginanku. Lalu Emelya berkata: Atas perin
tah ikan syuka, atas keinginanku pulanglah ember ke rumah Baru saja Emelya selesai
berkata, ember-ember itu berjalan ke bukit. Emelya melepaskan ikan syuka ke lub
ang es, dan ia sendiri berjalan mengikuti ember-embernya. Ember-ember itu berjal
an melalui pedesaan, orang-orang merasa heran. Emelya berjalan di belakang, tert
awa Ember-ember itu tiba di rumah dan langsung menempatkan diri di atas bangku, s
edangkan Emelya berbaring lagi dekat tungku. Entah lama entah sebentar waktu ber
jalan, kakak-kakak iparnya berkata pada Emelya: Emelya, mengapa kamu berbaring sa
ja? Pergilah memotong kayu bakar. Malas Kalau kamu tidak mau memotong kayu bakar, kak
akmu nanti pulang dari pasar tidak akan membawakanmu hadiah. Dengan malas Emelya
beranjak dari dekat tungku. Ia ingat akan ikan syuka dan dengan pelan berkata: At
as perintah ikan syuka, atas keinginanku pergilah, kapak, memotong kayu bakar, d
an kayu bakar datanglah sendiri ke rumah dan masuklah ke dalam tungku Kapak melomp
at keluar dari bawah bangku dan pergi ke halaman, lalu memotong kayu bakar. Kayu
bakar itu sendiri berjalan ke rumah dan meletakkan diri di dalam tungku. Entah
lama entah sebentar waktu berjalan, kakak-kakak iparnya kembali berkata: Emelya,
kita sudah tidak punya kayu bakar. Pergilah ke hutan, carilah kayu. Tapi, Emelya
tidak beranjak dari dekat tungku: Ah, bagaimana kalian ini?

Kami bagaimana?Masa pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar adalah pekerjaan kami? A
ku malas Wah, kamu tidak akan dapat hadiah. Emelya tidak bisa berbuat apa-apa, ia be
ranjak dari tungku, memakai sepatu dan mantel, mengambil tali dan kapak, keluar
dan duduk di atas kereta: Kakak, bukakan pintu gerbang! Kakak iparnya berkata: Baga
imana kamu ini, bodoh, duduk di kereta, tapi tidak memasang kudanya? Aku tidak but
uh kuda. Kakak iparnya membukakan pintu gerbang, dan Emelya berkata pelan: Atas pe
rintah ikan syuka, atas keinginanku berjalanlah sendiri, kereta, ke hutan Kereta b
ergerak sendiri ke pintu gerbang, begitu cepat, dengan kuda pun tak akan terkeja
r. Tapi, mereka harus melewati kota, di sana banyak orang yang melihat dan meras
a heran. Mereka berteriak: Tahan dia!, tangkap dia!, tapi Emelya mempercepat keret
a. Ia sampai di hutan: Atas perintah ikan syuka, atas keinginanku kapak, potongla
h dahan-dahan kecil, dan kalian, dahan-dahan kecil, masuklah sendiri ke dalam ke
reta, dan ikatlah sendiri Kapak mulai menebang, memotong dahan-dahan yang kering,
dan dahan-dahan itu masuk sendiri ke dalam kereta, lalu mengikatkan diri dengan
tali. Kemudian Emelya memerintahkan kapak untuk membuat pentungan agar sulit dit
angkap. Ia lalu duduk di atas kereta: Atas perintah ikan syuka, atas keinginanku
nah, pentungan, hantam mereka dengan pukulan. Pentungan itu keluar dan memukul. O
rang-orang cepat menyingkir, dan Emelya tiba di rumah. Ia berbaring lagi dekat t
ungku. Entah lama entah sebentar tsar mendengar tentang perbuatan Emelya dan men
girimkan hulubalang ke rumahnya untuk mencari dan membawa Emelya ke istana. Hulu
balang itu datang ke desa, masuk ke rumah, di mana Emelya tinggal, dan bertanya:

Kamu si bodoh Emelya? Emelya beranjak dari tungku: Ada perlu apa? Cepatlah berpakaian
, aku akan membawamu menghadap tsar. Tapi aku malas Hulubalang itu marah dan menampa
rnya. Emelya berkata dengan perlahan: Atas perintah ikan syuka, atas keinginanku
pentungan, pukul dia Pentungan melompat keluar dan memukul hulubalang, dengan susa
hnya hulubalang itu pergi. Tsar heran halubalangnya tidak bisa mengalahkan Emely
a. Tsar kemudian mengirimkan pejabat tingginya: Bawa si bodoh Emelya ke hadapanku
, kalau tidak aku akan melepaskan kepala dari bahumu. Pejabat tinggi itu membeli
kismis, buah sliva, dan kue jahe. Ia datang ke desa, masuk ke rumah Emelya dan b
ertanya pada iparnya apa yang disukai Emelya. Emelya, saudara kami, suka bila ia
diminta secara lembut dan dijanjikan kemeja panjang berwarna merah, maka ia akan
melakukan semua apa yang anda minta. Pejabat tinggi itu memberi Emelya kismis, b
uah sliva, kue jahe, dan berkata: Emelya, Emelya, mengapa kamu berbaring dekat tu
ngku saja? Mari kita pergi ke istana. Di sini aku merasa hangat Emelya, Emelya, di is
tana kamu akan dijamu dengan baik dan diberi minuman, marilah kita pergi. Tapi aku
malas Emelya, Emelya, tsar akan menghadiahimu kemeja panjang berwarna merah, topi,
dan sepatu. Emelya menimbang-nimbang: Ya, baiklah, anda pergi duluan, aku akan me
nyusul dari belakang. Pejabat tinggi itu pergi, dan Emelya tetap berbaring dan be
rkata: Atas perintah ikan syuka, atas keinginanku nah, tungku, pergilah ke istana
tsar Lalu sisi-sisi rumah itu bergetar, atap bergoyang, dinding

berterbangan, dan tungku itu sendiri berjalan di sepanjang jalan langsung menuju
istana tsar. Tsar melihat ke jendela dan kaget: Ah, apa itu? Pejabat tinggi menja
wabnya: Itu Emelya dan tungkunya datang kepada anda. Tsar keluar ke balkon: Emelya,
banyak pengaduan tentang kamu! Kamu mengganggu banyak orang. Tapi, mengapa mereka
menghalangi kereta? Pada saat itu melalui jendela putri tsar, Maria-tsarevana, m
elihat Emelya. Emelya melihatnya lewat teralis dan berkata perlahan: Atas perinta
h ikan syuka, atas keinginanku jadikanlah putri tsar mencintaiku Dan berkata lagi:
Pulanglah, tungku, ke rumah Tungku berbalik dan pulang ke rumah. Ia masuk ke rumah
dan berdiri di tempat semula. Emelya kembali berbaring-baring. Sementara itu di
istana tsar terdengar teriakan dan tangisan. Mariatsarevna merindukan Emelya, i
a tidak bisa hidup tanpa Emelya. Ia meminta ayahnya untuk menikahkannya dengan E
melya. Karena itu tsar merasa sengsara, sedih. Ia berbicara lagi pada pejabat ti
nggi: Pergilah, bawalah Emelya kepadaku, hidup atau mati, kalau tidak akan kulepa
s kepala dari bahumu. Pejabat tinggi itu membeli anggur manis dan bermacam-macam
makanan, pergi ke desa, masuk ke rumah Emelya dan mulai menjamu Emelya. Emelya m
akan dan minum sampai habis, mabuk, dan terbaring tidur. Pejabat tinggi memasukk
annya ke kereta dan membawanya ke istana tsar. Saat itu juga tsar memerintahkan
membuat tong besar dengan simpai besi. Ke dalamnya dimasukkan Emelya dan Maria-t
sarevna, tong itu diberi ter dan dilemparkan ke laut. Entah lama entah sebentar
Emelya terbangun, gelap, dan sesak. Dimana aku? Dan ada yang menjawab: Bosan dan mu
al, Emelya! Kita diberi ter di dalam tong dan dilemparkan ke laut biru. Lalu siapa
kamu?

Aku Maria-tsarevna. Emelya berkata: Atas perintah ikan syuka, atas keinginanku angi
n yang kuat, bawalah tong ke tepi pantai yang kering, ke pasir kuning Angin kuat b
erhembus. Laut bergejolak, tong menepi ke pantai yang kering, ke pasir kuning. E
melya dan Maria-tsarevna keluar dari tong. Emelya, dimana kita akan tinggal? Buat
lah satu rumah. Tapi aku malas Maria memintanya lagi. Emelya lalu berkata: Atas perin
tah ikan syuka, atas keinginanku buatlah istana batu dengan atap emas. Di sekeli
lingnya taman hijau dengan bunga-bunga bermekaran dan burungburung berkicau. Mari
a-tsareva dan Emelya masuk ke istana, duduk dekat jendela. Emelya, tidak bisakah
kamu menjadi lebih tampan? Untuk itu Emelya tak berpikir lama: Atas perintah ikan
syuka, atas keinginanku jadikan aku seorang yang gagah berani dan tampan Dan Emely
a menjadi seperti yang tak bisa diungkapkan cerita, tak bisa dituliskan tinta. S
ementara itu, tsar pergi berburu dan melihat telah berdiri sebuah istana yang du
lunya tidak ada. Siapa orang kurang ajar yang tanpa izinku telah membangun istana
di tanahku? Ia mengirim orang untuk mencari tahu dan bertanya, siapakah itu? Ora
ng yang dikirim itu lari dan berdiri di bawah teralis dan bertanya. Emelya menja
wab: Mintalah tsar untuk bertamu ke rumahku, aku sendiri yang akan berkata kepada
nya. Tsar datang bertamu. Emelya menemuinya, membawanya ke istana, dan mempersila
kan duduk. Mereka mulai makan-makan. Tsar makan, minum, dan tidak merasa heran: S
iapakah kamu, hai orang gagah? Anda ingat si bodoh Emelya yang datang pada anda de
ngan tungku, tapi anda memerintahkan memasukkannya dengan anak gadis anda ke dal
am tong yang diberi ter dan dilemparkan ke laut? Saya Emelya itu. Ingin saya mem
bakar dan menghancurkan seluruh kerajaan anda.

Tsar sangat terkejut, ia meminta maaf: Menikahlah dengan putriku, Emelya, ambilah
kerajaanku, tapi jangan bunuh aku! Mereka mengadakan pesta besar. Emelya menikah
dengan Mariatsarevna dan mulai memerintah kerajaan. Begitulah akhir ceritanya.

Cerita Lisan Rakyat Rusia


Angsa-angsa
Hidup sepasang suami istri. Mereka mempunyai seorang anak perempuan dan anak lak
i-laki kecil. Putriku, kata ibunya, kami akan pergi bekerja, jagalah adikmu! Jangan
keluar dari pekarangan, jadilah anak pintar, nanti kamu akan kami belikan baju.
Lalu ayah dan ibunya pergi. Tapi, gadis cilik itu lupa akan pesan orang tuanya:
ia mendudukan adiknya di atas rumput di bawah jendela, dan ia sendiri berlari ke
jalan, bermain, dan berjalan-jalan. Datang berterbangan angsa-angsa, mencengker
am anak laki-laki itu, dan membawa anak itu di atas sayapnya. Gadis cilik itu ke
mbali, melihat adiknya tidak ada! Ia berseru, mencari ke sana kemari tidak ada!
Dia memanggil-manggil adiknya, tapi tak ada balasan dari adiknya. Air matanya be
rlinang, menangisi akan mendapatkan hal yang buruk dari ayah dan ibunya. Ia berl
ari ke ladang, tapi hanya melihat angsa-angsa yang berjalan mondar-mandir di kej
auhan dan menghilang ke dalam hutan lebat. Iia menduga bahwa mereka telah membaw
a adiknya, sudah lama terdengar desas-desus tentang angsa-angsa itu, yang berbua
t jahat dan membawa anak-anak kecil. Gadis cilik itu pergi mengejar mereka. Ia b
erlari, berlari, dan melihat berdiri sebuah tungku. Tungku, tungku, katakanlah, k
emana angsa-angsa itu terbang? Tungku menjawab: Makanlah pastel gandum hitamku, na
nti akan kukatakan. Aku akan memakan pastel gandum hitammu! Di rumahku pastel teri
gu tidak dimakan Tungku tidak mengatakan apapun pada gadis cilik itu. Gadis cilik
itu berlari lagi berdiri pohon apel. Pohon apel, pohon apel, katakan, kemana angs
a-angsa itu terbang?

Makanlah buah apel hutanku ini, nanti akan kukatakan. Di rumahku buah apel kebun ti
dak dimakan Pohon apel itu tidak mengatakan apa-apa. Gadis cilik itu berlari lagi.
Mengalir sungai susu dengan jelai di tepinya. Sungai susu, tepian jelai, kemana
angsa-angsa itu terbang? Makanlah jelai dengan susuku ini, nanti akan kukatakan. Di
rumahku susu asam tidak diminum Lama ia berlari-lari di ladang, di hutan. Siang me
ndekati sore, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, ia harus pulang ke rumah. Tiba
-tiba ia melihat ada sebuah pondok, dengan satu jendela, di atas kaki ayam. Ia m
engitari pondok itu. Di pondok itu seorang nenek tua, Baba Yaga, sedang memintal
rami. Di atas bangku kecil duduk adiknya yang sedang memainkan apel-apel perak.
Gadis cilik itu masuk ke pondok: Hai, nenek! Hai, gadis cilik! Mengapa kamu datang
kemari? Aku berjalan-jalan di rawa, bajuku basah, aku datang untuk menghangatkan
diri. Duduklah kemari, pintallah rami ini. Baba Yaga akan memberimu alat pemintal,
dan aku sendiri akan pergi. Lalu gadis cilik itu memintal. Tiba-tiba dari bawah
tungku keluar seekor tikus dan berkata padanya: Gadis cilik, gadis cilik, beri ak
u bubur, aku akan menceritakan sesuatu padamu. Gadis cilik itu memberinya bubur,
dan tikus itu berkata: Baba Yaga pergi memanaskan air. Dia akan membersihkanmu, m
engukusmu, meletakkanmu di atas tungku, memasakmu dan memakanmu, lalu dia sendir
i akan memakan habis tulang-tulangmu. Gadis cilik itu duduk tak bergerak, ia mena
ngis, lalu tikus itu berkata lagi: Jangan tunggu lagi, bawa adikmu, larilah, aku
akan menggantikanmu memintal rami.

Gadis cilik itu membawa adiknya dan berlari. Sementara itu, Baba Yaga mendekat k
e tingkap jendela dan bertanya: Gadis cilik, kamu masih memintalkah? Tikus menjawa
b: Aku masih memintal, nenek Baba Yaga selesai memanaskan air dan kembali menemui g
adis cilik itu. Tapi, di dalam pondok itu tak ada siapa-siapa. Baba Yaga berteri
ak: Angsa-angsa! Kejarlah! Anak gadis itu membawa adiknya! Gadis cilik dan adiknya
berlari sampai sungai susu. Ia melihat angsaangsa yang terbang. Wahai sungai, se
mbunyikan aku! Makanlah jelaiku ini. Gadis itu memakannya dan mengucapkan terima ka
sih. Sungai menutupinya di bawah tepian jelai. Angsa-angsa itu tidak melihatnya,
mereka terbang melewatinya. Gadis cilik dan adiknya berlari lagi. Tapi, angsa-a
ngsa kembali dan melihatnya. Apa yang harus dilakukan? Sial! Berdiri pohon apel Wa
hai pohon apel, sembunyikan aku! Makanlah buah apel hutanku ini. Gadis itu segera m
emakannya dan mengucapkan terima kasih. Pohon apel lalu melindunginya dengan ran
ting-ranting dan menutupinya dengan daun-daun. Angsa-angsa tidak melihatnya, mer
eka terbang melewatinya. Gadis cilik itu kembali berlari. Berlari, berlari, ting
gal sedikit lagi. Tapi, angsa-angsa melihatnya, tertawa-tawa, dan berterbangan d
i atasnya, mengepak-ngepakkan sayap, melihat, dan hendak merebut adiknya dari ta
ngannya. Gadis cilik itu berlari sampai tungku. Wahai tungku, sembunyikan aku! Maka
nlah pastel gandum hitamku. Gadis cilik itu segera memasukkan pastel ke mulutnya,
lalu ia sendiri dan adiknya masuk ke tungku dan duduk dekat lubang tungku. Angs
a-angsa itu terbang, terbang, berteriak, berteriak, dan terbang kembali pada Bab
a Yaga tanpa hasil. Gadis cilik itu mengucapkan terima kasih pada tungku dan ber
sama adiknya lari pulang ke rumah. Lalu ayah dan ibunya datang.

Cerita Lisan Rakyat Rusia


Alyonushka dan Ivanushka
Hiduplah seorang lelaki tua dan istrinya, mereka mempunyai anak perempuan bernam
a Alyonushka dan anak laki-laki bernama Ivanushka. Lelaki tua dan istrinya itu l
alu meninggal dunia. Tinggallah Alyonushka dan adiknya, Ivanushka, sendiri. Alyo
nushka pergi mencari pekerjaan dengan membawa adiknya. Mereka menempuh perjalana
n yang jauh, melalui ladang-ladang yang luas. Ivanushka ingin minum. aku ingin m
inum! Tunggu, adikku, kita akan sampai ke sumur. Mereka berjalan, berjalan matahari
sudah tinggi, sumur masih jauh, udara semakin panas, keringat bercucuran. Lalu
ada kuku sapi yang dipenuhi air. Alyonushka, kakakku, aku akan minum dari kuku it
u! Jangan adikku, nanti kamu jadi anak sapi! Ivanushka mematuhinya dan berjalan lag
i. Matahari bertambah tinggi, sumur masih jauh, udara makin panas, keringat berc
ucuran. Lalu ada kuku kuda yang dipenuhi air. Alyonushka, kakakku, aku akan minum
dari kuku itu! Jangan adikku, nanti kamu jadi anak kuda! Ivanushka menarik nafas d
an berjalan lagi. Mereka berjalan, berjalan matahari masih tinggi, sumur masih j
auh, udara masih panas, keringat bercucuran. Lalu ada kuku kambing yang dipenuhi
air. Ivanushka berkata: Alyonushka, kakakku, aku tak kuat lagi, aku akan minum d
ari kuku itu! Jangan adikku, nanti kamu jadi anak kambing! Ivanushka tidak mendenga
rkan kakaknya dan minum dari kuku kambing. Setelah selesai minum, ia menjadi ana
k kambing Alyonushka memanggil adikknya, tapi, sebagai ganti Ivanushka, berlari d
i belakangnya seekor anak kambing berwarna putih. Alyonushka berurai air mata. I
a Alyonushka, kakakku,

duduk di bawah timbunan jerami menangis, sedangkan anak kambing meloncat-loncat


di dekatnya. Pada saat itu melintas seorang saudagar: Mengapa kau menangis, gadis
cantik? Alyonushka menceritakan kemalangannya kepada saudagar itu. Saudagar itu
berkata: Menikahlah denganku. Aku akan memberimu pakaian bagus dengan emas dan pe
rak, dan anak kambing itu akan tinggal bersama kita. Alyonushka berpikir, berpiki
r, dan memutuskan untuk menikah dengan saudagar itu. Mereka kemudian hidup bahag
ia. Anak kambing tinggal bersama mereka, makan-minum dengan Alyonushka memakai w
adah yang sama. Suatu hari saudagar itu sedang tidak di rumah. Entah darimana da
tanglah seorang penyihir. Ia berdiri di bawah jendela kamar Alyonushka dan denga
n suatu cara ia mulai memanggilnya untuk berenang di sungai. Penyihir itu menunt
un Alyoshka ke sungai, lalu mendekatinya, mengikatkan batu ke leher Alyonushka d
an mendorongnya ke air. Ia sendiri kemudian berubah menjadi Alyonushka, berpakai
an seperti Alyonushka, dan masuk ke rumah. Tak seorangpun mengenali penyihir itu
. Saudagar pulang, tapi ia sendiri tidak mengenalinya. Hanya anak kambing yang m
engetahui hal itu. Ia sedih, tidak mau minum dan makan. Pagi dan sore ia berjala
n di sepanjang sungai dekat air dan memanggil: Alyonushka, kakakku!.. Keluarlah,
keluarlah ke tepi sungai Si penyihir mengetahui hal itu dan meminta suaminya untuk
menyembelih anak kambing itu Saudagar merasa kasihan pada anak kambing itu, dia
sudah terbiasa dengan anak kambing itu. Tapi, si penyihir terus mendesaknya dan
memohon-mohon sehingga ia tidak dapat berbuat apa-apa. Lalu saudagar menyetujuin
ya: untuk Baiklah, api aku yang akan besar, menyembelihnya. Penyihir memerintahkan
menyiapkan memanaskan periuk besi, mengasah pisau yang tajam. Anak kambing itu
mengatahui bahwa hidupnya tidak lama lagi, dan berkata pada ayah

angkatnya: Menjelang kematianku, izinkan aku pergi ke sungai, aku akan minum air,
membersihkan ususku. Baiklah, pergilah. Anak kambing itu berlari ke sungai, berdir
i di tepi sungai dan berteriak dengan sedih: Alyonushka, kakakku! Keluarlah, kelu
arlah ke tepi sungai. Api besar sedang dinyalakan, periuk besi sedang dididihkan
, pisau diasah tajam, mereka akan menyembelihku! Dari dalam sungai Alyonushka men
jawab: Oh, adikku Ivanushka! Berat batu terikat di dasar sungai, rumput-rumput ke
cil membelit kaki, pasir kuning menimbuni dada. Sementara itu si penyihir tidak b
isa menemukan anak kambing. Ia menyuruh pelayan: Pergi, cari anak kambing itu, ba
wa dia kepadaku. Pelayan pergi ke sungai dan melihat: di tepi sungai anak kambing
itu berlari-lari dan dengan sedih memanggil: Alyonushka, kakakku! Keluarlah, kel
uarlah ke tepi sungai. Api besar sedang dinyalakan, periuk besi sedang dididihka
n, pisau diasah tajam, mereka akan menyembelihku! Dari dalam sungai Alyonushka me
njawab: Oh, adikku Ivanushka! Berat batu terikat di dasar sungai, rumput-rumput k
ecil membelit kaki, pasir kuning menimbuni dada. Pelayan itu berlari kembali ke r
umah dan menceritakan apa yang didengarnya di sungai kepada saudagar. Orang-oran
g berkumpul, lalu pergi ke sungai. Mereka melemparkan jaring halus dan mengeluar
kan Alyonushka ke tepi sungai. Mereka melepaskan batu dari lehernya, membersihka
n Alyonushka ke air sumber, lalu mengenakan pakaian bagus pada Alyonushka. Alyon
ushka masih hidup, ia bahkan lebih cantik dari sebelumnya. Karena gembira, anak
kambing itu tiga kali menggelenggelengkan kepala dan berubah kembali menjadi ana
k laki-laki Ivanushka. Si penyihir lalu diikat ke ekor kuda yang dilepaskan ke l
apangan kosong.

Cerita Lisan Rakyat Rusia


Dua Orang dari dalam Kantong
Hiduplah seorang lelaki tua dan istrinya. Istrinya selalu memakinya sehingga set
iap hari ia selalu dipukul dengan tongkat. Lelaki tua itu tak dapat hidup tentra
m dengan istrinya. Ia lalu pergi ke ladang, membawa jaring untuk menangkap burun
g dan meletakkannya. Ia menangkap seekor burung bangau dan berkata kepadanya: Jad
ilah anakku! Aku akan membawamu pada istriku sehingga dia tidak akan memakiku la
gi. Bangau menjawab: Tuan, mari kita ke rumahku. Lalu lelaki tua itu pergi ke rumah
bangau. Setelah sampai, burung bangau mengambil kantong dari dinding dan berkat
a: Dua orang dari dalam kantong! saat itu juga keluar dari dalam kantong dua anak
muda, mereka mulai menyiapkan meja, mengalasinya dengan taplak sutra, menghidang
kan makanan dan berbagai minuman. Lelaki tua itu melihat hidangan yang tak perna
h ia lihat seumur hidupnya. Ia sangat senang. Burung bangau berkata kepadanya: Am
bil kantong ini untukmu dan bawalah untuk istrimu. Begitulah, lelaki tua itu memb
awa kantong itu dan pulang. Dia menempuh perjalanan yang jauh. Ia singgah di sua
tu pondok untuk bermalam. Pemilik pondok itu mempunyai tiga anak perempuan. Mere
ka menyiapkan makan malam ala kadarnya. Lelaki tua itu makan, tapi tak dilanjutk
an. Ia berkata pada pemilik pondok: Makananmu tak enak! Begitulah makanannya, Tuan!
jawab pemilik pondok. Lalu lelaki tua itu berkata: Bereskan makananmu ini. Dengan
kantong yang ia punyai, lalu ia berkata seperti yang diperintahkan burung bangau
: Dua orang dari dalam kantong! Saat itu juga dua orang dari dalam kantong keluar,
menyiapkan meja, mengalasinya dengan taplak sutra, menghidangkan makanan dan be
rbagai minuman.

Pemilik pondok dan anak-anaknya takjub. Pemilik pondok itu berpikir untuk mengam
bil kantong itu dari lelaki tua itu. Ia berkata kepada anak-anaknya: Pergilah, si
apkan kamar mandi agar tamu itu mandi. Begitulah, lelaki tua itu mandi, sedangkan
si pemilik pondok menyuruh anak-anaknya menjahit kantong yang persis sama seper
ti kepunyaan lelaki tua itu. Mereka lalu menjahitnya dan meletakkan kantong itu
di kamar lelaki tua, sedangkan kantong lelaki tua diambilnya. Lelaki tua itu kel
uar dari kamar mandi, mengambil kantong palsu itu dan dengan gembira pulang ke r
umah menemui istrinya. Ia sampai di halaman rumah dan berteriak dengan suara ker
as: Istriku, istriku! Sambut aku dan bangau-anak lelakiku. Istrinya segera menemui
nya dan menggerutu: Ayolah, Pak Tua! Aku akan memukulmu. Lelaki tua itu berkata: Is
triku! Sambut aku dan bangau-anak lelakiku. Ia masuk ke rumah, menggantungkan kan
tong ke cantolan dan berteriak: Dua orang dari dalam kantong! Dari dalam kantong t
idak ada apa-apa. Istrinya tahu, bahwa suaminya berkata bohong, ia mengambil ton
gkat dan memukul suaminya. Lelaki tua itu kaget. Ia menangis dan pergi lagi ke l
adang. Burung bangau datang, tahu akan kemalangan lelaki tua itu dan berkata: Mar
ilah, Tuan, ke rumahku lagi. Begitulah, lelaki tua itu pergi. Di rumah bangau ada
lagi kantong yang sama. Dua orang dari dalam kantong! kata bangau. Dua orang dari
dalam kantong keluar dan menyiapkan hidangan yang sama seperti sebelumnya. Bawa
kantong ini untukmu. Kata burung bangau pada lelaki tua itu. Lelaki tua itu menga
mbil kantong dan pulang. Ia berjalan, berjalan, dan ingin makan. Ia berkata sepe
rti yang diperintahkan burung bangau: Dua dari dalam kantong! Dua orang dari dalam
kantong keluar dua anak muda dengan tongkat besar dan mulai memukulinya sambil
berkata: Jangan singgah di pondok, jangan mandi! Sebelum dipukuli, lelaki tua itu

tidak mengatakan: Dua orang ke dalam kantong! Begitu ia mengucapkan kata-kata itu,
dua orang masuk ke dalam kantong bersembunyi. Begitulah, lelaki tua membawa kan
tong itu dan pergi. Ia tiba di pondok yang sama, menggantungkan kantong ke canto
lan dan berkata pada pemilik pondok: Siapkan kamar mandi untukku. Pemilik pondok m
enyiapkannya. Lelaki tua itu mandi: pura-pura mandi, hanya menghabiskan waktu. P
emilik pondok memanggil anakanaknya. Ia duduk di belakang meja, ingin makan, dan
berkata: Dua orang dari dalam kantong! Dua orang dari dalam kantong keluar dengan
tongkat besar, lalu memukul pemilik pondok sambil berkata: Berikan kantong punya
Pak Tua! Pemilik pondok dipukul, dipukul. Ia berkata pada anak tertuanya: Pergila
h, panggil tamu itu dari kamar mandi, katakana dua orang dari dalam kantong memu
kuli aku. Aku masih mandi, jawab lelaki tua. Mereka masih terus memukuli pemilik po
ndok sambil berkata: Berikan kantong Pak Tua! Pemilik pondok itu menyuruh anak ked
uanya: Cepat panggil tamu itu kemari. Lelaki tua menjawab: Aku belum keramas. Lalu p
emilik pondok menyuruh anak ketiga. Aku belum selesai mandi kata lelaki tua itu. P
emilik pondok itu kehilangan kesabaran! Ia menyuruh mengambilkan kantong yang di
curinya. Lelaki tua keluar dari kamar mandi, melihat kantongnya yang dulu dan be
rkata: Dua orang ke dalam kantong! Dua orang itu masuk ke dalam kantong dan bersem
bunyi. Lelaki tua itu membawa kedua kantong yang pemarah dan yang baik. Ia pulan
g ke rumah. Saat sampai di halaman rumahnya ia berteriak kepada istrinya: Sambut
aku dan bangau-anak lelakiku. Istrinya segera menemuinya: Kamu pulang ke rumah, ak
u akan memukulmu! Lelaki tua masuk ke dalam rumah, memanggil istrinya: Duduklah di
balik meja! Lalu ia berkata: Dua orang dari dalam kantong!

Dua orang dari dalam kantong keluar, menghidangkan minuman dan makanan. Istrinya
makan minum sekenyang-kenyangnya dan berkata pada suaminya: Nah Pak Tua, kini ak
u tidak akan memukulmu! Setelah kenyang makan, lelaki tua itu pergi ke halaman. I
a menyimpan kantong yang baik ke dalam kotak, sedangkan kantong pemarah digantun
gkan ke cantolan. Lalu ia sendiri pura-pura berjalan-jalan di halaman, sekedar m
enghabiskan waktu. Istrinya ingin minum lagi, dan ia mengucapkan kata-kata seper
ti suaminya: Dua orang dari dalam kantong! Keluarlah dua orang dari dalam kantong
dengan tongkat besar dan mulai memukulnya. Mereka memukuli sampai wanita tua itu
tak kuat lagi! Ia berteriak pada suaminya: Pak Tua, Pak Tua! Masuklah, dua orang
dari dalam kantong memukuliku! Tapi, ia pura-pura berjalan-jalan, hanya tertawa
dan berkata: Mereka akan memberimu! Dua orang dari dalam kantong terus memukuli wa
nita tua itu dan berkata: Jangan pukuli Pak Tua! Jangan pukuli Pak Tua! Akhirnya,
lelaki tua itu merasa kasihan pada istrinya. Ia masuk ke rumah dan berkata: Dua o
rang ke dalam kantong! Dua orang masuk ke dalam kantong dan bersembunyi. Sejak sa
at itu lelaki tua dan istrinya hidup begitu rukun dan damai. Istrinya selalu mel
ayaninya. Begitulah cerita ini berakhir.

A Russian Folk Tale Morozko* Hiduplah seorang lelaki tua yang menikah lagi. Lela
ki itu mempunyai seorang anak perempuan, istrinya pun mempunyai seorang anak per
empuan. Semua tahu bagaimana hidup dengan ibu tiri: melakukan kesalahan atau tid
ak selalu dimarahi, tetapi anaknya sendiri tidak melakukan apa-apa, dia selalu d
ibanggakan sebagai anak pintar. Si anak tiri memberi minum dan makan ternak, mem
bawakan kayu bakar dan air ke dalam rumah, menyalakan tungku, membersihkan rumah
saat pagi buta Namun, tak ada yang membuat wanita tua itu puas, semuanya selalu
salah, semuanya selalu jelek. Saat angin bergemuruh ataupun saat senyap, wanita
tua itu selalu ribut tidak segera berhenti. Begitulah hingga suatu ketika ibu ti
ri itu berpikir untuk melenyapkan anak tirinya dari muka bumi. Bawa, bawa dia, Pa
k Tua, katanya kepada suaminya, kemanapun kau mau agar mataku tak melihatnya lagi!
Bawa dia ke hutan, ke udara yang sangat dingin. Lelaki tua itu sedih, menangis,
tapi tak ada yang bisa dilakukannya, ia tidak ingin bertengkar dengan istrinya.
Lalu ia menyiapkan kuda: Duduk, anakku manis, dalam kereta. Lelaki tua itu membawa
nya ke hutan, menurunkannya di tumpukan salju di bawah pohon cemara besar, lalu
pergi. Anak gadis itu duduk di bawah pohon cemara, gemetar, menggigil. Tiba-tiba
terdengar tidak jauh Morozko bergemeretak di pohon cemara, melompat dari satu p
ohon cemara ke pohon cemara, berkeretak. Tiba-tiba ia sampai di pohon cemara yan
g di bawahnya duduk gadis itu, dan dari atas ia bertanya: Merasa hangatkah kamu,
nona? Gadis itu menarik nafas dalam: Hangat, Morozko, hangat, Tuan. Morozko bergera
k lebih rendah lagi, gemeretak lebih keras: Merasa hangatkah kamu, nona? Hangatka
h kamu, cantik? Gadis itu menarik nafas dalam: Hangat, Morozko, hangat, Tuan.

Morozko bergerak lebih rendah lagi, berkeretak lebih kuat: Merasa hangatkah kamu,
nona? Hangatkah kamu cantik? Hangatkah kamu manis? Gadis itu menjadi kaku, lidah
nya hanya bergerak sedikit: : Oi, hangat Morozko yang baik! Saat itu Morozko meras
a kasihan pada gadis itu. Ia menyelimutinya dengan mantel bulu yang hangat, meng
hangatkannya dengan selimut bulu yang halus. Sementara itu ibu tirinya sedang me
mpersiapkan perayaan, ia sedang membuat kue panekuk. Ia berteriak kepada suaminy
a: Pergilah, hai Pak Tua, bawa anakmu untuk dikuburkan! Lelaki tua itu pergi ke hu
tan. Ia sampai di tempat, di bawah pohon cemara, dimana anak gadisnya duduk, tam
pak gembira, berseri-seri, memakai mantel bulu, dengan emas dan perak, dan di de
katnya ada kotak dengan barang-barang berharga. Lelaki tua itu gembira, meletakk
an semuanya ke dalam kerata, mendudukkan anak gadisnya, lalu pulang ke rumah. Se
mentara itu, di rumah, si wanita tua sedang memasak pastel, anjing ada di bawah
meja: Guk, guk! Anak gadis lelaki tua datang dengan emas dan perak, tapi anak gad
is wanita tua tak akan menikah. Wanita tua itu melemparinya dengan pastel: Jangan
menyalak begitu! Katakanlah: anak gadis wanita tua akan menikah, tapi anak gadis
lelaki tua tinggal tulang belulang Anjing itu memakan habis pastel dan menyalak l
agi: Guk, guk! Anak gadis lelaki tua datang dengan emas dan perak, tapi anak gadi
s wanita tua tidak akan menikah. Wanita tua itu melemparinya dengan pastel dan me
mukulnya, tapi anjing itu berkata hal yang sama. Tiba-tiba pintu gerbang berderi
t, pintu terbuka, ke dalam rumah masuk si anak tiri dengan emas dan perak, begit
u berkilau. Dan di belakangnya dibawa kotak besar yang berat. Wanita tua itu mem
andangi, tangannya membentang lebar Siapkan, Pak Tua, kuda lain! Bawa, bawa anakku
ke tempat yang sama

Lelaki tua itu mendudukkan anak gadis wanita tua di kereta, membawanya ke hutan,
ke tempat yang sama, menurunkannya di tumpukan salju di bawah pohon cemara besa
r dan pergi. Anak gadis wanita tua itu duduk, giginya bergemeletuk. Sementara it
u Morozko bergemeretak di hutan, melompat dari satu pohon cemara ke pohon cemara
yang lain, berkeretak, lalu melihat pada anak gadis wanita tua itu: Merasa hanga
tkah kamu, nona? Anak gadis itu menjawab: Oi, sangat dingin! Jangan berisik, janga
n berkeretak Morozko Morozko bergerak lebih rendah, bergemeretak lebih keras: Meras
a hangatkah kamu, nona? Hangatkah kamu, cantik? Oi, tangan, kaki membeku! Pergilah
Morozko Morozko bergerak lebih rendah lagi, bergemeretak lebih keras, berkeretak:
Merasa hangatkah kamu, nona? Hangatkah kamu, cantik? Oi, dingin sekali! Cepat perg
ilah, Morozko terkutuk! Morozko marah dan memukul gadis itu sampai anak gadis wan
ita tua itu membeku. Pagi-pagi betul wanita tua itu menyuruh suaminya: Cepatlah p
ergi, hai Pak Tua, jemput anak gadisku, bawa dia dengan emas dan perak Lelaki tua
itu pergi. Anjing di bawah meja: Guk, guk! Anak gadis lelaki tua akan bertunangan
, tapi anak gadis wanita tua tinggal tulang belulang. Wanita tua melemparinya den
gan pastel: Jangan menyalak begitu! Katakan: Anak gadis wanita tua datang dengan
emas dan perak Tapi, anjing itu tetap menyalak: Guk. Guk! Anak gadis wanita tua tin
ggal tulang belulang Pintu gerbang berderit. Wanita tua cepat-cepat menyongsong an
aknya. Karung goni menutupinya. Anak gadis wanita tua itu berbaring di kereta, m
ati. Wanita tua itu menjerit, tapi sudah terlambat. ----------------------* Bapa
k Musim Dingin/Salju

A Russian Folk Tale Roti Kecil Hiduplah seorang lelaki tua dan istrinya. Lelaki
tua meminta pada istrinya: Buatkan roti, Nek! Buat dari apa? Tak ada tepung. Eeh, Nek
! Korek-korek wadah gandum, sapukan, di situ tepung akan terkumpul. Wanita tua it
u mengambil kemoceng, mengorek-ngorek wadah gandum, menyapunya, dan dapat mengum
pulkan dua genggam gandum. Ia mencampirkan adonan dengan krim susu, membakarnya
dengan mentega, lalu meletakkannya di tingkap jendela untuk didinginkan. Roti ke
cil itu tergeletak, tergeletak, dan tiba-tiba menggelinding dari jendela ke bang
ku, dari bangku ke lantai, dari lantai mendekat ke pintu. Menggelinding melewati
ambang pintu ke jalan masuk, dari jalan masuk ke teras, dari teras ke halaman,
dari halaman ke pintu gerbang, terus dan terus. Roti kecil itu menggelinding di
jalan, ia bertemu seekor kelinci: Roti kecil, roti kecil! Aku akan memakanmu! Janga
n makan aku, kelinci juling! Aku akan menyanyikanmu sebuah lagu, kata roti kecil
itu dan mulai menyanyi: Aku dikorek dari wadah gandum, disapu dari wadah gandum,
dicampur dengan krim susu, dibakar dengan mentega, didinginkan di tingkap jendel
a, aku terbebas dari si kakek, aku terbebas dari si nenek, dan dari kamu, kelinc
i, aku akan terbebas! melihatnya! Roti kecil itu menggelinding lagi, ia bertemu s
eekor serigala: Roti kecil, roti kecil! Aku akan memakanmu! Jangan makan aku, serig
ala abu-abu! Aku akan menyanyikanmu sebuah lagu, lalu roti kecil itu mulai menyan
yi: Aku dikorek dari wadah gandum, disapu dari wadah gandum, dicampur dengan krim
susu, dibakar Roti kecil menggelinding lagi sebelum kelinci sempat

dengan mentega, didinginkan di tingkap jendela, aku terbebas dari si kakek, aku
terbebas dari si nenek, aku terbebas dari kelinci, dan dari kamu, serigala, aku
akan terbebas! Roti kecil menggelinding lagi sebelum serigala sempat melihatnya!
Roti kecil itu menggelinding lagi, ia bertemu seekor beruang: Roti kecil, roti ke
cil! Aku akan memakanmu! Tak akan kamu memakanku, cakar merpati! Roti kecil itu mu
lai menyanyi: Aku dikorek dari wadah gandum, disapu dari wadah gandum, dicampur d
engan krim susu, dibakar dengan mentega, didinginkan di tingkap jendela, aku ter
bebas dari si kakek, aku terbebas dari si nenek, aku terbebas dari kelinci, aku
terbebas dari serigala, dan dari kamu, beruang, aku akan terbebas! Roti kecil men
ggelinding lagi sebelum beruang sempat melihatnya! Roti kecil itu menggelinding
lagi, ia bertemu seekor rubah: Hai roti kecil! Betapa lezatnya kamu! Roti kecil it
u mulai menyanyi: Aku dikorek dari wadah gandum, disapu dari wadah gandum, dicamp
ur dengan krim susu, dibakar dengan mentega, didinginkan di tingkap jendela, aku
terbebas dari si kakek, aku terbebas dari si nenek, aku terbebas dari kelinci,
aku terbebas dari serigala, dari beruang aku terbebas, dan dari kamu, rubah, aku
juga akan terbebas! Lagu yang sangat indah! kata rubah. Tapi, roti kecil, aku kan s
udah tua, pendengaranku tidak baik. Duduklah di moncongku, lalu bernyanyilah sek
ali lagi dengan lebih keras. Roti kecil melompat ke moncong rubah dan mulai meny
anyikan lagu yang sama. Terima kasih, roti kecil! Lagu yang indah, aku ingin mend
engarnya lagi! Duduklah di lidahku, lalu bernyanyilah sekali lagi, kata rubah dan
menjulurkan lidahnya. Roti kecil dengan bodohnya lompat ke lidah rubah, sedangk
an rubah itu: Am, memakannya.

A Russian Folk Tale Rubah dan Bangau Seekor rubah dan bangau berteman. Begitulah
, hingga suatu hari rubah berpikir untuk mengundang bangau untuk bertamu ke ruma
hnya. Datanglah, datanglah temanku! Aku mengundangmu makan! Bangau datang ke jamu
an makan malam. Rubah memasak bubur gandum dan membaginya ke piring. Ia menghida
ngkannya dan berkata: Makanlah, temanku! Aku sendiri yang memasak. Bangau mematukmatuk, mengetuk-ngetuk, tapi tidak bisa dapat apapun. Sementara itu rubah menjil
ati sendiri bubur sehingga ia sendiri yang habis memakannya. Bubur telah dimakan
, rubah berkata: Jangan sakit hati, teman baikku. Tak ada lagi yang dapat dihidan
gkan untukmu. Terima kasih, temanku, untuk ini. Datanglah bertamu ke rumahku. Esok
harinya rubah datang. Bangau menyiapkan sup dingin. Ia menuangkan sup dingin ke
kendi yang berleher sempit, meletakkannya di meja dan berkata: Makanlah, kawan.
Benar, tak ada lagi yang dapat dihidangkan. Rubah mulai memandangi sekeliling ken
di. Ia mendekatinya dan menjilatinya, lalu menciuminya, tapi tak dapat apapun. K
epalanya tak bisa masuk ke kendi. Sementara itu bangau menghirup supnya sampai m
enghabiskan semuanya. Nah, jangan sakit hati, kawan. Tak ada yang bisa dihidangka
n lagi. Rubah merasa kesal. Ia mengira akan makan sepuas-puasnya sepanjang minggu
. Rubah pulang ke rumahnya tanpa mendapat apapun. Bagaimana perbuatan kita, begi
tulah balasannya! Sejak saat itu persahabatan rubah dengan bangau putus.

Anda mungkin juga menyukai