Anda di halaman 1dari 20

Aspek Peniadaan

Pidana Dalam

INFORMED
CONSENT
Nabbilah Amir, S.H., M.H
Analisislah Kasus Berikut ini :
◦ Andi merupakan anak tunggal ibu Ayu yang berusia Satu Tahun, Sehari ini Andi mengalami
demam, melihat kondisi anaknya ibu ayu mengajak andi ke RS. Sehat Selalu untuk
melakukan pemeriksaan. Dokter mengatakan terjadi pelengketan pada usus andi dan
disarankan untuk segara dilakukan operasi. Ibu Ayu dan suaminya menyetujui untuk segera
dilakukan operasi kepada andi keesokan harinya.
◦ Hari H : Andi menjalani 3 jam operasi dan pasca Operasi, ternyata luka bekas operasi andi
mengalami infeksi dan bernanah. Dokter yang melakukan operasi kemudian memberikan
obat yang harus diberikan selama 1 x 24 jam. Namun pasca 1 x 24 jam tidak ada
perubahan, malah terjadi masalah baru dimana Andi mengalami kesulitan buang air besar
terjadi kerusakan permanen pada jalur pembuangan andi .
◦ H+2 : Melihat kondisi Andi, pihak dokter mengambil keputusan sepihak untuk melakukan
operasi pemasangan anus buatan tanpa melalui persetujuan orang tua andi yang pada
saat itu sedang tidak berada di RS. Sehat Selalu.
◦ Sekembalinya kedua orang tua andi ke RS Sehat Selalu, mereka kaget dengan kondisi
anaknya yang telah dipasangi anus buatan tanpa pemberitahuan apapun.
Posisikan diri Anda Sebagai
Penasehat Hukum!
◦ Tindakan apa yang akan anda lakukan pertama kali?
◦ Apabila anda melakukn gugatan, Gugatan seperti apa yang anda
layangkan kepada Pihak RS Sehat Selalu?
◦ Siapa sajakah yang akan anda gugat?
◦ Apakah kasus diatas dapat dituntut Pidana?
◦ Pasal berapa yang tepat diterapkan dalam kasus ini?
Informed Consent
◦ Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan
terhadap klien tersebut.

◦ Informed Consent bermula timbul karena adanya


hubungan antara dokter dengan pasien melalui transaksi
terapeutik yang menimbulkan hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak, baik itu pemberi pelayanan (medical
providers)maupun penerima layanan (medical receivers)
yang mengikat dan harus dihormati oleh kedua belah pihak
yang terikat kontrak (transaksi) terapeutik tersebut.
Dasar Hukum Informed Consent
◦ Pasal 45 Ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) UU No. 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran;
◦ Pasal 6 huruf g jo. Pasal 29 huruf a UU No.44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
◦ Pasal 56 ayat (1) (2) dan (3), Pasal 57 ayat (1) dan (2) UU 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
◦ Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 595.Menkes/Per/IX/1989
Kedudukan Informed Consent
◦ Kedudukan Informed Consent dalam melakukan tindakan medis
sangat penting. Sehubungan dengan hal tersebut, Benyamin
Cordozo mengingatkan bahwa:
“Setiap manusia dewasa yang berpikiran sehat berhak
untuk menentukan apa yang hendak dilakukan terhadap
tubuhnya sendiri, dan seseorang ahli bedah yang
melakukan suatu operasi tanpa izin pasiennya, dapat
dianggap telah melanggar hukum dimana ia
bertanggung jawab atas segala kerusakan yang
timbul”
Informed Consent Sebagai
Standar Pelayanan
◦ Informed Consent sebagai standar pelayanan bagi dokter
terhadap pasien benar-benar harus dapat di pertanggung
jawabkan, oleh karenanya seorang dokter benar-benar harus
mampu memberikan informasi yang akurat dan dapat
dimengerti oleh calon pasiennya agar dalam melakukan
tindakan medis, pasien sudah dapat mengetahui tentang risiko
medis yang mungkin dapat terjadi terhadapnya.
Persetujuan Tindakan Medis
(Informed Consent)
◦ Dapat terdiri dari:
1. Yang dinyatakan (expressed), yakni secara lisan (oral)
atau tertulis (written);
2. Dianggap diberikan (Implied atau tocit consent), yakni
dalam keadaan bisa (normal) atau dalam keadaan
darurat (emergency).
Expressed Consent
◦ Adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau
tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur
pemeriksaan dan tindakan biasanya.
Implied Consent
◦ Adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa
pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap oleh dokter
dari sikap dan tindakan pasien. Implied Consent dalam bentuk
lain yakni apabila pasien dalam keadaan gawat darurat
memerlukan penanganan secara cepat dan tepat sementara
keadaan ini tidak dapat memberikan persetujuan dan
keluargapun tidak ada ditempat, maka dokter dapat melakukan
tindakan medis tertentu terbaik menurut dokter.
Hal-hal yang Harus disampaikan
dalam Informed Consent:
1. Maksud dan tujuan tindakan medis tersebut;
2. Risiko yang melekat pada tindakan medis tersebut;
3. Kemungkinan timbulnya efek samping;
4. Alternatif lain tindakan medis tersebut;
5. Kemungkinan-kemungkinan (Sebagai konsekuensi) yang terjadi apabila tindakan
medis itu tidak dilakukan;
6. Dalam menjelaskan mengenai risiko perlu dikatakan mengenai:
a. Sifat dan risiko tindakan;
b. Berat-Ringannya Risiko yang terjadi;
c. Kemungkinan risiko terjadi;
d. Kapan risiko tersebut akan timbul seandainya terjadi.
Konsekuensi Tindakan yang tidak
sesuai Informed Consent
◦ Konsekuensi tindakan yang tidak sesuai dengan informed
consent dapat berakibat pada adanya tuntutan secara
perdata, berupa tuntutan ganti kerugian apabila dalam
tindakan medis yang dilakukan oleh seorang dokter
menimbulkan kerugian kepada pasien. Disisi lain tututan pidana
dapat pula muncul bilamana dalam tindakan medis yang
dilakukan oleh dojter terdapar kesalahan, baik kesengajaan
maupun kelalaian yang berakibat adanya cacat fisik maupun
nonfisik yang dialami oleh pasien.
Hubungan Dokter-Pasien
◦ Informed Consent merupakan salah satu dasar perjanjian terapeutik. Menurut
Suchman dalam hubungan dokter-pasien terdapat 5 tahap relasi yaitu:
a. Tahap Gejala Penyakit;
b. Tahap Pengakuan Mengidap Sakit dan Penyakit;
c. Tahap Kontrak Pelayanan Medik;
d.Tahap Kontrak (Transaksi) Terapeutik dengan peran ketergantungan
pihak pasien;
e. Tahap Pemulihan dan Rehabilitas.
Azas : “GEEN STRAF ZONDER
SCHULD” (tiada pidana tanpa
kesalahan), artinya seseorang tidak
dapat dipertanggungjawabkan
(dengan mempidana)jika tidak
memiliki kesalahan.
Unsur Kesalahan:
1. Melakukan tindak pidana;
2. Diatas umur tertentu, dan mampu bertanggungjawab;
3. Dengan kesengajaaan atau kealpaan;
4. Tidak ada alasan pemaaf.
Bentuk Kesalahan:
a.Kesengajaan (dolus, opzet); atau
b.Kealpaan (Culpa).
Culpa:
1. Culpa Lata
2. Culpa Levi
Hukum Pidanaà Kesalahan
(Negligence)
◦ Biasanya untuk menghindari tuntutan risiko malpraktik, tenaga
medis membuat exconeratic clausule yaitu:
“Syarat-syarat pengecualian tanggung jawab berupa
pembatasan ataupun pembebasan dari suatu tanggung
jawab”
Sanksi Hukum terhadap Informed
Consent
◦ Sanksi Pidana à Pasal 351 KUHP

◦ Sanksi Perdata à Gugatan Ganti Kerugian Pasal 1365, 1367, 1370


dan 1371 BW

Anda mungkin juga menyukai