Anda di halaman 1dari 48

UNTAD

PNEUMONIA REFERAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu


persyaratandalam menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik

Oleh:
Nilovar Amir Adnan
N 111 22 015
Pembimbing Klinik:

dr. Robert Mangiri, M.Sc, Sp. Rad

dr. Andi Fitrah Muhibbah, Sp. Rad

DEPARTEMEN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


TADULAKORUMAH SAKIT UMUM
DAERAH UNDATA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

Nama : Nilovar Amir Adnan

Stambuk : N11122015

Fakultas : Fakultas Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter


Universitas : Universitas Tadulako
Judul Referat : Pneumonia
Bagian : Radiologi

Bagian Radiologi

RSUD Undata Palu


Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Palu, Juni 2023

Pembimbing Klinik

dr. Andi Fitrah Muhibbah, Sp. Rad

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................3

I. Anatomi Respirasi ............................................................................................. 3

II. Definisi ........................................................................................................... 10

III. Etiologi ........................................................................................................... 12

IV. Patogenesis ...................................................................................................... 15

V. Epidemiologi ................................................................................................... 16

VI. Manifestasi Klinis ............................................................................................ 17

VII. Diagnosis ........................................................................................................ 18

VIII. Foto Thorax..................................................................................................... 27

IX. Diagnosis Banding .......................................................................................... 28

X. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 34

XI. Komplikasi ...................................................................................................... 35

XII. Penatalaksanaan .............................................................................................. 35

XIII. Prognosis .........................................................................................................38

BAB III REFLEKSI KASUS ............................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 41

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rekomendasi antibiotika empiris pada CAP ..........................................................37

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Larynx ....................................................................................................3


Gambar 2. CT-Scan potongan axial pada ketinggian C1 ...........................................4
Gambar 3. AP dan Lateral ........................................................................................5
Gambar 4. Trakea.....................................................................................................5
Gambar 5. CT-Scan potongan axial setinggi T3 ........................................................5
Gambar 6. Bronkus ................................................................................................ 6
Gambar 7. Bronkus sekunder dan alveolus ............................................................. 6
Gambar 8. Paru-paru .............................................................................................. 7
Gambar 9. Potongan melintang paru-paru dan mediastinum ................................... 7
Gambar 10. CT-Scan thorax bagian bawah setinggi T10 ......................................... 7
Gambar 11. PA thorax ............................................................................................ 8
Gambar 12. Foto polos lateral thorax ...................................................................... 9
Gambar 13. Patofisiologi pneumonia oleh pneumococcus....................................... 16
Gambar 14. Foto thorax PA dan lateral................................................................... 27

v
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam


bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi
saluran nafas bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di
dunia dengan hampir3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza
didapatkan sebagai penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian
pada tahun 2010.1,2

Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai


parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia berdasarkan tempat
didapatkannya dibagi dalam dua kelompok utama yakni, pneumonia
komunitas (community aqquired pneumonia, CAP) yang didapat di
masyarakat dan pneumonia nosokomial (hospital aqquired pneumonia,
HAP).3,4

Pneumonia komunitas (PK) atau community-acquired pneumonia


(CAP) masih menjadi suatu masalah kesehatan utama tidak hanya di negara
yang sedang berkembang, tetapi juga di seluruh dunia. PK merupakan salah
satu penyebab utama kematian di dunia dan merupakan penyebab kematian
terbesar ke-6 di Amerika Serikat. Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001 mencatat kematian akibat pneumonia dan
infeksi saluran nafas sebanyak 34 per 100.000 penduduk pada pria dan 28
per 100.000 penduduk pada wanita. Sementara itu, menurut Riskesdas 2013,
pneumonia menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama di
Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.5,6,7

1
Pneumonia tentunya perlu mendapat perhatian dan penanganan yang
tepat, mengingat penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan utama
di Indonesia. Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antibiotika
yang efektif, perawatan yang baik, serta usaha preventif yang bermakna
terhadap penyakit ini perlu dilakukan agar berkurangnya morbiditas dan
mortalitas pada pneumonia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Anatomi Respirasi

Saluran peprnapasan pada manusia adalah dimulai dari :

a. Larynx

Gambar 1. Larynx4,5

Larynx terletak di depan bagian terendah pharnyx yang memisahkan


dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Rangka laring terdiri
dari tulang rawan yang dihubungkan oleh ligamen dan digerakkan oleh
banyak otot yang membantu proses pembuatan suara atau suara yang
kompleks. Kartilago terbesar dan paling tidak bergerak adalah kartilago
tiroid, yang terdiri dari dua struktur seperti pelat yang digunakan yang
membentuk dinding anterior laring.

Proyeksi anterior yang menonjol dari kartilago tiroid dapat dipalpasi


dengan mudah dan dikenal sebagai rominensia laring, atau jakun. Struktur
yang menonjol ini merupakan tengara pemosisian yang penting karena
mudah ditemukan. Tonjolan laring dari kartilago tiroid yang terletak kira-

3
kira setinggi C5 merupakan referensi topografi yang sangat baik atau lokasi
struktur kerangka spesifik di wilayah ini

Gambar 2. CT-Scan potongan axial pada ketinggian C12,3

b. Trakea

Melanjutkan dari laring ke bawah, bagian kedua dari sistem


pernapasan yang tepat adalah trakea, atau batang tenggorokan. Ini adalah
tabung otot berserat dengan diameter sekitar 3/4 inci (2 cm) dan panjang 4
1/2 inci (11 cm). Sekitar 16 hingga 20 cincin tulang rawan berbentuk C
tertanam di dinding anteriornya.

Cincin kaku ini menjaga jalan napas tetap terbuka dengan


mencegah kolapsnya trakea selama ekspirasi. Trakea, yang terletak tepat di
depan esofagus, memanjang dari persimpangannya dengan laring pada
tingkat C6 (vertebra serviks keenam) ke bawah hingga tingkat T4 atau T5
(vertebra toraks keempat atau kelima), di mana ia terbagi menjadi kanan
dan kiri. bronkus primer.

4
Gambar 3. AP dan Lateral5,3 Gambar 4. Trakea2,3

Gambar 5. CT-Scan potongan axial setinggi T3

c. Bronkus

Bagian ketiga dari saluran pernapasan adalah bronkus primer kanan


dan kiri. Bronkus primer kanan lebih lebar dan lebih pendek dari kiri
bronkus. Bronkus primer kanan juga lebih vertikal; Oleh karena itu, sudut
divergensi dari trakea distal kurang tajam atau bronkus kanan daripada
kiri. Perbedaan ukuran dan bentuk antara dua bronkus utama ini penting
karena partikel makanan atau benda asing lainnya yang kebetulan

5
memasuki sistem pernapasan lebih mungkin masuk dan bersarang di
bronkus kanan. Bronkus kanan memiliki panjang sekitar 2,5 cm dan
diameter 1,3 cm. Sudut divergensi bronkus kanan hanya sekitar25°.
Bronkus kiri berdiameter lebih kecil (1,1 cm) daripada bronkus
kanan tetapi panjangnya sekitar dua kali lipat (5 cm). Sudut divergen
bronkus primer kiri kira-kira 37°, yang lebih horizontal daripada bronkus
kanan. Sudut yang meningkat ini dan diameter yang lebih kecil membuat
partikel makanan atau benda asing lainnya lebih kecil kemungkinannya
untuk memasuki bronkus kiri.
Bronkus sekunder, lobus, dan alveoli Selain perbedaan ukuran dan
bentuk antara bronkus kanan dan kiri, perbedaan penting lainnya adalah
bronkus kanan terbagi menjadi tiga bronkus sekunder, tetapi bronkus kiri
hanya terbagi menjadi dua, dengan masing-masing memasuki lobus
individu. paru-paru. Paru kanan berisi tiga lobus, dan paru kiri berisi dua
lobus, seperti yang ditunjukkan. Bronkus sekunder ini terus membelah
menjadi cabang-cabang yang lebih kecil, yang disebut bronkiolus, yang
menyebar ke seluruh bagian setiap lobus.

Gambar 7. Bronkus2,3 Gambar 6. Bronkus Sekunder dan alveolus2,3

d. Paru-paru

Bagian keempat dan terakhir dari sistem pernapasan terdiri dari dua
paru-paru besar seperti spons, yang terletak di setiap sisi rongga dada.
Paru-paru jatuh semua ruang yang tidak ditempati oleh struktur lain. Paru-
paru kanan terdiri dari tiga lobus, lobus superior (atas), tengah, dan in erior

6
(bawah)—dibagi dengan dua lapisan dalam. Fisura inferior, yang
memisahkan lobus inferior dan tengah, disebut fisura oblique. Fisura
horizontal memisahkan lobus superior dan tengah. Paru kiri hanya memiliki
dua lobus superior (atas) dan erior (bawah) yang dipisahkan oleh satu
fisura oblik dalam. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum
central yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar.
Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar. Pembuluh
darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuuki
tiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru.Paru kanan lebih
daripada kiri,paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi
menjadi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa
segmen sesuai dengan segmen bronchusnya.

Gambar 9. Potongan melintang Gambar 8. Paru-paru2,3

paru- -paru dan mediastinum3,4

Gambar 10. CT-Scan thorax bagian bawah setinggi T103,4

7
e. Foto Polos Thorax

Gambar 11. PA thorax2,3

Sejumlah besar informasi medis dapat diperoleh dari rontgen dada


PA yang terekspos dengan baik dan perawatan penuh. Meskipun aktor
teknis dirancang atau visualisasi optimal dari paru-paru dan jaringan lunak
lainnya, toraks bertulang juga dapat terlihat. Klavikula, skapula, dan tulang
rusuk dapat diidentifikasi melalui studi yang cermat pada rontgen dada.
Tulang dada dan tulang dada ditumpangkan bersama dengan struktur
mediastinum, seperti jantung dan pembuluh darah besar; oleh karena itu,
sternum dan vertebra tidak tervisualisasi dengan baik pada radiografi dada
PA.
Paru-paru dan trakea (A) dari sistem pernapasan terlihat dengan
baik, meskipun biasanya bronkus primer tidak terlihat dengan mudah.
Bagian pertama dari sistem pernapasan, laring, biasanya terletak di atas
batas atas radiografi dan tidak dapat dilihat. Jantung, pembuluh darah
besar, dan diafragma juga tervisualisasi dengan baik. Bagian-bagian
berlabel radiografi juga ditunjukkan dalam tampilan rontal toraks dengan
struktur tulang dihilangkan. Kelenjar tiroid, pembuluh darah besar, dan
kelenjar timus ditampilkandalam kaitannya dengan paru-paru dan jantung.

8
Puncak (B) dari setiap paru-paru adalah daerah atas yang membulat
di atas tingkat klavikula. Apeks paru-paru meluas ke daerah leher bagian
bawah hingga setinggi T1 (vertebra torakalis pertama). Bagian penting
dari paru-paru ini harus disertakan pada radiografi dada.
Karina (C) ditunjukkan sebagai titik percabangan, tepi terendah
pemisahan trakea ke bronkus kanan dan kiri. Basis (D) setiap paru-paru
adalah daerah cekung bawah masing-masing paru-paru yang bertumpupada
diafragma (E). Diafragma adalah partisi otot yang memisahkan rongga
dada dan perut. Sudut costophrenic (F) mengacu pada ekstrim terluar sudut
bawah setiap paru-paru, tempat diafragma bertemu dengan tulang rusuk.
Saat memposisikan atau radiografi dada, Anda harus mengetahui lokasi
relatif dari bagian paling atas dan paling bawah dari paru-paru, apeks dan
sudut kostofrenikus, masing-masing untuk memastikan bahwa wilayah ini
disertakan pada setiap radiografi dada. Seperti pengumpulan cairan dalam
jumlah kecil, akan terlihat jelas pada sudut costophrenic ini dalam posisi
tegak. Hilus (hilus) (G), juga dikenal sebagai daerah akar, adalah area
tengah setiap paru-paru, tempat bronkus, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, dan saraf masuk dan keluar dari paru paru.

Gambar 12. Foto polos lateral thorax 8,

9
Radiografi dada lateral ditandai untuk menunjukkan bagian yang
sama seperti yang diberi label pada gambar terlampir. Gambar ini
menggambarkan paru-paru kiri dilihat dari aspek medial. Karena ini adalah
paru-paru kiri, hanya terlihat dua lobus. Beberapa lobus bawah (D) meluas
di atas level hilus (C) di posterior, sedangkan beberapa lobus atas (B)
meluas di bawah hilus di anterior. Bagian posterior diafragma adalah bagian
paling bawah dari diafragma. Satu-satunya ssure oblique dalam yang
membagi dua lobus paru kiri ditampilkan lagi, seperti pandangan ujung
bronkus di daerah hilar. Paru-paru kanan biasanya lebih pendek sekitar 1
inci dari paru-paru kiri. Alasan atau perbedaan ini adalah hati yang
menempati ruang besar yang terletak di perut kanan atas, yang mendorong
hemidiafragma kanan. Hemidiafragma kanan dan kiri (F) terlihat pada
rontgen dada lateral. Yang lebih superior dari keduanya adalah
hemidiafragma kanan, yang juga terlihat pada rontgen dada PA.
I. Definisi

Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan


parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.8 Pnemunonia dibedakan menjadi dua
yaitu pneumonia kominiti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia
komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar rumah
sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi
lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit.2

Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi


paling sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat
didapatkannya pneumonia (pneumonia komunitas dan pneumonia
nosokomial), tetapi pneumonia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan area
paru yang terinfeksi (lobar pneumonia, multilobar pneumonia, bronchial
pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen kausatif. Pneumonia juga
sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari pasien, seperti

10
pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi berulang kali, berdasarkan
penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan
pneumonia pada gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi
organ, onkologi, dan AIDS).3,9

II. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologi

i. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)

ii. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP)

iii. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host

iv. Pneumonia aspirasi

2. Berdasarkan lokasi infeksi


i. Pneumonialobaris

Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri


(Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang
terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan
oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambarangabungan
konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara
yang terdapat pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh
bayangan opak rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal
ini bersifat diagnostik untuk pneumonialobaris/

ii. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis)

Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis.


Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.
Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran

11
nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan
sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah,
Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
iii. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus
dan peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan
mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan
interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada
alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata

III. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti


bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita
oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan gram positif, sedangkan
pneumonia rumah sakit banyak disebabkan gram negatif. Dari laporan
beberapa kota di Indonesia ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
komunitas adalah bakteri gram negatif.
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan
nosokomial:

a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia,


Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella
pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus,
influenza tipe A dan B.10
b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli,
Klebsiella pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
aureus, anaerob oral.10

12
Tabel etiologi pneumonia pada anak sesuai
dengan kelompok usia dinegara maju :

Tabel 1 Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara
maju23

Tabel 2 Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara
maju23

13
Tabel 3 Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju23

Tabel 4 Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara
maju22,23

14
IV. Patogenesis

Proses patogenesis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu


keaadan (imunitas) pasien, mikroorganisme yang menyerang pasien dan
lingkungan yang berinteraksi satu sama lain. 3 Dalam keadaan sehat, pada
paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Adanyanya bakteri di
paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.11 Ada beberapa cara
mikroorganisme mencapai permukaan: 1) Inokulasi langsung; 2)
Penyebaran melalui darah; 3) Inhalasi bahan aerosol, dan 4) Kolonosiasi di
permukaan mukosa.2 Dari keempat cara tersebut, cara yang terbanyak
adalah dengan kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada virus,
mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.

Kebanyakan bakteria dengan ikuran 0,5-2,0 mikron melalui udara


dapat mencapai brokonsul terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi
proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung,
orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi
inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari
sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring
terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan
kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang sanagt tinggi 108-10/ml,
sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat
memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.2,3

15
Gambar 13. Patofisiologi pneumonia oleh pneumococcus2,3

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli


menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan
infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan
fagositosis sebelum terbentuk antibodi. Sel-sel PNM mendesak bakteri ke
permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui
psedopodosis sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian terjadi
proses fagositosis. pada waktu terjadi perlawanan antara host dan bakteri
maka akan nampak empat zona pada daerah pasitik parasitik terset yaitu :
1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan
edema; 2) Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN
dan beberapa eksudasi sel darah merah; 3) Zona konsolidasi yang luas
(grey hepatization): daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan
jumlah PMN yang banyak; 4) Zona resolusi E: daerah tempat terjadi resolusi
dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.2
V. Epidemiologi

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas


yang terbanyak di dapatkan dan sering merupakan penyebab kematian
hampir di seluruh dunia. Di Inggris pneumonia menyebabkan kematian 10
kali lebih banyak dari pada penyakit infeksi lain, sedangkan di AS
merupakan penyebab kematian urutan ke 15. pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, 25-50% pada pasien ICU.

16
Di Amerika Serikat insiden penyakit pneumonia mencapai 12
kasus tiap 1000 orang dewasa. Kematian untuk pasien rawat jalan kuang
dari 1%, tetapi kematian pada pasien yang dirawat di rumah sakit cukup
tinggi, yaitu 14%. Di negara berkembang sekitar 10-20% pasien yang
memerlukan perawatan di rumah sakit dan angkat kematian diantara
pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40%. Di Indonesia sendiri,
terdapat 5- 11 kasus pneumonia per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di
rawat dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi
paling tinggi pada pasien yang sangat muda dan usia lanjut dengan
ortalitas 5-12%. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5%
(16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas)
pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas)
pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.

Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas


yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita
pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang
mengganggu daya tahan tubuh. Frekuensi relative terhadap
mikroorganisme petogen paru bervariasi menurut lingkungan ketika
infeksi tersebut didapat. Misalnya lingkungan masyarakat, panti perawatan,
ataupun rumah sakit. Selain itu factor iklim dan letak geografik
mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit ini.
VI. Manifestasi Klinis

Gejala khas dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat,


batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum
berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak.
Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada yang sakit
dengan lutut tertekuk karena nyeri dada Pemeriksaan fisik didapatkan
retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak

17
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara
pernafasan bronkial, pleural friction rub.3

 DIAGNOSIS

Diagnosis pneumonia kominiti didasarkan kepada riwayat penyakit


yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika
pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah
dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
a. Batuk-batuk bertambah

b. Perubahan karakteristik dahak/purulen

c. Suhu tubuh > 38C (aksila) /riwayat demam

d. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas


bronkial dan ronki

e. Leukosit > 10.000 atau < 4500

Gambaran Radiologis

Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia


antara lain:

 Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau


segment paru secara anantomis.
 Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.

 Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru


mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti
pada atelektasis.
 Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ;
batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut
berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan.
 Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.

 Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis

18
yang paling akhir terkena.

 Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.

 Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign


(terperangkapnya udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran
udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab
pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi,
misalnya penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia
sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang
terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk
menentukan lokasi anatomik dalam paru.
Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada pasien bayi.
Pada bronkopneumonia bercak- bercak infiltrat didapatkan pada satu atau
beberapa lobus. Jika difus (merata) biasanyadisebabkan oleh
Staphylokokus pneumonia. Radiografi dada dapat menegaskan diagnosis,
membantu dalam diagnosis banding kuman pathogen dan deteksi penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan paru. Pemeriksaan tersebut juga dapat
mambantu mengetahui keparahan dan respon terhadap terapi dari waktuke
waktu. Kelainan foto rontgen toraks tidak selalu berhubungan dengan
gambaran klinis. Biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen toraks posisi
AP. Foto rontgen toraks AP dan lateralhanya dilakukan pada pasien dengan
tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti takipnea, batuk dan ronki,
dengan atau tanpa suaranapas yang melemah.
Gambaran bronkopneumonia pada foto thorax sebenarnya sama
seperti gambaran konsolidasi radang. Prinsipnya jika udara dalam alveoli
digantikan oleh eksudat radang, maka bagian paru tersebut akan tampak

19
lebih opaq pada foto Rontgen. Pada bronkopneumonia terdapat bercak
yang mengikutsertakan alveoli secara tersebar.
Bronkopneumonia ditandai oleh multiple nodular opacities yang
cenderung tidak merata (patchy) dan / atau konfluen. Ini merupakan area
paru-paru di mana ada patch inflamasi yang dipisahkan oleh parenkim paru
normal. Khas biasanya menyerang beberapa lobus dan bilateral asimetris,
hal ini yang membedakan dengan pneumonia lobaris. Lokasi predileksi
bronkopneumonia biasanya terjadi di lapangan paru tengah dan bawah.

20
1. Pneumonia Lobaris

Gambaran khas pada pneumonia lobaris adalah konsolidasi


ruang udara perifer yang ditandaidengan opak di perifer yang seringnya
disertai saluran udara proksimal yang terisi udara sehingga muncul
gambaran air brochogram. Ketika pneumonia semakin berkembang,
eksudat menyebabkan opak yang komplit pada paru yang terkena
termasuk pembuluh darah yang ada di bagian paru tersebut. Jika
konsolidasinya tidak komplit, penyakit ini bisa tidak mencapai pada
pembuluh darah paru. Sehingga menimbulkan gambaran ground glass
appearance atau gambaran berbayang seperti gelas.
Konsolidasi periferal pneumonia dapat di bedakan dengan
bronkopneumonia. Dimana pneumonia lobaris secara primer mengenai
ruang udara perifer daripada bronkus atau bronkiolus dan ruang udara
yang dekat bronkiolus(peri-bronchiolus). Selian itu pneumonia lobaris
biasanya tidak berkaitan dengan hilangnya volume paru atau
atelektasis pada paru yang terkena.
Tidak ditemukannya air bronchogram pada pemeriksaan foto polos,
bukan berarti menghilangkan gambaran konsolidasi. Air bronchogram
dapat tidak ditemukan ketika konsolidasi yang muncul disebabkan oleh
oklusi bronchus bagian proximal pada paru yang terkena atau impaksi
eksudat dari bronkus proksimal. Kaivtasi, efusi pleura, dan nekrosis
kadang-kadang merupakan gambaran dari konsolidasi pneumonia,
terutama jika penyebabnya adalah bakteri yang agresif atau bersifat
nekrosis seperti stafilokokus aureus, mycobacteria.

21
Foto Thorax

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu


segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya
ditemukan pada pneumonia jenis ini. 12,13

22
CT Scan

Tampak konsolidasi ruang udara perifer (lobar) pneumonia yang memiliki


gambaran air bronchogram (panah hitam besar). Dan tampak gambaran
bercak-bercak dengan ground glass appearance dan tree-in-bud (panah
hitam kecil). 12,13

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri


sampai ke perifer. 22,23

23
2. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)

Gambaran radiologi bronkopneumonia berbeda dengan pneumonia


lobaris. Bronkopneumonia menyebabkan opak pada centrilobular dan
peri-bronkiolar dibandingkan pneumonia lobaris yang mengenai bagian
paru subpleura. Selian itu, bronkopneumonia cenderung multifokal dan
memiliki distribusi seperti bercak dibanding pneumonia lobaris yang
terlokalisasi pada satu bagian paru. Gambaran opak pada centrilobular
yaitu nodul centrilobular, dan opak tubular yang kecil(tree in bud
opacities). 12,13
Nodulus centrilobular memilik opasitas yang kecil namun sangat
jelas tampak pada bagian tengah dari lobulus. Nosulus-nosulus tersebut
biasanya hanya berdiameter 2-3 mmtapi adapat membesar menjadi
berukuran 10-24 mm yang disebut juga makronodul. Karena centrinodul
yang kecil tersebut terletak di bagian tengah dibanding bagian perifer,
merek biasanya tidak berbatasan dengan permukaan visceral pleura, dan
biasanya terletak jauh 5mm dari pleura visceral. 12,13

Gambaran opak pada paru peribronkhial atau bronkhiolar


ukurannya lebih besar dibanding centrilobular yang berasal dari alveolus
yang terkena yang terbuka menuju bronkiolus. 12,13
Jika bagian lobulus sekunder yang terkena semuanya, gambaran
opak dapat terlihat jelas atau total. Jika alveolus yang terkena inkomplit,
dapat tampak gambaran groundglass appearance dengan vaskularisasi
yang masih tampak. Pada penumonia lobaris, progresi penyebaran
infeksinya cenderung mengarah ke subpleura dan centripetal. Sedangkan
bronkopenumonia menyebar secara sentrifugal pada lobulus sekunder
yang tersebar secara axial sepanjang bagian bronchovaskular. 12,13

24
Foto Thorax

Tampak bercak infiltrat pada lapangan tengah dan bawah paru dekstra
dan sinistra21,24

CT Scan

Berikut adalah gambaran dari bronkopneumonia virus yang


memberikan gambaran opak centrilobular dan peribronkial setelah 1
minggu gejala prodromal seperti demam dan batuk. Terlihat gambaran
bercak bilateral pada lobus kiri yang ditandai dengan opk bercabang
(panah warna hitam). Terdapat juga penebalan bronkiolus yang
dikelilingi oleh tree in bud appearance(panah warna putih) 12,13.

25
Tampak konsolidasi dengan air bronkogram(panah hitam besar),
penebalanbronkiolus(panah bengkok), dan nodul (panah hitam kecil). 12,13

26
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak
menjalar sampai perifer. 23,24
Pada gambar (A) di bawah ini memperlihatkan bahwa mikroorganisme
awalnyamenyerang bronkiolus yang lebih besar sehingga mengakibatkan
nodul sentrilobuler dan gambaran cabang bronkus yang berdensitas opaq
(tree-in-bud pattern). Lalu proses konsolidasi yang terjadi akan mengenai
daerah peribronkhial dan akan berkembang menjadi lobular,
subsegmental, atau segmental (B). Selanjutnya proses konsolidasi
tersebut bisa terjadi multifocal, tepi tidak rata, corakan bronkovaskular
kasar akibat dinding cabang12,13 bronkus menjadi lebih tebal, namun
perselubungan yang terjadi biasanya tidak melebihi batas segmen (C).

Gambar. 4 Bentuk ilustrasi progresifitas konsolidasi pada


bronkopneumonia12,13
VII. Foto Thorax

Gambar 14. Foto thorax PA dan lateral12,13

27
Tampak perselubungan homogen pada lobus inferior dextra12,13

VIII. Diagnosis Banding

1. Tuberculosis Paru (TB), adalah suatu penyakit infeksi menular


yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism
M. tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan.
Gejala klinis TB antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih
dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik
meliputi demam, menggigil, keringat malam, lemas, hilang nafsu
makan dan penurunan berat badan. Kuman TB biasanya bersarang
pada apex karena bagian tersebut memiliki paling banyak oksigen.
Gambaran yang suram dan berupa nodul dapat ditemukan8

Tampak gambaran cavitas pada paru lobus atas kanan pada foto thorax
proyeksi PA

28
Pada gambar foto polos diatas tampak cavitasi pada bagian apex paru
kiri dan pada gambar CT tampak gambaran tree-in bud pada lingkaran
putih. Kavitasi pada TB paru post primer menunjukkan bahwa penyakit
tersebut sedang aktif dan sangat menular

2. Atelektasis, adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang


tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru
yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.8

29
Atelektasis pada foto thorax proyeksi PA8

3. Efusi Pleura

Memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air-


bronkogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi
pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang
sehat.Rongga toraks membesar. Pada efusi pleura sebagian akan
tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura.

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang


terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit
primer iarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung
sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas
yang memungkinkan permukaan pleural bergerak

30
Efusi pleura pada foto thorax 23 posisi PA

4. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), adalah suatu


penyumbatan menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan
oleh emfisema atau bronkitis kronis. COPD lebih sering menyerang
laki-laki dan sering berakibat fatal. COPD juga lebih sering terjadi

31
pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yang dirurunkan.8

COPD pada foto thorax posisi PA24,25


 Interpretasi foto
a. Trakea => lurus/deviasi
b. Paru => liat corakan bronkovaskulernya. Kalo normal lebih
banyak di2/3 bawah dan 1/3 dari hemithorax. Liat ada
infiltrate/cavitas/massa?
c. Jantung dan mediastinum => ukur ctrnya aja, normal ga
lebihdari 50%
d. Diafragma => kanan kiri max beda tingginya 2 corpus
vertebra, kalolebih ada penarikan/pendorongan
e. Sinus costophrenicus (tajam/tumpul)
f. Udara dibawah diafragma (ada/tidak) =>
pneumoperitoneum (udaraantara hepar dan diafragma)
g. Tulang => liat costaenya (normal/fraktur) 24,25
5. Bronkhitis, adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran
udara ke paru-paru). Penyakit bronchitis biasanya bersifat ringan
dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita
yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronchitis bisa bersifat serius.8

Bronchitis On Chest pada foto thorax posisi PA8

32
Bronchitis On Chest pada foto thorax posisi PA8

6. Asma bronkhiale, adalah penyakit yang ditandai dengan


penyempitan saluran pernapasan, sehingga pasien yang mengalami
keluhan sesak napas/kesulitan bernapas. Tingkat keparahan asma
ditentukan dengan mengukur kemampuan paru dalam menyimpan
oksigen. Makin sedikit oksigen yang tersimpan berarti semakin
buruk kondisi asma.8

Asma Bronkhial pada foto thorax posisi PA3

33
Asma Bronkhial pada foto thorax posisi PA3

Interpretasi Gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang


bertambah :
- Peleburan rongga intercostalis, - diafragma yang menurun.
- Gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
- Peleburan rongga intercostalis, - diafragma yang menurun. 3
IX. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi

Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan


pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran
bronkogenik dan intertisial serta gambarankavitas. 3

2. Laboratorium Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -


40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk.
Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia. Hitung jenis
menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat.12,13
3. Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan
sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia
dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida

34
pneumokokkus.12,13
4. Analisa Gas Darah Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada
beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun
dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik.12,13
X. Komplikasi

Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa


menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya
kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi
seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan
bernapas.15 Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang
menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi
ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10%
pneumonia pneumokokkus dengan bakteremia dijumpai terdapat
komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis,
perikarditis, peritonitis, dan empiema.3,15 Pneumonia juga dapat
menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut
dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat
eksudatif. Pada klinis sekitar 5% kasus efusi pleura yang disebabkan oleh
P. pneumoniae dengan jumlah cairan yang sedikit dan sifatnya sesaat
(efusi parapneumonik). Efusi pleura eksudatif yang mengandung
mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut
empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage
menggunakan chest tubeatau dengan pembedahan.15

XI. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah


memberikan antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi
pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi
kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika
definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan
untuk menjaga kondisi pasien.3 Terapi antibiotika empiris

35
menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumonia
dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis umumnya tidak
tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu membedakan jenis pneumonia
(CAP atau HAP) dan tingkat keparahan berdasarkan kondisi klinis pasien
dan faktor predisposisi sangatlah penting, karena akan menentukan
pilihan antibiotika empirik yang akan diberikan kepada pasien.16
Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8
kPa (SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan
stabilitas hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya
tekanan jalan napas positif kontinu (continous positive airway pressure),
atau ventilasi mekanis mungkin diperlukan pada gagal napas. Bila
demam atau nyeri pleuritik dapat diberikan antipiretik analgesik serta
dapat diberika mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi dahak.3,17
2.9.1 Pilihan Antibiotika Dalam memilih antibiotika yang tepat harus
dipertimbangkan faktor sensitivitas bakteri terhadap antibiotika, keadaan
tubuh pasien, dan faktor biaya pengobatan.18 Pada infeksi pneumonia
(CAP dan HAP) seringkali harus segera diberikan antibiotika sementara
sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pemilihan ini harus
didasarkan pada pengalaman empiris yang rasional berdasarkan
perkiraan etiologi yang paling mungkin serta antibiotika terbaik untuk
infeksi tersebut. Memilih antibiotika yang didasarkan pada luas spektrum
kerjanya tidak dibenarkan karena hasil terapi tidaklebih unggul daripada
hasil terapi dengan antibiotika berspektrum sempit, sedangkan
superinfeksi lebih sering terjadi denganantibiotika berspektrum luas.3,11
Tabel 2 Rekomendasi antibiotika empiris pada CAP 11

36
Tabel 1. Rekomendasi antibiotika empiris pada CAP11

Terapi pasien rawat jalan

1. Sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotik dalam 3 bulan


sebelumnya

a. Makrolid

b. Doxicilin

2. Ada komorbid (penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, alkhol,


keganasan, asplenia, obat immunospresi, antibiotik 3 bulan sebelumnya)
a. Fluoroquinolon respirasi (moxifloxacin, gemifloxacin/ levofloxacin 750
mg)

b. β lactam + makrolid
3. Pada daerah dengan angka infeksi tinggi dan dengan resisitensi tinggi
makrolid terhadap S.pneumoniae , dipertimbangkan antibiotik sesuai poin
2.
Rawat inap tidak di ICU

Fluoroquinolon respirasi atau β lactam + makrolid


Rawat inap di ICU
β lactam (cefotaxim, ceftriaxon, atau ampicilin sulbaktam) + azitromisin atau
floroquinolon respirasi
Bila diperkirakan pseudomonas

a. β lactam antipseudomonas (piperasilin-tazobactam, cefepime, imipenem


atau merpenem) + ciprofloxasin atau levofloxacin (750 mg)

b. β lactam antipseudomonas + aminoglikosid dan


azitromisin
c. β lactam antipseudomonas + aminoglikosid dan floroquinolon
antipneumococal

(untuk pasien alergi penisilin ganti β lactam dengan asteronam.

37
Bila dipertimbangkan CA-MRSA tambahkan vancomysin/linezolid

i.

 PROGNOSIS

Kejadian PK di AmerKejadian PK di Amerika Serikat adalah 3,4-4 juta


kasus per tahun, dan 20% diantaranya perlu dirawat di RS. Secara umum,
angka kematian pneumonia oleh pneumokokkus adalah sebesar 5%, namun
dapat meningkat pada lanjut usia

dengan kondisi yang buruk. Pneumonia dengan influenza di Amerika


Serikat merupakan penyebab kematian terbesar ke-6 dengan kejadian sebesar
59%. Sebagian besar pada lanjut usia, yaitu sebesar 89%. Mortalitas pasien
PK yang dirawat di ICU adalah sebesar 20%. Mortalitas yang tinggi ini
berkaitan dengan faktor modifikasi yang ada pada pasien.3,4

38
BAB III

KESIMPULAN

Paru-paru adalah salah satu organ yang paling sering terlibat dalam
berbagai komplikasi pada pasien dengan immunocompromised. Di antara
komplikasi paru yang terjadi pada pasien tersebut, infeksi adalah yang
palingumum terjadi dan berhubungan dengan tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.Penyakit pneumonia pada pasien
immunocompromised melibatkan infeksi dan radang pada saluran
pernapasan bagian bawah. Terlepas dari alasan yang menyebabkan
berubahnya fungsi kekebalan tubuh, pneumonia membawa tingkat
kematian tinggi pada pasien immunocompromised. Keadaan
immunocompromise yang menyebabkan risiko tinggi pneumonia,terkait
dengan adanya faktor-faktor berikut: Keganasan, HIV, immunodefisiensi
primer, Transplantasi imunosupresi, Kehamilan, Alkoholisme, fibrosis
kistik, penyakit autoimmune, penyakit neuromuskular, disfungsi kognitif,
cedera sum-sum tulang belakang, luka bakar, leukemia, limfoma,
kemoterapi akibat keganasan pada organ padat, penggunaan steroid lama,
asplenia,dan diabetes.
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini foto thorax konvensional dan
CT Scan menjadi pemeriksaan yang sangat penting pada pneumonia.
Terutama apabila dari pemeriksaan fisik memang menunjukan kelainan di
paru dan membutuhkan pemeriksaan peunjang berupa foto thorax.
Koordinasi antara pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan dapat
menunjang penegakan diagnosis yang tepat.
Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya perselubungan dengan
adanya gambaran air bronchogram. Namun tidak semua pneumonia
memberikan gambaran khas tersebut. Untuk menentukan etiologi
pneumonia tidak dapat hanya semata-mata menggunakan foto thorax,
melainkan harus dilihat dari riwayat penyakit, dan juga pemeriksaan
laboratorium.

39
Untuk membedakan antara pneumonia, atelektasis, dan efusi pleura
dilihat dari adanya penarikan atau pendorongan jantung, trakea dan
mediastinum ke arah yang sakit atau sehat. Sementara untuk membedakan
pneumonia dengan TB adalah dilihat dari ada atau tidaknya kavitas yang
umumnya terdapat pada lobus paru bagian atas. Jadi dalam menegakkan
pneumonia, sangat diperlukan gambaran radiologis untuk penegakan
diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Alberta Clinical Practice. Guidelines for the diagnosis and management


community aquuired pneumonia. Akses online pada tanggal 29 juni
2023dihttp://www.albertadoctors.org/bcm/ama/amawebsite.nsf/alldocsear
ch/87256D
B000705C3F87256E0500553605/$File/pneumoniapediatrics.pdf
2. Allen JN. 2004. Eusinophilic Lung Disease, dalam James CD, dkk
(editor). Baum's Textbook of Pulmonary Diseases. Philadephia:
Lippincott W & W.
3. BRANT AND HELMS’ FUNDAMENTALS OF DIAGNOSTIC
RADIOLOGY FIFTH EDITION. 2019. Klein, JS et al. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
4. Center of Disease Control and Prevention. Pneumonia: Pneumococcal
disease. 2015. Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/pneumococcal/clinicians/clinical- features.html.
Diunduh pada 29 juni 2023
5. Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar
IlmuPenyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia.

6. Djojodibroto, R.D. Respirologi : Respiratory Medicine. 2013. Jakarta :


ECG.
7. Dunn, L. Pneumonia : Classification, Diagnosis and Nursing
Management. RoyalCollage of Nursing Standard Great Britain. 2007.
19(42). hal :50-54.
8. Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders Fourth Edition. Fishman
AP, et al. 2008. USA:McGraw-Hill

9. Jeremy, P.T. At Glance Sistem Repiratory Edisi II. 2007. Jakarta :


Erlangga Medical Series.

10. Jones J. Bronchopneumoni Lobule. Available ar: www.radiopaedia.org

41
11. Jones J. Secondary Pulmonary Lobule. Available at:
www.radiopaedia.org.
12. Lampignano, J.P., Kendrick, L.E. Textbook of Radiographic Positioning
andRelated Anatomy. 2018. Missouri: Elsevier
13. Luttfiya MN, Henley E, Chang L. Diagnosis and treatment of community
acquired pneumonia. American Family Physician. 2010;73(3):442-50.
14. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. Infectious Diseases
Society of America/American Thoracic Society consensus guidelines on the
management ofcommunity-acquired pneumonia in adults. Clin Infect Dis 2007;
44: Suppl. 2, S27–S72. Tersedia di :
www.thoracic.org/sections/publications/statements/ pages/mtpi/idsaats-cap.html
[Diakses 29 juni 2023].
15. National Health Services. Pneumonia : Pneumonia Complication. 2014.
Aksesonline pada tanggal 29 juni 2023di
www.nhs.uk/Conditions/Pneumonia/Pages/Complication.aspx
16. Niederman MS, Mandel LA, Anzueto A, Bass JB, Broughton WA,
Campbell GD, Dean N, File T, Fine MJ, Gross PA et al. VICTOR L. YU,
M.D. Guidelines for the Management of Adults with Community-
acquired Pneumonia – Diagnosis, Assessment of Severity, Antimicrobial
Therapy, and Prevention. AmJ Respir Crit Care Med 2001; 163: 1730-
1754.
17. Nuryasni. Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif pada Penderita Infeksi
SaluranPernapasan Bawah terhadap Amoksisilin di Laboraturium
Mikrobiologi Klinik Departemen Mikrobiologi FK UI tahun 2001-2005.
2009. Program Sarjana Pendidikan Dokter Umum. Universitas Indonesia:
Jakarta.
18. PDPI. 2003. Pneumonia komuniti-pedoman diagnosis dan penatalaksaan
diIndonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
19. Said M. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit
IDAI. Jakarta:Cetakan Kedua;350-365

42
20. Sajinadiyasa GK, Rai IB, Sriyeni LG. 2011. Perbandingan antara
Pemberian Antibiotika Monoterapi dengan Dualterapi terhadap Outcome
pada Pasien Community Acquired Pneumonia (CAP) di Rumah Sakit
Sanglah Denpasar. JPeny Dalam;12:13-20.
21. Sudoyo, 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV.
Penerbit FKUI
22. Summary Executive. Pola Penyakit Penyebab Kematian di Indonesia.
SurveiKesehatan Rumah Tangga (SKRT). 2001: 2.
23. Task Force on CAP. Philippine Clinical Practice Guidelines on the
Diagnosis, Empiric Management, and Prevention of Community-acquired
Pneumonia (CAP) in Immunocompetent Adults. 2010
24. THE CHEST X-RAY A SURVIVAL GUIDE. 2008. Lacey G, et al.
USA: Elsevier
25. Wexner Medical Center.Community-Aqquired Pneumonia: Pneumonia
Severy Index. Akses oline pada tanggal 29 juni 2023di
https://internalmedicine.osu.edu
26. Wilson LM. Penyakit pernapasan restriktif dalam Price SA, Wilson LM.
2012. Patofisiologi: konsep klinis prosses-proses penyakit E/6 Vol.2.
Jakarta:EGC. Hal:796-815

27. World Health Organization. Global action plan for prevention


and control ofpneumonia. 2009

28. Wunderink RG, Watever GW. 2014. Community-acquired pneumonia. N


Engl JMed.2014;370:543-51.

43

Anda mungkin juga menyukai