Pembimbing
dr. Viora Rianda Piscaloka, Sp.M
Disusun oleh :
Priska Febiola Sutrisna
122810104
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
2
Manifestasi okular pada Herpes zoster oftalmika sangat banyak bisa dari
invasi virus langsung, maupun secara sekunder terjadi peradangan dan vaskulitis,
kerusakan saraf dan atau jaringan parut. Komplikasi yang dilaporkan dari Herpes
zoster oftalmika termasuk vesikel pada kelopak mata dan jaringan parut, beberapa
bentuk konjungtivitis, keratitis, episkleritis, skleritis, uveitis, glaukoma sekunder,
kelainan papiler, nekrosis retina akut, neuritis optik, palsi saraf kranial (N III, IV
dan VI), sindrom apeks orbital, arteritis lokal dan post herpetik neuralgia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Persarafan Mata
4
5
Nervus trigeminus dinamakan saraf tiga serangkai sebab terdiri atas tiga
cabang (rami) utama yang menyatu pada ganglion semilunar (Gasseri). Ketiga
cabang tersebut adalah:
1) Nervus Oftalmikus
Nervus oftalmikus adalah nervus terkecil dari ketiga divisi
trigeminus yang mensarafi dahi, mata, hidung, selaput otak, sinus
paranasalis dan sebagian dari selaput lendir hidung. Saraf ini memasuki
rongga tengkorak melalui fissura orbitalis superior. Nervus oftalmikus
merupakan divisi pertama dari trigeminus dan merupakan saraf sensorik.
Cabang n. oftalmikus memberikan inervasi kornea, badan siliaris dan iris,
glandula lakrimalis, konjungtiva, bagian membran mukosa kavum nasalis,
kulit palpebra, alis, dahi dan hidung. (5)
Nervus oftalmikus muncul dari bagian atas ganglion semilunar
(Gasseri) sebagai berkas yang pendek dan rata kira-kira sepanjang 2.5 cm
yang melewati dinding lateral sinus kavernosus, di bawah nervus
okulomotorius (N III) dan nervus troklearis (N IV). Ketika memasuki
kavum orbita melewati fissura orbitalis superior, nervus oftalmikus
bercabang menjadi tiga cabang: lakrimalis, frontalis dan nasosiliaris. (5)
2) Nervus Maksilaris
Nervus maxilaris merupakan divisi dua dan merupakan nervus
sensorik. yang mempersarafi rahang atas serta gigi-gigi rahang atas, bibir
atas, pipi, palatum durum, sinus maksilaris dan selaput lendir hidung.
Saraf ini memasuki rongga tengkorak melalui foramen rotundum. Ukuran
dan posisinya berada di tengah-tengah nervus oftalmikus dan
mandibularis. Ujung dari saraf ini terletak di bawah musculus quadratus
labii superioris dan terbagi menjadi serabut yang lebih kecil yang
mengincervasi hidung, palpebra bagian bawah dan bibir superior bersatu
dengan serabut nervus fasialis. (5)
3) Nervus Mandibularis
Nervus mandibularis yang mempersarafi rahang bawah, bibir
bawah, mukosa pipi, lidah, sebagian dari meatus accusticus externus,
meatus accusticus internus dan selaput otak. Saraf ini memasuki rongga
tengkorak melalui foramen ovale. Ketiga nervi (rami) ini bertemu di
ganglion semilunare Gasseri. Dalam ganglion semilunar Gasseri terdapat
sel-sel ganglion unipolar.
Nervus mandibularis disebut juga nervus maxillaris inferior,
menginervasi gigi dan gingiva rahang bawah, kulit pada regio temporal,
auricular, bibir bagian bawah, bagian bawah wajah, musculus mastikasi,
dan membran mukosa lidah 2/3 anterior.(5)
7
2.2 Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) merupakan selaput bening mata,
tembus cahaya, lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea
mempunyai kekuatan dioptri sebesar 43 dioptri pembiasan sinar, melalui
kornea. Kornea terdiri atas lapis : (6)
1. Epitel
- Tebalnya (50-90 mikron), terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng.
- Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng,sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan
ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.(6)
2. Membran Bowman
- Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma, dengan tebal 12 mikron.
- Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.(6)
3. Stroma
- Menyusurn 90 % ketebalan kornea (500 mikron).
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya,pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadal sampai 15
bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan
fibroblas terletakdi antara serat kolagen stroma. Drauge Keratosit
8
2.3.2. Etiologi
2.3.4. Patofisiologi
Gejala yang paling khas pada herpes zoster adalah lokalisasi dan
distribusi dari lesi, yang unilateral dan secara umum terbatas pada area
kulit yang disarafi oleh ganglion sensoris tunggal. Kulit yang disarafi oleh
saraf trigeminal, terutama divisi opthalmika (10-15%), dan tubuh dari T3-
11
L2 (>50%), adalah yang paling sering terkena, dan lesi herpes zoster
jarang pada bagian distal sampai siku atau lutut.
Herpes zoster dapat mengenai divisi kedua dan ketiga dari saraf
trigeminalis, yang dapat memberikan gejala dan lesi pada mulut, telinga,
faring atau laring. Sindrom Rumsay Hunt (facial palsy dengan kombinasi
herpes zoster pada telinga eksternal, kanal telinga, atau membrane timfani,
dengan atau tanpa tinitus, vertigo dan tuli) dihasilkan dengan keikutsertaan
saraf fasialis dan auditori. Telinga dan auditori kanal eksternal disarafi
oleh saraf kranial 5, 7, 9, dan 10 dan saraf servikal bagian atas, dan saraf
fasialis mengalami anastomosis dengan semuanya. Jadi, saat herpes zoster
mengenai ganglia dan salah satu dari saraf ini dapat menyebabkan fasial
paralisis dan lesi kutaneus pada atau sekitar telinga.
13
2.3.7. Pemeriksaan
Anamnesis
Fase prodormal pada herpes zoster oftalmikus biasanya terdapat
influenza like illness seperti lemah, malaise, demam derajat rendah yang
mungkin berakhir sehingga 1 minggu sebelum perkembangan rash
unilateral menyelubungi daerah kepala, atas kening dan hidung (divisi
dermatom pertama dari pada nervus trigeminus).
Kira – kira 60% pasien mempunyai variasi derajat gejala nyeri
dermatom sebelum erupsi kemerahan. Akibatnya, makula eritematosus
muncul keliatan yang lama kelamaan akan membentuk kluster yang terdiri
daripada papula dan vesikel. Lesi ini akan membentuk pustula dan
seterusnya lisis dan membentuk krusta dalam masa 5 - 7 hari. (9)
Pemeriksaan Fisik
- Ketajaman visual dengan koreksi terbaik
- Pemeriksaan luar kelopak mata, kulit periokular, dan kulit kepala.
- Pengukuran tekanan intraokular
14
Diagnosa klinis
Tes Laboratorium
Kerokan kornea dari setiap lesi kulit dapat dikirim ke laboratorium
untuk apusan Tzanck. Namun, tes ini tidak akan membedakan antara virus
herpes simpleks (HSV) dan Varicella. Atau, kultur dapat dikirim untuk tes
imunofluoresensi untuk mencari IgM spesifik untuk VZV. Kultur virus
dan pengujian reaksi berantai polimerase juga dapat dilakukan untuk
mendiagnosis VZV. (9)
15
2.3.8. Tatalaksana
Pengobatan umum
Terapi medis
Operasi
2.3.9. Komplikasi
2.3.11. Prognosis
18
KESIMPULAN
19
20
DAFTAR PUSTAKA
21