Anda di halaman 1dari 25

REVIEW

ABSES
PARAFARING

Pembimbing : dr. Sabilarrusydi, Sp. THT-


BKL
Penyusun : Clarissa Adinda Bella Puteri

KSM ILMU THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEDOMO KABUPATEN TRENGGALEK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
DEFINISI
ABSES PARAFARING
Abses adalah kumpulan nanah dalam
suatu rongga yang terjadi akibat adanya
suatu proses infeksi bakteri piogenik yang
terdapat dibawah jaringan, organ, atau
pada ruang-ruang kosong.

Abses parafaring : infeksi di daerah


parafaring yang dapat meluas dan
menyebabkan penimbunan nanah
ANATOMI
PARAPHARYNGEAL SPACE (PPS)
“pharyngolateral space, pharyngomaxilla space, pterigomaxilla space, ptergiopharyng space”

Basis : terletak superior daripada


skull base meliputi pars sphenoid
dan pars petrous dari os temporal
Apex : inferior daripada os hyoid
Lateral : m. pterygoid medial,
ramus mandibula, lobus parotid
profunda dan fascia post belly of
diagastric
Posterior : carotid sheath
Anterior : fasia interpterigoideus
dan rafe pterigomandibula
ANATOMI
PARAPHARYNGEAL SPACE (PPS)
Ruang parafaring berhubungan dengan :
Ruang retrofaring di bagian posteromedial,
Ruang submandibula di bagian inferior,
Ruang mastikator di bagian lateral,

Secara umum, ruang parafaring merupakan


pusat hubungan dari semua ruang potensial
leher dalam.
PATOGENESIS
Perluasan dari infeksi jaringan lunak pada area kepala dan leher
baik secara hematogen / limfogen
example : Tonsilitis, faringitis akut, adenoiditis, perluasan peritonsiler
abses, infeksi gigi molar, tindakan endoskopi, perluasan infeksi glandula
parotis, atau timpano-mastoiditis kronis melalui abses Bezold.

Bakteri masuk ke bawah kulit akibat adanya trauma

Lymphadenitis
FAKTOR PREDISPOSISI
Diabetes melitus,
Penyakit autoimun seperti Sistemik Lupus Erythematosus (SLE)
Infeksi HIV/AIDS
EPIDEMIOLOGI
Pada penelitian di Amerika Serikat :

dari 117 anak yang menderita abses leher dalam yang diteliti selama
kurun waktu 6 tahun ditemukan infeksi peritonsil (49 %); infeksi
retrofaring (22%); infeksi submandibular (14%); infeksi bukalis (11%); infeksi
parafaring (2%), dan infeksi ruang kanina (2%).5
ETIOLOGI
Bakteri aerob dan anaerob:
Streptococcus sp.
Staphilococcus aureus
Haemophilus influenzae.
Pseudomonas aeroginosa
Bacteriodes sp.
DIAGNOSIS
Anamnesis :
Riwayat demam(+),
Pembengkakan dan nyeri pada daerah infeksi terutama di daerah
parafaring, regio tiroid dan regio submandibular.
Nyeri semakin hebat ketika menoleh atau menggerakkan leher.
Riwayat sakit gigi atau riwayat tertelan benda asing.
Sulit menelan
Trismus
Sesak nafas
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik :
Pembengkakan pada dinding faring
lateral terutama dibelakang arkus
posterior.
Tonsil terdorong ke medial atau
kearah anterior.
Gangguan N IX, X dan XII.
Karies dentis
Trismus
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan radiologi, foto
leher AP/lateral dalam kondisi
soft tissue, foto toraks, USG
leher dan CT-scan leher.
Kultur Bakteri
DL
DIAGNOSIS
TATA LAKSANA

Preoperatif
Observasi airway
Kultur bakteri
Observasi
elektrolit+metabolik
Antibiotik parenteral
diberikan hingga 48
jam bebas demam:
1. Penicillin Procain
2. Metronidazol
Antibiotik oral
TATA LAKSANA
TATA LAKSANA
Durante-op
Evaluasi : ukuran
abses, banyak pus,
lokasi, struktur anatomi
leher
Insisi abses ekstra oral
/ intra oral
Aspirasi jarum besar
(CT scan guide / usg
guide )
TATA LAKSANA
Ekstra oral Approach
TATA LAKSANA
Intra oral Approach
TATA LAKSANA
Post-op
Monitoring
1. Respon terhadap
terapi,
2. Kultur,
3. Sensitifitas kuman
terhadap antibiotik,
4. Tanda-tanda
sumbatan jalan nafas,
5. Komplikasi dari abses
parafaring.
KOMPLIKASI
Sumbatan jalan nafas
Trombosis vena interjugularis
Ruptur a. karotis
Mediastinis
Defisit neurologi
Sepsis
Fasitis nekrotik leher
Osteomielitis
PROGNOSIS
Pasien yang mendapat penanganan yang cepat dan tepat akan
memperoleh kesembuhan yang lebih cepat dan berhasil baik, sedang pasien
yang terlambat mendapat penanganan dapat mengalami komplikasi yang
lebih berat dan waktu penyembuhan yang lebih lama

Anda mungkin juga menyukai