Uas Alquran Hadist 2000024255 - Arya Permana Salaka

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Nama : Arya Permana Salaka

NIM : 2000024255
Kelas :E
Mata Kuliah : Al Quran Hadist

Soal :
Soal UAS kali ini berbentuk penelitian sederhana. Lewat data-data yang kami
sajikan dibawah ini, silahkan dijawab pertanyaan yang ada. Data yang kami
sajikan ini adalah data fiktif yang hanya digunakan untuk pelatihan penilaian
hadits. Berikut adalah ilustrasinya:
Dari Imam Ahmad bin Hanbal, telah melaporkan kepada kami Muhammad bin
Salamah al-Harrani dari Ibnu Ishaq, dari Ubaidillah atau Ubaidillah bin Talhah
bin Kariz, dari al-Hasan (yang) mengatakan bahwa Utsman bin Abi al-’Ash
mendengar Rasulullah bersabda: Aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi
setelahku kecuali Allah menghendaki.

1. Hadis memiliki perawi akhir bernama Imam Ahmad bin Hanbal, ulama
hadis dan ahli fikih terkenal. Lahir di Baghdad 164 H dan meninggal di
kota yang sama 241 H. Para perawi hadis yang menjadi guru Imam
Ahmad adalah, Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Muhammad bin
Salamah. Seluruh ulama bersepakat bahwa dia merupakan perawi hadis
yang terpercaya, keilmuanya mumpuni, dan tidak ada cacat sedikitpun
darinya.
2. Muhammad bin Salamah, nama lengkapnya adalah Muhammad bin
Salamah bin Abdullah al-Harrani, termasuk generasi Tabi’ut Tabi’in
kecil, tinggal di al-Jazirah, meninggal tahun 191 H, dan di antara gurunya
dalam ilmu hadis adalah Ubaidillah bin Talhah, Amir bin Amin dan
Syakir bin Syuraikh. Muridnya yang paling terkenal adalah Ahmad bin
Hanbal. Para ulama kritikus sanad menilainya sebagai seorang perawi
reliabel dan terpercaya (tsiqah).
3. Ibnu Ishaq, yaitu Muhammad bin Ishaq, penyusun biografi Nabi terkenal
dan kitab al-Maghazi. Kakeknya Yasar bin Khiyar adalah seorang
tawanan perang ‘Ain at-Tamar di Irak dan dibawa ke Madinah. Ibnu
Ishaq termasuk generasi Tabi’in kecil, tinggal di Madinah dan meninggal
tahun 150 H di Baghdad. Ibnu Ishaq mengatakan bahwa ia
meriwayatkanhadis dari sejumlah guru di antaranya Aban bin Salih dan
Ubaidullah dan murid yang meriwayatkan hadis darinya antara lain
Yahya bin Wadih, Muhammad bin Salamah dan lain-lain. Para ahli hadis
menilainya sebagai perawi yang sedang-sedang saja ada juga yang
mengatakan terpercaya.
4. ‘Ubaidullah, nama lengkapnya adalah ‘Ubaidullah bin Thalhah bin
‘Ubaidullah bin Kariz al-Khuza’i, tidak pernah bertemu sahabat Nabi,
meriwayatkan hadis dari Muhammad bin Ali Hasyimi dan al-Hasan al-
Basri, dan perawi yang menerima hadis darinya adalah Hibban bin Yasar,
Hammad bin Zaid, Mahmud bin Ishaq. Ibnu Hibban yang menulis buku
tentang perawi-perawi hadis yang terpercaya mencantumkan nama
‘Ubaidullah dalam buku tersebut. Sesungguhnya ia merupakan perawi
yang hanya dikenal mempunyai sedikit hadis, namun tidak terdapat hal-
hal yang menyebabkan hadisnya ditinggalkan dan ia ditempatkan pada
peringkat maqbul.
5. Al-Hasan. Memiliki nama asli al-Hasan al-Basri, seorang ulama Basrah
dari generasi Tabi’in yang terkenal, bermukim dan meninggal di Basrah
bulan Rajab tahun 110 H dalam usia 88 tahun. Ia meriwayatkan hadis dari
sejumlah sahabat Nabi, di antaranya Ubai bin Ka’ab tetapi tidak pernah
bertemu dengannya, Usman bin Affan, dan Usman bin Abi al-Ash. Para
perawi yang menerima hadis darinya di antaranya adalah Khalid bin
Mahra, Syurahbil, ‘Ubaidullah dan lain-lain. Para ulama menilainua tabi’i
yang saleh, terpercaya.
6. Usman, nama lengkapnya adalah Usman bin Abi al-Ash as-Saqafi,
seorang sahabat Nabi, masuk Islam ketika menghadap Nabi bersama
utusan utusan suku Saqif, pernah diangkat Nabi menjadi walikota Taif
dan dilanjutkan di masa Abu Bakar dan Umar. Ibunya menyatakan: Saya
menyaksikan Aminah ketika melahirkan Rasulullah. Usman meninggal
tahun 51 H. Ia meriwayatkan hadis dari Nabi dan perawi-perawi yang
menerima hadis daripadanya antara lain adalah Sa’id bin al-Musayyab,
Abd Rabbihi bin al-Hakam, al-Hasan al-Basri dan lain-lain. Kaidah jarh
dan ta’dil untuk para sahabat Nabi di dalam ilmu hadis Sunni adalah as-
Sahabatu kulluhum udul (para sahabat itu seluruhnya adil), dalam
pengertian reliabilitas mereka tidak dipertanyakan lagi, mereka adalah
puncak keadilan dan keterpercayaan tertinggi dalam hadis.
7. Semua data diatas itu adalah seluruh data yang ada. Adapun data yang
tidak disajikan dianggap tidak bermasalah/ bisa diterima.
Dari data diatas, silahkan cermati dan jawab pertanyaan berikut;
Dalam proses penilaian sebuah hadis, ada dua metode studi yang harus diproses
untuk mengetehaui apakah sebuah hadis bernilai sohih, hasan, dhoif, atau
bahkan palsu. Dua metode tersebut adalah “Metode studi kritik sanad” dan
“Metode kritik matan”. Dalam metode studi kritik sanad, ada empat aspek yang
dinilai:
1. Ittishal Sanad yaitu bersambungnya sanad
2. Tsiqqah sanad, yakni sifat adil, cerdas, terpercaya yang harus dimiliki
seorang rawi.
3. Syazz, yaitu kejanggalan-kejanggalan yang terdapat dari sanad.
4. ‘Illah, yaitu cacat yang tersembunyi pada suatu hadits yang terlihat baik
dan sempurna.
Sedangkan dalam “Metode kritik Matan” ada tiga aspek yang dinilai:
1. Rakakah lafz, yaitu kejanggalan-kejanggalan dari segi redaksi.
2. Fasad al-ma’na, yaitu kejanggalan makna hadits karena bertentangan
dengan al-Quran, indera, dan akal.
3. Gharib, yaitu kata-kata yang tidak bisa dipahami maknanya.
Dari ilustrasi dan penjelasan tersebut, bagaimana penilian anda terhadap hadis
di atas berdasarkan masing-masing poin dalam metode kritik sanad dan metode
kritik matan?

Jawaban :
1. Ittishal Sanad :Tidak bersambung dikarenakan si Muhammad Salamah tidak pernah
menjadi murid si Ibnu Ishaq,Karena dalam biografi Ibnu Ishaq ada menyebutkan salah
satu muridnya yakni Muhammad Salamah namun, dalam biografi Muhammad
Salamah tidak ada menyebutkan bahwa Ibnu Ishaq merupakan gurunya.
2. Tsiqqah Sanad :Semua perawi diatas adalah orang yang adil, jujur, cerdas, dan
terpercaya.
3. Syazz :Terdapat kejanggalan dalam sanad tersebut. Kejanggalan ada pada sanad
Ubaidullah bin Thalhah Bin ‘Ubaidullah bin Kariz al-Khuza’I karena dirinya tidak
pernah bertemu sahabat nabi, namun salah satu penerima hadis darinya yaitu Hibban
bin Yasar yang menulis buku tentang perawi,Perawi hadis terpercaya mencantumkan
nama Ubaidillah dalam buku tersebut. Sesungguhnya ia merupakan perawi yang
hanya dikenal mempunyai sedikit hadis, namun tidak terdapat hal-hal yang
menyebabkan hadisnya ditinggalkan.
4. ‘Illah :Al-Hasan. Memiliki nama asli al-Hasan al-Basri, seorang ulama Basrah dari
generasi Tabi’in yang terkenal, bermukim dan meninggal di Basrah bulan Rajab tahun
110 H dalam usia 88 tahun. Ia meriwayatkan hadis dari sejumlah sahabat Nabi, di
antaranya Ubai bin Ka’ab tetapi tidak pernah bertemu dengannya, Usman bin Affan,
dan Usman bin Abi al-Ash.
5. Rakakah lafz :Ada kejanggalan karna ditambah kata insyallah jika Allah
menghendaki, ini sebenarnya hadis Abu Dawud Cuma ditambah kata jika Allah
menghendaki.
6. Fasad al-ma’na :Hadis diatas terdapat kejanggalan karena bertentangan dengan Al-
qur’an yang lebih mutawatir dan terpercaya, yang terdapat pada Al-qur’an surah Al-
azhab ayat 40
7. Gharib :Kata-kata dalam hadis tersebut bisa di pahami.
Maka dari seluruh penilian di atas, hadis ini bisa dikatakan masuk ke dalam golongan:Hadis
Maudhu atau hadis palsu dikarenakan Hadis Maudlu’ merupakan hadis palsu yang tidak bisa
dibuktikan kebenarannya. Sebuah hadis dikatakan Hadis Maudlu’ jika hadis dicurigai palsu
atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai
pendusta.Meski makna hadis palsu bisa baik, namun hadis ini bukanlah perkataan atau
perbuatan Rasulullah.Berbeda dengan hadis dhaif yang bersifat lemah, hadis Maudlu’ sudah
terbukti bukanlah hadis dariRasulullah. Biasanya isi Hadis Maudlu’ bertentangan dengan ayat
Al Quran atau hadis lain yang Sahih.

Anda mungkin juga menyukai