Anda di halaman 1dari 92

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI


DAN PEMETAAN

Betti Yuniasih, S.S.i., M.Sc.

LABORATORIUM KOMPUTER
INSTIPER YOGYAKARTA
TATA TERTIB DAN ATURAN
1. Setiap praktikan wajib hadir di Lab 3 Perpus 10 menit sebelum jadwal praktikum
2. Setiap praktikan harus mengikuti seluruh rangkaian acara praktikum karena merupakan satu
kesatuan
3. Setiap praktikan harus mengikuti pretes, pretes dilakukan secara tertulis 10 menit sebelum jam
praktikum
4. Setiap praktikan harus mengumpulkan laporan dalam bentuk hardcopy tepat waktu sesuai
dengan format yang telah ditentukan
5. Praktikan yang tidak mengumpulkan laporan tidak diperkenakan mengikuti
Praktikum pada hari tersebut.
6. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum sesuai jadwal, wajib mengikuti di jadwal kelas
lain
7. Setiap praktikan wajib mengikuti responsi di akhir acara praktikum
8. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum 2x tanpa keterangan dan atau tidak mengikuti
responsi maka tidak akan keluar nilainya dan wajib mengulang tahun depan

i
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM SIG & PEMETAAN
Setelah melakukan acara praktikum, praktikan diwajibkan untuk membuat dan mengumpulkan
laporan dalam bentuk hardcopy. Laporan di kerjakan dalam waktu 1 minggu.
Format penulisan laporan praktikum:
1. Menggunakan kertas berukuran A4

2. Margin atas 4 cm, kiri 4 cm, bawah 3 cm, kanan 3 cm.

3. Penulisan menggunakan font Times New Roman ukuran 12 dengan spasi 1,5.

4. Isi laporan sesuai dengan contoh format laporan yang ada di lampiran berikut.

5. Penulisan sitasi dan daftar pustaka yang digunakan di bagian latar belakang maupun
pembahasan mengikuti tata cara penulisan acuan terlampir.
6. Jika terdapat tabel di bagian hasil dan pembahasan maka diberi nomer dan judul tabel di
atas tabel tersebut serta diberi sumber pada bagian bawah tabel.
7. Jika terdapat gambar di bagian hasil dan pembahasan maka diberi nomer, judul gambar
dan sumber di bawah gambar tersebut.

ii
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PEMETAAN

ACARA ……..
JUDUL

Disusun oleh:
Nama :
NIM :
Kelas :
Nama Koasisten :

PRODI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN YOGYAKARTA
2021

iii
ACARA ……..
JUDUL

A. TUJUAN
1.
2.

B. PENDAHULUAN
Bacalah bagian pendahuluan yang ada di buku petunjuk praktikum, kemudian tuliskan
pendahuluan laporan yang sesuai dengan setiap acara praktikum. Pendahuluan berisi latar
belakang disertai pustaka pendukung. Pustaka pendukung yang diacu merupakan parafrase
atau menuliskan kembali inti dari informasi dari acuan menggunakan bahasa penulis
sendiri. Sertakan sitasi yang dipakai sebagai sumber referensi untuk menghindari plagiasi.
Semua pustaka yang diacu dibagian pendahuluan, metode, dan hasil harus dituliskan
kembali di bagian daftar pustaka.
Referensi dapat diambil dari buku, ebook, jurnal, atau website resmi suatu instansi. Pustaka
acuan tidak diperkenankan dari blogspot atau website yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan.
Gunakan minimal 5 pustaka acuan yang terdiri dari:
3 jurnal terkini yang berhubungan dengan acara praktikum
2 buku referensi

C. METODE
1. Alat dan Bahan
a.
b.
dst.
2. Cara Kerja
a.
b.
dst.

iv
Tuliskan metode seperti yang ada di buku petunjuk praktikum disertai dengan gambar
tangkap atau screenshot layer kalian.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tuliskan hasil yang diperoleh dari acara praktikum dengan menjawab pertanyaan yang ada
dibuku petunjuk praktikum. Gunakan 3 pustaka acuan selain yang sudah dipakai di bagian
pendahuluan, bisa dari buku, ebook, jurnal, atau website resmi suatu instansi. Pustaka
acuan tidak diperkenankan dari blogspot atau website yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Tuliskan sitasinya jika menggunakan pustaka acuan saat
membuat pembahasan.
Contoh penampilan hasil dalam bentuk gambar dan tabel beserta keterangannya.

Gambar 1. Peta Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia


Sumber : (BMKG 2016)

v
Tabel 1. Curah hujan di kebun kelapa sawit dari tahun 2010-2020

TAHUN Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2010 441 259 395 294 272 372 408 257 257 420 446 232
2011 280 182 295 274 265 102 164 38 38 539 398 404
2012 163 376 224 464 178 162 240 240 240 416 215 379
2013 148 269 440 400 366 107 339 234 234 201 213 313
2014 202 169 389 230 449 150 89 62 62 76 363 254
2015 138 398 222 201 166 189 152 21 21 87 327 467
2016 376 421 261 473 313 155 97 58 58 476 466 181
2017 277 284 358 234 229 151 332 325 325 411 174 417
2018 236 263 396 486 256 152 22 172 172 479 502 314
2019 236 381 281 318 122 214 49 20 20 193 166 328
2020 137 369 253 420 175 255 165 168 168 380 517 184
Sumber : BMKG, 2016

E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum sistem informasi geografi dan pemetaan dengan judul …………..
dapat disimpulkan bahwa:
1.
2.
Kesimpulan menjawab tujuan acara praktikum.

F. DAFTAR PUSTAKA
Tuliskan daftar pustaka yang dipakai sebagai pustaka acuan di bagian pendahuluan maupun
bagian pembahasan dengan format penulisan daftar pustaka yang benar dan ditulis urut
sesuai urutan abjad dari a-z.

G. LAMPIRAN
Lampiran bisa dituliskan jika diperlukan seperti untuk menampilkan data mentah atau
informasi pendukung lainnya.

vi
Lampiran 2. Tata Cara menulis sitasi (kutipan) dan Daftar Pustaka

Kutipan atau Sitasi


Terdapat dua macam cara menuliskan kutipan yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung.
1. Pada penulisan kutipan langsung, penulis mengutip ide atau konsep orang lain disalin
sesuai aslinya.
2. Pada penulisan tidak langsung, penulis mengambil ide orang lain, kemudian
merangkainya dengan kalimat sendiri. Hal ini berarti penulis tidak menulis sama persis
dengan kalimat asli yang dikutip. Penulis merangkai dan merangkum kalimat
berdasarkan artikel atau sumber lain.

Pada penulisan kutipan, nama pengarang dapat dituliskan di dalam kalimat kutipan atau
tidak dituliskan di dalam kalimat kutipan. Contoh:
Tjasyono (2004), menjelaskan bahwa temperatur udara berbanding terbalik dengan
kelembaban udara.
Pada tahun 2004, Tjasyono menjelaskan bahwa temperatur udara berbanding terbalik
dengan kelembaban udara.

Contoh penulisan kutipan


Satu Penulis
(Tjasyono, 2004)
Dua-Enam Penulis
(Richards, Jones, & Moore, 1998)
Lebih dari Enam Penulis
(Smith et a1., 1997) → artikel bahasa asing
(Susanto dkk., 2006)
Lembaga sebagai Penulis
(BMKG, 2005)

vii
Daftar Pustaka
Semua pustaka acuan yang dipakai di dalam latar belakang, tinjauan pustaka, metode, hasil,
dan pembahasan wajib dicantumkan di dalam daftar pustaka.
Pada penulisan kutipan atau daftar pustaka, nama penulis ditulis nama keluarga/nama
belakang terlebih dahulu, kecuali nama Cina, Jepang, Korea, karena nama keluarga sudah
di awal.
Nama : Kwik Kian Gie. Penulisan : Kwik Kian Gie.
Nama : Heribertus Andi Mattalata. Penulisan : Mattalata, Heribertus Andi.
Nama : Joyce Elliot-Spencer. Penulisan : Elliot-Spencer, Joyce.
Nama : Anthony T. Boyle, PhD. Penulisan : Boyle, Anthony T.
Nama : Sir Philip Sidney. Penulisan : Sidney, Philip.
Nama : Arthur George Rust Jr. Penulisan : Rust, Arthur George, Jr.
Nama : John D. Rockfeller IV. Penulisan : Rockfeller, John. D., IV
Gelar kebangsawanan, akademik, dan keagamaan tidak perlu ditulis.
Jika tidak ada nama penulis, judul karya dituliskan sebagai tema utama.
Pada format APA, huruf pertama dari judul karya atau judul tambahan ditulis dengan huruf
kapital. Pada format MLA huruf kapital digunakan pada setiap awal kata dari judul karya
(kecuali kata sandang).
Baris kedua setiap sumber ditulis dengan jarak 5 ketuk/spasi dari margin kiri baris pertama
dengan jarak antar baris 1,5 spasi.
Daftar diurutkan berdasarkan abjad nama keluarga/nama belakang dengan jarak 1,5 spasi.
Tata cara penulisan kutipan dan daftar pustaka tergantung dari jumlah penulis dan jenis
sumber pustaka acuan.
Format penulisan daftar pustaka:
Buku :Nama belakang, Nama Depan. Tahun. Judul. Kota Penerbit: Nama Penerbit.
Jurnal : Nama belakang, Nama Depan. Tahun. Judul. Nama Jurnal Volume, halaman

viii
Contoh cara menuliskan daftar pustaka berdasarkan sumber acuan dan jumlah penulis:
BUKU
Penulis tunggal
Baxter, C. (1997). Race equality in health care and education. Philadelphia: Balliere
Tindall.
Penulis dua atau tiga
Cone, J.D., & Foster, S.L. (1993). Dissertations and theses from start to finish: Psychology
and related fields. Washington, DC: American Psychological Association.
Tidak ada nama penulis
Merriam-Webster’s collegiate dictionary (10th ed.). (1993). Springfield, MA: Merriam-
Webster.
Bukan edisi pertama
Mitchell, T.R., & Larson, J.R. (1987). People in organizations: An introduction to
organizational behavior (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Penulis berupa tim atau lembaga
American Psychiatric Association. (1994). Diagnostic and statistical manual of mental
disorders (4th ed.). Washington, DC: Author.
Buku berseri/multi volume (editor sebagai penulis)
Koch, S. (Ed.). (1959-1963). Psychology: A study of science (Vols. 1-6). New York:
McGraw-Hill.
Terjemahan
Kotler, Philip. (1997). Manajemen pemasaran : Analisis, perencanaan, implementasi
(Hendra Teguh & Ronny Antonius Rusli, Penerjemah.). Jakarta: Prenhallindo.
Artikel atau bab dalam buku yang diedit Eiser, S., Redpath, A., & Rogers, N. (1987).
Outcomes of early parenting: Knowns and unknowns. In A. P. Kern & L. S. Maze
(Ed.). Logical thinking in children (pp. 58-87). New York: Springer.
Artikel/istilah dalam buku referensi Schneider, I. (1989). Bandicoots. In Grzimek’s
encyclopedia of mammals (vol.1, pp. 300 304). New York: McGraw-Hill.
Makalah seminar, konferensi, dan sejenisnya.

ix
Crespo, C.J. (1998, March). Update on national data on asthma. Paper presented at the
meeting of the National Asthma Education and Prevention Program, Leesburg, VA.

SERIAL
Artikel Jurnal
Clark, L.A., Kochanska, G., & Ready, R. (2000). Mothers’ personality and its interaction
with child temperament as predictors of parenting behavior. Journal of Personality
and Social Psychology, 79, 274-285.
Artikel Majalah
Greenberg, G. (2001, August 13). As good as dead: Is there really such a thing as brain
death? New Yorker, 36-41.
Artikel surat kabar
Crossette, Barbara. (1990, January 23). India lodges first charges in arms Scandal. New
York Times, A4.
Artikel surat kabar, tanpa penulis
Understanding early years as a prerequisite to development. (1986, May 4). The Wall Street
Journal, p. 8.
PUBLIKASI ELEKTRONIK
Karya lengkap
McNeese, M.N. (2001). Using technology in educational settings. October 13, 2001.
University of Southern Mississippi, Educational Leadership and Research.
http://www.dept.usm.edu/~eda/
Artikel dari pangkalan data online
Senior, B. (1997, September). Team roles and team performance: Is there really a link?
Journal of Occupational and Organizational Psychology, 70, 241-258. June 6,
2001. ABI/INFORM Global (Proquest) database.
Artikel jurnal di website
Lodewijkx, H. F. M. (2001, May 23). Individual- group continuity in cooperation and
competition undervarying communication conditions. Current Issues in Social
Psychology, 6 (12), 166-182. September 14, 2001.
http://www.uiowa.edu/~grpproc/ crisp/crisp.6.12.htm

x
Dokumen lembaga
NAACP (1999, February 25). NAACP calls for Presidential order to halt police
brutalitycrisis. June 3, 2001.
http://www.naacp.org/president/releases/police_brutality.htm
Dokumen lembaga, tanpa nomor halaman, tanpa informasi tahun penerbitan
Greater Hattiesburg Civic Awareness Group, Task Force on Sheltered Programs. (n.d.).
Fund-raising efforts. November 10, 2001.
http://www.hattiesburgcag.orgPenulis dan informasi waktu penerbitan tidak
diketahui
GVU's 8th WWW user survey. (n.d.). September 13, 2001.

xi
ACARA I
KOORDINAT DAN PEMANFAATAN GPS
A. Tujuan
1. Mengenal bagian-bagian GPS
2. Dapat mengatur sistem koordinat yang dipakai di GPS: sistem koordinat geografis
dan sistem koordinat UTM
3. Dapat mengoperasikan GPS untuk menentukan lokasi koordinat suatu tempat dan
menuju koordinat tertentu
4. Dapat memanfaatkan fitur GPS Tracking

B. Pendahuluan
Koordinat merupakan suatu titik yang menunjukkan posisi suatu obyek di bumi atau
di peta. Koordinat peta merupakan titik perpotongan antara garis tegak dan garis
mendatar. Koordinat ditunjukkan dalam bentuk angka dan huruf. Koordinat
menunjukkan lokasi secara spesifik karena tidak ada satupun lokasi di bumi yang
memiliki koordinat yang sama.
Terdapat dua sistem koordinat yang sering dipakai di pemetaan yaitu sistem
koordinat geografis dan sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Pada
sistem koordinat geografis untuk menunjukkan lokasi koordinat menggunakan garis
lintang (latitude) dan garis bujur (longitude). Tanda positif di lokasi lintang
menunjukkan lokasi tersebut di lintang utara (LU) dan tanda negative merupakan
lintang selatan (LS), sedangkan tanda positif di lokasi bujur menunjukkan lokasi
tersebut berada di lokasi bujur rimut (BT) dan tanda negative menunjukkan lokasi bujur
barat (BB). Pada sistem koordinat geografis, dalam menunjukkan lokasi koordinat
dapat ditunjukkan dalam bentuk desimal maupun sistem DMS (degree, minute,
second). Sistem koordinat geografis menggunakan satuan derajat, menit, dan detik.
Pada sistem koordinat UTM, untuk menunjukkan lokasi menggunakan grid yang
dinyatakan dalam bentuk angka untuk menunjukkan posisi bujur dan huruf untuk
menunjukkan posisi lintang. Sistem koordinat UTM menggunakan satuan meter baik
meter utara, maupun meter timur. Kelebihan dari sistem koordinat UTM adalah lebih
akurat dan mudah memperkirakan jarak atau luas area karena menggunakan satuan
meter.

1
Gambar 1. Sistem koordinat geografis.

Gambar 2. Sistem koordinat UTM

2
Gambar 3. Peta rawan Gunung Merapi dengan koordinat UTM dan koordinat
geografis

GNSS adalah singkatan dari Global Navigation Satellite System. GNSS tersebut
merupakan teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau lokasi (lintang,
bujut, dan ketinggian) serta waktu dalam satuan ilmiah di bumi. Satelit akan
mentransmisikan sinyal radio dengan frekuensi tinggi yang berisi data waktu dan posisi
yang dapat diambil oleh penerima yang memungkinkan pengguna untuk mengetahui
lokasi tepat mereka dimanapun di permukaan bumi.
Sampai saat ini, terdapat 4 macam GNSS yang telah dan akan beroperasi secara
penuh pada beberapa tahun kedepan, yaitu GPS - Global Positioning System buatan
Amerika, GLONASS – Global Navigation Satellite System (Russia), Beidou (China),
Galileo (Uni Eropa)
Sistem-sistem tersebut akan terus dikembangkan untuk menjadi lebih baik untuk
memenuhi standar keakuratan data yang dihasilkan dan kehandalan dalam memenuhi
kebutuhan. Terdapat pula satelit navigasi yang beroperasi secara regional pada wilayah
negara tertentu, seperti IRNSS (India), QZSS (Jepang), dan DORIS (Perancis).
GPS merupakan sistem penentuan lokasi yang umum digunakan di Indonesia. GPS
bekerja dengan sistem satelit yang memiliki fungsi utama untuk memberikan informasi
lokasi koordinat dan navigasi. GPS memiliki 24 satelit yang mengitari bumi melalui 6
jalur. Supaya dapat bekerja dengan baik, GPS minimal mendapatkan 3 sinyal satelit.
Pemanfaatan GPS yang umum digunakan antara lain untuk mendapatkan informasi
koordinat suatu tempat, untuk navigasi menuju suatu lokasi koordinat, untuk melacak
pergerakan obyek (GPS Tracking), dan untuk mengetahui ketinggian lokasi.

3
C. Metode
1. Pengenalan GPS
a. Menghidupkan GPS dengan menekan lama tombol “Light” hingga GPS hidup.

b. Setelah GPS hidup, pada halaman awal cari fitur “satelit” menggunakan analog
(joy stick) yang tersedia pada GPS. Lihat jumlah satelit, jumlah satelit harus
lebih dari 3 sebelum digunakan.

c. Kembali pada halaman awal dengan menekan tombol “back” pada GPS, lalu
cari fitur “Setup” .

4
d. Pada fitur “setup” cari menu “format posisi”. Lalu atur “position format” yaitu
“UTM UPS” dan atur “datum peta” yaitu “WGS 84”.

2. Membuat titik (waypoint)


a. Pada halaman awal cari fitur “Buat Titik”.

5
b. Setelah diklik dengan analog GPS, maka titik akan langsung terbuat. Saudara
dapat menambahkan keterangan di lokasi tersebut dan klik “selesai”. Buatlah
masing-masing (sistem UTM dan sistem koordinat geografis) 3 titik lokasi yang
berbeda, foto layar GPS dan catat hasilnya.

Bandingkan lokasi koordinat yang diperoleh dari GPS dengan lokasi yang ada
di Google Map. Tekan yang lama lokasi yang ada di Google Map hingga keluar
lokasi koordinatnya.

Membaca lokasi koordinat lokasi saudara


Lokasi koordinat desimal : -7.761342, 110,424618
Lokasi koordinat : 7.761342 LS, 110,424618 BT

6
Rekap hasilnya dalam tabel berikut.
Titik GPS (UTM) Google Map
Zona X Y Lintang Bujur
1
2
3

Titik GPS (Sistem Koordinat Google Map


Geografis)
Lintang Bujur Lintang Bujur
1
2
3

c. Kembali ke halaman awal dan cari fitur “Kelola Titik” untuk melihat titik yang
sudah dibuat.

d. Pada menu “Kelola Titik” cari nama titik yang telah dibuat dengan menekan
tombol “menu” pada GPS dan pilih “Spell Search”.

7
e. Lalu tulis nama titik yang telah dibuat dan klik “selesai”, maka titik yang dicari
akan muncul.

3. Menuju ke lokasi tertentu


a. Pada halaman awal cari fitur “Mau kemana?”, lalu pilih “koordinat”.

b. Masukkan koordinat berupa x (0436508) dan y (9142087) yang ingin dituju,


lalu klik “selesai”

8
c. Setelah titik muncul pada peta, klik “pergi” agar GPS menavigasikan pada titik
tersebut.

4. Kelola Jejak (Tracking)


a. Pada halaman awal cari fitur “Kelola Jejak”, lalu pilih “Jejak Sekarang”.

b. Lalu pilih “ melihat peta” dan lakukan jejak atau tracking dengan berjalan ke
suatu tempat yang diinginkan.

9
c. Setelah selesai melaksanakan Jejak, kembali dengan menekan tombol “back”
lalu pilih “Simpan Jejak” dan beri nama jejak yang telah dibuat.

d. Pada fitur “kelola jejak” cari jejak yang telah tersimpan dan klik jejak tersebut.

e. Akan muncul menu pada jejak tersebut, pilih “tersimpan” agar jejak tersimpan
pada menu “jejak tersimpan”

10
f. Untuk melihat jejak yang telah tersimpan, pilih “Jejak Tersimpan” pada fitur
“Kelola Jejak"

g. Maka akan muncul menu pada jejak tersebut, pilih “ melihat peta” agar jejak
tersebut ditampilkan pada peta

D. Pembahasan
1. Apa itu GPS dan apa manfaat GPS?
2. Jelaskan apa yang koordinat dan apa manfaatnya?
3. Apa saja sistem koordinat yang biasa digunakan dalam sistem informasi geografis?
Jelaskan!
4. Apa pentingnya koordinat dalam sistem informasi geografis?
5. Apakah benar setiap lokasi memiliki koordinat yang spesifik? Bahas menggunakan
tabel penentuan koordinat lokasi yang telah dibuat sebelumnya?
6. Berdasarkan sistem koordinat UTM dan Sistem Koordinat Geografis, jelaskan titik
koordinat Kampus INSTIPER Yogyakarta!

11
ACARA 2
PENGENALAN ARCGIS DAN MEMBUAT DATA SPASIAL

A. Tujuan
1. Mengetahui software dalam pembuatan peta.
2. Mempermudah proses analisis spasial.
3. Mengenal bagian-bagian pada ArcMap.
4. Dapat mengoperasikan ArcGIS dengan baik dan benar.

B. Pendahuluan
Teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) telah banyak digunakan untuk
meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dalam pengambilan keputusan (decision-
making), pengelolaan aset-aset dan sumberdaya secara efektif, meningkatkan alur kerja
secara efisien, serta digunakan dalam perbaiki akses suatu informasi.
SIG yang komprehensif mencakup berbagai penggunaan, antara lain untuk
kompilasi dataset geografis, pembuatan alur kerja dan kontrol kualitas “authoring” peta
dan model-model analitik, serta untuk mendokumentasikan metode-metode kerja. SIG
yang komprehensif akan menyediakan sarana atau media yang lengkap untuk
pengelolaan, visualisasi, serta sebagai sarana mengkomunikasikan suatu fenomena
yang dikaji.
ArcGIS menyediakan kerangka yang scalable - dapat disesuaikan menurut
keperluan, yang mampu diimplementasikan untuk single users maupun multiusers
dalam aplikasi desktop, server, dan internet (Web). ArcGIS Desktop merupakan
platform dasar yang dapat digunakan untuk mengelola suatu proyek dan alur kerja SIG
yang komplek serta dapat digunakan untuk membangun data, peta, model, serta
aplikasi. ArcGIS Desktop mencakup ArcCatalog, ArcMap, ArcToolbox, ArcGlobe,
dan ModelBuilder. Dengan menggunakan aplikasi ini pengguna dapat menjalankan
berbagai macam proses SIG dari yang paling simpel hingga tingkat lanjut.

12
ArcCatalog digunakan untuk mengorganisasikan dan mengelola semua
informasi geografis, seperti peta, data-data format file, geodatabases, toolbox untuk
geoprosesing, metadata, serta services SIG. ArcMap merupakan aplikasi utama dalam
ArcGIS, yang dapat digunakan untuk mapping dan editing, serta untuk query dan
analisa yang berdasarkan pada peta. ArcToolbox merupakan koleksi dari tools
geoprosesing. Aplikasi ArcGlobe tercakup dalam ekstensi ArcGIS 3D Analyst, yang
mempunyai kemampuan untuk penayangan informasi geografis dalam bentuk
kenampakan 3D yang dinamis. ModelBuilder – merupakan bahasa pemrograman
secara visual yang digunakan untuk membangun suatu alur kerja dan skrip dari suatu
rangkaian geoprosesing.
Penyimpan dan pengelolaan data geografis pada perangkat lunak ArcGIS dapat
dilakukan dalam berbagai format yaitu vektor dan raster. Vektor Dalam model data
vektor tiap-tiap lokasi atau posisi disimpan sebagai satu koordinat x,y yang simpel.
Sedangkan raster merupakan struktur data yang terdiri dari sel-sel yang tersusun dari
baris dan kolom untuk menyimpan suatu gambar, setiap sel atau piksel menyimpan
sebuah nilai tertentu.

Gambar 1. Tampilan ArcMap


Penjelasan :
1. Menu Bar
2. Tool Bar
3. Catalog
4. Map View
5. Table of Content
6. Toolbox

13
C. Metode
1. Melakukan koreksi geometrik
a. Add data peta kedalam aplikasi.

b. Pilih Add Control Points.

14
c. Selanjutnya klik kiri satu kali pada garis perpotongan sumbu X dan Y, setelah
itu klik kanan dan pilih input X dan Y. Untuk membuat titik ikat minimal 4 titik
ikat pada setiap sudut perpotongan koordinat peta dari kiri atas, kanan atas,
kanan bawah, dan kiri bawah.

d. Setelah itu masukkan koordinat X dan Y yang ada pada garis perpotongan peta
dan klik ok.

15
e. Jika peta menghilang setelah diklik ok, langkah selanjutnya dengan mengklik
kanan pada PETA KEBUN KELAPA SAWIT pada layers dan klik Zoom to
Layer agar petanya kembali.

f. Ketika keempat titik selesai dibuat selanjutnya dapat mengecek RMS Eror
dengan mengklik RMS Eror. Minimal erornya adalah dibawah 1 atau 0,5 dan
apabila lebih dari 1 tidak menjadi masalah karena digunakan hanya untuk
belajar bukan untuk dipublikasikan.

16
g. Kemudian klik georeferencing dan pilih update georeferencing

h. Untuk memunculkan koordinat atau meter pada kanan bawah dapat klik kanan
pada layer kemudian pilih properties, masuk pada tab coordinate system dan
pilih WGS 1984 Zone 48 S.

17
2. Membuat SHP
a. Buka catalog kemudian pilih folder connection, cari folder yang sudah kita
koneksikan

b. Langkah selanjutnya pada folder kita klik kanan pilih new dan pilih shapfile

18
c. Shapefile yang kita gunakan ada 3 yaitu polygon, polyline, dan point. Pada point
dapat diberi nama fasilitas kebun, polygon diberi nama batas kebun, Polyline
diberi nama jalan dan sungai. Pada tiap-tiap pembuatan shapefile klik edit dan
pilih coordinate systemnya.

D. Pembahasan
1. Jelaskan mengenai fungsi aplikasi ArcGIS.
2. Jelaskan bagian-bagian yang ada pada ArcMap.
3. Jelaskan fungsi dari koreksi geometrik
4. Jelaskan tentang apa itu data, tipe-tipe dan fungsi shapefile yang digunakan pada
praktikum.

19
ACARA 3
DIGITASI DAN MEMBUAT DATA ATRIBUT

A. Tujuan
1. Dapat melakukan digitasi data
2. Dapat mengetahui editing data atribut.
3. Mengetahui perbedaan data atribut
4. Mengetahui cara menghitung luas area.

B. Pendahuluan
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan
untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi,
menganalisis, dan menampilkan data yang berhubungan dengan lokasi-lokasi di
permukaan bumi. Sistem Informasi Geografis berasal dari gabungan 3 kata: Sistem,
Informasi, dan Geografis. Dari ketiganya, dapat dipahami bahwa Sistem Informasi
Geografis adalah penggunaan sistem berisi informasi mengenai kondisi Bumi dalam
sudut pandang keruangan.
SIG merupakan sistem khusus untuk mengolah data base yang berisi data
referensi geografis dan memiliki informasi spasial. Masukan data SIG banyak diperoleh
dari citra penginderaan jauh. Semua informasi itu diproses dengan menggunakan
komputer yang kemudian dapat dikombinasikan menjadi informasi yang diinginkan.
Jadi singkatnya, SIG merupakan sistem yang berfungsi untuk mengumpulkan,
mengelola, menyimpan, dan menyajikan segala data yang berkaitan dengan kondisi
geografis suatu wilayah.
Format data yang sering digunakan dalam SIG secara umum terdiri dari tiga
jenis yaitu dalam bentuk format data fisik (hardcopy) yang bisa terbaca langsung,
format citra analog, dan format digital. Data dalam bentuk format data fisik (berupa
kertas atau film) adalah data yang berupa peta-peta kertas yang dapat dibaca langsung
yang dihasilkan pada proses pembuatan peta secara manual. Pada masa lalu, data ini
penggunaannya sangat intensif dalam aplikasi SIG. Data ini sudah lama dimanfaatkan
untuk metode analisis secara manual. Pada pengenalan objek tertentu, analisis spasial
secara manual dilakukan dengan menggunakan berbagai macam peta. Cara
melakukannya dengan menginterpretasikan data peta secara visual dan berbasis

20
pengetahuan dari para pengguna atau oleh para ahli analisis. Pada era komputerisasi
seperti sekarang ini, karena semakin pesatnya perkembangan komputer dan semakin
meningkatnya kebutuhan akan analsisi berbasis computer, maka diperlukan
pengkonversian data fisik ini menjadi format data digital untuk bisa dilakukan untuk
keperluan analisis digital.
Data dalam bentuk citra (gambar) bisa berasal dari foto udara hasil pemotretan
udara dengan kamera. Format data seperti ini bisa dinilai sebagai sumber data
permukaan bumi yang terlengkap mengingat berbagai jenis data terdapat didalamnya.
Kenampakan berbagai objek pada foto udara mudah dikenali secara visual maupun
dengan cara stereoskopis seperti kenampakan jaringan jalan, sungai, gunung, danau,
garis pantai, hutan, permukiman, dll. Oleh karena itu, teknologi pemetaan telah
memanfaatkan foto udara sebagai sumber data untuk pemetaan dasar topografi
(pemetaan rupa bumi).
Data dalam bentuk format digital diperoleh dari proses konvensi data fisik ke
dalam format digital. Data grafis digital hasil konversi data fisik peta dan foto dikenal
dalam dua format yaitu format vektor dan format raster. Data spasial digital yang
tersedia dalam format vektor antara lain meliputi : topologi vektor garis-garis bentuk
suatu objek, non topologi vektor garis, dan layer anotasi. Sedangkan data digital dalam
format raster antara lain mencakup : peta dan foto udara hasil penyiaman (scanning),
citra penginderaan jauh dari satelit, orthophotography digital, digital elevation models
(data tinggi permukaan bumi dalam format matrik ketinggian). Adapun data atributnya
biasanya dalam bentuk tabel atau daftar teks, sudah banyak tersedia dari berbagai
sumber dalam format data digital yang diperoleh melalui proses entri data secara
manual. Berbagai data atribut digital diperoleh dari berbagai piranti lunak seperti
tabel(spreadsheet) , word processing, atau didapat dari dbase.
Secara umum terdapat 2 jenis data yang seering digunakan yaitu data spasial
dan data atritub. Data spasial merupakan data atau informasi yang memiliki referensi
atau koordinat geografis. Cara memasukkan data spasial ke dalam sistem SIG dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu digitasi dan penyiaman (scanning). Data atribut adalah
data yang memberikan penjelasan mengenai setiap objek, fenomena, atau informasi
yang ada di permukaan bumi. Data atribut suatu objek dapat berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif adalah data hasil pengamatan yang dinyatakan dalam bentuk
deskriptif yang diperoleh dari pengisian angket, wawancara, dan tanya jawab. Data
kualitatif contohnya peta tata guna lahan, seperti data permukiman, sawah, kawasan

21
industri, tegalan dan lain sebagainya Sedangkan data kuantitatif adalah data hasil
pengamatan yang dinyatakan dalam bilangan. Data kuantitatif berfungsi untuk
memperlihatkan perbedaan nilai objek.

22
C. Metode
1. Membuat dan melakukan digitasi data

a. Untuk memulai proses digitasi dapat dengan klik Editor dan Start Editing

b. Selanjutnya pilih Create Features

23
c. Klik pada peta yang ingin dijadikan point atau titik contohnya kantor dan
Menara api. Setelah itu klik Editor dan Save Edits.

d. Lanjutkan kegiatan tadi dengan memilih polygon sebagai batas kebun, dengan
create features, pilih batas kebun kemudian polygon dan lakukan digitasi
dengan satu kali klik kiri pada mouse pada batas luar area kebun, ketika sudah
selesai sampai ke titik awal klik 2 kali. Diusahakan jangan sampai terklik 2 kali
karena dapat menyebabkan polygon langsung terbentuk dan tidak sesuai area
kebun. Warna pada polygon dapat kita pilih hollow agar transparan.

24
e. Selanjutnya kita melakukan cut polygon untuk memotong polygon awal agar
terbagi-bagi menjadi blok sesuai pada peta.

f. Langkah selanjutnya membuat jalan, pilih jalan kemudian line dan lakukan
digitasi jalan pada peta kebun. Setelah pembuatan jalan membuat aliran sungai
pada create features.

25
g. Jika sudah selesai matikan ceklis peta kebun. Langkah selanjutnya kita dapat
mengubah warna dan ketebalan jalan serta sungai, setelah diubah hasilnya akan
seperti gambar dibawah ini.

2. Membuat dan melakukan editing data atribut


a. Pilih layer yang akan diedit.

26
b. Klik kanan, pilih Open Attribute Table.

c. Selanjutnya buat kolom baru untuk diisi data atributnya dengan klik table
options lalu pilih add field. Setelah itu isi nama kolom yang akan di buat dan
pilih type sesuai dengan kebutuhan pilih type berupa tex jika ingin mengetik
huruf dan angka, lalu pilih type double untuk jenis data atribut berupa anggka.

27
d. Untuk mengisi data pata kolom yang sudah dibuat, Klik tombol Editor Toolbar
yang berada pada Toolbar Klik Editor menu dan klik start editing. Kemudian isi
kolom sesuai dengan data yang tertera pada peta yang kita buat ulang.

28
e. Setelah selesai mengisi data atribut kita dapat mengklik toolbar editor lalu pilih
stop editing, kemudian akan muncul pemberitahuan save data yang sudah kita
buat lalu kita klik yes.

D. Pembahasan
1. Jelaskan mengenai digitasi peta.
2. Jelaskan mengenai data atribut!
3. Jelaskan fungsi editing data atribut!
4. Jelaskan perbedaan data atribut dengan data spasial!
5. Jelaskan mengenai macam-macam data yang dapat digunakan di ArcGIS.

29
ACARA IV
JOIN TABEL, LABELING DAN SIMBOLOGY

A. Tujuan
1. Mengetahui cara join tabel.
2. Mengetahui labeling dan simbology.
3. Dapat menampilkan hasil data atribut.
4. Dapat memahani berbagai data yang di tampilkan

B. Pendahuluan
SIG merupakan sistem yang berfungsi untuk mengumpulkan, mengelola,
menyimpan, dan menyajikan segala data yang berkaitan dengan kondisi geografis
suatu wilayah. Dalam melakukan analisis, sering kali kita memerlukan data yang
berasal tidak hanya dari satu tabel saja namun dari gabungan beberapa tabel sekaligus.
Untuk menggabungkan dua atau lebih tabel, kita dapat menggunakan
perintah join, merge atau sejenisnya. Perintah ini akan menggabungkan beberapa tabel
berdasarkan kecocokan nilai dari satu atau lebih kolom tertentu (yang biasanya
disebut sebagai key atau kolom kunci).
Menggabungkan (Join) tabel atribut berfungsi mengintegrasikan data tabular
ke dalam data spasial. informasi pada table attribute dapat ditambah tanpa melakukan
input secara manual sehingga proses yang dilakukan dalam pendataan informasi dapat
dilakukan lebih cepat. Dengan menggunakan fungsi Join pada ARCGIS kita dapat
menggabungkan arsip data tabular ke dalam sebuah shapefile. Format data tabular
yang dapat diintegrasikan dengan menu standar ArcMap adalah Comma Delimited
(*.csv) atau Text Delimited (*.txt), namun dalam keseharian data tabular yang
umumnya dipakai berasal dari Microsoft Excel dengan format (*.xls) atau (*.xlsx).
Dengan menggunakan Plugin Spreadsheet Layers, data tabular dengan format (*.xls /
*.xlsx) dapat digunakan untuk dimuat dalam ARCGIS.
Selain benggabungan data menggunakan join tabel agar data dengan jumlah
banyak dapat langsung terintegrasi satudengan yang lain ArcGis juga dapat
menampilkan data atribut pada gambar peta. Kelebihan dari SIG adalah bahwa
seluruh objek yang tampak pada peta juga memiliki data atribut. Peta dalam SIG
bukan sekedar gambar. Mereka tidak hanya merepresentasikan lokasi objek, tetapi
juga informasi tentang objek tersebut. Data atribut yang berbeda akan berguna untuk
tujuan yang berbeda pula. Beberapa diantaranya dapat direpresentasikan langsung
30
sebagai teks, symbol, klasifikasi dan sebagainya agar dapat dilihat oleh pengguna
peta. Pengemengolah data atribut dilakukan agar pengguna dapat merepresentasikan
Label yang dapat ditambahkan ke dalam peta untuk menunjukkan informasi tentang
objek. Suatu layer vektor dapat memiliki label yang berkaitan dengan layer tersebut.
Label bergantung pada data atribut dari layer terkait.

C. Metode
1. Melakukan join table
a. Klik kana pada data yang kita pilih lalu pilih join and relates kemudian pilih
join.

b. Isi semua data yang digunakan mulai dari titik ikat yang di gunakan lalu
masukan data exel yang digunakan kemudia klik validate join untuk mengecek
data yang kita gunakan. Setelah selesai kita ok.

31
c. Untuk mengecek data atribut yang kita masukan tadi klik kana pada data yang
kita pilih tadi lalu klik open atribut tabel.

32
2. Menampilkan data atribut
d. Klik kanan pada data yang akan kita tampilkan pilih propertis. Lalu pilih label
untuk menampilkan keterangan yang ada kita klik label feature dan pilih label
field yang ingin ditampilkan.

33
e. Langkah selanjutnya untuk menampilkan warna sesuai dengan data atribut yang
ada kita pilih symbology, lalu pilih categoris kemudian pilih value field yang
ini di tampilkan

f. Setelah selesai dapat di klik apply dan kita klik oke maka data atribut akan
muncul dan berubah warna sesuai dengan yang kita edit tadi.

D. Pembahasan

1. Jelaskan Langkah-langkah join table!


2. Jelaskan yang dimaksut labe pada peta!
3. Jelaskan yang dimaksut simbologi pada peta!
4. Jelaskan fungsi labeling dan simbologi pada Peta!

34
ACARA V

LAYOUT PETA

A. Tujuan
1. Dapat membuat layout peta
2. Mengetahui layout peta sesuai kaidah kartografi
3. Mengetahui bagian-bagian dari layout peta
B. Pendahuluan
Sebelum menampilkan atau mencetak peta harus dilakukan Layout terlebih
dahulu. Layout digunakan untuk mengatur tampilan peta dan menambahkan
kelengkapan atau atribut-atribut peta agar sesuai dengan kaidah-kaidah kartografi.
Kelengkapan-kelengkapan tersebut misalnya skala, legenda, sistem proyeksi, arah mata
angin, grid, dan keterangan-keterangan lainnya yang diperlukan. Pada ArcGIS proses
Layout ini dilakukan melalui jendela Layout dengan cara mengaktifkan fasilitas
(ekstensi) Layout. Pada jendela Layout ini kita bisa menambahkan kelengkapan-
kelengkapan seperti yang disebutkan di atas.
Layout peta adalah cara penempatan isi peta beserta unsur-unsur kartografis
lainnya. Unsur-unsur kartografis lain yang dimaksud adalah judul peta, skala peta,
legenda/ keterangan tentang isi peta, petunjuk lokasi peta (inset), dan unsur penting
lainnya. Penempatan unsur-unsur tersebut beserta dengan isi peta, selain
memperhatikan faktor estetika juga harus memperhatikan faktor kemudahan bagi
pembaca untuk memahami isi dari peta.
Layout peta berfungsi untuk mempermudah pembacaan peta dengan membuat
tampilan peta yang mudah dibaca dan menambah informasi dengan menambahkan
kelengkapan komponen-komponen peta
Dalam kerangka Sistem Informasi Geografis (SIG), proses layout peta
merupakan satu tahap terakhir. Data spasial yang sudah diinput, dianalisis, dan
divisualisasikan kemudian disusun dan diatur untuk menjadi keluaran (output) proses
SIG. Hal ini dilakukan karena sebagian besar user menghendaki output peta yang siap
pakai baik dalam bentuk hardcopy (cetak), atau dalam bentuk softcopy (misal format
JPG atau PDF).
Sebenarnya peta dapat dikreasikan sesuai dengan kreatifitas pembuatnya.
Ketentuan umumnya adalah bahwa peta mampu menampilkan informasi yang akurat,

35
dan informasi dalam peta dapat dibaca dan dipahami dengan mudah, cepat dan tepat
oleh pengguna atau pembacanya.

C. Metode
1. Menampilkan atau Mengatur Peta
a. Untuk menampilkan data di view Layout, kita klik di menu View dan pilih

Layout View atau klik pada bawah tampilan windows nya, kemudian toolbar
Layout akan muncul. Tool ini dapat digunakan untuk navigasi di sekitar Layout
peta.

36
b. Setelah mengganti ke Layout View, maka peta akan disajikan pada halaman
Layout. Halaman Layout ini menyajikan satu atau lebih Data Frame.

c. Layout toolbar memuat Tools yang dipakai untuk mengedit Layout. Tools
tersebut antara lain zoom in, zoom out, pan dan beberapa Tools standar lain.

37
2. Mengatur Halaman Layout
a. Untuk mengatur lebar halaman. Klik kanan halaman pada halaman Layout lalu
pilih Page and Print Setup. Akan muncul kotak Page and Print Setup

b. Langkah yang lain adalah dengan meng-klik menu file > Page and Print Setup.
Kemudian akan muncul kotak dialog Page and Print Setup.

38
c. Kotak dialog Page and Print Setup digunakan untuk mengubah orientasi portrait
menjadi landscape atau sebaliknya. Ukuran halaman dapat diubah dengan
mengeditnya di kotak properties

39
3. Langkah-langkah untuk Menambahkan Koordinat Peta
a. Klik kanan pada Data Frame, pilih Properties

b. Atau ke menu View > Data Frame Properties.

40
c. Kotak dialog Data Frame Properties > Grids > New Grid.

d. Selanjutnya akan muncul kotak dialog Grids and Graticules Wizard. Kotak
dialog Grid and Graticules Wizard akan membimbing pengguna melewati 4
tahap untuk melengkapi peta dengan garis koordinat dan koordinatnya. Pada
tahap pertama pengguna akan memilih jenis koordinat dan garis koordinat yang
diinginkan. Klik Next

41
e. Tahap kedua akan membimbing pengguna untuk membuat garis koordinat dan
menentukan interval garis koordinat pada peta. Atur interval koordinat pada
2000 meter, bila Anda merasa interval terlalu rapat ubah dengan interval yang
lebih besar. Klik Next.

f. Tahap ketiga adalah untuk mengedit label koordinat dan garis koordinat. Atur
ukuran huruf menjadi 8, dengan mengubah di kotak text style. Atau sesuaikan
ukuran huruf sesuai yang Anda inginkan. Klik Next.

42
g. Tahap keempat untuk membuat batas kotak koordinat pada peta. Setelah selesai,
klik Finish

4. Langkah langkah untuk Menambahkan Judul Peta


a. Klik menu Insert > Title

43
b. Tulis judul yang mewakili peta pada kotak judul. Untuk mengubah bentuk dan
ukuran judul sesuai kebutuhan, klik kanan pada kotak judul dan pilih Properties.
Setelah itu akan muncul kotak Properties. Ketiklah judul pada kolom text yang
telah disediakan.

5. Langkah-langkah untuk Menambahkan Panah Penunjuk Arah


a. Klik Insert > North Arrow

44
b. Selanjutnya kotak dialog North Arrow Selector akan muncul. Panah penunjuk
arah dapat diedit dengan mengklik tombol Properties.

c. Pilih Panah penunjuk arah yang diinginkan, lalu klik Ok.

45
d. Klik panah penunjuk arah, tarik ke halaman kosong di halaman Layout.

6. Langkah-langkah untuk Menambahkan Skala


a. Klik Insert > Klik Scale Bar untuk menambahkan skala.

46
b. Kotak dialog Scale Bar Selector akan muncul. Skala dapat diedit dengan
mengklik Properties.

c. Pilih bentuk skala yang diinginkan, dan klik OK.

47
d. Klik skala dan tarik ke halaman yang kosong pada halaman Layout.

e. Pengguna juga dapat menambahkan skala teks. Klik Insert > Scale Text.

f. Lalu akan muncul kotak Scale Text Selector

48
g. Teks skala dapat diubah dengan memilih Properties. Setelah pengguna memilih
jenis skala yang diinginkan, klik Ok

7. Membuat Extent Rectangle/ Insert Peta


a. Extent Rectangle berguna apabila pengguna ingin menampilkan lebih dari satu
Data Frame, misalnya untuk Insert peta. Langkah – langkahnya sebagai berikut
:
b. Tambahkan Data Frame terlebih dahulu, dengan mengklik Insert > Data Frame

49
c. Klik kanan pada New Data frame, dan pilih activate

d. Lalu pilih add data, dan masukkan data inset peta yang ingin digunakan lalu klik
add

50
e. Klik kanan pada layer peta yang lebih kecil, lalu klik Properties.

f. Akan muncul kotak dialog Data Frame Properties. Klik Extent Rectangles, lalu

pilih data yang akan dijadikan inset peta di kotak Other Data Frames. Klik

untuk memasukkan data satu per satu atau jika seluruh data ingin dijadikan
inset, klik OK.

51
g. Setelah itu, pada halaman Layout akan tampil peta dan peta inset.

8. Langkah-langkah untuk Menambahkan Legenda


a. Klik menu Insert > Legend

b. Kotak dialog Legend Wizard akan muncul. Kotak ini akan membimbing
pengguna melalui 5 tahap dalam membuat legenda sesuai dengan yang
diinginkan.
c. Tahap pertama akan membimbing pengguna untuk memilih data-data yang
ingin ditampilkan pada kotak legenda. Pilih data yang diinginkan untuk
ditampilkan di kotak legenda. Klik Next.

52
d. Tahap kedua membimbing pengguna untuk membuat judul legenda sesuai
dengan yang diinginkan

e. Tahap ketiga adalah untuk membuat kotak legenda sesuai yang diinginkan
pengguna. Klik menu drop down border untuk menambah bingkai kotak

53
legenda. Pilih border garis hitam dengan ketebalan 3. klik menu drop down
background untuk memilik warna latar. Pilih warna latar olive.

f. Tahap keempat untuk mengedit ukuran dan bentuk lambang yang mewakili
setiap data sesuai yang diinginkan pengguna. Misalnya, lambang untuk data
persil dapat diubah ukurannya dan bentuknya menjadi oval, lingkaran atau
kotak.

54
g. Tahap terakhir membimbing pengguna untuk menentukan jarak antara bagian-
bagian yang disajikan pada legenda peta. Klik Finish setelah menyelesaikan
Legend Wizard.

9. Membuat Teks
a. Klik menu Insert > Text

55
b. Tulis teks yang diinginkan. Untuk mengubah bentuk dan ukuran tekx sesuai
kebutuhan, klik kanan pada kotak teks dan pilih Properties. Setelah itu akan
muncul kotak Properties. Ketiklah text pada kolom text yang telah disediakan.

10. Menambahkan Gambar


a. Klik menu Insert > Picture

56
b. Lalu cari file yang ingin digunakan dan klik Open

11. Menyimpan Peta


a. Untuk menyimpan peta baru, klik menu File > Save As. Atau dengan meng-klik

ikon . Peta dapat disimpan dalam ekstensi mxd dan mxt. Ekstensi mxd
adalah untuk menyimpan peta dalam bentuk dokumen project, sedangkan
ekstensi mxt untuk menyimpan peta dalam bentuk template.

12. Ekspor Peta


a. Klik menu File > Export Map. Peta dapat diekspor ke berbagai macam format,
seperti PDF, JPEG, TIFF, dan lain-lain.

57
b. Pilih folder yang dijadikan tempat untuk menyimpan hasil lay out peta , lalu beri
nama lay out peta, pilih jenis file yang diinginkan, dan klik save

58
c. Setelah diekspor maka hasil lay out peta akan muncul

D. Pembahasan
1. Jelaskan mengenai layout peta
2. Jelaskan Layout peta berdasarkan kaidah kartografi
3. Jelaskan kenapa unsur kelengkapan peta itu penting!
4. Apakah setiap peta harus atau selalu memiliki unsur kelengkapan itu dengan lengkap?
Jelaskan!
5. Apakah fungsi legenda dan bagaimana sebaiknya menampilkan legenda peta?
6. Apa itu peta inset? Jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan peta inset!

59
ACARA VI
PETA LERENG & PETA 3D

A. Tujuan
1. Dapat membuat peta 3D.
2. Dapat membuat peta kontur dan kemiringan lereng.
3. Mampu memahami fungsi dari peta 3D, peta kontur, dan kemiringan
lereng.
4. Mampu mengoperasikan ArcScene dengan baik dan benar.

B. Pendahuluan
Kita hanya dapat mengenal keadaan dan rupa dari permukaan bumi
sejauh batas pandangannya mengijinkan. Karena itu, agar pola dari seluruh atau
sebagian permukaaan bumi dapat ditangkap dalam sekali pandangan maka
dibuatlah bumi yang dapat digambarkan dalam bentuk peta.
Istilah peta dalam bahasa Inggris disebut map. Kata itu berasal dari
bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Peta dapat
diartikan sebagai gambaran seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang
diperkecil pada sebuah bidang datar atau diproyeksikan dalam dua dimensi
dengan metode dan perbandingan tertentu. Gambar yang ada pada peta
merupakan informasi geografis yang berhubungan dengan bentuk wilayah
beserta kenampakan alam atau budaya, misalnya; sungai, gunung, danau, rawa-
rawa, laut, batas wilayah, perkampungan, kota, jalan raya dan lain lain).
Peta yang dapat ditemukan sangat benyak jenisnya, tergantung pada
tujuan pembuatan peta, jenis simbol dan skala yang digunakan, atau
kecenderungan penonjolan bentuk fenomena yang akan digambarkan. Dari
sekian banyak jenis peta, pada kali ini yang akan dibahas adalah peta lereng dan
peta 3D.
Peta kelerengan atau kemiringan lereng merupakan peta yang
menunjukkan kondisi tingkat kemiringan pada suatu lahan. Kelerengan adalah
perbandingan antara jarak vertikal dan jarak horizontal. Selain melalui
pengukuran secara langsung, nilai kelerengan juga bisa didapatkan melalui
perhitungan DEM/DTM. Pada area yang sangat luas, tentu pengukuran
langsung akan membutuhkan waktu dan biaya yang sangat besar. Dari hal itu,
maka metode pengindraan jauh dirasa sebagai metode yang lebih efisien waktu
dan biaya.

60
Banyak dijumpai pembuatan peta kelerengan dengan memanfaatkan
data DEM SRTM atau ASTER GDEM yang merupakan data hasil pengindraan
jauh, dan mencakup hampir seluruh permukaan bumi. Atau LIDAR (Light
Detection and Ranging) yang dirasa lebih baik karena dapat menjangkau
informasi tinggi permukaan tanah. Secara umum, hasil pencitraan penginderaan
jauh pasif maupun aktif merupakan informasi mengenai objek paling luar dari
permukaan bumi yaitu objek penutup lahan. Sehingga ketinggian yang
dihasilkan dari citra penginderaan jauh tersebut meliputi ketinggian objek
penutup lahan, bukan hanya ketinggian permukaan tanah.
Sebagian besar peta yang ada disajikan dalam bentuk dua dimensi (2D)
yang dilengkapi dengan informasi ketinggian. Pada peta tersebut perbedaan
ketinggian permukaan tanah (terrain) tidak terlihat secara langsung. Selain itu
penggambaran secara 2D hanya dapat dilihat dari satu arah pandang saja. Cara
terbaik untuk meng-konseptualisasikan permukaan terrain yang sebenarnya
adalah dengan menggunakan pandangan yang kontinu, dengan detail dan
informasi ketinggian yang disajikan secara tiga dimensi (3D).
Peta 3D tidak memiliki arti bahwa peta tersebut merupakan wujud nyata
yang memiliki dimensi dan bentuk hampir mendekati dengan bentuk di
lapangan. Yang dimaksud dengan Peta 3D adalah peta perspektif yang
merupakan gabungan dari data digital eleuation model (DEM) dengan citra
satelit sehingga dari hasil gabungan keduanya terlihat dengan jelas terrain yang
merupakan representasi dari wujud dunia nyata (menyerupai kondisi aktual di
lapangan). Visualisasi peta 3D atau peta perspektif ini dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, seperti pemetaan lansekap, pemetaan utilitas,
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), pemilihan lokasi pabrik pengelolaan
limbah, perencanaan jaringan jalan/rel kereta api, dan sebagainya

61
C. Metode
1. Membuat Peta 3D
a) Buka aplikasi ArcScene

b) Input data DEM dan batas wilayah yang sudah tersedia didalam folder
acara 5-6

62
c) Selanjutnya klik kanan pada data DEM dan pilih properties, pilih floating
on a custom surface, pada custom kita isi 2,5000 setelah itu klik apply
dan ok.

63
d) Setelah itu, buka properties kembali pilih Raster Resolution, pada kolom
rows dapat kita isi angka maksimal yaitu 2154 dan columns 4053.

e) Pilih symbology dan ubah warnanya kemudian ok.

64
f) Pilih layer lighting dan pilih lighting on

g) Pada batas wilayah, klik kanan properties, pilih Base Heights, floating
on a custom surface, dan pada custom kita isi 0,5000.

65
h) Pada bagian DEM kita bisa mengatur transparasinya agar dapat terlihat
dengan jelas dan smooth.

i) Selanjutnya kita akan export dalam bentuk 2D, pilih file kemudian
export scene dan pilih 2D setelah itu save.

66
2. Membuat peta kemiringan lereng dan kontur
a) Add data DEM

67
b) Selanjutnya pilih Arctoolbox > Raster Surface > Slope dan masukkan
data DEM nya serta diatur output filenya dan gunakan PERCENT_RISE.

c) Setelah itu, pilih Arctoolbox > Raster Reclass > Reclassify dan
masukkan datanya. Lalu klik classify pada kolom classes dibagi menjadi
3 dan untuk persennya pada break values diisi 8%, 32%, dan
134,731247%.

68
d) Untuk mengubah menjadi polygon pilih Arctoolbox > Conversion Tools
> From Raster > Raster to Polygon selanjutnya masukkan data reclass
dan klik ok.

e) Untuk mengurangi attribute table pada raster class pilih Geoprocessing


> Dissolve dan masukkan datanya setelah itu centang gridcode.

69
f) Kemudian kita open attribute table raster yang sudah di dissolve dan kita
ubah nama table gridcode menjadi kelas.

g) Tambahkan table persen dengan tipe text dan keterangan dengan tipe text

70
h) Kita isi table persen dan ket dengan cara start editing. Pada persen diisi
0-8%, 8-32%, dan >32%. Untuk Ket diisikan Datar, Bergelombang,
Berbukit, setelah itu stop editing.

i) Selanjutnya klik kanan pada data RasterT Reclass > Properties >
Symbology > Categories > Ket untuk membuat warna data kita. Warna
merah untuk berbukit, warna kuning bergelombang, dan warna hijau
untuk datar.

71
j) Untuk membuat Peta Kontur pertama cari folder kita pada catalog
selanjutnya buat shape file dan beri nama batas wilayah dengan type
polygon, koordinat yang digunakan 49 S.

k) Kita dapat memulai dengan klik start editing untuk membuat batas
wilayah, setelah terbentuk stop editing. Untuk warnya dapat kita ubah
menjadi hollow.

72
l) Tahap selanjutnya pilih Arctoolbox > 3D Analyst Tools > Raster Surface
> Contour. Masukkan data kita, untuk interval diisi 50 sebagai minor.
Untuk major kelipatan 5 jadi diisi 250.

73
m) Pada garis minor kita ganti namanya menjadi contour_50m dan garis
major contour_250m

74
n) Tahap selanjutnya kita akan mensmoothing garis kontur dengan cara
Arctoolbox > Cartography tool > Generalization > Smooth line. Pertama
kita akan smooth 50m dan smoothing tolerance 100 meter, kedua smooth
250 m dengan smoothing tolerance 100 meter.

75
o) Terakhir kita dapat membuat layout seperti yang sudah ditentukan pada video
praktikum atau pada modul ini. Peta pertama yaitu peta kontur dissave dalam
bentuk jpg dengan resolusi 300 dan peta kedua yaitu peta kemiringan lereng dan
disava dalam bentuk jpg.

D. Pembahasan
1. Jelaskan fungsi dari peta 3D
2. Jelaskan fungsi dari peta kontur dan peta kemiringan lereng padaperkebunan
kelapa sawit
3. Jelaskan apa itu DEM dan kontur
4. Jelaskan perbedaan peta 2D dan peta 3D

76
ACARA VII
PENGENALAN DRONE

A. Tujuan
5. Dapat mengetahi bagian bagian drone.
6. Dapat mengetahi penggunaan drone di perkebunan.
7. Mengetahui kegunaan drone di bidang lain
8. Dapat memahami fungsi drone dalam pemetaan

B. Pendahuluan
Unmanned Aerial Vehicle atau biasa yang dikenal dengan drone
merupakan sebuah mesin terbang yang dikendalikan menggunakan komputer atau
remote control dari jarak jauh. Drone dapat digunakan di segala bidang khususnya
di bidang pertanian. Perkembangan drone yang pesat telah memberikan perubahan
di berbagai bidang salah satunya bidang pertanian khususnya perkebunan. Drone
pada saat ini tidak hanya digunakan untuk keperluan fotografi dan videografi,
namun juga digunakan untuk pemetaan, pemupukan, dan monitoring kondisi
kebun.
Bagian – bagian drone yang umum kita lihat adalah Main body Main body
merupakan komponen paling utama pada drone. Main body berfungsi untuk
menempatkan komponen drone seperti propeller, kamera, gimbal axis, motor, dan
perangkat lain pendukung pengoperasian drone.

Propeller (baling-baling) Propeller atau baling-baling berfungsi untuk


memberikan daya angkat pada drone, pengendali arah dan penyeimbang drone
saat terbang. Drone 4 motor memiliki 2 motor yang menggerakkan propeller
searah jarum jam (clockwise – cw) dan motor yang bergerak berlawanan jarum
jam (counterclockwise – ccw)

77
Di kebun kelapa sawit, drone telah dimanfaatkan untuk bidang persiapan
lahan, monitoring budidaya kelapa sawit, evaluasi kesehatan tanaman, dan
pemupukan. Drone juga telah banyak dimanfaatkan untuk memonitoring
pertumbuhan tanaman, mengevaluasi kesehatan tanaman, melakukan sensus
jumlah tanaman, dan masih banyak lagi. Pemahaman mahasiswa tentang pesatnya
pemanfaatan drone di kebun kelapa sawit sangat penting sebagai bekal bagi
mahasiswa saat kelak bekerja di kebun kelapa sawit. Mahasiswa tidak akan
merasa asing terhadap teknologi informasi dan pemanfaatan sistem informasi
geografi yang dapat meningkatkan kinerja saat di kebun kelak.
Pemanfaatan drone di bidang perkebuanan telah banyak dilakukan. Berikut
beberapa pemanfaatan drone di kebun, Pemetaan kebun kelapa sawit banyak
dilakukan dengan menggunakan drone. Dalam memetakan area kebun kelapa
sawit, terlebih dahulu dibuat batasan dan jalur terbang drone. Drone tersebut
kemudian akan memfoto area kebun kelapa sawit sesuai jalur terbang yang telah
ditentukan dan memfoto semua lokasi secara berkelanjutan dengan bergeser dari
satu lokasi ke lokasi lain secara otomatis. Penting sekali untuk memperhatikan
tampalan dari tiap foto sehingga saat semua foto drone tersebut disatukan atau
dimozaik akan membentuk area kebun yang utuh. Peta kebun tersebut dapat
memberikan informasi batas kebun dan kondisi spasial kebun.
Drone juga dapat digunakan untuk mengetahui topografi kebun. Melalui
hasil foto drone kita bisa mendapatkan informasi tinggi lokasi yang difoto
sehingga dapat dijadikan peta kontur. Dari peta tersebut dapat dibuat peta digital
elevation model (DEM) sehingga topografi kebun dapat diketahui. Hasil foto
drone berupa foto kebun dan topografi dapat dijadikan acuan dalam membuat
desain kebun yang meliputi blok kebun, jalan, lokasi konservasi, lokasi
pembibitan, dll. Pada lokasi dengan kelerengan yang sangat terjal sebaiknya tidak
dilakukan budidaya, pada lokasi yang bergelombang sebaiknya dilakukan terasan,
dan pada area datar dapat dipilih sebagai area pembibitan.
Selain itu foto drone juga dapat digunakan untuk sensus jumlah pohon
dengan cepat dan efisen. Sensus otomatis tersebut dilakukan dengan
memanfaatkan foto drone kebun dan software Ecognation. Pada saat ini telah
terdapat software Ecogantion khusus untuk menghitung jumlah pohon kelapa
sawit yang dikembangkan oleh ESRI dengan nama nama Palm Oil Ecognation.

78
Selain untuk sensus, pertumbuhan tanaman kelapa sawit dapat dimonitoring
dengan analisis visual menggunakan drone. Proses konsolidasi setelah penanaman
memakan waktu yang lama jika harus dilakukan dengan cara konvensional
berjalan di seluruh area kebun. Konsolidasi menjadi lebih efisien dengan
menerbangkan drone untuk mengamati ada tidaknya tanaman yang mati atau
tumbuh kerdil.
Manfaat lain dari drone adalah untuk memantau kesehatan tanaman baik
melalui analisis visual maupun analisis radiometrik. Salah satunya dengan
menggunakan indeks vegetasi. Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
yaitu indeks yang menggambarkan tingkat kehijauan suatu tanaman dari
perhitungan nilai band merah dan band NIR (Near-Infrared Radiation). Indeks
NDVI juga dapat digunakan untuk analisis pasca kebakaran dan mengamati
suksesi suatu ekosistem.
Drone juga dapat digunakan untuk melakukan pemupukan. Dengan
menggunakan drone pemupukan menjadi lebih efisien, tepat sasaran, dan dapat
menjangkau lokasi yang sulit dijangkau oleh manusia. Pemupukan dengan
menggunakan drone dapat dilakukan secara otomatis setelah sebelumnya dibuat
jalur terbang untuk drone tersebut.
Selain digunakan untuk pemupukan, drone juga dapat digunakan untuk
menyemprotkan insektisida, fungisida, atau larutan yang lain. Kapasitas larutan
yang bisa dibawa drone bervariasi tergantung dari spesifikasi drone tersebut.
Drone juga dapat digunakan untuk memantau titik api (hot spot) atau kebakaran
lahan. Lokasi sumber api dapat diamati dengan lokasi sumber asap. Luas area
terdampak juga dapat diamati secara spasial sehingga dapat digunakan untuk
menghitung kerugian yang ditimbulkan.

C. Pembahasan
a. Jelaskan apa itu drone dan penggunaannya!
b. Apa saja manfaat drone di kebun kelapa sawit?
c. Bagaimana perkembangan penggunaan drone diperkebunan?
d. Bagaimana saudara memanfaatkan penggunaan drone dalam
bidang pertanian?
e. Jelaskan Kelebihan drone yang dapat memudahkan pekerjaaan!

79
Laboratorium Sistem Informasi Geografis
INSTIPER YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai