Anda di halaman 1dari 6

Konsep Fisis Ukuran Kelembapan Udara

Kelembapan udara adalah ukuran untuk menjelaskan keberadaan uap air pada udara di sekeliling
kita. Fenomena terjadinya kabut, embun hingga hujan dan salju berkaitan dengan adanya uap air
tersebut.

Keunikan Uap Air


Uap air adalah air dalam bentuk gas di atmosfer. Air adalah satu-satunya zat yang memiliki tiga
bentuk di udara berupa gas yaitu uap air tersebut, bentuk cair misalnya embun dan butiran hujan
serta bentuk padat berupa es atau salju.

Kelembapan Udara dan Rasa Nyaman


Saat kita merasa gerah ataupun tidak nyaman dengan udara sekitar kita, itu berkaitan dengan tingkat
kelembapan udara. Tubuh kita menghasilkan keringat untuk membantu kita tetap dingin, tetapi itu
hanya berfungsi jika keringat menguap, karena penguapan adalah proses pendinginan. Jadi ketika
kelembaban relatif udara tinggi, artinya udara memiliki kadar air yang tinggi, maka proses penguapan
keringat akan melambat. Akan terasa lebih panas pada kulit kita. Hal sebaliknya terjadi jika udara
sangat kering. Ukuran kenyamanan kita disebut Heat Index yang dihitung berdasarkan suhu udara
dan kelembapan udara.

Ragam Ukuran Kelembapan Udara


Ada banyak cara untuk menyatakan keberadaan uap air dalam atmosfer, di mana masing-masing
punya tujuan penggunaan atau penerapannya.

Kelembapan mutlak (a) atau juga densitas uap (𝛿v)


Merupakan ukuran jumlah aktual uap air dalam gram pada setiap 1 m³ kolom udara tanpa
memandang tingkat suhu udara pada saat itu. Semakin tinggi jumlah uap air, semakin tinggi
kelembaban absolut. Misalnya terdapat sekitar 15 gram uap air dapat ada dalam 1 volume meter
kubik udara maka kita nyatakan bahwa kelembapan mutlak saat itu adalah 4 gr/m³.

Mixing ratio (r)


Merupakan perbandingan campuran antara massa uap air (Mv) dan massa udara kering (Md). Rasio
pencampuran dihitung dengan cara yang berbeda tergantung pada data terkait yang ada, misalnya
hanya kerapatan udara atau kelembapan relatif.

Kelembapan Nisbi (RH)


Menyatakan prosentase perbandingan tekanan uap air (e) dan tekanan uap air jenuh (es) pada suhu
yang sama. Disebut nisbi atau relatif, karena jika suhu udara berubah maka RH juga akan berubah. RH
tidak mencerminkan jumlah uap air, namun hanya menggambarkan seberapa dekat udara untuk
mencapai titik jenuhnya. Udara yang hangat lebih banyak mengandung uap air dibanding udara yang
lebih dingin. Sehingga, pada tingkat kelembapan absolut yang sama, RH pada udara dingin lebih
tinggi dibanding pada udara yang hangat dan sebaliknya.
Kelembapan Spesifik (q)
Menyatakan perbandingan berat uap air (Mv) dalam gram dengan berat udara lembab (M) dalam
kilogram. Udara lembab merupakan total penjumlahan dari berat udara kering (Md) dan berat uap air
(Mv). Jika misalnya terdapat 4 gram uap air dalam 1 kilogram udara lembab, maka kelembapan
spesifiknya adalah 4 gr/Kg.

Suhu titik embun atau dew point (Td)


Didefinisikan sebagai suhu dimana udara basah menjadi jenuh jika didinginkan pada tekanan
konstan, tanpa ada penambahan dan pengurangan uap air. Td merupakan indikator yang baik
tentang jumlah uap air dalam udara. Td yang tinggi mengindikasi jumlah uap air yang tinggi dan
sebaliknya Td rendah berarti rendah pula jumlah uap airnya. Penambahan uap air akan meningkatkan
Td dan pengurangan uap air akan menurunkan Td. Jika udara benar-benar jenuh pada tingkat
tertentu, maka suhu titik embunnya sama akan dengan suhu udara sebenarnya, maka kelembaban
relatifnya adalah 100 persen.

Konsep Fisis Perhitungan Kelembapan Udara


Tekanan Uap Jenuh (es)
Derivatif dari persamaan Clausius–Clapeyron memberikan hubungan uap air pada atau mendekati
kondisi atmosfer standar (suhu dan tekanan) yaitu:

Lv × ( T ) 1 1
e s=
Rv ( −
T To ) (1)

di mana:
 es = Tekanan uap jenuh (dalam Pa, hPa atau mb)
 T = suhu udara (K, °C)
 Lv = Panas laten spesifik atau penguapan dari air
 Rv = Tetapan uap air ( 461 J/K/kg)
 T0 = 273,15 K

Persamaan di atas menunjukkan es hanya menjadi fungsi dari suhu udara dengan Lv juga bergantung
pada suhu, jika dalam °C maka besarannya adalah:

Lv ( T ) =2501−2,361 × ( T +273 ,15 ) (2)

Secara umum es lebih sering dihitung menggunakan persamaan empiris Teten yang
merupakan bentuk khusus persamaan Clausius–Clapeyron di atas yaitu menjadi:

e s=a ×exp ( TbT+c ) (3)

di mana a, b dan c adalah konstanta dengan T dalam °C .

Jika T > 0 °C, atau di atas air, maka:


e s=6,1078× exp ( 17T +237 ,3 )
, 27 ×T
(4)

Jika T < 0 °C, atau di atas es, maka berlaku:

e s=6,1078× exp ( T21,875


+265 ,5 3 )
×T
(5)

di mana T dalam °C dan es dalam hPA (mb).

Tekanan Uap Aktual (e)


Untuk mendapatkan tekanan uap aktual (e) maka berlaku persamaan:

e=es , wet − p × γ ( T dry−T wet ) (6)

es,wet = tekanan uap jenuh berdasarkan temperatur bola basah (TBB) yang dihitung menggunakan
persamaan (4) atau (5) di atas.
p = tekanan udara di mana dalam perhitungan biasanya menggunakan nilai tekanan udara
standar yaitu 1013,25 mb.
𝞬 = konstanta psikometer termodinamis dengan nilai 6,66/10⁴/°C.
Tdry = suhu temperatur bola kering (TBK) dalam °C.
Twet = suhu temperatur bola basah (TBB) dalam °C.

Defisit Tekanan Uap (VPD)


Vapor pressure deficit (VPD) atau Defisit Tekanan Uap adalah ukuran berapa banyak upa air di udara
dengan jumlah maksimum uap air yang dapat ditampung pada udara tersebut, maka secara berlaku:

VPD=e s−e (7)

Kelembapan Nisbi (RH)


RH =
( ee )× 100 %
s
(8)

Kelembapan Spesifik (q)


q=
( mv
)
md + mv
σ v Rd e
= =
σ Rv p () (9)

di mana:
v = kerapatan uap air
 = kerapatan udara
Rd = Tetapan konstanta udara kering ( 287 J/K/kg)
Perbandingan Rd/Rv dianggap tetap, maka:

R d 287
ε= = =0 , 62 2
Rv 461

Maka,

q=0,622 × ( ep ) (10)

Kelembapan Absolut (a)


mv e
a= =σ v = (11)
V R v ×T

Mixing Ratio (r)


Mengacu weather.gov, mixing ratio (r) aktual dihitung menggunakan persamaan berikut:

r =621 ,97 ( p−ee ) (12)

di mana p adalah tekanan dalam milibar.

Untuk mendapatkan mixing ratio (r) jenuh cukup mengganti e dengan es.

Contoh Perhitungan Kelembapan Udara


Pada pengamatan sebuah stasiun klimatologi diketahui pembacaan suhu udara pada termometer
dalam sangkar meteorologi sebagai berikut:
 Temperatur Bola Kering (Tdry): 25,5 °C
 Temperatur Bola Basah (Twet): 20,1 °C
Maka:

1. Tekanan uap jenuh (es)


Karena T > 0 °C, maka kita gunakan persamaan (4);
e s=6,1078× exp ( 17T +237 ,3 )
, 27 ×T

Untuk Tdry:

e s=6,1078× exp ( 1725,,5+ 237 ,3 )


27 ×25 , 5
=32 ,63 hPa
Ini artinya udara pada suhu 25,5 °C dengan tekanan udara standar 1013,25 mb dapat menampung
uap air hingga tekanannya mencapai 32,63 hPa.

Untuk Twet:

e s , wet =6,1078 × exp ( 172 0,,271+237 ,3 )


×2 0 ,1
=23 , 5 3 hPa

2. Tekanan Uap Aktual (e)


Berdasarkan persamaan (6) maka:

e=es , wet − p × γ ( T dry−T wet )

6 , 66
e=23 , 53−1012 , 25 × 4
( 25 , 5−20 ,1 )=19 , 89 hPa=1989 Pa
10

Artinya, pada bola basah 20,1 °C pada tekanan udara standar 1013,25 mb, uap air yang ada
tekanannya mencapai 19,89 hPa.

3. Defisit Tekanan Uap (VPD)


Berdasarkan persamaan (7) maka:

VPD=e s−e

VPD=32 , 63−19 , 89=12 , 74 hPa

Menunjukkan bahwa sisa tekanan uap yang diperlukan hingga kemudian udara menjadi jenuh
dengan RH menjadi 100%.

4. Kelembapan nisbi (RH)


Berdasarkan persamaan (8):

RH =
( ee )× 100 %
s

RH = ( 1932 ,, 8963 ) ×100 %=60 , 96 %


Artinya tingkat kejenuhan udara pada suhu 25,5 °C dan suhu bola basah 20.1 °C pada kondisi
tekanan udara standar baru mencapai 60,96 %.

5. Kelembapan Spesifik (q)


Mengacu persamaan (10) maka:

q=0,622 × ( ep )
q=0,622 × ( 1012 , 25 )
19 , 89 kg
=0,012222 =12 ,22
kg
gr
kg

6. Kelembapan Absolut (a)


Mengacu persamaan (11) maka:

e
a=
R v × T ( Kelvin )

e
a=
R v × ( T dry +273 , 15 )

1989 kg gr
a= =0,01445 3 =14 , 45 3
461 × ( 25 , 5+273 , 15 ) m m

7. Kelembapan Absolut (r)


Mengacu persamaan (12) maka ratio percampuran (r) aktual sebagai berikut:

r =621 ,97 ( p−ee )


r =621 ,97 ( 1012,1925−19
, 89
,89 )
=12 , 46

Anda mungkin juga menyukai