Berdasarkan Tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa desa-desa yang termasuk dalam
kategori resiko 1 sebanyak 6 (enam) desa pada Kecamatan Kabangka dan Kecamatan Tikep.
Masalah utama pada desa-desa tersebut diantaranya masalah sampah, air limbah dan PHBS.
Sedangkan desa-desa yang termasuk dalam ketegori Resiko 2 sebanyak 12 (dua belas) desa
pada Kecamatan Tongkuno, Kecamatan Kabangka, Kecamatan Duruka dan Kecamatan Tikep dan
Kecamatan Lawa. Masalah yang dialami oleh desa-desa yang masuk dalam kategori resiko 2
diantaranya masalah air limbah, sampah, dan PHBS. Untuk desa-desa yang masuk dalam kategori
resiko 3 sebanyak 35 (tiga puluh) lima desa yang tersebar pada Kecamatan Lawa, Ketamatan
katobu, Kecamatan Duruka, Kecamatan Bhatalaiworu Napabalano, Kecamatan Wakorsel,
Kecamatan Maligano.
Untuk desa-desa yang masuk dalam kategori 4 terdapat 8 (delapan) desa yang tersebar
di Kecamatan Tongkuno, Duruka, Bhatalaiworu dan Napabalano. Masalah-masalah yang ada
pada desa-desa tersebut diantaranya masalah Air Limbah, Sampah dan PHBS.
Berdasarkan kondisi diatas tergambar bahwa desa-desa di Kabupaten Muna lebih
dominan masuk dalam kategori resiko 3. Ini menunjukkan bahwa desa-desa di Kabupaten Muna
secara umum masih dalam kategori berisiko sedang pada aspek sanitasi. Untuk itu maka
perhatian Pemerintah Daerah dalam penanganan masalah sanitasi dapat lebih dititikberatkan pada
desa-desa yang masuk pada kategori resiko 1 dan resiko 2. Namun demikian untuk desa-desa
yang termasuk dalam kategori resiko 3 dan resiko 4, tetap dilakukan perhaitan khusus melalui
program/kegiatan yang bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi atau APBN.
Sumber : Analisis Pokja Sanitasi Kab. Muna (2013), Studi EHRA (2013) dan Presepsi SKPD (2013)
Gambar 5.1. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat ini Komponen Promosi Higiene dan Sanitasi
Lingkungan Mendukung (+)
Pemeliharaan
Agresif Pertumbuhan
Stabil
Pemeliharaan
Selektif Pertumbuhan
Internal Cepat Internal Kuat
Lemah (-) (+)
Diversifikasi
Berputar (-0,3):(-0.05) Besar-Besaran
Ceruk Diversivikasi
Terpusat
Berdasarkan hasil analisis SWOT pada Gambar 5.1 diatas tampak bahwa posisi
pengelolaan sektor promosi hygiene dan sanitasi berada pada posisi ceruk yang berarti
merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi Kabupaten Muna dalam hal
pengelolaan promosi hygiene dan sanitasi karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal. Sehingga strategi yang dijalankan adalah strategi defensif. Posisi pengelolaan promosi
hygiene dan sanitasi berada pada posisi ceruk. Secara umum posisi ini menggambarkan masih
lemahnya intervensi Pemerintah Kabupaten Muna dalam pengelolaan Promosi Higiene dan
Sanitasi. Misalnya jika dilihat dari aspek kebijakan anggaran, sampai saat ini anggaran untuk
kegiatan promosi hygiene dan sanitasi yang bersumber dari APBD Kabupaten masih cukup
rendah, sehingga berimbas pada fungsi SKPD yang belum optimal dalam pelayanan program
Gambar 5.2. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat ini Komponen Air Limbah Domestik
Lingkungan Mendukung (+)
Pemeliharaan
Agresif Pertumbuhan
Stabil
Pemeliharaan
Selektif Pertumbuhan
Internal Cepat Internal Kuat
Lemah (-) (+)
Diversifikasi
Berputar (-0,3):(-06) Besar-Besaran
Ceruk Diversivikasi
Terpusat
Berdasarkan hasil analisis SWOT diatas tampak bahwa posisi pengelolaan sektor air
limbah berada pada posisi ceruk yang berarti merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan bagi Kabupaten Muna dalam hal pengelolaan air limbah karena menghadapi
Buku Putih Sanitasi Kab. Muna V-8
berbagai ancaman dan kelemahan internal.Sehingga strategi yang dijalankan adalah strategi
defensif. Posisi pengelolaan Air limbah berada pada posisi ceruk. Secara umum posisi ini
menggambarkan masih lemahnya intervensi Pemerintah Kabupaten Muna dalam pengelolaan Air
Limbah. Misalnya jika dilihat dari aspek kebijakan, belum ada regulasi mengenai ketentuan teknis
pengelolaan limbah domestik, dari aspek keuangan, pendanaan di sub sektor air limbah untuk 5
tahun terakhir masih rendah, dari aspek teknis operasional, belum optimalnya pemanfaatan sarana
dan prasarana air limbah, di posisi ini pengelolaan sub sektor air limbah juga menghadapi
tantangan besar dari luar yakni masih ada warga yang belum memiliki jamban dan membuang air
buangan langsung ke badan tanah/air, serta rendahnya kesadaran warga dalam pengelolaan
sarana umum air limbah. Berpijak dari situasi yang demikian, Pemerintah Kabupaten Muna
mempertimbangkan untuk menerapkan Strategi Bertahan, yakni mengendalikan dan
mengoptimalkan kinerja pengelolaan air limbah agar tidak semakin terperosok. Strategi konservatif
ini dipertahankan seraya terus melakukan pembenahan-pembenahan untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas pengelolaan sanitasi sub sektor air limbah. Hal ini dilakukan dengan
mengoptimalkan sarana dan prasarana on site yang ada.Diantaranya adalah dengan
memaksimalkan anggaran pengelolaan sektor air limbah, memperluas kampanye penyadaran
masyarakat terkait pengelolaan air limbah ..
5.2.3. Persampahan
Dari tabel analisis SWOT untuk Sub persampahan diperoleh nilai Strenght (Kekuatan) =
2,20 dan nilai Weakness (Kelemahan) = 2,0. Dari jumlah tersebut diperoleh selisih (Kekuatan-
Kelemahan)= 0,20. Nilai Opportunities (Peluang) = 2,20 dan nilai Threats (Ancaman)= 2,50. Dari
nilai tersebut diperoleh selisih (Peluang-Ancaman) = -0,30. Dengan demikian diperoleh titik
kuadran (x,y) yakni (0,20 : -0,30). Hasil inilah yang akan menentukan posisi pengelilaan sub sektor
persampahan Kabupaten Muna saat ini di dalam matriks ruang.
Pemeliharaan
Agresif Pertumbuhan
Stabil
Pemeliharaan Pertumbuhan
Selektif Cepat
Internal Internal Kuat
Lemah (-) (+)
Diversifikasi
Berputar (0,2):(-03) Besar-Besaran
Ceruk Diversivikasi
Terpusat
5.2.4. Drainase
Dari tabel analisis SWOT untuk Sub Drainase di atas diperoleh nilai Strenght
(Kekuatan)= 2,50 dan nilai Weakness (Kelemahan)= 2,30. Dari jumlah tersebut diperoleh selisih
(Kekuatan-Kelemahan)= 0,20. Nilai Opportunities (Peluang)= 2,5 dan nilai Threats (Ancaman)=
2,9. Dari nilai tersebut diperoleh selisih (Peluang-Ancaman)= -0,4. Dengan demikian diperoleh titik
kuadran (x,y) yakni (0,2 : -0,4). Hasil inilah yang akan menentukan posisi pengelolaan sub sektor
Drainase Kabupaten Muna saat ini di dalam matriks ruang.
Berdasarkan hasil analisis SWOT pada sektor drainase sebagaimana terlihat di Gambar
5.3 tampak bahwa posisi pengelolaan sektor drainase berada pada Kuadran II, Sub sektor
drainase di Kabupaten Muna dari segi internal sudah cukup baik, namun dari segi eksternal masih
menghadapi ancaman. Pemerintah telah memfasilitasi dengan baik, infrastruktur yang baik,
program kelembagaan dan pendanaan yang memadai .Dari segi eksternal partisipasi masyarakat
untuk menjaga dan memanfaatkan prasarana dan sarana yang ada masih rendah, saluran
drainase penuh sampah dan material bangunan dan tidak terawat. Strategi yang diterapkan dalam
kondisi ini adalah strategi agresif (growth oriented strategy). Dalam pengelolaan Drainase
memungkinkan untuk menerapkan strategi pertumbuhan karena pada sektor ini memiliki
kelembagaan yang mapan baik di SDM dan keuangan, kebijakan pengelolaan drainase juga
diarahkan pada Misi Muna Bebas Banjir. Selain itu banyaknya program-program yang berkaitan
Gambar 5.5. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini Komponen Drainase Lingkungan
Pemeliharaan
Agresif Pertumbuhan
Stabil
Pertumbuhan
Pemeliharaan Cepat
Selektif
Internal
Lemah (-) Internal Kuat
(+)
Diversifikasi
Berputar Besar-Besaran
(0,2):(-04)
Ceruk Diversivikasi
Terpusat