Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ASKEP PADA PASIEN DALAM MEMENUHI


KEBUTUHAN MENJELANG AJAL AKHIR KEHIDUPAN

Dosen Pembimbing : Sukmawati, S.Kep.Ns.M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Zar’ah susanti
2. Isti suciyati
3. Regina
4. M. Risqi ridho ramadani

Kelas : II B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM


PRODI D-III KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokaatuh
Pertama-tama, marilah senantiasa kita memanjatkan puji dan syukur atas
kehadirat Allah Swt, karena atas berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kita masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan untuk masih
dapat bekerja demi dunia dan akhirat kita. Tak lupa pula kita menyampaikan
sholawat dan salam kepada Rosulullah Saw, beserta sahabat dan keluarganya
sekalian, yang sang Murobbi tebaik kita di dunia dan akhirat.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai “Asuhan Keperawatan
Menjelang Ajal & Setelah Kematian”. Makalah ini bersumber dari berbagai
referensi berupa buku dan artikel ilmiah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman da bermanfaat bagi
pembaca semua. Terima kasih.
Wassalamu’alaykum warohmatullahi wabarokaatuh.

Bima, Agustus 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Penulisan…........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kematian dan Menjelang
Ajal...................................................................
B. End of Life Care (EOL Care) ..............................................................................
C. Proses Pada Klien Menjelang Ajal Dan Setelah Kematian. .......................................
D. Perawatan yang Diberikan ............................................................................
E. Asuhan Keperawatan Pada Klien Menjelang Ajal Dan Setelah Kematian...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum
berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,
penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi kematian dan menjelang ajal ?
2. Bagaimana perawatan pada klien menjelang ajal dan setelah kematian ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi kematian dan menjelang ajal ?
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien menjelang ajal dan setelah kematian ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KEMATIAN DAN MENJELANG AJAL


Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti
keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru- paru secara menetap, atau terhentinya
kerja otak secara permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang
definisi kematian, yakni:
1. Kematian
2. Kematian otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapat pulih
3. Kematian klinik, yakni kematian orang tersebut
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital,
akhir darikehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal, dan kematian bersifat
universal. Meskipun unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian
tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidupyang diperlukan (Kozier,
2004).
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses
menuju akhir.Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat
seseorang tumbuh, mengalami berbagai kehilangan, dan berpikir mengenai
konsep yang konkret dan abstrak (Kozier, 2004).
B. End of Life Care (EOL Care)
1. Perawatan Hospice
Perawatan hospice berfokus pada pemberian dukungan dan perawatan
bagi orang yang menjelang ajal dan keluarganya, dengan tujuan
memfasilitasi kematian yang tenang dan terhormat. Perawatan hospice
berdasarkan pada konsep holistik, menekankan perawatan untuk lebih
meningkatkan kualitas hidup daripada pengobatan, mendukung klien dan
keluarga melalui proses menjelang ajal, dan mendukung keluarga melalui
proses berkabung. Mengkaji kebutuhan keluarga klien sama pentingnya

2
dengan merawat klien yang mendapatkan perawatan hospice. Kondisi klien
biasanya memburuk dan perhatian harus difokuskan pada pemberi
perawatan untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan dan
sumber-sumber jika hal ini terjadi. Apabila tim hospice bertemu secara
teratur, kebutuhan ini dapat didiskusikan dan intervensi dimulai. Kebutuhan
fisik biasanya tampak jelas, tetapi tanda emosional dan perilaku sering kali
tidak terlihat jelas. Pengkajian yang baik dan evaluasi berkelanjutan dapat
membantu menunjukkan kapan waktu dibutuhkannya modifikasi atau
perubahan. (Potter & Perry : 2005)

Perawatan hospice berfokus pada hal-hal berikut ini:


a. Klien dan keluarga sebagai unit perawatan.
b. Perawatan rumah yang terkoordinasi dengan tetap tersedianya tempat
tidur rumah sakit.
c. Mengontrol gejala (fisik, sosiologis, psikologis, dan spiritual).
d. Pelayanan langsung oleh dokter.
e. Fasilitas medis dan keperawatan tersedia setiap saat.
f. Tindak lanjut proses kehilangan setelah kematian.
Dalam hospice, perawatan yang diberikan juga lebih berfokus pada
perawatan orang yang sedang menghadapi kematian daripada berfokus pada
upaya memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Beberapa peranan perawat,
antara lain:
a. Perawat Menyelenggarakan Pelayanan Psikososial
b. Meningkatkan Martabat dan Harga Diri Klien
c. Menjaga Lingkungan yang Tenang dan Nyaman
d. Mempromosikan Kenyaman Spiritual dan Harapan
e. Melindungi Terhadap Keterbelakangan dan Isolasi
f. Mendukung Keluarga
g. Membantu Membuat Keputusan Akhir Kehidupan
Klien dan anggota keluarga sering menghadapi keputusan pengobatan
yang kompleks dengan pengetahuan yang terbatas, perasaan takut atau

3
bersalah yang tidak terselesaikan. Anjurkan klien untuk
mengkomunikasikan dengan jelas keinginannya terhadap perawatan akhir
kehidupan sehingga anggota keluarga dapat bertindak sebagai pengganti
yang tepat ketika klien tidak dapat lagi berbicara untuk dirinya sendiri.
2. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif berfokus pada perawatan gejala klien, yang
penyakitnya tidak lagi berespons terhadap penanganan yang berfokus pada
pengobatan. Perawatan ini dapat berbeda dari perawatan hospice, dalam hal
klien tidak yakin tengah menjelang ajal. Perawatan hospice dan paliatif
dapat mencakup perawatan menjelang kematian yaitu perawatan yang
diberikan dalam beberapa minggu terakhir sebelum kematian. (Potter &
Perry : 2005)

Perawatan paliatif terkait dengan seluruh bidang perawatan mulai dari


medis, perawatan, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual, sehingga secara
praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip
pada praktek medis yang baik. Prinsip dasar perawatan paliatif :

a. Sikap Peduli Terhadap Klien


b. Menganggap Klien Sebagai Seorang Individu.
c. Pertimbangan Kebudayaan
d. Persetujuan
e. Memilih Tempat Dilakukannya Perawatan
f. Komunikasi
g. Aspek Klinis: Perawatan yang Sesuai
h. Perawatan Komprehensif dan Terkoordinasi Dari Berbagai Bidang
Profesi
i. Kualitas Perawatan yang Sebaik Mungkin
j. Perawatan yang Berkelanjutan
k. Mencegah Terjadinya Kegawatan
l. Bantuan Kepada Sang Perawat
m. Pemeriksaan Ulang

4
C. Proses Menjelang Ajal Dan Setelah Kematian
1. Perawatan Klien Menjelang Ajal
Tujuan utama untuk klien yang menjelang ajal adalah
mempertahankan kenyamanan fisiologis dan psikologis, dan mencapai
kematian yang damai dan bermartabat, yang mencakup mempertahankan
kontrol personal dan menerima penurunan status kesehatan. Beberapa
tindakan perawatan terhadap klien menjelang ajal, yang dapat dilakukan
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Untuk Perawatan Di Rumah
Individu yang menghadapi kematian mungkin memerlukan bantuan
untuk menerima bahwa mereka harus bergantung pada orang lain.
Beberapa klien yang menjelang ajal hanya memerlukan sedikit
perawatan; sementara yang lain memerlukan perhatian dan
layanan berkelanjutan. Individu memerlukan bantuan, agar menghadapi
kematian dengan baik, dalam merencanakan periode ketergantungan.
b. Memenuhi Kebutuhan Fisiologi Klien Yang Menjelang Ajal
Kebutuhan fisiologis orang yang menjelang ajal berkaitan dengan
perlambatan proses tubuh dan ketidakseimbangan homeostatik.
Intervensi terdiri atas tindakan kebersihan diri; pengendalian nyeri;
meredakan kesulitan pernapasan; membantu pergerakan, nutrisi, hidrasi,
dan eliminasi; dan memberikan tindakan yang terkait dengan perubahan
sensori. Pengendalian nyeri sangat penting guna memungkinkan klien
mempertahankan sebagian kualitas hidup dan aktivitas mereka sehari-
hari, seperti makan, bergerak, dan tidur.
c. Menyediakan Dukungan Spiritual
Dukungan spiritual memiliki makna penting dalam menghadapi
kematian.Walaupun tidak semua klien menganut keyakinan atau
kepercayaan agama tertentu,sebagian besar memiliki kebutuhan untuk
memaknai kehidupan mereka, terutama saat mereka mengalami penyakit
terminal. Perawat memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa
kebutuhan spiritual klien diberikan, baik melalui intervensi langsung

5
ataupun dengan mengatur akses ke individu yang dapat memberikan
perawatan spiritual. Perawat perlu menyadari kenyamanan diri mereka
sendiri dengan isu-isu spiritual dan meyakinkan kemampuan mereka
untuk berinteraksi secara suportif dengan klien. Perawat memiliki
tanggung jawab untuk tidak memaksakan agama atau keyakinan spiritual
mereka pada klien, tetapi berespon terhadap klien sesuai dengan latar
belakang klien dan kebutuhannya.
d. Mendukung Keluarga
Aspek terpenting dalam menyediakan dukungan untuk anggota
keluarga dari klien yang menjelang ajal melibatkan penggunaan
komunikasi terapeutik untuk memfasilitasi ekspresi perasaan mereka.
Saat tidak ada apapun yang dapat membalikan proses menjelang ajal
yang tidak dapat dihindari, perawat dapat memberi perawatan yang
empati dan penuh perhatian. Perawat juga berperan sebagai seorang guru,
dengan menjelaskan apa yang sedang terjadi dan apa yang dapat
diharapkan oleh keluarga. Karena efek stres saat melalui proses berduka,
anggota keluarga mungkin tidak menyerap apa yang dikatakan dan perlu
mendapatkan informasi secara berulang. Perawat perlu memiliki perilaku
yang tenang dan sabar.
Anggota keluarga harus didorong untuk berpartisipasi dalam
perawatan fisik orang yang menjelang ajal sebanyak yang mereka
inginkan dan yang mereka mampu lakukan. Perawat dapat menyarankan
mereka membantu saat memandikan, berbicara atau membacakan cerita
bagi klien, dan memegang tangan klien. Namun perawat tidak boleh
memiliki harapan spesifik untuk partisipasi anggota keluarga. Mereka
yang merasa tidak mampu berada bersama dengan orang menjelang ajal
juga memerlukan dukungan dari perawat dan dari anggota keluarga lain.
Mereka harus ditunjukkan tempat menunggu yang tepat jika mereka
berharap untuk tetap dekat dengan klien.

6
2. Pengkajian Tanda Kematian
Pengkajian tanda kematian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu sebagai
berikut :
a. Tanda-Tanda Klinis Menjelang Kematian
1) Kehilangan Tonus Otot
a) Relaksasi otot wajah (mis., rahang dapat turun).
b) Sulit berbicara.
c) Sulit menelan dan secara bertahap kehilangan refleks muntah.
d) Aktivitas saluran gastrointestinal menurun, yang pada akhirnya
disertai denganmual, akumulasi flatus, distensi abdomen, dan
retensi feses, terutama jika narkotikatau penenang diberikan.
e) Kemungkinan inkontinensia kemih dan rektal akibat penurunan
kontrol spinkter.
f) Penurunan pergerakan tubuh.
2) Perlambatan Sirkulasi
a) Sensasi berkurang.
b) Bercak dan sianosis pada ekstremitas.
c) Kulit dingin, pertama di kaki dan kemudian di tangan, telinga,
dan hidung (namun klien dapat merasa hangat jika terdapat
peningkatan suhu tubuh).
d) Perlambatan dan perlemahan denyut nadi.
e) Penurunan tekanan darah.
3) Perubahan Respirasi
Pernapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak
normal; napas berisik, disebut sebagai lonceng kematian, karena
berkumpulnya lender di kerongkongan; pernapasan melalui mulut;
membran mukosa oral kering.
4) Kerusakan Sensori
a) Pandangan kabur.
b) Kerusakan sensasi atau indera perasa dan pencium.

7
b. Tanda-Tanda Klinis Saat Meninggal
1) Pupil mata melebar.
2) Tidak mampu untuk bergerak.
3) Kehilangan reflek.
4) Nadi cepat dan kecil.
5) Pernapasan chyene-stoke dan ngorok.
6) Tekanan darah sangat rendah.
7) Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
c. Tanda-Tanda Klinis Meninggal
1) Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
2) Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
Tidak ada reflek.
3) Gambaran mendatar pada EKG.
3. Perawatan Setelah Kematian
a. Perawatan Klien Yang Meninggal
Rigor Mortis adalah kekakuan tubuh yang terjadi sekitar 2 sampai 4
jam setelah kematian. Rigor mortis terjadi akibat kurangnya adenosin
trifosfat (ATP), yang menyebabkan otot berkontraksi, yang pada
akhirnya dapat mengakukan sendi. Rigor mortis mulai di otot involunter (
jantung, kandung kemih, dan sterusnya), kemudian berkembang ke
kepala, leher, dan batang tubuh, dan akhirnya mencapai ekstremitas.
Algor Mortis adalah penurunan suhu tubuh secara bertahap setelah
kematian. Saat sirkulasi darah berakhir dan hipotalamus berhenti
berfungsi, suhu tubuh turun sekitar 1 derajat celcius per jam sampai suhu
tubuh mencapai suhu kamar. Secara bersamaan, kulit kehilangan
elastisitasnya dan dapat dengan mudah terkelupas saat melepaskan
balutan dan plester perekat. Setelah sirkulasi darah berhenti, sel darah
merah hancur, melepaskan hemoglobin yang mengubah warna jaringan
sekitar. Pengubahan warna ini, yang disebut sebagai Livor Mortis , tampak
di area tubuh terbawah atau area tubuh yang tergantung. Personel
keperawatan mungkin bertanggung jawab untuk perawatan tubuh setelah

8
kematian. Perawatan pasca mortem harus dilakukan sesuai dengan
kebijakan rumah sakit atau lembaga. Karena perawatan tubuh dapat
dipengaruhi oleh hokumagama, perawat harus mengkaji agama klien dan
berupaya keras untuk mengikuti hukum agamanya dalam perawatan
tubuh.
Ada 3 tahapan proses tindakan dalam perawatan klien yang
meninggal yaitu:
1. Tindakan di Luar Kamar Jenazah
a. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan.
b. Memakai pelindung wajah dan jubah.
c. Luruskan tubuh jenazah dan letakkan tubuh jenazah dalam posisi
terlentangdengan tangan di sisi atau terlipat dada.
d. Tutup kelopak mata dan/atau ditutup dengan kapas atau kassa;
begitu pula mulut,hidung dan telinga.
e. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada
rembesan darahatau cairan tubuh lainnya.
f. Tutup anus dengan kassa dan plester kedap air.
g. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas tersebut
dalam wadahyang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan
universal.
h. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air.
i. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih untuk
disaksikan olehkeluarga.
j. Pasang label identitas pada kaki.
k. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
2. Tindakan di Kamar Jenazah
a. Lakukan prosedur baku kewaspadaan universal yaitu cuci
tangan sebelum memakai sarung tangan.
b. Petugas memakai alat pelindung:
1) Sarung tangan karet yang panjang (sampai kesiku).
2) Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut.

9
3) Pelindung wajah (masker dan kaca mata).
4) Jubah atau celemek sebaiknya yang kedap air.
c. Jenazah di mandikan oleh petugas kamar jenazah yang telah
memahami cara membersihkan /memandikan jenazah.
Alat dan Bahan :
1) Tempat mandi
2) Ember besar berisi air
3) Gayung
4) Air sabun
5) Shampo
6) Sisir
7) Cotton bud
8) Washlap
9) Handuk
10) Kain panjang 2 potong
Prosedur Memandikan :
1) Angkat jenazah ke tempat mandi.
2) Lepaskan pakaian yang melekat pada badan.
3) Siramlah badan bagian kanan, basuhlah anggota badan
ketika berwudhu.
4) Siramlah badan yang kiri.
5) Siramlah seluruh badan.
6) Gosok-gosok dengan sabun, siram 3-5 kali.
7) Miringkan mayat gosok-gosok dengan sabun dan siram 3-5
kali
8) Jangan memaksakan mengeluarkan kotoran dari perut
mayat.
9) Siram dengan kapur barus yang dicairkan.
10) Keringkan dengan handuk.
11) Tutup denan kain (ingat pada waktu memandikan aurat
jangan terlihat).

10
d. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus lain
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut.
3. Tahap Mengkafani
Alat dan Bahan :
a. Kain kafan pria ±15 m, wanita ±12 m
b. Kapas
c. Parfum
d. Kapur barus
e. Tikar
f. Pinggir kain kafan ±2 cm di sobek sepanjang kain (12 m untuk
wanita dan 15m untuk pria) a, sisa kain kita sebut b
g. Ukur panjang jenazah dengan kain a lebihkan ±2 jengkal,
dengan ukuran tadi potong-potong kain b menjadi 6 potong
h. Potongan kain a dipotong-potong menjadi 10 bagian (8 bagian
selebar bahusampai ujung lengan terbentang, 2 potong selebar
ujung lengan ke ujung lenganyang dibentangkan
i. Ambil sepasang potongan kain b, jelujur dengan salah satu
ujung bertumpukseperti trapezium
j. Selanjutnya tali di bawah tikar dan tali di bawah kafan tikar
k. Kain kafan 3 lapis (diatasnya ditaburi kapur barus dan parfum)
l. Kemudian lipat yang rapih
Prosedur Mengkafani :
a. Kain kafan yang sudah disiapkan di gelar.
b. Angkat jenazah, letakkan diatas kain kafan.
c. Sisir rambutnya.
d. Untai 3 untaian untuk perempuan.
e. Siapkan rok gamis kerudung untuk perempuan.
f. Aurat ditutup dengan kapas.
g. Angkat kain penutup.
h. Oleskan bubuk kapur barus dan parfum.
i. Lipat kain kafan lapis atas, seterusnya sampai yang ketiga.

11
j. Ikat dengan simpul ikatan yang kiri.
k. Gulung dengan tikar dan lipat.
l. Masukkan dalam keranda, jenazah siap di sholatkan. Setelah
selesai di kafani jenazah diantarkan kepada keluarganya.
4. Pandangan Agama-Agama Tentang Kematian
Beberapa pandangan tentang kematian dari agama-agama yang
terkemuka didunia, yaitu di antaranya :
a. Konsep Bimbingan Spiritual Pada Pasien dan Keluarga Menjelang Ajal
1) Agama Kristen
Dalam agama Kristen terdapat berbagai aliran-aliran. Dua aliran
yang paling utama adalah agama Katolik dan agama Protestan.
Dalam ajaran agama Katolik Roma mati itu hanya suatu perpisahan
untuk waktu sementara. Setelah kematian akan muncul kehidupan
yang abadi dan Tuhan.. Dalam agama Protestan, terdapat berbagai
perbedaan pandangan terhadap penyakit dan kematian. Contoh:
a) Penyakit dan kematian adalah sebagai akibat dari dosa Adam.
Seseorang dengan sadar harus memilih Tuhan, dan dapat
mengetahui dan merasa bahwa ia dapat masuk dalam kerajaan
Allah setelah ia meninggal.
b) Penyakit adalah suatu penguasaan iblis atas diri kita dan
melalui doa diusahakanagar iblis itu keluar.
c) Penyakit adalah suatu hukuman yang dijalani manusia karena
kesalahannya.
2) Agama Islam
Penyakit dalam agama Islam adalah suatu gangguan
keseimbangan sebagaimana yang dimaksud oleh Allah. Sebab-sebab
dari gangguan ini dapat dicari baik dalam kekuatan yang meguasai
alam semesta maupun yang berasal dari kuasa-kuasa manusia.
Kematian bagi orang-orang islam berarti suatu pemindahan dari
kehidupan karena suatu situasi menuggu sampai akhir zaman. Dan
pada saat itu akantiba masa pengadilan bagi semua orang. Orang

12
islam pada saat pengadilan itu boleh percaya akan kebaikan Allah.
Orang islam percaya bahwa di dalam kuburan akan datang dua
malaikat yang akan menanyakan masalah kepercayaannya.
3) Tradisi Yahudi
Menurut tradisi Yahudi orang-orang mati akan bangkit pada
akhir jaman. Disamping itu tradisi Yahudi mengenal banyak
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan fase akhir kehidupan
manusia.
4) Agama Hindu
Bagi orang-orang yang beragama Hindu dikatakan bahwa
penyakit adalah akibat dari dewa-dewa yang marah atau kuasa-kuasa
yang lain. Penyakit harus dihindari dan dilawan dengan cara
membawa persembahan-persembahan bahan melalui pembacaan
mantera. Setelah kematian maka manusia akan kembali muncul
di bumi baik dalam bentuk manusia atau binatang( reinkarnasi ),.
b. Prosedur Bimbingan Spiritual pada Pasien dan Keluarga Menjelang Ajal
1) Jika kondisi pasien kritis, dokter akan secara resmi menuliskan
namanya didaftar kritis. Kemudian keluarga dan pemuka agama akan
diberitahu.
2) Jika pasien Katolik tampak sedang menyongsong ajal, seorang
pendeta harus dipanggil untuk melakukan sakramen orang sakit.
Akan lebih baik jika keluarga hadirdan meninggalkan ruangan pada
saat dilakukan pengakuan dosa. Penganut agama Katolik dan
keluarga menganggapnya sebagai suatu keistimewaan karena
memiliki kesempatan untuk mengaku dosa ketika masih memiliki
kemampuan..
3) Sementara hampir semua agama lainnya tidak memiliki ritual khusus
sepertisakramen ini, oleh sebab itu pemberian privasi pada pasien
dan keluarga adalah halyang penting. Privasi tidak berarti
membiarkan pasien dan keluarganya sendirian tetapi juga tetap

13
melanjutkan perawatan yang ditugaskan pada anda yang
dengan perilaku yang tenang dan menghargai.
4) Pembacaan kitab suci, jika diminta, dapat menjadi bantuan spiritual
untuk melaluisaat kritis. Bersikap sopan dan beri privasi jika pemuka
agama pasien berkunjung.
c. Keyakinan dan Budaya dalam Perawatan Jenazah
Setiap agama memiliki beragam budaya dan keyakinan dalam merawat
jenazah:
1) Muslim
Jika pasien muslim meninggal:
a) Setelah kematian, tubuh dianggap sebagai milik Allah SWT.
b) Pakailah sarung tangan untuk menghindari kontak langsung
dengan tubuh. Tubuh harus menghadap Mekkah (Timur) dan
kepala harus berbalik ke arah bahu kanan sebelum rigor mortis.
c) Anda mungkin sisir rambut, meluruskan tungkai, menghapus
peralatan dan menutupitubuhnya dengan kain putih, tapi
keluarga akan ingin melakukan cuci dari tubuh.
d) Pos pemeriksaan mayat hanya dibolehkan jika hukum
memerlukan itu.
e) Masalah donasi organ, keluarga mungkin setuju atau tidak.
f) Umat Islam selalu dikubur dalam waktu 24 jam dari kematian.
2) Hindu
Jika pasien hindu meninggal :
a) Jenazah mungkin harus dibaringkan di lantai.
b) Pendeta akan mengikatkan benang sekitar leher atau
pergelangan tangan (jangan dilepaskan).
c) Keluarga akan memandikan jenazah sebelum dikramasi.
3) Yahudi
Jika pasien yahudi meninggal :
a) Jenazah dimandikan oleh anggota penguburan.

14
b) Dan seseorang harus berada di dekat jenazah untuk yahudi
ortodoks dan konservatif
4) Kristen
Jika pasien kristen meninggal :
a) Ritual sangat beragam diantara kelompok mungkin memberikan
komuno terakhir.
b) Memilih penguburan daripada kremasi.
D. Perawatan Yang Diberikan
1. Perawatan Pada Keluarga
Bagan kepemimpinan pada perawatan paliatif tidak
berbentuk kerucut, melainkan lebih berbentuk lingkaran dengan pasien
sebagai titik sentral. Kunci keberhasilan kerja interdisiplin bergantung pada
tanggung jawab setiap anggota tim, sesuai dengan kemahiran dan
spesialisasinya, sehingga setiap kali pimpinan berganti, tugas profesi
masing-masing tidak akan terganggu. Keberhasilan keperawatan paliatif
pada pasien lanjut usia akan menjadi pengalaman dan akan meningkatkan
kekuatan tim untuk upaya penanggulangan gejala yang sama pada pasien
yang lain. Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang di antara
keduanya. Keluarga pasien adalah subjek suasana tegang dan stres,
baik fisik maupun secara psikologis, serta ketakutan dan kekhawatiran
kehilangan orang yang dicintainya. Dari pengamatan yang dilakukan, di
peroleh hasil bahwa sikap/kebutuhan keluarga adalah:
a. Ingin membantu klien sepenuhnya
b. Ingin mendapat informasi tentang kematian
c. Ingin selalu bersama klien
d. Ingin mendapatkan kepastian bahwa klien tetap nyaman
e. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjutan usia
f. Ingin melepaskan/ mencurahkan isi hati
g. Ingin mendapatkan dukungan dan pendampingan anggota keluarga atau
kerabat lain

15
h. Ingin diterima mendapat bimbingan, dan dukungan dari para petugas
medis atau perawat. (Closkey : 2013)
2. Self Nurse Care
a. Keperawatan mandiri (self nurse care) menurut Orem’s adalah “Suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu
sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun
sakit” (Orem’s 1980). Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu
mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak
untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.
1) Keyakinan dan Nilai-Nilai
a) Keyakinan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan
adalah:
i. Klien: Individu atau kelompok yang tidak mampu secara
terus menerusmempertahankan self care untuk hidup dan
sehat, pemulihan dari sakit/trauma ataucoping dan efeknya.
ii. Sehat: Kemampuan individu atau kelompok memenuhi
tuntutan self care yang berperan untuk mempertahankan dan
meningkatkan integritas structural fungsi dan
perkembangan .
iii. Lingkungan: Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan keperluan selfcare dan perawat termasuk di
dalamnya tetapi tidak spesifik.
iv. Keperawatan: Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau
kegiatan yang dilakukanuntuk membantu individu, keluarga
dan kelompok masyarakat dalammempertahankan seft care
yang mencakup integrias struktural, fungsi dan
perkembangan.

16
b) Tiga Kategori Self Care
Model Orem’s, menyebutkan ada beberapa kebutuhan self
care atau yang disebutkansebagai keperluan self care (sefl care
requisite), yaitu :
1. Universal self care requisite: Keperluan self care universal
ada pada setiap manusiadan berkaitan dengan fungsi
kemanusian dan proses kehidupan, biasanya
mengacu pada kebutuhan dasar manusia.
2. Developmental self care requisite : terjadi berhubungan
dengan tingkat perkembangan individu dan lingkungan
dimana tempat mereka tinggal, yang berkaitan dengan
perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan..
3. Health Deviation self care requisite : timbul karena
kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan-
kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau
ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam
perilaku self care. (Closkey : 2013)
E. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Menjelang Ajal Dan Setelah
Kematian
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit
dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama
dengan klien.
2. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat :
a. Pasien kurang rensponsif.

17
b. Fungsi tubuh melambat.
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
d. Rahang cendrung jatuh.
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat.
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993)
menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup
kedalam empat fase, yaitu:
a. Fase Prediagnostik: terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor
resiko penyakit.
b. Fase Akut: berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,
maupun psikologis.
c. Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
pasti terjadi.
d. Klien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik
fisik, psikologis, maupun social-spiritual.
3. Diagnosis Keperawatan
a. Ansietas kematian berhubungan dengan mengalami proses
menjelang ajal. (Nanda, Domain 9, 00147, hal. 355)
b. Duka cita berhubungan dengan antisipasi kehilangan hal yang
bermakna (mis., kepemilikan, pekerjaan, status). (Nanda, Domain 9,
00136, hal. 360)
c. Ketidakberdayaan berhubungan dengan regimen pengobatan yang
rumit (Nanda, Domain 9, 00125, hal. 365)

18
d. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis
(Nanda, Domain 6, 00124, hal. 284)
4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosis I :
Ansietas kematian berhubungan dengan mengalami proses
menjelang ajal. (Nanda, Domain 9, 00147, hal. 355)
Tujuan Umum: Kematian Yang Nyaman (NOC, hal. 598)
Tujuan Khusus: Tingkat Kecemasan (NOC, hal. 598)
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam, diharapkan
ansietas klien berkurang, dengan kriteria hasil (NOC, hal. 126)
1) Afek tenang menjadi skala 4 (sedikit terganggu).
2) Lingkungan fisik menjadi skala 5 (tidak terganggu).
3) Posisi yang nyaman menjadi skala 4 (sedikit terganggu).
4) Relaksasi otot menjadi skala 4 (sedikit terganggu).
5) Dukungan dari keluarga menjadi skala 5 (tidak terganggu).
6) Kehidupan spiritual menjadi skala 4 (sedikit terganggu).
Intervensi :
1) Pengurangan Kecemasan (NIC, hal. 319):
a) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien.
c) Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien.
d) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan, dan
prognosis.
e) Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan.
f) Dorong keluarga klien untuk mendampingi klien dengan
cara yang tepat.
g) Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman.
h) Dengarkan klien.
i) Puji atau kuatkan perilaku yang baik secara tepat.

19
j) Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan.
b. Diagnosis II :
Duka cita berhubungan dengan antisipasi kehilangan hal yang
bermakna (mis., kepemilikan, pekerjaan, status). (Nanda, Domain 9,
00136, hal. 360)
Tujuan Umum: Respon Berduka Komunitas (NOC, hal. 607)
Tujuan Khusus: Menahan Diri dari Kemarahan (NOC, hal. 607)
Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam, diharapkan duka
cita klien berkurang, dengan kriteria hasil (NOC, hal. 316)
1) Mengidentifikasi kapan merasa marah menjadi skala 4 (sering
dilakukan).
2) Mengidentifikasi kapan merasa frustasi menjadi skala 4 (sering
dilakukan).
3) Mengidentifikasi tanda-tanda awal marah menjadi skala 5
(dilakukan secara konsisten).
4) Mengidentifikasi situasi yang dapat memicu marah menjadi
skala 4 (sering dilakukan).
5) Mengidentifikasi alasan perasaan marah menjadi skala 4 (sering
dilakukan).
6) Mengekspresikan kebutuhan dengan cara yang konstruktif
menjadi skala 4 (sering dilakukan).
7) Mencurahkan perasaan negatif dengan cara yang tidak
mengancam menjadi skala 5 (dilakukan secara konsisten).
Intervensi :
1) Fasilitasi Proses Berduka (NIC, hal. 108) :
a) Identifikasi kehilangan.
b) Bantu klien untuk mengidentifikasi reaksi awal terhadap
kehilangan.
c) Dukung klien untuk mengekspresikan perasaan mengenai
kehilangan.

20
d) Dengarkan ekspresi berduka.
e) Dukung klien untuk mendiskusikan pengalaman kehilangan
sebelumnya.
f) Buat pernyataan empatik mengenai duka cita.
g) Berikan instruksi dalam proses fase berduka, dengan tepat.
h) Dukung kemajuan untuk melalui tahap berduka pribadi.
i) Bantu mengidentifikasi strategi-strategi koping pribadi.
j) Libatkan orang yang penting bagi klien untuk
mendiskusikan dan membuat keputusan dengan tepat.
c. Diagnosis III : Ketidakberdayaan berhubungan dengan regimen
pengobatan yang rumit (Nanda, Domain 9, 00125, hal. 365)
Tujuan Umum: Kepercayaan Mengenai Kesehatan: Kontrol yang
Diterima (NOC, hal. 625)
Tujuan Khusus: Penerimaan: Status Kesehatan (NOC, hal. 625)
Kriteria Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam,
diharapkan ketidakberdayaan klien dapat teratasi, dengan kriteria
hasil (NOC, hal. 349):
1) Menghilangkan konsep kesehatan personal sebelumnya menjadi
skala 4 (sering dilakukan).
2) Mengenali realita situasi kesehatan menjadi skala 5 (dilakukan
secara konsisten).
3) Melaporkan harga diri yang positif menjadi skala 4 (sering
dilakukan).
4) Mempertahankan hubungan menjadi skala 5 (dilakukan secara
konsisten).
5) Menyesuaikan perubahan dalam status kesehatan menjadi skala
4 (sering dilakukan).
6) Mengekspresikan kedamaian dari dalam diri menjadi skala 5
(dilakukan secara konsisten).
7) Menunjukkan kegembiraan menjadi skala 5 (dilakukan secara
konsisten).

21
Intervensi :
1) Dukungan Pengambilan Keputusan (NIC, hal. 93)
a) Tentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan
klien dan pandangan penyedia perawatan kesehatan
mengenai kondisi klien.
b) Informasikan pada klien mengenai pandangan-pandangan
atau solusi alternatif dengan cara yang jelas dan
mendukung.
c) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari
setiap alternative pilihan.
d) Bangun komunikasi dengan klien sedini mungkin sejak
klien masuk ke unit perawatan.
e) Fasilitasi percakapan klien mengenai tujuan perawatan.
f) Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif.
g) Hormati hak-hak klien untuk menerima atau tidak
menerima informasi.
h) Berikan informasi sesuai permintaan klien.
d. Diagnosis IV: Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi
fisiologis (Nanda, Domain 6, 00124, hal. 284)
Tujuan Umum: Harapan (NOC, hal. 623)
Tujuan Khusus: Partisipasi Dalam Keputusan Perawatan Kesehatan
(NOC, hal. 623)
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam,
diharapkan keputusasaan klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil
(NOC, hal. 327)
1) Mencari informasi yang terpercaya menjadi skala 5 (secara
konsisten menunjukkan).
2) Mendefinisikan pilihan yang tersedia menjadi skala 4 (sering
menunjukkan).
3) Menentukan pilihan yang diharapkan terkait dengan outcome
kesehatan menjadi skala 4 (sering menunjukkan).

22
4) Identifikasi prioritas outcome kesehatan menjadi skala 5 (secara
konsisten menunjukkan).
5) Negosiasi perawatan yang diinginkan menjadi skala 5 (secara
konsisten menunjukkan).
6) Monitor hambatan untuk mencapai outcome menjadi skala 4
(sering menunjukkan).
Intervensi :
1) Inspirasi Harapan (NIC, hal. 119)
a) Bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi area dari
harapan dalam hidup.
b) Informasikan pada klien mengenai apakah situasi yang
terjadi sekarang bersifat sementara.
c) Kembangkan daftar mekanisme koping klien.
d) Ajarkan pengenalan realitas dengan mensurvei situasi dan
membuat rencana ke depan.
e) Bantu klien mengembangkan spiritualitas diri.
f) Jangan memalsukan hak yang sebenarnya.
g) Fasilitasi kaitan antara kehilangan personel klien dengan
gambaran dirinya.
h) Libatkan klien secara aktif pada perawatannya sendiri.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses
menuju akhir.Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat
seseorang tumbuh, mengalami berbagai kehilangan, dan berpikir mengenai
konsep yang konkret dan abstrak (Kozier, 2010).
Tujuan utama untuk klien yang menjelang ajal adalah mempertahankan
kenyamanan fisiologis dan psikologis, dan mencapai kematian yang damai
dan bermartabat, yang mencakup mempertahankan kontrol personal dan
menerima penurunan status kesehatannya.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat
berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengetahui bagaimana cara
pemberian asuhan keperawatan pada klien menjelang ajal dan setelah
kematian.

24
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather.et all. 2015. Panduan Diagnosis Keperawatan NANDA


2015-20017. Jakarta: EGC.

Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). New Jersey:
Upper Saddle River

Kozier,B.(2004). Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and practice


(ed.7). Prentice Hall, New Jersey.

Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). New


Jersey: Upper Saddle River

Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4 volume 1.
Jakarta : EGC

25

Anda mungkin juga menyukai