Makalah - Usaha - Doa - Tawakkal - Dan - Istiqomah KELOMPOK 2 - TP B-2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

USAHA,DOA,TAWAKKAL DAN ISTIQAMAH

Oleh: Kelompok 2
Mulkan Hafiz (21010045)
Ardi Kurniawan (21010046)
Muhammad Nurfadli (21010047)
Muhammad Rafiq Baihaqi (21010048)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2022
MAKALAH

USAHA,DOA,TAWAKKAL DAN ISTIQAMAH

Oleh: Kelompok 2
Mulkan Hafiz (21010045)
Ardi Kurniawan (21010046)
Muhammad Nurfadli (21010047)
Muhammad Rafiq Baihaqi (21010048)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2022

i
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul
“USAHA.DOA,TAWAKKAL,DAN ISTIQAMAH”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kami,
Bapak Mochamad Muhibbin, S.Pd.I, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan pengajaran kepada kami di mata kuliah ini sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Dan kami yakin masih banyak terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................1
D. MANFAAT PENULISAN .........................................................................1
BAB II .....................................................................................................................2
PEMBAHASAN .....................................................................................................2
A. PENGERTIAN ...........................................................................................2
B. HADIS .........................................................................................................4
C. PENJELASAN ...........................................................................................6
D. URGENSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ............................11
BAB III ....................................................................................................................8
PENUTUP ...............................................................................................................8
A.KESIMPULAN ...........................................................................................15
B.SARAN ........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai ciptaan allah tentu mempunyai banyak kebutuhan dan
kepentingan dalam kehidupannya sehari-hari guna menjaga kelangsungan
hidupnya dan gambaran masa depannya. Oleh karena itulah manusia disuruh
terus untuk selalu berusaha. Namun disamping itu usaha belum menjanjikan
semuanya, makanya perlu pulalah sifat tawakkal yang menyerahkan segala
urusan itu kembali kepada allah.
Jika terjadi sesuatu diluar rencana, maka disitulah fungsi dari sifat sabar.
Namun jika kenikmatan melimpahi hidup kita, itulah peran rasa syukur di hati
kita. Serta disamping itu, kita juga perlu Qona’ah ataupun merasa cukup apa
yang ada sesudah berusaha agar tidak terjerumus kepada sifat tamak yang
sangat melalaikan.
B. Rumusan Masalah
1 Apa pengertian Usaha, doa, tawakal dan Istiqomah?
1. Apa Hadist tentang usaha, doa, tawakal, dan Istiqomah?
2. Bagaimana Penjelasan para Ulama tentang usaha, doa, tawakal dan
Istiqomah?
3. Apa urgensi memahami Konsep usaha, doa, tawakal dan istiqomah dalam
kehidupan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian usaha,doa,tawakkal,dan istiqamah
2. Untuk mengetahui hadis tentang usaha,doa,tawakkal,dan istiqamah
3. Untuk mengetahui penjelasan para ulama tentang usaha,doa,tawakkal,dan
istiqamah
D. Manfaat Penulisan
1 Dapat menerapkan usaha,doa,tawakkal,dan istiqamah
1. Sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT
2. Menjalankan segala sesuatu dengan penuh keikhlasan dan kesabaran

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Usaha
Ikhtiar dalam bahasa Arab berasal dari kata khair yang artinya baik.
Ikhtiar adalah berusaha sungguh-sungguh dengan menempuh jalan yang
sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu yang berlaku dalam bidang yang
diusahakan, dengan disertai doa kepada Allah agar usahanya itu berhasil.
Dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni bagaimana kita
menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan pertama-tama apa yang
baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan, apapun
konsekuensinya dan meskipun tidak popular atau terasa berat.
2. Do’a
Doa adalah memohon atau meminta suatu yang bersifat baik kepada
Allah SWT seperti meminta keselamatan hidup, rizki yang halal dan
keteguhan iman. Sebaiknya kita berdoa kepada Allah SWT setiap saat
karena akan selalu didengar olehNya.
Doa adalah ibadah yang paling utama. Barangsiapa yang berdoa
maka dia sedang meniti keselamatan. Ibadah doa sangat berpengaruh pada
kehidupan lahir dan batin, dunia dan akhirat.1
Manusia sebagai seorang hamba mesti berdoa karena manusia lemah
dan fakir). Orang yang tengah mengalami kesulitan akan sangat tahu
keadaan ini karena ia merasakannya. Tak ada manusia di dunia yang tak
mengalami kesulitan, tak ada manusia yang kebal penyakit. Bahkan hanya
dengan sebuah virus yang tak terlihat pun manusia bisa binasa.
Menurut bahasa doa berasal dari kata da’a) yang artinya memanggil.
Sedangkan menurut istilah syara’) doa berarti memohon sesuatu yang
bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang
memudharatkan.

1
Aditia, Efran , Doa-Doa Dari Hadits. (Cibubur: PT. Variapop Group, 2011), h. 3

2
Manusia dianjurkan untuk tadharu’) seperti yang dilakukan oleh
orang-orang sahih dimana mereka selalu memanjatkan doa dalam keadaan
apapun (tidak hanya berdoa ketika sedang susah saja). Tadharu’ juga dapat
menambah kemantapan jiwa seorang hamba.
3. Tawakkal
Dalam kehidupan sehari-hari, sering didengar dan dijumpai ucapan-
ucapan bahwa kita ber tawakkal kepada Allah SWT. Makna tawakkal disini
adalah menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan setelah berusaha
bersungguh-sungguh. Secara harfiah, tawakkal berarti bersandar atau
mempercayai diri. Apabila dikembangkan etimologinya,
tawakkal bermakna mempercayai diri secara utuh tanpa
keraguan.2 Namun, tawakka lyang dimaksudkan dalam masalah ini adalah
tawakkal yang disandarkan kepada agama Islam yaitu bersandar dan
mempercayai dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Tawakkal adalah kepercayaan dan penyerahan diri kepada takdir
Allah dengan sepenuh jiwa dan raga. Dalam tasawuf, tawakkal ditafsirkan
sebagai suatu keadaan jiwa yang tetap berada selamanya dalam ketenangan
dan ketentraman, baik dalam keadaan suka maupun duka. Dalam keadaan
suka, diri akan bersyukur dan dalam keadaan duka, diri akan bersabar serta
tidak resah dan gelisah.3
Hakikat tawakkal adalah merupakan gambaran keteguhan hati
manusia dalam menggantungkan diri hanya kepada Allah. Dalam
buku Tasawuf Tematik menurut Dzun Nun, pengertian At-tawakkal adalah
berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan kekuatan.
Intinya penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah disertai perasaan tidak
memiliki kekuatan.4 Dan dalam buku Filsafat Tasawuf menurut Sari As-

2
Bachrum Rifa’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
214
3
Ibid
4
M. Sholihin, Tasawuf atematik, (Bandung:Pustaka Setia, 2003), h. 21-22.

3
Saqati, tawakkal adalah pelepasan kekuasaan dan kekuatan, tidak ada
kekuasaan dan kekuatan apapun, melainkan dari Allah semesta alam.5
4. Istiqamah
Istiqamah adalah tegak dihadapkan Allah SWT atau tetap pada jalan
yang lurus dengan tetap menjalankan kebenaran dan menunaikan janji baik
yang berkaitan dengan ucapan, perbuatan sikap dan niat atau pendek kata
yang maksud dengan istiqamah adalah menempuh jalan yang lurus
(shirothal mustaqin) dengan tidak menyimpang dari ajaran
Tuhan.Istiqamah juga bisa diartikan dengan tidak goncang dalam
menghadapimacam-macam problema yang dihadapi dalam kehidupan
dengan tetapbersandar dengan tetap berpegang pada tali Allah SWT dan
sunnah Rasul.6
Adapun menurut para sufi, istiqamah adalah satu tingkatan atau
drajat dengan istiqamah itu akan tercapai kesempurnaan segala perkara,
ialah kebaikan. Maka barang-barang yang tidak tetap pendiriannya, hilang
lenyaplah usahanya dan sia-sialah kesungguhannya. Istiqamah itu
bertingkat tiga, tingkat taqwim artinya: masih dalam tahap usaha
membersihkan dan memperbaiki diri dengan memperbaiki jiwanya. Tingkat
iqamah bagi mereka yang masih dalam tahap membersihkan mentalnya.
Tingkat ketiga tingkat istiqomah yang sudah berada dalam usaha
mendekatkan diri kepada Allah.7
B. Hadits
1. Usaha
Sabda Rasulullah sebagai berikut :

‫َي ٌء‬
ْ ‫صا َب َك ش‬ َ َ ‫ فَإ ِ ْن أ‬،‫ َوا ْست َ ِع ْن ِبالل ِه َو ََل ت َ ْع ِج ْز‬،‫ص َعلَى َما َي ْنفَعُ َك‬
ْ ‫اح ِر‬ ْ
.‫ل‬َ ‫ قَد ََّر اللهُ َو َما شَا َء فَ َع‬:‫ لَ ْو أ َ ِنِّي فَ َع ْلتُ َكذَا َو َكذَا؛ َولَ ِك ْن قُ ْل‬:‫فَ ََل تَقُ ْل‬
artinya:

5
Bachrum Rifa’i dan Hasan Mud’is, Filsafat Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010),
214
6
Jamaluddin Ahmad al Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabbah Shufiyah, (Yogyakarta
: Mitra Pustaka, 2002) Cet. 1, h. 151.
7
Alfat, Masan. Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah. (PT. Karya Toha Putra Semarang. 1994)
h. 55.

4
"Bersemangatlah kamu menempuh aoa yang bermanfaat bagimu,
mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah sekali-kali kamu malas.
Jika sesuatu menimpamu, janganlah kamu katakan "Seandainya dahulu aku
lakukan ini dan itu niscaya akan demikian dan demikian". Namun
katakanlah,"Inilah takdir Allah, apa yang Ia kehendaki pasti terjadi".
Dihadits lain Rasulullah bersabda
‫س ِم َع‬ َ ُ‫الر ْح َم ِن َحدَّثَنَا َحي َْوة ُ أ َ ْخبَ َرنِي بَ ْك ُر ب ُْن َع ْم ٍرو أَنَّه‬ َّ ‫َحدَّثَنَا أَبُو َع ْب ِد‬
‫ع َم َر‬ َ ‫ي يَقُو ُل‬
ُ ‫س ِم َع‬ َّ ِ‫س ِم َع أَبَا ت َ ِم ٍيم ْال َج ْيشَان‬َ ُ‫َع ْبدَ اللَّ ِه بْنَ ُهبَي َْرة َ يَقُو ُل ِإنَّه‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ي اللَّ ِه‬ َّ ‫س ِم َع نَ ِب‬ َ ُ‫ي اللَّهُ َع ْنهُ يَقُو ُل ِإنَّه‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ َّ ‫بْنَ ْالخ‬
ِ ‫َطا‬
ُ ُ ‫سلَّ َم َيقُو ُل لَ ْو أَنَّ ُك ْم تَت َ َو َّكلُونَ َعلَى اللَّ ِه َح َّق ت َ َو ُّك ِل ِه لَ َرزَ قَ ُك ْم َك َما َي ْر ُز‬ َ ‫َو‬
)‫طانًا (رواه أحمد‬ َ ‫صا َوت َ ُرو ُح ِب‬ ً ‫الطي َْر ت َ ْغدُو ِخ َما‬ َّ
Artinya:
"Dari Umar Ibn Khattab berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah
saw., bersabda. "Sekiranya kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah
SWT., dengan tawakkal yang sebanar-benarnya, sungguh kalian akan
diberi rizki (oleh Allah swt.,) sebagaimana seekor burung diberi rizki,
dimana ia pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam
keadaan kenyang". (H.R. Ahmad, Turmudzi danIbnu Majah).
2. Do’a
Ingatlah hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ‫َي ٌء أ َ ْك َر َم َعلَى اللَّ ِه ت َ َعالَى ِمنَ الدُّ َع‬


‫اء‬ َ ‫لَي‬
ْ ‫ْس ش‬
“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala
selain do’a.” (HR. Tirmidzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jika memahami hal
ini, maka gunakanlah do’a pada Allah sebagai senjata untuk meraih
harapan.
Penuh yakinlah bahwa Allah akan kabulkan setiap do’a. Dari Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫اإل َجابَ ِة َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن اللَّهَ َلَ يَ ْست َ ِج‬
‫يب دُ َعا ًء‬ ِ ‫عوا اللَّهَ َوأ َ ْنت ُ ْم ُموقِنُونَ ِب‬ ُ ‫ا ْد‬
‫ب غَافِ ٍل َلَ ٍه‬ ٍ ‫ِم ْن قَ ْل‬
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan
ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR.
Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
3. Tawakkal

Orang yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya pasti


Allah akan mencukupi rezekinya. Tetapi tentu perlu diiringi ikhtiar

5
sebagaimana Allah perintahkan. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda,
َّ ُ ُ َ‫لَ ْو أَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم ت َ َو َّكلُونَ َعلَى اللَّ ِه َح َّق ت َ َو ُّك ِل ِه لَ ُر ِز ْقت ُ ْم َك َما يُ ْرز‬
‫الطي ُْر‬
َ ِ‫صا َوت َ ُرو ُح ب‬
‫طانًا‬ ً ‫ت َ ْغدُو ِخ َما‬
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya
pasti Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung diberi rezeki.
Keluar diwaktu pagi dalam keadaan lapar kemudian pulang dalam kondisi
kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344. Dishahihkan Albani)

4. Istiqamah

َ‫ي اللهُ َع ْنه‬ َ ‫ض‬ ِ ‫س ْفيَانَ ب ِْن َع ْبدِالل ِه الثَّقَ ِفي َر‬
ُ َ ‫َع ْن َع ْم ٍرو َوقِ ْي َل أ َ ِب ْي َع ْم َرة‬
ُ ‫ َلَ أ َ ْسأ َ ُل َع ْنه‬, ً‫ قُ ْل ِل ْي فِ ْي اْ ِإل ْسَلَ ِم قَ ْوَل‬, ‫س ْو َل الل ِه‬ ُ ‫ار‬َ َ‫ قُ ْلتُ ي‬:‫ قَا َل‬,
‫ رواه مسلم‬. ‫ ث ُ َّم ا ْست َ ِق ْم‬, ‫ قُ ْل آ َم ْنتُ ِبالل ِه‬:‫ قَا َل‬.‫أ َ َحدًا َغي َْر َك‬
Dari Abu ‘Amr, dan ada yang mengatakan dari Abu ‘Amrah Sufyân bin
‘Abdillâh ats-Tsaqafi Radhiyallahu anhu, yang berkata : “Aku berkata, ‘Ya
Rasulullah! Katakanlah kepadaku dalam Islam sebuah perkataan yang
tidak aku tanyakan kepada orang selain engkau.’ Beliau menjawab,
‘Katakanlah, ‘Aku beriman kepada Allah Azza wa Jalla,’ kemudian
istiqâmahlah.’”

Takhrij Hadits
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 38), Ahmad (III/413;
IV/384-385), at-Tirmidzi (no. 2410), an-Nasâ-i dalam as-Sunanul Kubra
(no. 11425, 11426, 11776), Ibnu Mâjah (no. 3972), ad-Dârimi (II/298), ath-
Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 6396, 6397, 6398), ath-Thayâlisi
(no. 1327), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 21-22), Ibnu Abid Dun-
ya dalam ash-Shamt (no. 7), al-Hâkim (IV/313), Ibnu Hibbân (no. 938,
5668, 5669, 5670, 5672-at-Ta’lîqâtul Hisân), al-Baihaqi dalam Syu’abul
Imân (no. 4572, 4574, 4575), dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no.
16).
C. Penjelasan
1. Usaha
Secara singkat, ikhtiar adalah perilaku berusaha dengan sungguh-
sungguh dengan cara yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

6
Secara sederhana, ikhtiar bisa dikatakan sebagai usaha lahiriah yang
dilakukan manusia untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang perlu bergerak
untuk bisa mencapai apa yang diinginkan dan memenuhi apa yang
dibutuhkan. Dapat diimajinasikan saat orang tidak bisa bekerja. Maka tidak
ada uang yang bisa dipakai belanja kebutuhan dapur. Pada akhirnya akan
kelaparan dan kemudian meninggal karena tidak berikhtiar untuk mencari
uang tadi.
Sehingga dengan analogi ini bisa dipahami, bahwa setiap orang
untuk mencapai keinginan dan memenuhi kebutuhannya wajib berikhtiar.
Tidak cukup hanya tidur santai di dalam rumah dan semua kebutuhannya
terpenuhi atau semua impiannya tercapai. Di dunia ini tidak ada yang
konsepnya seperti ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
makna ikhtiar adalah alat, syarat untuk mencapai maksud. Arti ikhtiar juga
dapat dimaknai sebagai daya upaya. Secara umum, arti ikhtiar adalah sikap
seorang muslim yang mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini
membuat seseorang terhindar dari sikap putus asa dan mudah menyerah.
Arti ikhtiar dalam KBBI juga merujuk pada pilihan bebas, yaitu
berkaitan dengan pertimbangan, kehendak, pendapat, dan sebagainya. Arti
ikhtiar berasal dari bahasa Arab ikhtara atau yakhtaru, yaitu memilih. Arti
ikhtiar ini berasal dari akar kata yang sama dengan kata “khair”, yaitu
memilih mana yang lebih baik di antara yang ada. Dalam berikhtiar, Islam
mengajarkan agar jangan lekas menyerah. Apabila mencapai sesuatu sesuai
degan keinginan, maka bersyukurlah kepada Allah swt. Tetapi apabia
mengalami kegagalan, maka pelajarilah lebih dahulu sebab-sebab kegagalan
itu.

2. Do’a
Adapun pengertian atau makna dari kata “doa” menurut para Ulama
yaitu sebagai berikut:8

8
M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid, Analisa Zikir dan Doa, (Jakarta: Pinbuk Press,
2004), h. 56

7
a. Imam at-Thaibi
Yang dimaksud berdoa menurut beliau adalah memperlihatkan
sikap berserah diri dan membutuhkan Allah SWT, karena tidak
dianjurkan ibadah melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada
Pencipta serta merasa butuh kepada Allah. Jadi doa adalah sebuah
permohonan kepada Allah dan bentuk rasa membutuhkan-Nya.
b. Quraish Shihab
Doa ialah suatu permohonan hamba kepada Tuhan-Nya agar
memperoleh anugerah pemeliharaan dan pertolongan, baik buat si
pemohon maupun pihak lain yang harus lahir dari lubuk hati yang
terdalam disertai dengan ketundukan dan pengagungan kepada-Nya.
c. Syaikh Taqiyuddin Subki
Istilah berdoa itu lebih khusus daripada beribadah. Artinya,
barangsiapa sombong tidak mau beribadah, maka pasti sombong tidak
mau berdoa.
d. Abdul Halim Mahmud
Makna doa menurutnya adalah keinginan terhadap Allah SWT
atas apa yang ada pada-Nya dari semua kebaikan dan mengadu kepada-
Nya dengan memohon sesuatu.
e. Muhammad Kamil Hasan al-Mahami
Menurutnya doa adalah memohon kepada Allah SWT untuk
mendapatkan kebaikan dari-Nya.
Doa itu termasuk inti dari ibadah, karena bacaan dalam setiap
ibadah kita itu mengandung doa. Jadi, doa adalah sebuah ucapan
permohonan dan pengakuan bahwa kita ini sebagai hamba Allah yang
lemah, tidak berdaya, tidak memiliki kemampuan apapun tanpa Allah,
kita hanya bisa berserah diri kepada-Nya, memohonkan segala
ampunan, pertolongan, meminta sesuatu yang diinginkan, dan doa
merupakan salah satu panyalur kita berkomunikasi dengan Allah.
3. Tawakkal

8
Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa
ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara
definisi mereka adalah:9
a. Menurut Imam Ahmad bin Hambal.
Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan
perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh
lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan
tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-
Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)
b. Ibnu Qoyim al-Jauzi
“Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca;
penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada
Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha
atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah
akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap
melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang
mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk
dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat
wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar
beragam mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan
: Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek;
yaitu al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat
kepada Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul
Islam. Karena tawakal merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta
pertolongan hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta

9
Supriyanto ,Tawakal Bukan Pasrah, (Qultum Media, 2010), h. 16

9
pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya
hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.
Salafus saleh lainnya, Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga
mengemukakan bahwa ‘ilmu merupakan jalan menuju penghambaan
kepada Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju kewara’an (sifat
menjauhkan diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan
mmenuju pada kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju
pada ketawakalan. (Al-Jauzi, tt : 336)
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam
Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat
ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada
Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat
memperhatikan masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-
ungkapan khusus mengenai tawakal.
3. Istiqamah
Ar Raaghib : "Tetap berada di atas jalan yang lurus" [istiqomah, Dr.
Ahmad bin Yusuf Ad Duraiwisy, Darul Haq].
Imam An Nawawi : "Tetap alam ketaatan" (Kitab Riyadhus
Shalihin). Sehingga Istiqomah mengandung pengertian : "tetap dalam
ketaatan dan di atas jalan yang lurus dalam beribadah kepada Allah 'Azza
wa Jalla".
Mujahid : “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid
sampai bertemu dengan Allah Taala”.
Ibnu Taimiah : “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan
beribadah kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan”.Dengan kata lain
istiqomah mengandung suatu arti mendalam dalam beribadah kepada-Nya,
mencintai sepenuh hati dalam mencari Ridha-Nya.
Abu Bakar Ash Shiddiq radhiallahu 'anhu : "Hendaknya kamu tidak
menyekutukan Allah dengan apapun juga".

10
Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu : "Hendaknya kita bertahan
dalam satu perintah atau larangan, tidak berpaling seperti berpalingnya
seekor musang".
Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu : "Istiqomah artinya ikhlas".
Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu : "Istiqomah adalah
melaksanakan kewajiban".
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu : "Istiqomah mengandung 3 macam
arti : Istiqomah dengan lisan (yaitu bertahan terus mengucapkan kalimat
syahadat), istiqomah dengan hati (artinya terus melakukan niat yang jujur)
dan istiqomah dengan jiwa (senantiasa melaksanakan ibadah dan ketaatan
secara terus-menerus).
D. Urgensi dalam kehidupan sehari-hari
1. Usaha
Sebagai seorang muslim di wajibkan untuk senantiasa berikhtiar
sekuat tenaga dan sekuat kemampuanya. setelah dia berikhtiar maka dia
harus menyerahkan segala usahanya kepada allah SWT.
Contoh-contoh ihktiar yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari
banyak sekali karena allah memberi kebebasan untuk manusia berikhtiar
dengan syarat tidak melanggar syariat Allah SWT, contoh ikhtiar seperti
belajar dengan tekun agar mendapat nilai yang baik, seorang ayah bekerja
untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan lain sebagainya.
Dalam firman Allah SWT:

‫ض ِل اللَّ ِه‬ ِ ‫ص ََلة ُ فَا ْنتَش ُِروا فِي ْاْل َ ْر‬


ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ِ َ‫ضي‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
َ‫يرا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
ً ِ‫َوا ْذ ُك ُروا اللَّهَ َكث‬
"Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi,
dan carilah karunia allah dan ingatlah allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung." ( QS. Al-Jumu’ah 10 )

2. Do’a
Dalam realitas pengalaman hidup di zaman modern, seseorang
akan menghadapi dua kecenderungan spiritual yang kontradiktif dan
cenderung menjadi gejala anomali sosial. Di satu sisi, zaman modern yang

11
ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi ini sebagaimana disinyalir
oleh John Naisbit dalam High Tech – Haigh Touch: Technology and Our
Search for Meaning (1999) justru membuat orang mendewakan teknologi,
rasionalitas dan potensi material sehingga sering mengabaikan kekuatan
agama dan dinamika spiritual.
Namun, di balik gejala zaman modern yang melupakan Allah itu
(QS. Al-Hasyr:19), justru terdapat satu fenomena yang mungkin luput dari
pengamatan Naisbitt bahwa pada saat yang sama, sebagai keniscayaan
sunnatullah, telah tumbuh subur kesadaran spiritualitas di kalangan
masyarakat perkotaan, kaum eksekutif dan profesional, kaum teknokrat dan
kantoran, bahkan masyarakat pekerja dan rumahan secara umum
yang cenderung mendambakan kembali keteduhan rohaniah di tengah galau
rutinitas yang bergetah dan kegaduhan materialisme yang memuakkan.
Hal itu di antaranya ditandai dengan semakin maraknya kegiatan
dzikir dan doa, serta gelar tabligh dan pengajian yang semakin intens, masif
dan massal khususnya pada momentum bulan suci Ramadhan.
Doa sebagai ekspresi dzikrullah dalam detak spiritualitas
yang merupakan saripati ibadah sebagaimana sabda Rasul (HR. Bukhari dan
Muslim) memberikan makna kesadaran diri cognizance (self awareness)
yang senantiasa merasakan kehadiran Tuhan dan pengakuan kelemahan
diri.
Doa pada dasarnya bukan sekadar ritual melainkan sebuah oase di
tengah gurun kebisingan dan sebuah taman di tengah rimba keresahan
duniawi. Sebab doa sebagai manifestasi dzikrullah menjanjikan ketenangan
dan keteduhan batin apa yang sangat dirindukan oleh manusia zaman
modern seperti pesan perjalanan spiritual John Kehoe, penulis buku best
seller Mind Power melalui pengalaman kontemplasi dan meditasi doa (QS.
Ar-Ra’d:28). Doa yang benar akan membawa keteguhan istiqomah dalam
prinsip hidup dan dengan doa seseorang akan memiliki sikap optimis,
karena doa pada hakikatnya merupakan rintihan dan curhat hamba kepada

12
al-Khaliq sebagai pemilik segala kekuatan dengan harapan curahan
pertolongan.
Karena doa merupakan bagian dzikrullah, maka ia otomatis
tidak dapat dipisahkan dari keimanan kepada Allah yang senantiasa ada
untuk dipuja dan dimohon yang telah memerintahkan hamba-Nya untuk
tidak jemu memohon kepada-Nya dan Dia mencintai hamba-Nya yang rajin
berdoa secara benar dan kontinyu sebagaimana kesimpulan Karl Jasper
bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang tak kenal lelah untuk mendengarkan
doa manusia. (QS. Al-Mukmin:60, al-A’raf:55-56)
3. Tawakkal
Setiap orang yang berjalan di alam dunia ini, menginjakkan kaki di
tanah, pasti membutuhkan membutuhkan orang lain yang dapat membantu
dan menolongnya, serta datang kepadanya untuk dimintai pertolongan dan
bantuan.
Bagi orang-orang beriman, bertawakal dan menyandarkan diri
kepada Allah Ta’ala dalam hal mendatangkan manfaat atau menolak
kemudharatan, mendapatkan rezeki, menang atas musuh, sembuh dari sakit
dan lainnya merupakan suatu keharusan.
Sejatinya, hal itu termasuk di antara sebab dikuatkannya hati,
bertambahnya semangat, mendapatkan ketenangan batin dan kepuasan hati.
Tawakal adalah salah satu sarana terkuat di antara sarana-sarana
yang bisa mendatangkan kebaikan serta menghindari kerusakan,
berlawanan dengan pendapat yang mengatakan: bahwa tawakal hanyalah
sekedar ibadah yang mendatangkan pahala bagi seorang hamba yang
melakukannya, seperti orang yang melempar jumrah (ketika haji), juga
berlawanan dengan orang yang berpendapat tawakal berarti mentiadakan
prinsip sebab musabab dalam penciptaan serta urusan, sebagaimana
pendapat yang dilontarkan oleh golongan "Mutakallimin" seperti Al-Asy-
ari dan lainnya, dan juga seperti pendapat yang dilontarkan oleh para ahli
Fiqh dan golongan shufi, (Risalah Fi Tahqiqi At-Tawakkul karya Syaikhul

13
Islam Ibnu Taimiyah hal. 87), hal ini akan diterangkan dalam bahasan
mengenai prinsip sebab-musabab, Insya Allah.
Ibnul Qayyim berkata :
Tawakal adalah sebab yang paling utama yang bisa
mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki kekuatan dari
serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya,
tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan
seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang
memberinya kecukupan, maka barang siapa yang menjadikan Allah
pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak
akan bisa mendatangkan bahaya padanya. [Bada'i Al-Fawa'id 2/268]
4. Istiqamah
Tidak sedikit kita temukan seseorang yang di pagi harinya beriman,
namun sore harinya dia sudah kufur, begitu juga sebaliknya. Orang yang
berpegang dengan akidah yang benar saat ini seperti orang yang sedang
memegang bara api, sehingga mereka yang istiqomah beribadah dizaman
sekarang pahalanya seperti orang yang berhijrah kepada Nabi shallallahu
alaihi wasallam sebagaimana dalam riwayat yang shahih.
Maka dalam masa sulit seperti sekarang ini sangat penting sekali kita
menjalaninya dengan Istiqomah sebagaimana diartikan oleh Ibnu
Rajab rahimahullah: (Yang dimaksudkan dengan istiqomah dalam
keimanan adalah istiqomah dalam amalan anggota badannya, karena amalan
anggota badan tidak akan istiqomah kecuali dengan istiqomahnya hati, dan
makna istiqomahnya hati: hendaklah hatinya dipenuhi dengan kecintaan
kepada Allah, kecintaan dalam mentaati-Nya, benci bermaksiat kepada-
Nya) (kitab Jamiul Ulum Wal Hikam).

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika berusaha mencari dunia, orang-orang qana’ah menyikapinya
sebagai ibadah yang mulia di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, sehingga ia
tidak berani berbuat licik, berbohong, dan mengurangi timbangan. Ia yakin,
tanpa menghalalkan segala cara pun, ia tetap akan mendapatkan rezeki yang
dijanjikan Allah. Ia menyadari, akhir rezeki yang dicarinya tidak akan melebihi
tiga hal: menjadi kotoran, barang usang atau bernilai pahala di hadapan Allah.
Karenanya, ia pun lebih mementingkan seruan Rabbnya.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
kami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, Efran , 2011. Doa-Doa Dari Hadits. Cibubur: PT. Variapop Group.

Alfat, Masan. 1994.Aqidah Akhlak Madrasah Aliyah. PT. Karya Toha Putra
Semarang.

Bachrum Rifa’i dan Hasan Mud’is, 2010. Filsafat Tasawuf, Bandung: Pustaka
Setia.

Jamaluddin Ahmad al Buny, 2002. Menelusuri Taman-Taman Mahabbah Shufiyah,


Yogyakarta : Mitra Pustaka,

M. Amin, Aziz, 2004. Tirmidzi Abdul Majid, Analisa Zikir dan Doa, Jakarta:
Pinbuk Press.

M. Sholihin, 2003. Tasawuf tematik, Bandung:Pustaka Setia,

Nasrun Haroen, 2000. Fiqh Muamalah, Jakarta.Gaya Media Pratama,

Supriyanto, 2010. Tawakal Bukan Pasrah, Qultum Media,

16

Anda mungkin juga menyukai