Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Petro 2020 P-ISSN : 1907-0438

http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297


VOLUME IX No 1, April 2020
DOI : 10.25105/petro.v9i1.6499

STUDI LABORATORIUM DAMPAK PENAMBAHAN ZAT ADITIF


LIGNOSULFONATE DAN SILICA FLOUR TERHADAP NILAI
COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING
TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G
Mikhael Rumbang1 , Bayu Satiyawira1 , Apriandi Rizkina1
1
Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi dan Kebumian Energi Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta Barat
Email of corresponding author: Mikhaelrumbang9@gmail.com,

ABSTRAK
Penggunaan zat aditif pada semen merupakan hal yang biasa dilakukan dalam operasi
penyemenan suatu sumur, baik sumur minyak, gas, maupun panas bumi. Agar hasil penyemenan
sesuai dengan yang diinginkan, sifat-sifat bubur semen harus sesuai dengan kondisi formasi. Kualitas
bubur semen yang akan digunakan dalam proses penyemenan dapat dilihat dari berbagai parameter
kualitas semen, meliputi nilai kuat tekan atau compressive strength dan waktu pengejalan atau
thickening time yang sesuai target penyemenan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar peningkatan kuat tekan atau compressive strength dan waktu pengejalan atau
thickening time yang terjadi pada sampel semen yang telah ditambahkan zat aditif retarder yaitu
lignosulfonate dan zat aditif special additive yaitu silica flour. selanjutnya dilakukan studi untuk
mengetahui compressive strength dan thickening time dari penambahan zat aditif retarder dan special
additive. Percobaan laboratorium meliputi pembuatan bubur semen dari semen kelas G yang
dicampurkan dengan zat aditif seperti lignosulfonate dan silica flour yang sesuai dengan penimbangan
baik dari semen ataupun zat aditif retarder dan special additive, lalu setelah itu dilanjutkan dengan
perendaman bubur semen selama 24 jam pada temperatur 80°F, 140°F dan 200°F untuk pengujian
kuat tekan semen (compressive strength) dan pengujian waktu pengejalan (thickening time).
Kemudian tahapan terakhir pada percobaan laboratorium ini adalah diakhiri dengan membandingkan
dari penggunaan zat aditif retarder dan special additive mana yang paling efektif.

Kata Kunci : retarder, special additive, thickening time, compressive strength, lignosulfonate, silica
flour

ABSTRACT
The use of additives in cement is a common practice in cementing a well, both oil, gas and
geothermal wells. In order for cementing results to be as desired, the properties of cement slurry must
be in accordance with the conditions of the formation. The quality of cement slurry to be used in the
cementing process can be seen from various cement quality parameters, including the value of
compressive strength and thickening time according to the cementing target. The purpose of this study
was to find out how much increase in compressive strength and thickening time occurred in cement
samples that had been added with retarder additives namely lignosulfonate and special additives
namely silica flour. then a study was conducted to determine the compressive strength and thickening
time of adding retarder and special additives. Laboratory experiments include the manufacture of
cement slurry from class G cement which is mixed with additives such as lignosulfonate and silica
flour according to the weighing of either cement or retarder and special additives, then after that it is
continued with soaking cement slurry for 24 hours at 80°F, 140°F and 200°F for compressive
strength testing and thickening time testing. Then the last step in this laboratory experiment is to end
by comparing which use of the most effective retarder and special additives.

Keywords : retarder, special additive, thickening time, compressive strength, lignosulfonate, silica
flour

Jurnal Petro  April, Th, 2020 8


Jurnal Petro 2020 P-ISSN : 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297
VOLUME IX No 1, April 2020
DOI : 10.25105/petro.v9i1.6499

PENDAHULUAN menambahkan zat aditif retarder berupa


Pada penyemenan di bidang Lignosulfonate dan special additive berupa
pemboran, tidak hanya semen saja yang Silica Flour pada semen pemboran kelas G
diperlukan. Namun, diperlukan juga zat aditif terhadap 3 temperatur yang akan digunakan
yang mendukung untuk memberikan hasil yaitu pada 80°F, 140°F dan 200°F, kemudian
penyemenan yang optimal agar tidak terjadi diuji dengan melakukan uji Thickening Time
masalah pada lubang sumur. Oleh sebab itu, dan uji Compressive Strength. Setelah itu
pada Penelitian ini dilakukan uji coba pada dapat membandingkan nilai dari hasil uji
semen pemboran kelas G dengan penambahan Thickening Time dan uji Compressive Strength
zat aditif berupa Lignosulfonate (retarder) dan dari penambahan zat aditif retarder berupa
Silica Flour (special additive) untuk Lignosulfonate dan special additive berupa
mendapatkan nilai dari Compressive Strength Silica Flour.
dan Thickening Time pada temperature 80°F,
140°F dan 200°F yang selanjutnya dilakukan HASIL DAN ANALISIS
perbandingan manakah hasil yang optimal Pada setiap penambahan masing-
pada temperatur tersebut. masing zat aditif seperti retarder dan special
Adapun rumusan masalah yang additive, dilakukan pengujian compressive
diangkat pada penelitian penelitian ini adalah strength dan pengujian thickening time.
bagaimana hasil Compressive Strength dari Konsentrasi yang diberikan terhadap
penambahan zat aditif Lignosulfonate penambahan zat aditif dapat dilihat pada tabel
(retarder) dan Silica Flour (special additive) dibawah ini.
pada semen pemboran kelas G, bagaimanakah
hasil Thickening Time dari penambahan zat Tabel 1. Konsentrasi Penambahan Aditif
aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica Aditif Konsentrasi (%)
Flour (special additive) pada semen pemboran Lignosulfonate 0 0.25 0.50 0.75 1
kelas G, dan bagaimanakah hasil perbedaan Silica Flour 0 0.25 0.50 0.75 1
dari Compressive Strength dan Thickening LS+SF 0 0,125 0,25 0,375 0,5
Time dengan penggunaan 3 temperatur yang
berbeda yaitu pada 80°F, 140°F dan 200°F Temperatur yang digunakan pada
dari penambahan zat aditif Lignosulfonate pengujian ini adalah 80°F, 140°F dan 200°F
(retarder) dan Silica Flour (special additive) dengan waktu perendaman 24 jam.
pada semen pemboran kelas G. Maksud
dilakukannya penelitian penelitian ini yaitu Hasil Pengujian Compressive Strength
untuk mengetahui salah satu fungsi diadakan Kuat tekan semen adalah kekuatan
pelaksanaan studi laboratorium untuk semen dalam menahan tekanan-tekanan yang
mengetahui kemampuan Compressive Strength berasal dari formasi maupun casing. Nilai
dan Thickening Time dari penggunaan zat Compressive strength dipengaruhi oleh
aditif Lignosulfonate (retarder) dan Silica temperatur pengkondisian, tekanan
Flour (special additive) pada semen pemboran pengkondisian, lama waktu pengerasan, dan
kelas G. kehalusan bubuk semen. Pada penelitian di
laboratorium ini, pengujian kuat tekan semen
METODOLOGI diukur dengan menggunakan alat Hydraulic
Desain penelitian yang akan Press Machine.
digunakan adalah penelitian analitik dan Berikut adalah tabel hasil penelitian
penelitian eksperimental, yang keduanya untuk untuk penambahan zat aditif retarder
mengetahui hubungan sebab-akibat antara 2 Lignosulfonate dan special additive Silica
variabel secara operasional, perbedaan, Flour dengan konsentrasi sebesar 0; 0,25;
hubungan, dan intervensi peneliti didalamnya. 0,50; 0,75; 1 % dan penambahan zat aditif
Penelitian akan menginterverensi terhadap hardener Lignosulfonate dan Silica Flour
data sumber di dalamnya seperti dengan konsentrasi sebesar 0; 0,125; 0,25;

Jurnal Petro  April, Th, 2020 9


Jurnal Petro 2020 P-ISSN : 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297
VOLUME IX No 1, April 2020
DOI : 10.25105/petro.v9i1.6499

0,375; 0,5 % pada temperatur 80°F, 140°F


dan 200°F dengan waktu perendaman 24 jam. Hasil Pengujian Thickening Time
Grafik pengaruh zat aditif terhadap Thickening time atau waktu
Compressive Strength pada temperatur 80°F pengejalan adalah waktu yang diperlukan
dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut. suspensi semen untuk mencapai konsistensi
sebesar 100 BC (Unit of Consistency).
Konsistensi sebesar 100 BC merupakan
batasan bagi suspensi semen masih dapat di
pompakan lagi. Peneliti harus
memformulasikan zat aditif retarder dengan
jumlah yang sesuai untuk mendapatkan nilai
thickening time yang akurat. Dari hasil
pengujian yang dilakukan untuk sampel semen
dengan tambahan zat aditif retarder
Lignosulfonate dan hardener Silica Flour
dapat dilihat secara lengkap pada grafik
Gambar 1. Pengaruh Aditif terhadap dibawah ini.
Compressive Strength pada Temperatur 80°F

Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif


terhadap Compressive Strength pada
temperatur 140°F dapat dilihat pada Gambar 2
sebagai berikut.

Gambar 4. Pengaruh Aditif terhadap


Thickening Time pada Temperatur 80°F

Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif


terhadap thickening time pada temperatur
140°F dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai
Gambar 2. Pengaruh Aditif terhadap berikut.
Compressive Strength pada Temperatur 140°F

Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif


terhadap Compressive Strength pada
temperatur 200°F dapat dilihat pada Gambar 3
sebagai berikut.

Gambar 5. Pengaruh Aditif terhadap


Thickening Time pada Temperatur 140°F

Selanjutnya, grafik pengaruh zat aditif


terhadap thickening time pada temperatur
200°F dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai
Gambar 3. Pengaruh Aditif terhadap berikut.
Compressive Strength pada Temperatur 200°F

Jurnal Petro  April, Th, 2020 10


Jurnal Petro 2020 P-ISSN : 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297
VOLUME IX No 1, April 2020
DOI : 10.25105/petro.v9i1.6499

strength dengan penambahan zat aditif


lignosulfonate. Pengujian pertama dilakukan
dengan temperatur 80°F pada waktu
perendaman selama 24 jam, pada mulanya
dilakukan pengujian hanya dengan air dan
semen saja, dan didapatkan hasil tekanannya
sebesar 1329 psi. Selanjutnya, percobaan
ditambahkan 0,25% Lignosulfonate pada
campuran bubur semen dan didapatkan hasil
tekanan sebesar 1104 psi. Sesudah itu,
Gambar 6. Pengaruh Aditif terhadap ditambahkan 0,50% Lignosulfonate ke dalam
Thickening Time pada Temperatur 200°F campuran bubur semen dan didapatkan hasil
tekanannya sebesar 978 psi. Setelah itu,
PEMBAHASAN DAN DISKUSI dilakukan percobaan dengan 0,75%
Cementing merupakan salah satu hal Lignosulfonate yang di campurkan ke dalam
yang penting dan berpengaruh dalam kegiatan bubur semen dan didapatkan tekanannya
pemboran. Secara umum diketahui bahwa sebesar 855 psi. Selanjutnya, dengan
penyemenan adalah proses pendorongan bubur menambahkan 1% Lignosulfonate dari berat
semen kedalam casing dan naik ke annulus semen kedalam bubur semen maka didapatkan
kemudian didiamkan sampai semen tersebut hasil tekanannya sebesar 732 psi, dari hal ini
mengeras sehingga mempunyai sifat melekat dapat disimpulkan semakin banyak
baik terhadap casing maupun formasi. Salah konsentrasi Lignosulfonate yang dicampurkan
satu faktor yang penting lainnya adalah pada bubur semen dapat menyebabkan
kualitas semen yang akan digunakan dalam tekanannya berkurang. Namun, dari
kegiatan pemboran tersebut, maka dari itu berkurangnya tekanannya tersebut
sebelum melakukan penyemenan dilapangan, penambahan Lignosulfonate yang bersifat
uji semen skala kecil di laboratorium sangat sebagai Retarder membuat bubur semen
penting untuk dilakukan. semakin lama untuk mengering yang berguna
Semua pengujian yang dilakukan di pada penyemenan di kedalaman tertentu.
laboratorium pada umumnya harus memenuhi
standar API 10A. Maka dari itu pengujian ini Pembahasan Uji Compressive Strength
menggunakan tambahan aditif yang berfungsi Silica Flour
sebagai retarder yaitu lignosulfonate dan Selanjutnya, pengujian dilakukan pada
special additive hardener yaitu silica flour temperatur 200°F dengan penambahan
pada temperatur 80°F, 140°F dan 200°F konsentrasi aditif Silica Flour sebanyak 0,25
dengan waktu perendaman selama 24 jam. % yang didapatkan hasil pembacaan
Waktu 24 jam dipilih karena menyamakan tekanannya sebesar 2450 psi yang dari sini
kondisi seperti dilapangan migas yang dapat kita lihat tidak terjadi penurunan tekanan
biasanya membiarkan semen mengering yang signifikan seperti pada temperatur 140°F.
selama 24 jam. Pengujian ini dilakukan untuk Selanjutnya, pada pengujian selanjutnya
mendapatkan data berupa thickening time dan konsentrasi silica flour dinaikan menjadi
compressive strength. 0,50% dan didapatkan hasil pembacaan
Pada penelitian ini proses awalnya compressive strength sebesar 2308,33 psi dan
hanya menggunakan bahan dasar air dan terjadi penurunan dibandingkan tekanan dari
semen. Setelah itu, campuran zat aditif konsentrasi sebelumnya. Sesudah itu,
ditambahkan berupa retarder lignosulfonate dilakukan percobaan pada konsentrasi Silica
dan hardener silica flour dengan masing- Flour 0,75% yang dicampurkan kedalam
masing konsentrasi 0,25; 0,5; 0,75; 1 %. bubur semen pemboran yang didapatkan hasil
tekanannya sebesar 2120,83 psi. Selanjutnya,
Pembahasan Uji Compressive Strength dilakukan percobaan dengan konsentrasi silica
Lignosulfonate flour 1%, namun hasilnya juga sama seperti
Pada percobaan yang pertama percobaan pada perendaman dengan
dilakukan adalah pengujian compressive temperatur 140°F yang ketika dilakukan

Jurnal Petro  April, Th, 2020 11


Jurnal Petro 2020 P-ISSN : 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297
VOLUME IX No 1, April 2020
DOI : 10.25105/petro.v9i1.6499

pembuatan bubur semen hasilnya berupa uji adalah thickening time dari campuran
bubur semen yang padat dan elastis, dan tidak bubur semen antara air dan semen saja dengan
dapat mengering lebih dari 24 jam. Oleh hasil sebesar 133 menit. Pada percobaan
karena itu, dari hasil percobaan ini dapat kita selanjutnya, dengan penambahan konsentrasi
lihat bahwa ditemperatur tinggi dengan aditif lignosulfonate sebanyak 0,25% atau 1,97
memberikan Silica Flour dapat mengurangi gram, didapatkan hasil pembacaan thickening
terjadinya penurunan tekanan yang signifikan, time sebesar 149 menit. Setelah itu,
tetapi jika hanya menggunakan silica flour konsentrasi lignosulfonate dinaikan hingga
saja hanya efektif digunakan pada konsentrasi menjadi 0,5% atau 3,92 gram dan didapatkan
0,75% setelah itu tidak efektif lagi dan perlu hasil pembacaan thickening time sebesar 164
ditambahkan dengan zat-zat aditif lainnya menit. Selanjutnya, dilakukan percobaan lagi
yang membantu agar bubur semen tidak dengan menambahkan konsentrasinya menjadi
menjadi padat dan elastis seperti yang penulis 0,75% atau 5,87 gram yang didapatkan hasil
telah lakukan, contoh zat aditif yang mungkin thickening time-nya sebesar 179 menit.
dapat ditambahkan adalah Dispersant. Silica Sesudah itu, percobaan ditambahkan
flour disebut juga sebagai Strength konsentrasinya menjadi 1% atau 7,80 gram
Retrogation yang berfungsi untuk menjaga lignosulfonate yang didapatkan hasilnya
agar tekanan tidak menurun drastis pada sebesar 195 menit. Oleh karena itu, hasil
temperatur yang tinggi. percobaan ini dapat kita simpulkan bahwa
lignosulfonate benar adanya berfungsi untuk
Pembahasan Uji Compressive Strength meningkatkan waktu dari thickening time atau
Lignosulfonate dan Silica Flour untuk memperlambat waktu pengerasan
Pengujian kali ini dilakukan pada suspensi semen.
perendaman dengan temperatur 200°F yang
pada percobaan pertama dilakukan Uji Thickening Time Silica Flour
penambahan zat aditif Lignosulfonate 0,125% Selanjutnya, pengujian dilakukan pada
dan Silica Flour 0,125% yang didapatkan hasil perendaman dengan temperatur 200°F yang
pembacaan compressive strength sebesar percobaan awalnya dengan penambahan
2495,83 psi dan dari hasil ini diketahui konsentrasi aditif silica flour sebanyak 0,25%
tekanannya meningkat dengan konsentrasi atau 1,97 gram dan didapatkan hasil
yang sama daripada seperti yang terjadi pada pembacaan thickening time sebesar 105 menit.
perendaman temperatur 140°F. Setelah itu, Setelah itu, konsentrasi silica flour dinaikan
konsentrasi lignosulfonate dinaikan 0,25% dan menjadi 0,5% atau 3,92 gram dan didapatkan
silica flour dinaikan menjadi 0,25% dan hasil pembacaan thickening time sebesar 99
didapatkan hasil pembacaan compressive menit. Sesudah itu, pada percobaan
strength sebesar 2341,67 psi. Selanjutnya, selanjutnya dengan konsentrasi 0,75% atau
dilakukan pengujian dengan 0,375% 5,87 gram yang didapatkan hasil pembacaan
Lignosulfonate dan 0,375% silica flour thickening time sebesar 93 menit. Selanjutnya
didapatkan hasil tekanannya sebesar 2250 psi. pada percobaan dengan konsentrasi 1% silica
Sesudah itu, dilakukan percobaan dengan flour hasilnya sama seperti yang telah penulis
0,5% lignosulfonate dan 0,5% silica flour tuliskan pada percobaan perendaman
yang dicampurkan pada bubur semen dan temperatur 140°F yang dinyatakan gagal dan
didapatkan tekanannya sebesar 2166,67 psi. tidak dapat dilakukan percobaan pada
Oleh sebab itu, dari hasil percobaan ini dapat thickening time-nya. Oleh karena itu, dari hasil
kita simpulkan bahwa pada temperatur tinggi percobaan ini dapat kita simpulkan juga bahwa
zat aditif silica flour berfungsi dengan baik silica flour menyebabkan waktu thickening
untuk menjaga tekanan dari semen. time meningkat sehingga bubur semen
semakin cepat mengering. Namun, pada
Uji Thickening Time Lignosulfonate konsentrasi 1% bubur semen terlalu padat dan
Penelitian pertama pada uji thickening elastis dan dinyatakan gagal karena tidak dapat
time adalah dengan ditambahkannya aditif mengering hingga 72 jam ketika di rendam
Lignosulfonate. Selanjutnya, pengujian pada didalam water bath.
perendaman temperatur 140°F pertama yang di

Jurnal Petro  April, Th, 2020 12


Jurnal Petro 2020 P-ISSN : 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297
VOLUME IX No 1, April 2020
DOI : 10.25105/petro.v9i1.6499

Pembahasan Thickening Time dibawah standar API 10A dan silica flour
Lignosulfonate dan Silica Flour membuat thickening time berada dibawah
Selanjutnya, pengujian dilakukan pada standar dari API 10A. Pada temperatur 140°F,
perendaman dengan temperatur 200°F ini, berdasarkan standar API 10A memiliki nilai
percobaan selanjutnya dilakukan dengan minimum compressive strength sebesar 4200
ditambahkan konsentrasi aditif lignosulfonate psi pada perendaman 24 jam dan thickening
sebanyak 0,125% dan silica flour sebanyak time-nya selama 2 jam 30 menit. Dari hasil
0,125% atau masing-masing zat aditif beratnya percobaan menggunakan air dan semen saja
setara dengan 0,99 gram, didapatkan hasil telah didapatkan compressive strength sebesar
pembacaan thickening time sebesar 115 menit. 3000 psi dan thickening time selama 133 menit
Sesudah itu, konsentrasi dari lignosulfonate (2 jam 13 menit), sedangkan pada penggunaan
dan silica flour dinaikan masing-masingnya zat aditif lignosulfonate dari konsentrasi
menjadi 0,25% atau setara dengan 1,97 gram 0,25% saja telah membuat thickening time dari
dan didapatkan hasil pembacaan thickening bubur semen mendekati nilai standar API 10A
time sebesar 118 menit. Selanjutnya, yaitu selama 149 menit (2 jam 29 menit),
percobaan dilakukan dengan pemberian namun membuat tekanannya menurun menjadi
konsentrasi lignosulfonate 0,375% dan silica 2612,5 psi, kemudian pada penambahan silica
flour 0,375% atau masing-masingnya setara flour membuat thickening time menurun
dengan 2,95 gram yang di campurkan kedalam dibawah standar API 10A. Pada temperatur
bubur semen dan didapatkan hasil thickening 200°F, berdasarkan standar API 10A memiliki
time-nya sebesar 121 menit. Setelah itu, nilai minimum compressive strength sebesar
percobaan selanjutnya ditambahkan 5110 psi pada perendaman 24 jam dan
konsentrasinya menjadi 0,5% lignosulfonate thickening time-nya selama 1 jam 44 menit.
dan 0,5% silica flour atau 3,92 gram masing- Dari hasil percobaan pada temperatur ini dari
masing zat aditifnya yang dicampurkan awal percobaan yang menggunakan semen dan
kedalam bubur semen dan didapatkan hasil air saja compressive strength berada dibawah
thickening time-nya sebesar 125 menit. Oleh standar API 10A untuk compressive strength-
karena itu, dari hasil percobaan ini pada nya yaitu sebesar 2750 psi, namun pada
temperatur tinggi thickening time sedikit thickening time selama 112 menit (1 jam 52
menurun dikarenakan temperature yang tinggi, menit) berada di atas standar API 10A,
menyebabkan bubur semen jadi mengering sedangkan pada penambahan aditif
lebih cepat dan penambahan silica flour juga lignosulfonate dapat meningkatkan thickening
membuat thickening time dari bubur semen time yang berada diatas standar API 10A.
menurun sedikit karena pengaruh dari silica Kemudian pada penambahan silica flour dapat
flour. menurunkan nilai thickening time dibawah
standar API 10A. Dari penambahan zat aditif
KESIMPULAN lignosulfonate pada bubur semen kelas G
Berdasarkan Studi Laboratorium dari dapat meningkatkan thickening time pada
hasil pembahasan diatas, penelitian mengacu temperatur 80°F, 140°F, dan 200°F yang
pada standar API 10A tentang uji laboratorium kesemuanya itu berada diatas nilai standar API
cementing yang dapat disimpulkan pada 10A. Namun, pada hasil compressive strength-
temperatur 80°F, berdasarkan standar API 10A nya berada dibawah standar API 10A. Dari
memiliki nilai minimum compressive strength penambahan zat aditif silica flour pada bubur
sebesar 1185 psi pada perendaman 24 jam dan semen kelas G pada temperatur 80°F, 140°F,
thickening time-nya selama 3 jam. Dari hasil dan 200°F dapat menurunkan thickening time
percobaan penggunaan campuran semen dan berada dibawah standar API 10A dan juga
air saja sudah cukup karena dari hasilnya pada hasil compressive strength-nya juga
menunjukan compressive strength sebesar berada dibawah standar API 10A, walaupun
1329 psi dan thickening time selama 184 menit pada temperatur tinggi tekanannya sedikit
(3 jam 4 menit), sehingga dinyatakan sesuai lebih baik daripada aditif lain yang digunakan.
dengan ketentuan API 10A, sedangkan ketika Dari aditif-aditif yang digunakan maka
ditambahkan zat aditif lignosulfonate dinyatakan bahwa lignosulfonate bersifat
membuat compressive strength menjadi sebagai retarder dan silica flour adalah special

Jurnal Petro  April, Th, 2020 13


Jurnal Petro 2020 P-ISSN : 1907-0438
http://trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/index.php/petro E-ISSN : 2614-7297
VOLUME IX No 1, April 2020
DOI : 10.25105/petro.v9i1.6499

additive yang bersifat sebagai strength


retrogation pada temperatur yang tinggi.

REFERENSI
API Specification 10A. (2010). Specification
for Cements and Materials for Well
Cementing. American Petroleum
Institute. https://doi.org/10.1002/jcc
Bahtiar, M. A. (2019). Cementing Proposal
CLU01X. Jakarta: PT BBP Jakarta.
Dosen Teknik Perminyakan & KUS. (1993).
Pengantar Teknik Penyelesaian &
Kerja Ulang Sumur (Vol. Bagian B).
Jakarta: Universitas Trisakti.
Lavrov, A. (2016). Physics and Mechanics of
Primary Well Cementing. Springer
International Publishing.
Nelson, E. B. (1990). Well Cementing (First
Edit). Amsterdam: Elsevier Science.
https://doi.org/10.1016/S0376-
7361(09)70300-0
Nelson, E. B. (2006). Well Cementing (Second
Edi). Texas: Schlumberger.
Prasad, I. (1987). Penuntun Praktikum Analisa
Cementing. Jakarta: Laboratorium
Universitas Trisakti.
Rabia, H. (1974). Oilwell Drilling
Engineering. Graham Trotman.
Siregar, A. S. (2015). Additive Yang
Digunakan Dalam Suspensi Semen.
Palembang: Universitas Sriwijaya.
Smith, D. K. (1976). Cementing. New York:
Millet the Printer.

Jurnal Petro  April, Th, 2020 14

Anda mungkin juga menyukai