Anda di halaman 1dari 37

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PRODUKSI DAN

DISTRIBUSI KACANG ATOM

Paper

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi


Tugas Mata Kuliah Hukum Kontrak 2023

Dosen Pengasuh:

Prof. Dr. Indratirini, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
VERA SARTIKA., S.H
NIM: 12222035

MAGISTER HUKUM

UNIVERSITAS NAROTAMA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Paper ini. Penulisan Paper ini dilakukan dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Hukum Kontrak tahun 2023 Magister Hukum Universitas
Narotama. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan penulisan Paper ini. Pada Kesempatan ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof Dr. Indratirini, S.H., M.H., selaku dosen pengasuh mata kuliah hukum kontrak yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan paper ini;
2. Kedua Orang tua, Adik, dan Pasangan saya, atas doa dan dukungan secara financial
maupun mental;
3. Teman-teman saya dari angkatan MKN-24, atas dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga paper ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Surabaya, 10 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN.........................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................5

Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Produksi dan Distribusi PT. Empire Prima


Indonesia dan UD. Gangsar...........................................................................................5

BAB III........................................................................................................................17

Penyelesaian Sengketa Jika Terjadi Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian


Kerjasama Antara PT. Empire Prima Indonesia dan UD. Gangsar.............................17

BAB IV........................................................................................................................30

PENUTUP...................................................................................................................30

A. Kesimpulan.............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perjanjian pada dasarnya berawal dari perbedaan atau ketidaksamaan


kepentingan diantara para pihak. Perumusan hubungan perjanjian tersebut pada
umumnya diawali dengan proses negosiasi diantara para pihak. Melalui
negosiasi, para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk
saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan. Pada umumnya perjanjian
bisnis justru berawal dari perbedaan kepentingan yang coba dipertemukan
melalui kontrak. Melalui kontrak atau perjanjian muncul sebuah perikatan atau
hubungan hukum. Hal ini menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-
masing pihak yang membuat perjanjian. Pada prinsipnya, perjanjian akan
berlaku sebagai undang-undang bagi para pembuatnya, hal tersebut
berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Hukum
perjanjian atau kontrak yang dianut di Indonesia bersifat terbuka. Artinya, ada
pemberian kebebasan yang seluas-luasnya kepada siapa saja untuk membuat
perjanjian dengan isi dan sifatnya sesuai yang dikehendaki, asalkan tidak
melanggar undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan, selain itu hukum
perjanjian merupakan hukum pelengkap maksudnya, para pihak yang membuat
perjanjian boleh membuat atau mengatur ketentuan-ketentuan sendiri tentang
isi dari perjanjiannya dengan ketentuan apabila tidak diatur dalam perjanjian
tersebut, yang berlaku adalah pasal-pasal tentang perjanjian yang ada di dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1

_______________________________________

1
,Ery Agus, Kajian Hukum Perjanjian Kerjasama CV. Saudagar Kopi dan Pemilik
Tempat Usaha Perorangan, vol. 6, No. 2, Diponegoro Law Jurnal, 2017, hlm.

1
Perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus memperhatikan beberapa asas,
yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas pacta sunt
servanda, asas itikad baik dan asas kepribadian, 2 diantara kelima asas tersebut
yang paling mempunyai peran penting untuk membuat suatu perjanjian adalah
asas kebebasan berkontrak dan asas pacta sunt servanda.
Perjanjian yang dibuat para pihak juga harus dilaksanakan dengan itikad baik,
artinya para pihak harus melakukan perbuatan tersebut tanpa tipu daya, tanpa
tipu muslihat, dengan tidak melihat kepentingan diri sendiri saja, melainkan
juga melihat kepentingan orang lain.3 Apabila ada pihak yang membuat
perjanjian dengan itikad buruk, dengan maksud menipu pihak lain untuk
memperoleh keuntungan darinya, maka perjanjian tersebut cacat subjektif yang
dapat menyebabkan perjanjian itu dapat dibatalkan.
Menurut namanya, hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
hukum kontrak nominaat dan hukum kontrak innominaat. Hukum kontrak
nominaat merupakan ketentuan hukum yang mengkaji berbagai kontrak atau
perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata, sedangkan hukum kontrak
innominaat merupakan keseluruhan kaidah hukum yang mengkaji berbagai
kontrak yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat dan kontrak ini
belum dikenal pada saat KUH Perdata

diundangkan.4 Hukum kontrak innominaat diatur di dalam Buku III KUH


Perdata Pasal 1319 KUH Perdata.5 Menurut Mariam Darus, yang termasuk
dalam perjanjian tidak bernama (onbenoemd overeenkomst) salah satunya
yaitu perjanjian kerjasama, di dalam praktiknya, perjanjian ini lahir
berdasarkan asas kebebasan berkontrak mengadakan perjanjian.5
___________________
2
Herlien Budiono, Ajaran Umum Perjanjian dan Penerapan di Bidang Kenotariatan,
Citra Aditya, Bandung, 2010, hlm. 29.
3
Ridwan Khairandy, Kebebasan Berkontrak & Pacta Sunt Servanda Versus Iktikad
Baik, Universitas Islam Indonesia Press, Yogyakarta, 2016, hlm. 89.
4
Salim. H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2003, hlm 4.
5
Pasal 1319 KUH Perdata.

2
Menurut Mariam Darus, yang termasuk dalam perjanjian tidak bernama
(onbenoemd overeenkomst) salah satunya yaitu perjanjian kerjasama, di dalam
praktiknya, perjanjian ini lahir berdasarkan asas kebebasan berkontrak
mengadakan perjanjian.6

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas dan
menjadikan bahan kajian yang berbentuk paper dengan judul

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PRODUKSI DAN

DISTRIBUSI PT. EMPIRE PRIMA INDONESIA DAN UD. GANGSAR

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan tersebut diatas maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Produksi dan Distribusi PT.


Empire Prima Indonesia dan UD. Gangsar ?

b. Bagaimanakah penyelesaian sengketa jika terjadi wanprestasi dalam pelaksanaan


perjanjian kerjasama antara PT. Empire Prima Indonesia dan UD. Gangsar ?

1.3. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Produksi dan Distribusi
PT. Empire Prima Indonesia dan UD. Gangsar

2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa jika terjadi wanprestasi dalam


pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Empire Prima Indonesia dan UD.
Gangsar
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini baik secara teoretis

maupun secara praktis adalah sebagai berikut:

___________________

6
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Edisi Revisi PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm.69.

3
a. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan

pemikiran dan saran bagi ilmu hukum khususnya dalam hukum perjanjian

kerjasama.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi

peneliti khususnya mengenai hukum perjanjian kerjasama

2) Sebagain bahan informasi bagi pihak yang memerlukan referensi, yang

dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan

permasalahan dan pokok bahasan.

4
BAB II

Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Produksi dan Distribusi PT. Empire Prima

Indonesia dan UD. Gangsar


A. Tinjauan Umum Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

a. Pengertian Perjanjian Menurut Undang-Undang


Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyatakan

bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” 7 Berdasarkan

rumusan tersebut dapat diketahui bahwa suatu perjanjian adalah:

1. Suatu perbuatan.

2. Antara sekurangnya dua orang.

3. Perbuatan tersebut melahirkan perikatan di antara pihak-pihak yang

berjanji tersebut.

Perbuatan yang disebutkan dalam rumusan awal ketentuan Pasal 1313 KUH

Perdata menjelaskan kepada kita semua bahwa perjanjian hanya mungkin

terjadi jika ada suatu perbuatan nyata, baik dalam bentuk ucapan, maupun

tindakan secara fisik, dan tidak hanya dalam bentuk pikiran semata-mata.8

______________________________________

7
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta, 2008, hlm. 338.
8
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, perikatan yang Lahir dari Perjanjian,
Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hlm. 7-8.

5
b. Pengertian Perjanjian Menurut Pendapat Para Ahli

1. Abdulkadir Muhammad mengatakan bahwa perjanjian adalah suatu

persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk

melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. Definisi tersebut,

secara jelas terdapat konsensus antara para pihak, yaitu persetujuan antara

pihak satu dengan pihak lainnya.9

2. Subekti mengatakan yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu

peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua

orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.10

3. R. Setiawan mengatakan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan hukum

di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.11

4. Sudikno menyebutkan bahwa perjanjian adalah merupakan hubungan

hukum antara dua pihak atau lebih berdasar kata sepakat untuk

menimbulkan suatu akibat hukum.

5. Yahya Harahap juga mengatakan bahwa perjanjian adalah suatu hubungan

hukum kekayaan atau harta benda antaradua orang atau lebih yang

memberi kekuatan hukum pada satu pihak untuk memperoleh prestasi

sekaligus mewajibkan para pihak lain untuk menunaikan prestasi.

6. Van Dunne, enurut teori baru yang dikemukakan oleh van Dunne, yang

diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua

________________________________

9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2009,hlm. 4.
10
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2010, hlm. 5
11
Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 2007 hlm. 4.

6
pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat

hukum.12

2. Unsur-Unsur Perjanjian
Apabila dirinci, perjanjian mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Essentialia, ialah unsur yang mutlak harus ada bagi terjadinya perjanjian.

Unsur ini mutlak harus ada agar perjanjian itu sah, merupakan syarat

sahnya perjanjian. Unsur essentialia dalam perjanjian mewakili ketentuan-

ketentuan berupa prestasi-prestasi yang wajib dilakukan oleh salah satu

atau lebih pihak, yang mencerminkan sifat dari perjanjian tersebut, yang

membedakankannya secara prinsip dari jenis perjanjian lainnya. Unsur

essentialia ini pada umumnya dipergunakan dalam memberikan rumusan,

definisi, atau pengertian dari suatu perjanjian.

b. Naturalia, yaitu unsur yang lazimnya melekat pada perjanjian, yaitu unsur

yang tanpa diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian secara diam-diam

dengan sendirinya dianggap ada dalam perjanjian karena sudah merupakan

pembawaan atau melekat pada perjanjian. Unsur naturalia pasti ada dalam

suatu perjanjian tertentu, setelah unsur essentialia diketahui secara pasti.

Misalnya dalam perjanjian yang mengandung unsur essentialia jual-beli,

pasti akan terdapat unsur naturalia berupa kewajiban dari penjual untuk

menanggung kebendaan yang dijual dari cacat-cacat tersembunyi.

Sehubungan dengan hal itu, maka berlakulah ketentuan Pasal 133 KUH

Perdata yang menyatakan bahwa:

“Perjanjian-perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan

tegas dinyatakan di dalamnya, melainkan juga untuk segala sesuatu yang

______________________
12
Salim H.S., Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,
Jakarta, 2017,hlm. 26.

7
menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-

undang.”

c. Accidentalia, yaitu unsur pelengkap dalam suatu perjanjian, yang

merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara menyimpang oleh

para pihak sesuai dengan kehendak para pihak, merupakan persyaratan

khusus yang ditentukan secara bersama-sama oleh para pihak.13

3.Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

Pada hukum Eropa Kontinental syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal

1320 KUH Perdata atau Pasal 1365 Buku IV NBW (BW Baru) Belanda. Pasal

1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya perjanjian, yaitu:

a) Kesepakatan Kedua Belah Pihak

Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata, yang

dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak

antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya, yang sesuai itu adalah

pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihat atau diketahui

orang lain.

b) Kecakapan Bertindak

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan

menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan

______________________

13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, OP.Cit, hlm. 85-90

8
perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan mempunyai wewenang

untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh

undang-undang . Orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan

perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa. Ukuran kedewasaan

adalah telah berumur 21 tahun dan atau sudah kawin.

c) Adanya Objek Perjanjian


Berbagai literatur menyebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian

adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan

apa yang menjadi hak kreditur.

d) Adanya Causa yang Halal

Pasal 1320 KUH Perdata tidak dijelaskan pengertian orzaak (causa yang

halal), dan Pasal 1337 KUH Perdata hanya disebutkan causa yang

terlarang. Suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan

undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum. Hoge Raad sejak tahun

1927 mengartikan orzaak sebagai sesuatu yang menjadi tujuan para pihak.

Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut pihak-

pihak yang mengadakan perjanjian, jika syarat ini tidak dipenuhi maka

perjanjian dapat dibatalkan, sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut

syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian, jika syarat ini tidak

dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum.

9
4. Prestasi, Wanprestasi, dan Overmacht serta Resiko

a. Prestasi

Prestasi adalah hal-hal yang diperjanjikan dalam perjanjian untuk

dilaksanakan.14 Pada dasarnya suatu perjanjian, merupakan suatu peristiwa

dimana seorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu berdasarkan macamnya hal yang

dijanjikan untuk dilaksanakan. Pada perjanjian kerjasama Produksi dan

Distribusi antara PT. EMPIRE PRIMA INDONESIA dan UD. GANGSAR

masing- masing pihak yaitu pihak pertama PT. EMPIRE PRIMA

INDONESIA yaitu PT EMPIRE PRIMA INDONESIA berkewajiban

memenuhi prestasi kepada pihak kedua untuk memenuhi permintaan

produksi yaitu kacang atom kepada pihak kedua dalam program untuk

didistribusikan dan/atau dijual sedangkan pihak pertama yaitu UD

GANGSAR berkewajiban memenuhi prestasi kepada pihak pertama untuk

memenuhi permintaan Produksi , merk dagang, desain kemasan sesuai

permintaan Pihak Pertama.

b. Wanprestasi

Para pihak dalam melaksanakan perjanjian wajib memberi sesuatu, berbuat

sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu. Hal ini terdapat dalam ketentuan pasal

1234 KUH Perdata. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka pihak

yang tidak melaksanakan hal itu dikatakan telah melakukan wanprestasi.

Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi

buruk.15
_____________________________________
14
Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke-22. PT. Intermasa, Jakarta, 2008, hlm 36.
15
Muhammad Syaifuddin , Hukum Kontrak (Memahami Kontrak dalam Perspektif
10
Filsafat, Teori, Dogmatik dan Praktik Hukum), Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm. 45.

11
Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi.

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban

sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

dengan debitur. Dalam restatement of the law of contracts (Amerika

Serikat), wanprestasi atau breach of contracts dibedakan menjadi dua

macam, yaitu total breachts dan partial breachts. Total breachts artunya

pelaksanaan kontrak tidak mungkin dilaksanakan, sedangkan partial

breachts artinya pelaksanaan perjanjian masih mungkin untuk dilaksanakan.

Seorang debitur baru dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan

somasi oleh kreditur atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan

sebanyak tiga kali oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak

diindahkannya, maka kreditur berhak membawa persoalan itu ke

pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur

wanprestasi atau tidak.16 Pada perjanjian kerjasama antara PT. EMPIRE

PRIMA INDONESIA dan UD. GANGSAR apabila ada salah satu pihak

yang tidak memenuhi kewajiban nya maka termasuk pada perbuatan

wanprestasi sehingga salah satu pihak yang merasa dirugikan dapat

menuntut pihak lainnya untuk dimintai ganti rugi.

_______________________

16
Salim H.S, Op.Cit, hlm. 98-99.

12
c. Overmacht

Keadaan memaksa (overmacht) adalah suatu keadaan yang

terjadi setelah dibuatnya persetujuan, yang menghalangi debitur

untuk memenuhi prestasinya, dimana debitur tidak dapat

dipersalahkan dan tidak harus menanggung resiko serta tidak

dapat menduga pada waktu persetujuan dibuat Hal-hal tentang

keadaan memaksa itu terdapat dalam ketentuan- ketentuan yang

mengatur ganti rugi, pasal 1244 dan pasal 1245 KUH Perdata.17

d. Resiko

Resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan

karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak.18

Persoalan resiko yaitu terjadinya suatu peristiwa diluar

kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian, pasal

yang mengatur tentang resiko yaitu pasal 1237 KUH Perdata.

B. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Kerjasama

1. Pengertian Perjanjian Kerjasama

Menurut namanya, hukum kontrak dapat dibagi menjadi dua macam,

yaitu hukum kontrak nominaat dan hukum kontrak innominaat.

Hukum

____________________
17
Subekti, Op.Cit, hlm 55.
18
Subekti, Op.Cit, hlm. 59.

13
kontrak nominaat merupakan ketentuan hukum yang mengkaji

berbagai kontrak atau perjanjian yang dikenal dalam KUH Perdata,

sedangkan hukum kontrak innominaat merupakan keseluruhan

kaidah hukum yang mengkaji berbagai kontrak yang timbul, tumbuh,

dan hidup dalam masyarakat dan kontrak ini belum dikenal pada saat

KUH Perdata diundangkan.19

Hukum kontrak innominaat diatur di dalam Buku III KUH Perdata

Pasal 1319 KUH Perdata.20 Menurut Mariam Darus, yang termasuk

dalam perjanjian tidak bernama (onbenoemd overeenkomst) salah

satunya yaitu perjanjian kerjasama, di dalam praktiknya, perjanjian

ini lahir adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak mengadakan

perjanjian.

Menurut Bambang Daru Nugroho, perjanjian kerjasama adalah suatu

persetujuan atau perjanjian yang bertujuan untuk melakukan

pekerjaan dengan tujuan mencapai tujuan yang telah disepakati

bersama.21

Dapat dirumuskan kembali bahwa perjanjian kerjasama adalah

persetujuan atau kesepakatan para pihak untuk mengadakan prestasi,

dan menimbulkan adanya suatu hubungan kontraktual (hak dan

kewajiban) para pihak untuk mencapai

tujuan bersama.

______________________________
19
Salim. H.S, Op. Cit, hlm 4.
20
Pasal 1319 KUH Perdata.
21
Bambang Daru Nugroho, Hukum Perdata Indonesia, Refika Aditama,
Bandung, 2017, hlm. 115.

14
2. Dasar Hukum Perjanjian Kerjasama

Perjanjian kerjasama adalah salah satu bentuk perjanjian yang tidak diatur
secara khusus pada ketentuan Buku III KUH Perdata sehingga tidak
memiliki nama khusus (innominaat). Perjanjian innominaat ini tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan didasarkan pada asas kebebasan
berkontrak.

3. Lahirnya Perjanjian Kerjasama

Salah satu asas dalam perjanjian adalah asas konsensualisme, asas

konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian

pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan

adanya kesepakatan kedua belah pihak,22 sesuai dengan asas ini,

perjanjian telah lahir sejak detik tercapainya kata sepakat diantara

para pihak, maka perjanjian kerjasama juga telah lahir sejak

tercapainya kata sepakat diantara para pihak yaitu PT. EMPIRE

PRIMA INDONESIA sebagai pihak pertama yang memberikan

pekerjaan kepada UD. GANGSAR sebagai pihak kedua yang

berkewajiban melakukan pekerjaan.

4.Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kaitannya dengan


Perjanjian Kerjasama

Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang

sudah diatur atau belum dalam undang-undang, tetapi kebebasan

tersebut dibatasi oleh tiga hal, yaitu: tidak terlarang oleh undang-

undang, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan tidak

bertentangan dengan kesusilaan.

______________________________

15
22
Salim H.S, Op. Cit, hlm. 10.

Secara yuridis perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja

asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan

kesusilaan.23

Perjanjian kerjasama lahir dari adanya asas kebebasan berkontrak,

yaitu memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau

tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapa saja,

menentukan isi perjanjian, pelaksanaannya dan persyaratannya, serta

menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

5. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama

Menurut Abdulkadir Muhammad, pelaksanaan perjanjian adalah

realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan

oleh para pihak yang membuat perjanjian, supaya perjanjian itu

dapat memenuhi tujuannya. Tujuan tidak akan terwujud tanpa ada

pelaksanaan perjanjian itu. Masing-masing pihak harus

melaksanakan perjanjian dengan sempurna dan tepat sesuai dengan

apa yang telah disetujui untuk dilaksanakan.24

________________________________

23
Pasal 1337 KUH Perdata.
24
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 102.
16
Dalam perjanjian mengenai kerjasama antara PT. EMPIRE PRIMA

INDONESIA dan UD.GANGSAR, dimana kedua pihak sepakat

untuk mengikatkan diri, dengan ketentuan dan syarat-syarat yang

telah disepakati oleh keduanya, termasuk hak dan kewajiban serta

tanggung jawab para pihak harus dipenuhi sesuai dengan isi

perjanjian.

Adapun ruang lingkup yang tertuang dalam perjanjian kerjasama

antara PT. EMPIRE PRIMA INDONESIA dan UD.GANGSAR

yaitu pihak pertama (PT.EMPIRE PRIMA INDONESIA sepakat

untuk menyerahkan Pekerjaan dan pihak kedua (UD. GANGSAR)

sepakat untuk menerima pekerjaan untuk melaksanakan permintaan

produksi kacang atom yang sudah disepakati. Maka dengan adanya

perjanjian kerjasama tersebut maka akan timbul suatu hak dan

kewajiban bagi masing-masing pihak.

17
BAB III
Penyelesaian Sengketa Jika Terjadi Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama Antara PT. Empire Prima Indonesia dan UD. Gangsar
A. Wanprestasi

1. Pengertian Wanprestasi

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan

kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat

antara kreditur dengan debitur.25Wanprestasi atau tidak dipenuhinnya janji

dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja.26

Seorang debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak memenuhi

kewajibannya atau terlambat memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah

diperjanjikan.27

Wanprestasi terdapat dalam pasal 1243 KUH Perdata, yang

menyatakan bahwa:

“penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu


perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah
dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau
jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam
tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.28
______________________________________

25
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: 2008) h.180.
26
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, (Jakarta:Rajawali Pers,
2007),
h. 74
27
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Arga Printing,
2007),h.146
28
Ahmadi Miru, Sakka Pati, Hukum Perikatan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 12

18
Kata lain wanprestasi juga dapat diartikan suatu perbuatan ingkar

janji yang dilakukan oleh salah satu pihak yang tidak melaksanakan isi

perjanjian, isi ataupun melaksanakan tetapi terlambat atau melakukan apa

yang sesungguhnya tidak boleh dilakukannya.

Mengenai pengertian dari wanprestasi, menurut Ahmadi Miru

wanprestasi itu dapat berupa perbuatan :

1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi.

2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna.

3. Terlambat memenuhi prestasi.

4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan29.

Overmacht di bagi dua yaitu:

1. Overmacht mutlak adalah apabila prestasi sama sekali tidak dapat

dilaksanakan oleh siapapun.

2. Overmacht yang tidak mutlak adalah pelaksanaan prestasi masih

dimungkinkan, hanya memerlukan pengobanan.

Kesengajaan maupun lalai, kedua hal tersebut menimbulkan akibat yang berbeda,

dimana akibat akibat adanya kesengajaan, pihak kedua harus lebih banyak

mengganti kerugian dari pada akibat adanya kelalaian.

Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada

debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan

prestasi seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam

pemberitahuan itu.

_____________________

29
Ahmadi Miru, Op, Cit, h.74

19
Dari ketentuan pasal 1238 KUH Perdata dapat dikatakan bahwa

debitur dinyatakan apabila sudah ada somasi ( in grebeke stelling ).

Menurut Sri Soedewi Masyehoen Sofwan, debitur dinyatakan

wanprestasi apabila memenuhi 3 (tiga) unsur, yaitu:

1. Perbuatan yang dilakukan debitur tersebut dalam disesalkan.

2. Akibatnya dapat diduga lebih dahulu baik dalam arti yang objektif

yaitu orang yang normal dapat menduga bahwa keadaan itu akan

timbul. Maupun dalam arti yang subjektif, yaitu sebagai orang yang

ahli dapat menduga keadaan demikian akan timbul.

3. Dapat diminta untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, artinya

bukan orang gila atau lemah ingatan30.

30
Sri Soedewi Masyohen Sofwan, Hukum Acara Perdata Indonesia dalam Teori dan
Praktek, (Yogyakarta: Liberty, 1981), h.15

20
B.Perjanjian dan Wanprestasi

Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih.

Selanjutnya ada pula beberapa syarat untuk perjanjian yang berlaku

umum tetapi diatur di luar Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut:

1. Perjanjian harus dilakukan dengan iktikad baik, artinya kedua belah pihak

yang melakukan perjanjian harus melaksanakan isi perjanjian itu dengan

sukarela dan tanpa paksaan, serta dengan iktikad yang benar-benar mau

melaksanakan isi perjanjian yang disepakati.

2. Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku,

artinya isi dari perjanjian tidak dibenarkan bertentangan dengan kebiasaan

yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, tidak boleh bertentangan

dengan kondisi yang ada dalam masyarakat.

3. Perjanjian harus dilakukan berdasarkan asas kepatutan, artinya perjanjian

yang telah disepakati harus mengikuti asas yang tidak bertentangan dengan

ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, tidak boleh melanggar hak-hak

masyarakat.

4. Perjanjian tidak boleh melanggar kepentingan umum, artinya kontrak yang

dibuat tersebut tidak dibenarkan bertentangan dengan kepentingan yang

ada dalam masyarakat, tidak boleh menimbulkan kerugian dalam

masyarakat.31

________________________
31
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2002), h.16

21
Dari ketentuan tersebut di atas jelas bahwa perjanjian yang dilakukan

oleh kedua belah pihak harus mengikuti persyaratan yang ditentukan, dan

harus mengikuti asas kesepakatan dan kepatutan.Oleh karena persetujuan yang

dibuat tersebut mengikat kedua belah pihak yang menyetujuinya.

Salah satu pihak yang tidak melaksanakan prestasi atau isi dari

perjanjian/kontrak disebut dengan wanprestasi. Wujud dari wanprestasi

tersebut dapat berupa:

1. Tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan untuk dilaksanakan.


2. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikan tetapi tidak sama dengan
isi perjanjian.
3. Terlambat dalam melakukan kewajiban perjanjian.
4. Melakukan sesuatu yang diperjanjikan untuk tidak dilakukan.
Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa salah satu pihak yang

melakukan wanprestasi dapat dihukum untuk membayar ganti rugi,

pembatalan perjanjian, peralihan risiko atau membayar biaya perkara kalau

sampai di pengadilan.32

__________________________________

32
Djoko Trianto, Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstruksi, (Bandung: Mandar
Maju, 2004), h.61

Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa “Tiap-tiap

perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang”,

ditegaskan bahwa setiap kewajiban perdata dapat terjadi karena dikehendaki

22
oleh pihak-pihak yang terkait dalam perikatan/perjanjian yang secara sengaja

dibuat oleh mereka, ataupun karena ditentukan oleh peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Dengan demikian berarti perikatan atau perjanjian

adalah hubungan hukum antara dua atau lebih orang (pihak) dalam

bidang/lapangan harta kekayaan, yang melahirkan kewajiban pada salah satu

pihak dalam hubungan hukum tersebut.33

Dalam pelaksanaan suatu perjanjian membawa konsekuensi bahwa

seluruh harta kekayaan seseorang atau badan yang diakui sebagai badan

hukum, akan dipertaruhkan dan dijadikan jaminan atas setiap perikatan atau

kontrak orang perorangan dan atau badan hukum tersebut, sebagaimana yang

dijelaskan dalam Pasal 1131 KUH Perdata.34

Hukum perjanjian adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang

mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata

sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.35

33
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Pada Umumnya, (Jakarta:PT.
RajaGrafindo Persada, 2003), h.17
34
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang,
(Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h.1
35
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), h.4

Dalam Pasal 1313 KUH Perdata disebutkan, bahwa suatu persetujuan

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.36

23
Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan

sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-

undang dinyatakan cukup untuk itu.Persetujuan-persetujuan tersebut harus

dilaksanakan dengan iktikad baik.37

Dalam ilmu hukum, dikenal beberapa asas hukum terhadap suatu

perjanjian, yaitu sebagai berikut:

a. Asas perjanjian/kontrak sebagai hukum mengatur, merupakan peraturan-

peraturan hukum yang berlaku bagi subjek hukum. Dalam hal ini para

pihak dalam suatu kontrak.

b. Asas kebebasan berkontrak, hal ini merupakan konsekuensi dari

berlakunya asas kontrak sebagai hukum mengatur. Dalam suatu kontrak

para pihak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat

kontrak, demikian juga kebebasannya untuk mengatur sendiri isi kontrak

tersebut.

c. Asas Fakta Sunt Servanda, adalah janji itu mengikat, bahwa suatu kontrak

dibuat secara sah oleh para pihak mengikat para pihak tersebut secara

penuh sesuai isi kontrak tersebut.

__________________________________
36
R.Subekti dan R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
(Jakarta:Pradnya Paramita, 1985), h.304
37
Ibid, h.307

d. Asas konsensual, bahwa jika suatu kontrak sudah dibuat, maka dia telah

sah dan mengikat secara penuh, bahkan pada prinsipnya persyaratan

tertulispun tidak disyaratkan oleh hukum, kecuali untuk beberapa jenis

24
kontrak tertentu, yang memang dipersyaratkan untuk tertulis.

e. Asas obligatoir, yaitu jika suatu kontrak sudah dibuat, maka para pihak

telah terikat, tetapi keterikatannya itu hanya sebatas timbulnya hak dan

kewajiban semata-mata.38

Asas-asas tersebut di atas merupakan asas yang timbul sebagai akibat

dari terjadinya suatu perjanjian.Dalam suatu kontrak asas tersebut secara

tidak langsung pasti muncul karena hakekat dari suatu kontrak adalah

timbulnya hak dan kewajiban masing-masing pihak.Oleh karena itu maka

semua asas tersebut di atas mucul sebagai akibat dari terjadinya suatu kontrak

atau perjanjian.

Sebagaimana diketahui bahwa kontrak lahir pada saat terjadinya

kesepakatan mengenai hal pokok dalam kontrak tersebut, namun masih ada

hal lain yang harus diperhatikan, yaitu syarat sahnya kontrak sebagaimana

diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kesepakatan para pihak

merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak. Kesepakatan ini

dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya

penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut.

_________________________________
38
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2002), h.13

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, untuk mengadakan kontrak

para pihak harus cakap. Seorang oleh hukum dianggap cakap untuk

melakukan kontrak jika orang tersebut sudah berumur 21 tahun ke atas,

25
namun sebaliknya seseorang dianggap tidak cakap untuk melakukan

kontrak orang tersebut belum berumur 21 tahun, kecuali jika ia telah

kawin sebelum cukup 21 tahun.

c. Suatu hal tertentu, dalam suatu kontrak objek perjanjian harus jelas dan

ditentukan oleh para pihak, objek perjanjian tersebut dapat berupa barang

maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu. Hal tertentu

ini dalam kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud barang, keahlian

atau tenaga, dan tidak berbuat sesuatu.

d. Suatu sebab yang halal, maksudnya disini adalah bahwa ini kontrak

tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.39

Suatu asas hukum yang penting berkaitan dengan perjanjian adalah

kebebasan berkontrak. Artinya pihak-pihak bebas untuk membuat kontrak apa

saja, baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada

pengaturannya, dan bebas menentukan sendiri isi kontrak. Namun kebebasan

tersebut tidak mutlak karena terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh

bertentangan dengan undang-undang, ketetiban umum, dan kesusilaan.40

39
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, (Jakarta: PT.RajaGrafindo
Persada, 2010), h.13

40
Sanusi Bintang dan Dahlan, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, (Bandung:PT.
Citra Aditya Bakti, 2000), h.16

Dalam hukum kontrak dikenal beberapa asas, di antaranya adalah

sebagai berikut:

26
1. Asas Konsensualisme, artinya bahwa lahirnya kontrak ialah pada saat
terjadinya kesepakatan. Dengan demikian, apabila tercapai
kesepakatan antara para pihak, maka lahirlah kontrak.
2. Asas kebebasan berkontrak, artinya memberikan jaminan kebebasan
kepada seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang
berkaitan dengan perjanjian, di antaranya:
a. Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak.
b. Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian.
c. Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian.
d. Bebas menentukan bentuk perjanjian, dan
e. Kebebasan-kebebasan lainnya yang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
3. Asas mengikatnya kontrak, artinya setiap orang yang membuat
kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut karena kontrak
tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan janji tersebut
mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.
4. Asas iktikad baik, merupakan salah satu asas yang dikenal dalam
hukum perjanjian. Ketentuan tentang iktikad baik ini diatur dalam
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, bahwa perjanjian harus
dilaksanakan dengan iktikad baik.41

Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka semua perjanjian

haruslah memperhatikan asas-asas tersebut agar dalam pelaksanaannya dapat

memberikan kepuasan terhadap kedua belah pihak yang mengikatkan dirinya

dalam perjanjian tersebut.

__________________________
41
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak,(Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,

2007), h.3

a) Macam-Macam Perjanjian

Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

27
tertulis dan lisan.Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh

para pihak dalam bentuk tertulis.Sedangkan perjanjian lisan suatu

perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (kesepakatan

para pihak).

Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, yaitu sebagai berikut:

1. Perjanjian di bawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak yang

bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak dalam

perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga.

Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka

para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban

mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk membuktikan bahwa

keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat

dibenarkan.

2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda tangan para

pihak. Fungsi kesaksian notaries atas suatu dokumen semata-mata

hanya untuk melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan

tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum

dari isi perjanjian. Salah satu pihak mungkin saja menyangkal isi

perjanjian. Namun, pihak yang menyangkal itu adalah pihak yang

harus membuktikan penyangkalannya.

3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta

notaris. Akta notaris adalah akta yang dibuat dihadapan dan di muka

pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu

adalah notaries, camat, PPAT dan lain-lain. Jenis dokumen ini

merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang

28
bersangkutan maupun pihak ketiga.42

Dari ketiga bentuk atau jenis perjanjian tersebut, dapat dilihat

bahwa perjanjian yang dibuat notaris artau di muka notaris merupakan

perjanjian yang mempunyai kekuatan hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum atau yuridis.

Ada tiga fungsi dari akta notaris (akta autentik), yaitu:

1. Sebagai bukti bahwa para pihak yang bersangkutan telah

mengadakan perjanjian tertentu.

2. Sebagai bukti bagi para pihak bahwa apa yang tertulis dalam

perjanjian adalah menjadi tujuan dan keinginan para pihak.

3. Sebagai bukti kepada pihak ketiga bahwa pada tanggal tertentu,

kecuali jika ditentukan sebaliknya para pihak telah mengadakan

perjanjian dan bahwa isi perjanjian adalah sesuai dengan kehendak

para pihak.43

Sehubungan dengan fungsi akta notaris tersebut di atas, adalah

untuk alat bukti ketika suatu perjanjian atau kontrak mengalami

sesuatu masalah, sehingga yang menjadi alat bukti yang autentik

adalah akta notaries tersebut.

42
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), h.43
43
Ibid, h

29
B. Pola Penyelesaian Sengketa Dalam Perjanjian Kerjasama

Sengketa adalah kondisi adanya perbedaan pendapat yang saling

dipertahankan antar para pihak. Pengertian tersebut merupakan

pengertian yang sangat luas dan mencakup segala aspek kehidupan

bermasyarakat. Dalam konteks hukum, sengketa merupakan

perbedaan pendapat antar para pihak yang perbedaan tersebut

memiliki akibat hukum. Berdasarkan pengertian tersebut, setidaknya

diperlukan dua belah pihak untuk menjadi syarat terjadinya sengketa.

Kedua belah pihak tersebut harus memiliki pendapat masing-masing

dalam memahami suatu hal yang saling dipertahankan dan belum

memiliki titik temu kesamaan pendapat. Tidak ada kualifikasi

mengenai subjek hukum yang berwenang untuk bersengketa. Oleh

karena itu, semua subjek hukum memiliki potensi untuk bersengketa

Pada keilmuan hukum perdata, sengketa dapat muncul akibat

perbedaan pendapat mengenai suatu perjanjian maupun perbuatan-

perbuatan melawan hukum lainnya. Perbedaan pendapat mengenai

suatu perjanjian biasanya terkait dengan isinya, pelaksanaannya,

maupun penafsirannya. Oleh karena itu, menejemen sengketa dalam

perjanjian senantiasa mengantisipasi ketiga potensi perbedaan

pendapat tersebut. Sedangkan terhadap perbuatan melawan hukum,

sengketa lebih sering muncul terhadap nominal kerugian yang harus

dipulihkan sebagaimana ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata.44

_______________________________________

30
44 https://kamushukum.web.id/arti-kata/sengketa/ diakses 8 November 2018

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. EMPIRE

PRIMA INDONESIA Sidoarjo dan UD. GANGSAR

Tulungagung tentang Kerjamasa produksi dan distribusi berupa

Kacang Atom, telah terpenuhinya syarat-syarat sah dari suatu

perjanjian baik syarat subjektif maupun syarat objektif nya

sesuai dengan Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat-syarat

sah perjanjian, dan telah terpenuhinya hak dan kewajiban para

pihak, sesuai dokumen perjanjian kerjasama antara PT.

EMPIRE PRIMA INDONESIA Sidoarjo dan UD. GANGSAR

Tulungagung

2. Cara penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi, yaitu

para pihak sepakat untuk menyelesaikannnya dengan cara

musyawarah, namun jika hal tersebut tidak berhasil maka para

pihak sepakat untuk menyelesaikam perselisihan tersebut melalui

Pengadilan Negeri Tanjung Karang dengan memngikuti segala

prosedur yang akan ditentukan oleh Pengadilan Negeri Sidoarjo.

31
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Badrulzaman, Mariam Darus. 2008. E-Commerce Tinjauan Dari Hukum


Kontrak Indonesia, Jakarta: Citra Aditya Bakti.

Budiono, Herlien. 2010. Ajaran Umum Perjanjian dan Penerapan di


Bidang Kementerian, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Fuadi, Munir. 2002. Pengantar Hukum Bisnis. , Bandung : PT. Citra


Aditya Bakti.

H.S, Salim. 2003. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di


Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika..

--------- 2017. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan


Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika.

Khairandy, Ridwan. 2016. Kebebasan Berkontrak & Pacta Sunt


Servanda Versus Iktikad Baik, Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia Press.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum,


Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

--------- 2009. Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Miru, Ahmadi.2007. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak,


Jakarta : Rajawali Pers.

Nugroho, Bambang Daru. 2017. Hukum Perdata Indonesia,


Bandung: Refika Aditama.

Setiawan. 2007. Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Bina Cipta.

Subekti. 2008. Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Intermasa.

--------- 2010. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa.

Sofwan, Sri Soedewi Masyohen. 1981. Hukum Acara Perdata Indonesia


dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta : Liberti

Trianto, Djoko. 2004. Hubungan Kerja di Perusahaan Jasa Konstrukis,


Bandung : Mandar Maju
32
Widjaja, Gunawan, dan Kartini Muljadi. 2010. perikatan yang Lahir
dari Perjanjian, Jakarta: Rajawali Pers.

-------- 2003. Perikatan Pada Umumnya, Jakarta : PT. RayaGrafindo


Persada.

------- 2003. Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang, Jakarta: PT.


RayaGrafindo Persada.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Sumber Lain

Ery Agus. 2017. Kajian Hukum Perjanjian Kerjasama CV. Saudagar


Kopi dan Pemilik Tempat Usaha Perorangan, vol. 6, No. 2,
Semarang: Diponegoro Law Jurnal.
https://kamushukum.web.id/arti-kata/sengketa/.

Lampiran

Notaris Parwita Sari, S.H., M.Kn. Perjanjian Kerjasama Distribusi dan


Produksi. Akta Nomor 26. Akta Tanggal 23 Mei 2011

33
34

Anda mungkin juga menyukai