Anda di halaman 1dari 30

LK-11a: PENYUSUNAN PROPOSAL PTK

PROPOSAL
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS X

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


KELAS XA. MA RAUDLATUL MUTA’ALLIMIN

Disusun Oleh : KUSWARA, M. Pd.I.

MA RAUDLATUL MUTA’ALLIMIN
Jl. Dr. AK Gani No. 50, Kampung Jaya Tinggi
Kecamatan Kasui, Kabupaten Way Kanan
Provinsi Lampung

1
Kata Pengantar

Segala Puji dan Syukur kita haturkan kehadirah Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semuanya.
Shalawat teriring salam semoga terlimpah curah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluraga,
shahabat dan para pengikutnya sampai hari akhir.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencetak sumber daya manusia, ciri
keberhasilan Pendidikan juga bermuara pada kualitas Pendidikan itu sendiri, oleh karena itu
pendidikan yang berkualitas mampu mencetak manusia yang berkualitas, tentunya baik dari segi
spiritual, intelektual dan emosional. Peningkatan kualitan Pendidikan sangatlah penting terutama
Pendidikan Madrasah yang berbasis Agama Islam, tentunya ini menjadi modal utama dan terutama
dalam memcetak generasi yang kedepannya diharapkan sebagai pengganti generasi sebelumnya.
Pengelolaan kelas oleh guru merupakan teknis dalam memanajemen kelas agar lebih tertib dan
teratur, terutama dalam hal pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran pasti ditemukan masalah dan
problematikanya sehingga guru perlu lebih kreatif dan lebih meningkatkan Kembali dalam hal
pembelajaran, baik itu media, ataupun metode pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karena itu Penulis mencoba untuk
melekukan penelitian dan pengamatan sederhana dalam menyelesaikan masalah dalam bembelajara.
Salah satu bentuk penelitian ini menggunakan PTK, yaitu Penelitian Tindakan Kelas. PTK
merupakan sebuah kajian ilmiah yang bertujuan untuk melihat dan mengetahui apa sebenarnya yang
menjadi permasalahan dalam kelas dan bagaimana solusi dan alternatif jalan keluarnya. Oleh kaerna
itu saya mencoba untuk menulis PTK guna perbaikan dan hasil yang diinginkan kedepan lebih baik
lagi dalam meningkatkan kualitas Pendidikan, baik secara kualitas guru dan kuatilat siswanya.
Walaupun Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan PTK ini masih jauh dari sempurna,
hal ini disebabkan keterbatasan yang ada pada diri penulis. Penulisan PTK ini tidak terlepas dari
bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak KH Marsudi, selaku Pembina Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin, yang
selulu istiqomah dalam pembinaan kepada kami dan Guru-guru di bawah Naungan Beliau.
2. Bapak Sudi, S. Pd.I selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin yang telah
memberikan ijin dan menugaskan penulis sebagai Guru di Lembaga ini.
3. Bapak Thamrin Saferi, selaku Komite Madrsah, yang telah memberikan ijin dan arahan kepada
penulis dalam penyusunan PTK ini.
4. Bapak Kuswara, M. Pd.I, selaku Kepala Madrsah MA Raudlatul Muta’allimin, yang telah
memberi izin dan banyak membantu, membimbing penulis dalam menyelesaikan PTK ini
5. Keluarga Besar MA Raudlatul Muta’allimin, teman-teman guru, karyawan dan para siswa yang
telah memberikan motivasi dan membantu memberikan keterangan selama penulis mengadakan
penelitian sehingga selesainya PTK ini.
Semoga Allah memberikan keberkahan pada apa yang sudah kita lakukan dan akan kita lakukan,
Amin Ya Robbal Alamin.

Kasui, 17 Oktober 2023


Penulis

Kuswara, M. Pd.I.

2
Daftar Isi .....................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau juga dikenal dengan istilah Proses Belajar Mengajar (PBM)
adalah suatu proses interaksi atau hunungan timbal balik antara guru dan peserta didik dalam satuan
pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan
pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi
lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku
dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu
dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga
menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan
merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal,
peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara atau teknik mengajar yang baik dan
mampu memilih Model Pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran
yang akan disampaikan agar prestasi belajar dan keterampilan yang diperoleh peserta didik mampu
meningkat secara terus-menerus.
Dalam Mata Pelajaran Fikih Kelas X, salah satu materi yang diajarkan adalah Zakat dan
Pengelolaannya. Pada materi ini salah satu aspek yang diharapkan adalah peserta didik dapat
meningkatkan pemahamnnya pada ketentuan Zakat dan Pengelolaannya sesuai dengan syariat
Islam, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dengan pemahaman Zakat yang
sesuai dengat Syariat Islam diharapkan mempu menjadi pribadi yang pandai bersuyukur dan
menjadi muzakki dalam kehidupan para peserta didik.
Era globalisasi tentunya tidak dapat dihindarkan, perkembangan ilmu dan pengetahuan serta
penerapanya, terutama masalah Zakat dan pengelolaannya juga mampu menyesuaikan dengan
kondisi dan perkembangan zaman saat ini. Dengan memehami konsep zakat dan konsep
pengelolaannya yang susuai dengan SyariatIslam bahkan Undang-undang di Negara Indonesia
maka hal ini sangat bermanfaat bagi kemaslahatan Umat, karena zakat memiliki fungsi dan
kebermanfaatan bangi Masyarakat dan Umat Islam Khususnya.

4
Oleh karena itu, untuk menyadarkan Peserta Didik di Madrasah dalam pemahaman materi tentang
Zakat dan Pengelolaannya perlu ditingkatkan dengan berbagai model pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Zakat dan Pengelolaannya sesuai syariat
Islam, dimana model pembelajaran itu disebut : Problem Base Learning (PBL) dirasa cocok dalam
memberikan pemahaman tentang Zakat dan Pengelolaannya sesuai syariat Islam kepada peserta
didik.
Tabel 1.1
Daftar Nilai Pretest Peserta Didik Pada Materi Zakat dan Pengelolaannya Sesuai
Syariat Islam :

No Nama Peserta Didik Nilai Keterangan


KKM Pretes
1 75 75 Tuntas
AL FATHIR ZEEA ALVIAN
2 75 65 Tidak Tuntas
AHMAD FEBRIYANSYAH
3 75 79 Tuntas
AHMAD RAMDANI
4 75 80 Tuntas
ALFARIZI
5 75 70 Tidak Tuntas
ALFIZA RAHMAN
6 75 68 Tidak Tuntas
ARDAN SANJAYA
7 75 71 Tidak Tuntas
BILI LUCKY ANDRIANZA
8 75 83 Tuntas
DANIL ARYA PRAKASA PUTRA
9 75 70 Tidak Tuntas
FEMAS ARDI ANSYAH
10 75 85 Tuntas
FITRA INSANI

Berdasarkan penjelasan di atas, masih rendahnya hasil test pengetahuan peserta didik pada mata
pelajaran Fikih materi tentang Zakat dan Pengelolaannya, dimana peserta didik yang memiliki nilai
minimal batas KKM (75) dan dikatakan tuntas adalah hanya 5 orang atau sebesar 50%. Sedangkan
peserta didik yang memiliki nilai dibawah KKM lebih banyak yaitu 5 orang atau sebesar 50%.
Model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) adalah merupakan model pembelajaran yang
menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari perserta didik (bersifat
kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka
perlu dilakukan suatu tindakan berupa penerapan model pembelajaran Problem Base Learning
(PBL) untuk memaksimalkan pemahaman peserta didik pada materi Zakat dan Pengelolaannya
sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Zakat dan Pengelolaannya Sesuai
Syariat Islam”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasar latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Fikih pada materi Zakat dan
Pengelolaannya sesuai syariat Islam
2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan sehingga pada proses belajar mengajar
dominasi guru sangat tinggi, sedangkan partisipasi peserta didik sangat rendah sehingga
5
pembelajaran cenderung searah dan klasikal
3. Masih rendahnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi-materi Pendidikan Agama
Islam yang telah disampaikan oleh guru
4. Kurangnya keseriusan, kesadaran dan keberanian peserta didik untuk bertanya di depan kelas

C. BATASAN MASALAH
Agar Peneliti ini lebih efektif, terarah dan dapat dikaji maka perlu pembatasan masalah.
Dalam penelitian ini difokuskan pada hal-hal berikut :
1. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata Fikih, pada materi Zakat dan Pengelolaannya
sesuai syariat islam
2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunkan guru sehingga pada proses belajar
mengajar dominasi guru sangat tinggi, sedangkan pastisipasi peserta didik sangat rendah
sehingga pembelajaran cenderung searah dan klasikal
3. Masih rendahnya tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi-materi yang disampaikan
oleh guru.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka penulis
dapat menyususn suatu rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada
pembelajaran Fikih dengan materi Zakat dan Pengelolaannya sesuai syariat Islam dikelas XA
Ma Raudlatul Muta’allimin?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran Fikih dengan materi
Zakat dan Pengelolaannya yang sesuai syariat Islam di kelas XA. MA Raudlatul Muta’allimin
setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Base
Learning (PBL) ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu:
1. Mengetahui sejauh mana proses penerapan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL)
pada mata pelajaran Fikih pada materi Zakat dan Pengelolaannya sesuai dengan Syariat Islam di
kelas XA. MA Raudlatul Muta’allimin.
2. Menganalisis hasil belajar peserta didik pada materi Zakat dan Pengelolaannya di kelas XA MA
Raudlatul Muta’allimin setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)

6
F. MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini hasil yang diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan yang bermanfaat bagi
penerapan teori dalam pembelajaran Fikih pada materi Zakat dan Pengelolaannya sesuai
dengan syariat Islam Untuk menambah wawasan keilmuan pendidikan khususnya tentang
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam meningkatkan hasil
belajar.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:
a. Bagi Peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peserta didik dalam pembelajaran Fikih
terutama pada materi Zakat dan Pengelolaannya sesuai syariat Islam serta sebagai motivasi
dalam proses belajar peserta didik
b. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan untuk pengembangan kualitas pembelajaran dan meningkatkan
profesionalisme guru dalam penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
c. Bagi Lembaga Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan mutu belajar peserta didik dalam
meningkatkan mutu pendidikan di MA Raudlatul Muta’allimin.
d. Bagi Penulis
Dengan melaksanakan PTK, dapat menambah ilmu pengetahuan tentang model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai sarana untuk menerapkan
pengalaman belajar yang telah di peroleh.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

A. MODEL PROBLEM BASED LEARNING


1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Proses pembelajaran dikelas biasanya dilengkapi dengan beberapa komponen pembelajaran,
salah satunya dengan model pembelajaran. Dimana model pembelajaran merupakan bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran
merujuk kepada wujud atau aplikasi dari suatu teori yang biasanya diikuti dengan adanya
strategi, media, metode, dan teknik dalam proses pembelajaran sehingga menjadi bentuk
praktis untuk dilaksanakan.
Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di tuntut untuk dapat memilih model
pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap peserta didik untuk secara aktif terlibat
dalam pengalaman belajarnya. Melalui proses ini peserta didik akan mengalami
perkembangan tahapan demi tahapan hingga menjadi utuh baik pada aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Problem Based Learning (PBL) mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
secara optimal dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif.
Model pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Model pembelajaran
dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri peserta didik. Suatu model pembelajaran
yang baik memiliki beberapa karakteristik, yaitu: “ memiliki prosedur ilmiah, hasil belajar
yang spesifik, kejelasan lingkungan belajar, kriteria hasil belajar, dan proses pembelajaran
yang jelas.” Suatu model pembelajaran dapat memberikan beberapa manfaat. Pertama,
memberikan pedoman bagi guru dan peserta didik bagaimana proses pencapaian tujuan
pembelajaran. Kedua, membantu dalam pengembangan kurikulum bagi kelas dan mata
pelajaran lain. Ketiga, membantu dalam memilih media dan sumber. Keempat, membantu
meningkatkan efektifitas pembelajaran.
Hampir semua model pembelajaran digunakan untuk pengembangan kemampuan
berfikir(kognitif), afektif dan psikomotor tahap menengah dan tinggi dapat digunakan dalam
pembelajaran kompetensi umum-akademik. Dalam pemilihan dan penggunaannya sudah
tentu disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik, sifat mata pelajaran, serta
dukungan sarana, fasilitas belajar serta lingkungan sekitar. Model pembelajaran yang
diutamakan, selain menekankan pengembangan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor tahap tinggi, juga menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
Pembelajaran atau pengajaran pada dasarnya merupakan kegiatan guru/dosen menciptakan
situasi agar peserta didik belajar. Tujuan utama pembelajaran atau pengajaran adalah agar
peserta didik belajar. Mengajar dan belajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat
8
dipisahkan. Bagaimanapun baiknya guru/dosen mengajar, apabila tidak terjadi proses belajar
pada para peserta didik, maka pengajarannya tidak baik, tidak berhasil. Sebaliknya, meskipun
cara atau metode yang digunakan guru/dosen sangat sederhana, tetapi sudah mendorong para
peserta didik banyak belajar, pengajaran tersebut cukup berhasil.
Melalui proses belajar-mengajar tersebut terjadi perubahan, perkembangan, kemajuan baik
dalam aspek fisik, intelek, sosial-emosi maupun sikap dan nilai. Makin besar atau makin
tinggi atau makin banyak perubahan atau perkembangan tersebut dapat dicapai oleh peserta
didik, maka makin baiklah proses belajar. Proses belajar mengajar disini adalah dalam rangka
pendidikan semua aktifitas dan perubahan atau perkembangan mengarah kepada lebih baik.
Perkembangan yang kearah tidak baik, itubukan pendidikan.
2. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah merupakan model pembelajaran yang menyajikan
berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari perserta didik (bersifat kontektual)
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. ProblemBased learning (PBL) menantang
“peserta didik untuk belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta
didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada
peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenan dengan
masalah yang harus dipecahkan.
Beberapa karakteristik dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak
terstruktur
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspektif)
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru
dalam belajar
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaan nya, dan evaluasi sumber
informasi merupakan proses yang ensensial dalam PBL
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif
h. Pengembangan keterampilan Inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan
penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan
i. Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrase dari proses belajar
j. PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman peserta didik dan proses belajar
3. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas- aktivitas
yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan
rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik serta dijelaskan bagaimana guru akan

9
mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi
agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:
1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi
lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana
menjadi siswa yang mandiri.
2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak
“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian
dan seringkali bertentangan.
3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, sedangkan peserta didik harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya.
4) Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik didorong untuk menyatakan ide-
idenya secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada
penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
5) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
6) Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota.
Oleh sebab itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok peserta didik, masing-masing kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu
masalah dan telah membentuk kelompok belajar, selanjutnya guru menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
b. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning (PBL). Meskipun setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis
dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi
merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik
untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betulmemahami dimensi situasi permasalahan.
c. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.
Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa berupa suatu video tape
(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara
fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik.
d. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning (PBL). Fase ini

10
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses
mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.
4. Komponen-Komponen Problem Based Learning (PBL)
Komponen-komponen pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dikemukakan oleh Arends, diantaranya adalah:
a. Permasalahan autentik. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta
didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab
dengan jawaban yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta
didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
Dari kompenen-kompenen diatas peserta didik dituntut untuk berfikir secara struktural dan
belajar menggunakan sumber dari berbagai perspektif ilmu memecahkan permasalahan
yang nyata
5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
d. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik Disamping
kelebihannya, model ini juga mempunyai kekurangan, yaitu:
1) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui Problem Based Learning (PBL)
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Adapun analisis penulis setelah melihat keunggulan dan kelemahan dari penerapan
model Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan bahwa kelemahan yang
terdapat pada model Problem Based Learning (PBL) ini dapat teratasi dengan adanya
peran aktif guru dalam memotivasi peserta didik serta persiapan waktu yang efektif dan
efisien.

11
B. TINJAUAN HASIL BELAJAR
1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu “ definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Dengan belajar manusia menjadi tahu,
memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Menurut morgan dan
kawan-kawan (1986) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar ada tiga macam yakni:
a. Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita.
Sedangkan Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yakni :
a. Ranah kognitif
b. Ranah afektif
c. Ranah psikomotoris.
2. Ciri-ciri tes hasil belajar
a. Valid: Sebuah tes dikatakan telah memiliki validitas, apabilates tersebut dengan secara
tepat, dan benar telah dapat mengungkapkan atau mengukur yang seharusnya diungkap
atau diukur lewat tes tersebut.
b. Reliabel: Ciri kedua dari tes hasil belajar yang baik adalah bahwa hasil belajar tersebut
telah memiliki reliabilitas atau bersifat reliabel. Dinyatakan riabel apabila hasil-hasil
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali pada
subyek yang sama.
c. Obyektif: Ciri ketiga dari tes hasil belajar yang baik adalah tes hasil belajar tersebut bersifat
obyektif. Bahan pelajaran yang telah diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh
peserta didik itulah yang dijadikan acuan dalam pembuatan atau penyusunan tes hasil
belajar.
d. Praktis: Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat
dilaksanakan dengan mudah karena tes itu: (a) bersifat sederhana (tidak banyak
menggunakan peralatan)(b) lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan
petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci jawabannya dan pedoman skoring serta
penentuan nilainya. Bersifat ekonomis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar
tersebut tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga dan biaya yang
banyak. berdasarkan hal tersebut, ada ayat Al-qur’an yang menjelaskan:
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar peserta didik sebagaiman yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah:
a. Faktor row input (faktor murid itu sendiri) dimana setiap anak memiliki kondisi yang
berbeda-beda dalam: (1) kondisi fisiologis, (2) Kondisi psikologis.
12
b. Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik itu lingkungan alami ataupun
lingkunagn sosial.
c. Faktor instrumental input, antaralain kurikulum, program/bahan pengajaran, sarana dan
fasilitas, guru (tenaga pengajar)
Selanjutnya Ahmadi dan Supriyono memaparkan bahwa faktor pertama merupakan faktor
dari dalam, dan faktor kedua dan ketiga disebut sebagai faktor dari luar, yang secara
lengkap dipaparkan sebagai berikut:
a. Faktor dari luar
1) Faktor environmental input (lingkungan)
Lingkungan fisik termasuk di dalamnya adalah suhu, kelembaban, kepengapan udara
dan sebgainya. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya
daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
2) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya
sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancang.
b. Faktor dari dalam
1) Kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan
capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagianya akan sangat membantu dalam
proses dan prestasi belajar. Demikian pula dengan kondisi panca indera, terutama indera
penglihatan dan pendengaran tidak kalah penting dalam mempengaruhi proses dan
prestasi belajar.
2) Kondisi psikologis
a. Minat
Minat sangat mempengaruhi proses dan prestasi belajar. Kalau seseorang tidak
berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil
dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya kalau seseorang
mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharpkan akan lebih baik.
b. Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan besar dalam menetukan berhasil atau tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program pendidikan.
c. Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar sesorang.
Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha itu.
d. Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong sesorang untuk melakukan
sesuatu. Jajdi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk belajar.

13
e. Kemampuan-kemampuan kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar melipuri
tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor, namun tidak
dapat diingkari bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan
untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dismpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat berasal dari dalam diri peserta didik yaitu kondisi
fisiplogis dan kondisi psikologis maupun dari luar diri peserta didik yaitu faktor
lingkungan dan faktor instrumental.
4. Kriteria Pengukuran Hasil Belajar
Pada prinsipnya, cerita pengukuran hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologi
yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik. Namun demikian,
pengukuran perubahan tingkah laku seluruh ranah ini, khususnya ranah rasa murid, sangat
sulit. Hal ini di sebabkan perubahan hasil belajar ini yang bersifat intangible ( tak dapat
diraba). Oleh karena yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam hal ini adalah hanya
mengambil cuplikan tingkah terjadi sebagai hasil belajar peserta didik, baik yang berdimensi
cipta dan rasa maupun yang berdimensi.
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagai mana yang
terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya hasil tertentu)
dikaitan dengan jenis hasil yang hendak diungkapkan atau diukur. Selanjutnya agar
pemahaman kita lebih mendalam mengenai kunci pokok tersebut dan untuk memudahkan
dalam menggunakan alat dan kiat evaluasi yang di pandang tepat, relibel, dan valid, dibawah
ini Surya dan Barlaw menyajikan sebuah tabel panjang yang dikutip oleh muhibbin Syah
dengan penyesuaian seperlunya.

14
Tabel 2.1
Indikator Penilaian

Ranah/ jenis Prestasi Indikator Cara evaluasi

A. Ranah Cipta (Kognitif)


1. Dapat menunjukkan 1. Tes lisan
1. Pengamatan 2. Dapat membandingkan 2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan 3. Observasi

1. Dapat menyebutkan 1. Tes lisan


2. Ingatan 2. Dapat menunjukkan kembali 2. Tes tertulis
3. Observasi

1. Dapat menjelaskan 1. Tes lisan


3. Pemahaman 2. Dapat mendefinisikan dengan 2. Tes tertulis
lisan sendiri 3. Observasi

1. Dapat memberikan contoh 1. Tes lisan


2. Tes tertulis
4. Penerapan

15
2. Dapat menggunakan secara
tepat

1. Dapat menguraikan
5. Analisis (Pemeriksaan 2. Dapat menggunakan secara 1. Tes lisan
dan pemilihan secara tepat 2. Tes pemberian
teliti) 3. Observasi

1. Dapat menghubungkan
6. Sintesis (membuat 2. Dapat menyimpulkan
panduan baru dan 3. Dapat menggeneralisasikan 1. Tes lisan
utuh) (membuat prinsip umum) 2. Tes pemberian

B. Ranah Afektif
1. Penerimaan 1. Menunjukan sikap menerima 1. Tes tertulis
2. Menunjukan sikap menolak 2. Tes skala sikap
3. Observasi

1. Kesediaan berpartisipasi/ 1. Tes skala sikap


2. Sambutan terlibat 2. Pemberian
2. Kesediaan memanfaatkan tugas
3. Observasi

1. Menganggap penting dan 1. Tes sakal sikap


bermanfaat 2. Pemberian
3. Apresiasi(sika 2. Menganggap indah dan tugas
p menghargai) harmonis 3. Observasi
3. Mengagumi

1. Mengakui dan meyakini 1. Tes skala sikap


2. Mengingkari 2. Pemberian
tugas
4. Internalisasi (pendalam) 3. Observasi

1. Melembagakan atau 1. Tes skala sikap


meniadakan 2. Observasi
5. Karakterisai 2. Menjelma dalam pribadi dan
(pengayaan) perilaku sehari-hari

16
C. Ranah Psikomotorik
1. Keterampilan bergerak 1. Mengkoordinasikan gerak mata, 1. Observasi
dan bertindak tangan, kaki, dan anggota tubuh 2. Tes tindakan
lainnya

1. Mengucapkan
2. Kecakapan ekspresi 2. Membuat mimic dan gerak 1. Tes lisan
verbal dan non verbal jasmani 2. Observasi
3. Tes tindakan

Menurut Mubbin syah kriteria pengukuran prestasi belajar didasarkan pada perkembangan
yang dimiliki oleh peserta didik yang meliputi:
a. Perkembangan motoric (motor development), yakni proses perkembangan progresif dan
berhubungan dengan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skill)
b. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi intelektual
atau pross perkembangan kemampuan kecerdasan otak anak.
c. Perkembangan social dan moral (social and moral development), yakni proses
perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan – perubahan cara anak dalam
berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai kelompok.
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah tolak ukur
atas pembelajaran. Apabila merujuk pada operasional keberhasilan belajar, maka belajar
dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi belajar tinggi,
baik individu maupun kelompok
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah dicapai oleh siswa baik
secara individu maupun kelompok
c. Terjadi proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi
berikutnya
Saiful bahri jamara mengemukakan ada beberapa indikator-indikator yang dapat dijadikan
tolak ukur keberhasilan belajar dalam peserta didik, yaitu:
a. Anak didik menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajari
b. Anak didik menguasai teknik dan cara mempelajari bahan pelajaran
c. Waktu yang diperlukan untuk menguasai bahan pengajaran relatif lebih singkat
d. Teknik dan cara belajar yang telah dikuasai dapat dipergunakan untuk mempelajari bahan
pelajaran lain yang serupa
e. Anak didik dapat mempelajari bahan pengajaran lain secara sendiri
f. Timbul motivasi intrinsik (dorongan dari dalam diri anak didik) untuk belajar lebih lanjut
g. Tumbuh kebiasaan peserta didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi
kegiatan di sekolah
h. Peserta didik terampil memecahkan masalah yang dihadapi

17
i. Tumbuh kebiasaan peserta didik untuk selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi
kegiatan sekolah
j. Kesediaan peserta didik untuk menerima pandangan orang lain dan memberikanpendapat
atau komentar terhadap gagasan orang lain
Dengan demikian hasil belajar pendidikan agama islam diukur melalui beberapa aspek yaitu
dari segi kuantitas dalam bentuk hasil atau nilai yang diperoleh sehingga kemampuan peserta
didik yang dimiliki dari hasil belajarnya itu dapat dijadikan bekal untuk menuju masa
depannya.
Melalui pengukuran prestasi itu dapat ditetapkan bagaimana kualifikasi prestasi yang dicapai
peserta didik baik peseorangan maupun secara keseluruhan. Ada beberapa alternatif norma
pengukuran tingkkat keberhasilan (prestasi belajar) siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut ialah:
a. Norma skala angka dari 0 sampai 10
b. Norma skala angka dari 0 sampai 100
Angka terendah yang menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala
0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60, alhasil pada prinsip
nya jika seseorang siswa mendapatkan nilai lebih dari batas minimal, ia dianggap telah
memenuhi target minimal keberhasilan belajar. Norma pengukuran ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.2
Perbandingan Nilai Angka dan Huruf

Simbol Nilai Angka dan Huruf


Angka Predikat
Skala 0-10 Skala 0-100
8-10 80-100 A Sangat baik
7-7,9 70-79 B Baik
6-6,9 60-69 C Cukup
5-5,9 50-59 D Kurang
0-4,9 0-49 E Gagal

18
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Zakat
2. Hukum Zakat
3. Macam-macam Zakat
4. Hikmah Materi Zakat

D. PENELITIAN RELEVAN
Riset-riset terdahulu menunjukkan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada materi Zakat yaitu :
1. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Materi Zakat Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning Di Smp Negeri 1 Salapian”
2. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran Fiqih Bab Zakat di Kelas VIII MTs Darul Hikam Semester 1 Tahun Pelajaran
2020/2021.
Penulis bermaksud mengikuti peneliti sebelumnya yaitu tersebut di atas dalam menggunakan
model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) karena menurut penulis salah satu teknik
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman peserta didik adalah
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) .
E. HIPOTESIS TINDAKAN
Pemilihan metode, strategi dan model pembelajaran yang tepat merupakan hal yang sangat penting
untuk mewujudkan pembaharuan inovasi atau perubahan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu alternatif model
pembelajaran yang diterapkan pendidik untuk mencapai aspek-aspek pemahaman konsep, aktifitas
dalam berfikir, pemecahan masalah dan sebagainya.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang
mendorong siswa untuk aktif dalam belajar terutama dalam memecahkan suatu masalah,
membangun kesadaran dalam bekerja sama, aktif dalam bertukar fikiran dengan sesamanya dalam
memahami materi. Pembelajaran Fikih dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan adanya kerja kelompok akan membantu
siswa dalam memahami materi terutama siswa yang daya tangkapnya lemah. Berarti tugas guru
dalam mengajar Fikih menjadi ringan dan pencapaian ketuntasan belajar dapat tercapai karena
adanya kerja sama yang saling membantu mempermudah pemahaman materi bagi siswa yang
kesulitan memahami.
Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka peserta didik akan
selalu terlibat secara langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan peserta didik
untuk memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran, materi yang dibahas akan selalu teringat
oleh peserta didik dan konsep yang harus dikuasai oleh peserta didik akan mudah diterima.

19
Berikut adalah gambaran pemikiran peneliti :
Rancanfan Kerangka Berpikir:

Penjelasan: Pada kondisi awal guru belum menerapkam model pembelajaran Problem Based
Gurusiswa
Learning (PBL). Berdasarkan pengamatan, belumkelas X.A dalam pembelajaran
Hasil belajar siswa masih
Fikih pada materi
menerapakan model rendah
Zakat dan Pengelolaannya sesuai syariat IslamPBL
pembelajaran hasil belajar peserta didik masih banyak yang
mendapatkan nilai dibawah KKM, disebabkan karena kurangnya antusias peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dengan baik dan bersungguh-sungguh. Oleh
Guru menerapakan Sikluskarena itu, dilakukan
I melakukan
model pembelajaran pembelajaran menggunakan
tindakan yaitu menerapkan model pembelajaran
PBL pada proses
Problem Based Learning (PBL) dalam proses
model PBL
pembelajaran. pembelajaran

Pada Siklus I dilakukan pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kemudian dilakukan pada
Siklus
Siklus II dengan menerapkan kembali model pembelajaran Problem I I melakukan
Based Learning (PBL).
pembelajaran menggunakan
Kondisi yang diharapkan yaitu dengan model pembelajaran Problem Basedmodel
Learning
PBL (PBL) dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis tindakan yang diajukan peneliti adalah
sebagai berikut: “Jika Model Pembelajaran diterapkan, maka hasil belajar peserta didik pada
pelajaran Fikih dengan materi Zakat dan Pengelolaannya sesuai syariat Islam kelas X.A Raudlatul
Muta’allimin meningkat”.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN SIFAT PENELITIAN


Penelitian yang dilakukan penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan
kelas merupakan sebuah upaya yang ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran atau
memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
Suharsimi menjelaskan PTK dengan memisahkan kata-kata yang tergabung didalamnya, yakni:
Penelitian + Tindakan + Kelas, dengan paparan sebagai berikut:
1. Penelitian-kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metedologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti;
2. Tindakan – sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam
penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan;
3. Kelas – dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik. Yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam
waktu yang sama menerima pelajaran dari seorang guru.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007)
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas (independent variabel) atau variabel X adalah variabel yang dipandang sebagai penyebab
munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya. Sedangkan variabel terikat (dependent
variabel) atau variabel Y adalah variabel (akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti
perubahan dari variabel-variabel bebas. Umumnya merupakan kondisi yang ingin kita ungkapkan
dan jelaskan (Kerlinger, 1992)
1. Variabel Bebas (Independent) : Model Pembelajatan Problem Based Learning (PBL) (X)
2. Variabel Terikat (Dependent): Hasil Belajar peserta didik pada materi Zakat dan Pengelolaannya
sesuai syariat islam (Y)
C. RANCANGAN TINDAKAN
Secara umum, penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas beberapa siklus atau pengulangan dari
siklus. Setiap setiap siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan/observasi; dan (4) refleksi.
Keempat tahapan tersebut merupakan unsur yang membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran
kegiatan beruntun. Sehingga bentuk penelitian tindakan kelas tidak pernah merupakan kegiatan
tunggal, tetapi berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke bentuk asal, yaitu siklus.

21
Alur model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planing).
a. Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan
kepada peserta didik (menetukan pokok bahasan, mengembangkan skenario pembelajaran)
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Membuat lembar kerja Peserta Didik (LKPD)
d. Membuat instrument yang digunakan dalam PTK
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
2. Pelaksanaan tindakan (Action)
Tahap ini meliputi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan berdasarkan RPP yang telah dibuat disertai
dengan perangkat pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu kartu soal dan
jawaban, dan instrumen penelitian, yaitu tes hasil belajar siklus I dan II, lembar observasi
belajar siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus satu ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan,
antara lain sebagai berikut.
a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario.
b. Menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran.
c. Peserta didik diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap materi yang
diajarkan.
d. Melakukan pengamatan.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran kelompok berlangsung. Kegiatan
observasi dilakukan dengan cara mengisi lembar observasi. Juga observasi keterlaksanaan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dinilai langsung oleh kepala sekolah.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan pada akhir siklus. Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan
kemudian dianalisis. Hasil analisis siklus pertama inilah yang dijadikan acuan penulis untuk
merencanakan siklus kedua.
a. Hal-hal yang belum berhasil ditindak lanjuti, sedangkan yang sudah baik dipertahankan
atau ditingkatkan, sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang
diharapkan dan hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
22
b. Melakukan analisis data yang telah terkumpul dalam tahap pengamatan
c. Selanjutnya diteliti mana kelemahan dan kelebihan masing-masing peserta didik dan
selanjutnya melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
D. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Penentuan subjek dan objek adalah usaha penentuan sumber data, artinya dari mana data
penelitian dapat di peroleh. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X.A
MA Raudlatul Muta’allimin yang berjumlah 32 orang.
2. Objek penelitian
Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) mata pelajaran Fikih Materi Zakat dan Pengelolaannya Sesuai
Syariat Islam Kelas X-IPA.
E. KRITERIA KEBERHASILAN TINDAKAN
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian Tindakan ini apabila:
1. Peserta didik memperoleh peningkatan nilai berdasar Kategorisasi perolehan nilai N- gain score
dapat ditentukan berdasarkan nilai N-gain maupun dari nilai N-gain dalam bentuk persen (%).
2. Lebih dari 75% peserta didik yang memperoleh peningkatan nilai

F. SUMBER DATA
Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka,
lambang atau sifat. Menurut Webster New World Dictionary, pengertian data adalah things known
or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya
yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu
keadaan atau persoalan. Data bisa juga didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang
diperoleh dari pengamatan (obsevasi) suatu objek. Data yang baik adalah data yang bisa dipercaya
kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas atau bisa memberikan
gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.
1. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut dapat
diperoleh dan memiliki informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan
bagaimana data tersebut diolah. Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.
Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu
informan (orang) yang dapat memberikan informasi tentang data penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah peserta didik kelas X IPA SMA Bina Negara 1 Baleendah yang terdiri dari
32 peserta didik. Hal ini menjadi pertimbangan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
peserta didik dalam pembelajaran yang diberikan dengan diterapkannya penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Pendidikaan Agama Islam
dengan materi Zakat dan Pengelolaannya sesuai syari’ah islam. Sumber data sekunder yaitu
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data tersebut
adalah data hasil belajar yang dikumpulkan, data pendukung dalam penelitian ini adalah data
23
dari Kepala Sekolah, Wali kelas dan administrasi SMA Bina Negara 1 Baleendah.
2. Data
Data adalah catatan fakta-fakta atau keterangan yang akan diolah dalam kegiatan penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat menggambarkan
keberhasilan dan ketidakberhasilan penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Skor hasil pekerjaan secara individu dan kelompok pada latihan soal-soal.
b. Lembar Penilaian diri peserta didik yang berkaitan dengan materi Zakat dan
Pengelolaannya sesuai syariat islam
c. Hasil observasi yang dilakukan melalui pengamatan oleh teman sejawat guru untuk melihat
sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL)
d. Lembar penilaian dari rangkaian kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran selamadiskusi
kelompok
G. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
1. Tes
Tes adalah suatu cara mengumpulkan data dengan memberikan tes kepada objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes hasil belajar, yaitu tes yang digunakan untuk
mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu. Tes ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan melihat
nilai yang diperoleh siswa melalui tes tersebut. Dalam penelitian ini tes yang diberikan kepada
peserta didik ada dua macam, yaitu :
a. Pre test
yaitu bentuk tes yang diberikan sebelum dimulainya proses pengajaran. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui sampai dimana penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang
akan diajarkan.
b. Post test
yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan pengajaran. Tujuan dari tes ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana pencapaian peserta didik terhadap bahan pengajaran
setelah melalui kegiatan belajar. Adapun untuk instrumen tes sebagaimana terlampir.
2. Skala Sikap
Skala sikap merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, nilai, dan
karakteristik lain. Dalam skala sikap berisikan nilai-nilai bilangan untuk menilai subjek, obyek,
atau perilaku-perilaku untuk maksud mengkuantifikasikan atau mengukur kualitas-kualitas.
a. Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya
b. Memilih dan membuat daftar dari konsep kata sifat yang relevan dengan objek penilaian
sikap
c. Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala
d. Menentukan skala dan penskoran.
3. Rubik Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja ialah penilaian berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa.
Aktivitas peserta didik disini yang dinilai adalah aktivitas peserta didik selama melakukan
diskusi kelompok.
4. Lembar Observasi
5. Penilaian observasi disini adalah observasi keterlaksanaannya pembelajaran dengan

24
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

H. TEKNIK ANALISIS DATA (N-gain) DARI Hake (1998)


Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif model
mengalir dari Miles dan Huberman yang meliputi tiga hal, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi,
pemfokusan, dan pengabstrasian data mentah menjadi data yang lebih bermakna. Dengan
pereduksian data maka akan lebih memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan dari hasil
penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menyusun secara naratif sekumpulan infromasi
yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memungkinkan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang sudah terorganisir ini kemudian

25
dideskripsikan guna memperoleh bentuk nyata dari responden sehingga lebih mudah
dimengerti peneliti atau orang lain yang tertarik dengan penelitian yang dilakukan.
3. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap penarikan kesimpulan ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan
kesimpulan terhadap data-data dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Kesimpulan
dalam penelitian ini merupakan hasil temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan tersebut dapat berupa deskripsi yang merupakan gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah dilaksanakan penelitian menjadi lebih
jelas. Jika hasil dari kesimpulan yang diperoleh kurang kuat maka perlu adanya verifikasi.
Adapun normalized gain atau N-gain score dapat kita hitung dengan berpedoman
pada rumus di bawah ini:

Keterangn : Skor ideal adalah nilai maksimal (tertinggi) yang dapat diperoleh
Kategorisasi perolehan nilai N-gain score dapat ditentukan berdasarkan nilai N-gain
maupun dari nilai N-gain dalam bentuk persen (%). Adapun pembagian kategori
perolehan nilai N-gain dapat kita lihat pada table berikut:

Sementara, pembagian kategori perolehan N-gain dalam bentuk persen dapat


mengacu pada gambar table di bawah ini:

Catatan : kitab oleh memilih salah satu dari kedua ketentuan tentang kategori atau kriteria
perolehan nilai N-gain score di atas.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Materi Zakat Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning Di Smp Negeri 1 Salapian”
2. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran Fiqih Bab Zakat di Kelas VIII MTs Darul Hikam Semester 1 Tahun Pelajaran
2020/2021
3. Karimulla, Mohammad ( 2017). Upaya Memaksimalkan Pemahaman Siswa Pada
Ketentuan Zakat dan Pengelolaannya Sesuai Dengan Syariat Islam Dengan Menerapkan
MetodeResitasi Dan Diskusi Pada Siswa Kelas X. Ips 3 Sman ITanjung Palas Tahun Pelajaran
2017/2018. https://suaidinmath.wordpress.com
4. Kusnandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
5. Rahman, Taufiqur. 2018. Aplikasi Model-model Pembrlajaran Dalam Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta:Pilar Nusantara Cetakan 1
6. Said dan Nasikin HM. 2016. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X. Jakarta :
Erlangga
7. Saidah (2022) “ Penerapan Metode Resitasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Zakat dan
Pengelolaannya Sesuai Syariat Islam Siswa Kelas X” https://e-proceedings.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php/PPGAI/article/download/1097/1132
8. Sugiyono (2019). Statistika untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta

27
LK-11b: PENYUSUNAN INSTRUMEN PTK
1. Contoh Angket Ceklist:
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Tulislah Identitas dengan benar pada kolom yang sudah disediakan
2. Perhatikan dengak seksama setiap pertanyaan yang ada
3. Pilihlah jawaban pada salah satu dari empat alternatif pilihan dengan memberi tanda ceklist
pada kolom yang telah disediakan
4. Angket ini digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL pada peserta
didik mata pelajaran Fikih kelas X.
Nama : …………………………………
Kelas : …………………………………
No. Absesi : ………………………………….
Alternatif Jawaban :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Daftar Angket :
No Pernyataan SS S ST STS
1 Fikih merupakan Pelajaran penting untuk
dipelajari karena di dalamnya ada materi
Zakat yang wajib diketahui setiap Muslim
2 Saya mempelajarai Fikih untuk
memperdalam ilmu agama terutama Fikih
Zakat
3 Dengan mempelajarai Fikih Zakat saya bisa
menjalankan agama / Rukun Islam yang
ketiga dengan baik di Masyarakat
4 Saya memahami Fikih Zakat untuk
membantu pemahaman di Masyarakat dalam
pengelolaannya
5 Saya belajar Fikih Zakat untuk keperluan
diri dan keluarga agar bisa menerapkannya
sesuai dengan syariat Islam

2. Contoh instrumen wawancara :


Instrumen penelitian penerapan PBL :
Nama Madrasah : ........................
Alamat : ........................
Nama Guru : ........................
Hari/Tanggal : ........................
Pertanyaan :
1. Apa saja media yang ada dimadrasah yang bisa digunakan dalam
pembelajaran?
2. Bagaimana penerapan media pembelajaran sudah sesuai dengan perencanaan
pembelajaran?
3. Media apa yang akan digunakan dalam pembelajaran Fikih materi Zakat?
4. Apakah guru selalu menggunakan media pembelajaran dalam setiap
menyampaikan materi ajar?
5. Apa saja Langkah-langkah guru dalam menggunakan media pembelajaran
pada materi fikih Zakat?

28
3. Contoh Lembar Observasi Penelitian PBL :
Petunjuk Pengisian :
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model PBL di kelas
X mata pelajaran Fikih. Berikan penilaian dengan memberikan keterangan pada
kolom ceklist berdasarkan pengamatan yang dilakukan.
Isian :
Hari / Tanggal : ………………………
Waktu / Jam : ………………………

TAHAPAN ASPEK DAFTAF CEKLIST


PEMBELAJARAN KEGIATAN Ya Tidak
GURU
Orientasi Masalah Menyebutkan
orientasi =
TP (tujuan
pembelajaran)
sebelum memulai
materi
Melakukan
apersepsi
Melakukan
motivasi
Pengorganisasian Membagi peserta
Peserta Didik didik dalam
kelompok
heterogen
Melakukan
pengecekan setiap
kelompok untuk
membantu
organisasi tugas
peserta didik
Mengatur
penggunaan
waktu dalam
mengerjakan
tugas dengan
tepat
Pembimbingan Guru melakukan
peserta didik pembimbingan
saat mengerjakan
tugas
Memberikan
gambaran dan
motivasi terarah

4. Contoh Soal Tes :


Pretest :
1. Apa yang dimaksud dengan zakat?
2. Sebutkan salah satu harta yang wajib dizakati, beserta persyaratan-persyaratannya.
3. Bagaimana cara menghitung zakat emas dan perak?
4. Jelaskan konsep harta yang diwajibkan zakat pada fikih.
5. Bagaimana cara menghitung zakat pertanian, hewan ternak, dan barang dagangan?
6. Apa perbedaan antara zakat dan infak? Jelaskan dengan singkat.
7. Bagaimana aturan zakat fitrah ditentukan?
8. Apa tujuan utama dari zakat dalam Islam?
9. Jelaskan bagaimana zakat dapat membantu mengurangi ketimpangan sosial dalam masyarakat.
10. Apa yang dapat dijadikan nisab (batas minimum) dalam zakat?
11. Apa hukum memberikan zakat pada anak yatim piatu?
12. Bagaimana cara distribusi zakat yang benar dalam Islam?
13. Sebutkan contoh-contoh amil zakat dalam masyarakat.
14. Apa yang perlu diperhatikan saat menghitung zakat mal?

29
Post Test :
1. Apa yang dimaksud dengan zakat?
2. Sebutkan salah satu harta yang wajib dizakati, beserta persyaratan-persyaratannya.
3. Bagaimana cara menghitung zakat emas dan perak?
4. Jelaskan konsep harta yang diwajibkan zakat pada fikih.
5. Bagaimana cara menghitung zakat pertanian, hewan ternak, dan barang dagangan?
6. Apa perbedaan antara zakat dan infak? Jelaskan dengan singkat.
7. Bagaimana aturan zakat fitrah ditentukan?
8. Apa tujuan utama dari zakat dalam Islam?
9. Jelaskan bagaimana zakat dapat membantu mengurangi ketimpangan sosial dalam masyarakat.
10. Apa yang dapat dijadikan nisab (batas minimum) dalam zakat?
11. Apa hukum memberikan zakat pada anak yatim piatu?
12. Bagaimana cara distribusi zakat yang benar dalam Islam?
13. Sebutkan contoh-contoh amil zakat dalam masyarakat.
14. Apa yang perlu diperhatikan saat menghitung zakat mal?

30

Anda mungkin juga menyukai