Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi

Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya

bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep

positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Pengertian Kesehatan Menurut Undang-Undang Dalam Undang-Undang ini

yang pengertian kesehatan adalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah

dan atau masyarakat.

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu perlu dipelihara

dan ditingkatkan. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemauan hidup sehat bagi setiap

penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mendukung hal tersebut diperlukan adanya kebijakan-kebijakan di

bidang kesehatan yang bersumber daya dari masyarakat, oleh masyarakat dan

untuk masyarakat. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak

untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi

kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

1
2

Guna mewujudkan hal tersebut, Departemen Kesehatan telah

merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan yang dilandasi

paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model

pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan

yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya

lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.

Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis

berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan

oleh interaksi antar manusia dengan segala sesuatu yang ada di sekitarnya

yang memiliki potensi penyakit. Contoh dari penyakit berbasis lingkungan

yaitu diare, ISPA, TBC, penyakit kulit dan lain-lain. Berdasarkan data

puskesmas Pasirian tahun 2013, ISPA menempati posisi penyakit tertinggi

sebesar 9,08% sedangkan diare sebesar 2,81%,

Perubahan tingkat kesehatan juga memicu transisi epidemiologi

penyakit, yakni bertambahnya penyakit degenerasi atau sikenal dengan

penyakit tidak menular (PTM). Saat ini PTM seperti penyakit jantung, stroke,

hipertensi, diabetes mellitus merupakan penyebab utama kematian dan

ketidakmampuan fisik yang diderita oleh masyarakat Indonesia bahkan

dunia. Terjadinya PTM ternyata telah mempunyai prakondisi sejak dalam

kandungan dan masa pertumbuhan seperti berat bayi lahir rendah, kurang gizi

dan terjadinya infeksi berulang, juga diperberat oleh perilaku tidak sehat.

Berdasarkan data sepuluh penyakit terbesar di puskesmas Sumbersari tahun

2014, penyakit hipertensi menempati posisi ketiga dengan prosentase 6,93%


3

dan penyakit kencing manis menempati posisi ketujuh dengan prosentase

2,89%.

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan

bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) 307 per 100.000 kelahiran hidup yang

disebabkan oleh perdarahan, eklampsi dan infeksi. Angka Kematian Bayi

(AKB) 35 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas

Pasirian pada tahun 2010, AKI mencapai 288 per 100.000 kelahiran hidup

dan AKB 19 per 1.000. pada tahun 2011, AKI mencapai 242 per 100.000

kelahiran hidup dan AKB 15 per 1.000 kelahiran hidup.

Permasalahan di atas dapat dicegah dengan melaksanakan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat khususnya di rumah tangga karena anggota rumah

tangga merupakan asset yang potensial untuk diberdayakan dalam upaya

menjaga dan memelihara kesehatan. Melalui upaya ini, setiap rumah tangga

diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang

kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan

menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga

digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Survey PHBS Tatanan Rumah Tangga merupakan pemantauan dan

penilaian untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan promosi PHBS tatanan

rumah tangga telah berjalan dan memberikan hasil seperti yang diharapkan

terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Melalui 10

indikator PHBS diharapkan adanya pemantauan dan penilaian oleh petugas


4

kesehatan dengan menggunakan Formulir PHBS di rumah tangga sebagai

dasar untuk melihat perkembangan pencapaian rumah tangga sehat.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka untuk melihat sejauh mana perkembangan Rumah Tangga Sehat di

Puskesmas Sumbersari dilakukan survey PHBS Rumah Tangga Sehat. Untuk

menilai Rumah Tangga Sehat, digunakan 10 indikator PHBS yang terdiri dari

7 indikator perilaku sehat dan 3 indikator lingkungan sehat.

1.3 Pembatasan Masalah

Mempertimbangkan keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan

pentingnya kegiatan survey PHBS ini, maka kami membatasi ruang lingkup

survey pada 10 indikator PHBS dan lebih menyederhanakan sampel menjadi

210 KK (sampel minimal yang dapat mewakili populasi) untuk satu wilayah

kerja Puskesmas Sumbersari.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah kegiatan ini adalah apakah Rumah Tangga Sehat

di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Kecamatan Sumbersari Kabupaten

Lumajang Tahun 2015 telah mencapai target nasional sebesar 65%?

Anda mungkin juga menyukai