Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesejahteraan Sosial Journal of Social Welfare http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.

php/ks
Vol. 3 No. 2, M aret 2016: 131 - 140
ISSN: 2443-2016

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN USAHA AGRIBISNIS TOMAT


(Lycopersicum esculentum) DI KABUPATEN BOYOLALI
1
Widarti, 2 Syaiful Anwar, 3 Mukson
Program Studi Magister Agribisnis Universitas Diponegoro Semarang
Jl.Imam Barjo, SH. No.5 Semarang – 50241 ; Telp./Fax.024-8453811

ABSTRACT
This research analyze the efficiency of tomato which is grown in Boyolali Residence, where Selo and
Cepogo District as the research location because it is the centre of tomato producers. The aims of the
research are to knowing (1) tomato agribusiness potency, (2) marketing models, (3) marketing
efficiency, (4) factor that influencing marketing efficiency and (5) marketing strategic in Boyolali
Regency. The research was done from January to February 2011 using survey method to 20 tomato
farmers that selected randomly and 56 tomato traders that selected using snowball sampling
technique . Based on the result of the research, tomato is not basic product Boyolali but Selo and
Cepogo District. product there are five marketing models : first, farmer – residence middleman –
local retailer – local consumer (26 %); second, farmer – district middleman – residence middleman –
local retailer – local consumer (3 %); third, farmer – district middleman – outside middleman– outside
retailer –outside consumer (9 %); fourth, farmer – outside middleman - outside retailer – outside
consumer (59 %); and fifth, farmer – farmer association (Aspakusa) – modern market – outside
consumer (3%). The strategy for tomato marketing are agricultural technology, intensive agricultural
practices for highland variety, post harvest activity grading and sorting, good storage practice,
cooperating with processing industry, direct selling, activated agricultural extension to increasing
farmer skill accessed market information and technology, promotion using information technology,
organizing market with representative location, training agricultural product processing for farmer
especially farmers wife and increase role of farmer association as one of effective organization were
giving agricultural information.

Keywords: tomato, marketing models, efficiency, marketing strategy

EFFICIENCY ANALYSIS OF TOMATO AGRIBUSINESS BUSINESS


MARKETING (Lycopersicum esculentum) IN REGENCY OF BOYOLAL

ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis efisiensi pemasaran tomat di Kecamatan Selo dan Cepogo yang
merupakan daerah penghasil tomat Kabupaten Boyolali Penelitian ini mengkaji (1) potensi agribisnis
tomat, (2) pola pemasaran, (3) efisiensi pemasaran, (4) faktor yang mempengaruhi efisiensi
pemasaran dan (5) strategi pemasaran agribisnis tomat di Kabupaten Boyolali. Penelitia n dilakukan
pada bulan Januari – Februari 2011 dengan 20 orang responden petani secara purposive dan 56
responden pedagang secara snowball sampling. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tomat bukan
merupakan produk basis di Kabupaten Boyolali namun merupakan komoditas basis di Kecamatan
Selo dan Cepogo. terdapat 5 pola pemasaran yaitu Pola I : petani – pedangang besar lokal – pengecer
– konsumen (26 %), Pola II : petani – pedagang pengumpul - pedagang besar lokal – pengecer –
konsumen (3 %), Pola III : petani – pedagang pengumpul - pedagang besar luar daerah – pengecer –
konsumen (9 %), Pola IV : petani - pedagang besar luar daerah – pengecer – konsumen (59 %) dan
Pola V : petani - Asosiasi – pengecer – konsumen (3 %). Strategi pemasaran tomat di Kabupaten
Boyolali adalah penyediaan bibit unggul melalui p enemuan dalam bidang teknologi pertanian,
melakukan budidaya yang intensif terhadap varietas unggul lahan dataran tinggi, melakukan kegiatan
pascapanen sortasi dan grading serta penyimpanan yang baik, melakukan kemitraan dengan industri
pengolahan pangan, melakukan penjualan langsung kepada konsumen, meningkatkan kemampuan
petani dalam mengakses informasi pasar dan teknologi dengan mengefektifkan peran penyuluh

131
pertanian, promosi dengan memanfaatkan teknologi informasi, penataan kembali pasar sayur di
Boyolali dengan pembuatan tempat yang lebih representative, dan pelatihan terhadap petani terutama
wanita tani dalam pengolahan produk hasil pertanian, serta peningkatan peran kelompok tani dan
asosiasi sebagai salah satu wadah organisasi petani yang efektif da lam penyampaian informasi
pertanian.

Kata kunci: tomat, pola pemasaran, efisiensi pemasaran, strategi pemasaran

Agribisnis merupakan suatu usaha tani yang Petani sayuran di Kabupaten


berorientasi komersial atau usaha bisnis Boyolali lebih banyak yang berorientasi
pertanian dengan orientasi keuntungan. pada produksi dengan kurang menguasai
Masalah yang terjadi pada pengembangan pemasaran. Usaha tani berorientasi pada
agribisnis hortikultura seperti sayuran adalah produksi berarti kurang memperhatikan
kendala pada off farm yaitu pascapanen dan komoditas yang sesuai, tingkat permintaan,
pemasaran (Irawan, 2003). Pengembangan mutu/kualitas, kontinyuitas serta kurang
hortikultura khususnya sayuran harus memperhatikan peluang pasar sehingga
dilakukan secara seimbang, artinya adanya hasilnya statis. Permasalahan tersebut
keseimbangan pengembangan antara aspek terjadi karena kurangnya kualitas SDM,
pertanian, bisnis dan jasa penunjang. penguasaan teknologi yang masih
Penanganan produksi tanpa didukung terbatas, informasi pasar yang belum
dengan pemasaran yang baik tidak akan terjangkau oleh petani, belum optimalnya
memberi manfaat dan keuntungan bagi penanganan pasca panen dan adanya
petani. persaingan pasar.
Kabupaten Boyolali mempunyai Dalam hal pengembangan agribisnis
potensi yang strategis dalam pengembangan tomat, pemasaran menjadi salah satu
agribisnis sayuran baik organik maupun permasalahan yang dihadapi oleh petani.
nonorganik. Sebagian besar penduduk yang Sebagian besar petani kurang memahami
mempunyai matapencaharian sebagai petani konsep pemasaran produk, sehingga
merupakan salah satu modal utama. mengalami kesulitan dalam memasarkan
Agribisnis yang sedang dikembangkan di produk-produk pertanian yang akhirnya
Boyolali saat ini adalah agribisnis sayuran. membuat harga tidak stabil atau tidak
Agribisnis sayuran dikembangkan di menguntungkan. Harga tomat seperti
Kabupaten Boyolali karena kondisi alam sayuran pada umumnya mempunyai sifat
yang mendukung dengan sentra produksi di fluktuatif akibat produksi yang tidak sesuai
Kecamatan Cepogo, Selo, Teras, Sawit, dengan kebutuhan konsumen dan
Mojosongo dan Banyudono. minimnya sarana penyimpanan sehingga

132
Jurnal Kesejahteraan Sosial Journal of Social Welfare http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/ks
Vol. 3 No. 2, M aret 2016: 131 - 140
ISSN: 2443-2016

pengaturan volume penawaran sulit untuk 20 pedagang besar luar kabupaten, 11


menyesuaikan dengan permintan pedagang pengecer lokal, 8 pedagang
konsumen. Untuk itu perlu dikaji tentang pengecer luar daerah dan 1 asosiasi petani.
bagaimana pola pemasaran, efisiensi pasar, Sedangkan data sekunder diambil dari
strategi pemasaran dan potensi agribisnis instansi yang terkait.
tomat di Kabupaten Boyolali. Metode analisis yang digunakan
metoda analisis deskriptif kualitatif dan
METODE PENELITIAN kuantitatif dengan pendekatan penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survai. Analisis data yang digunakan
survai, yaitu dengan mengambil sampel adalah:
dari suatu populasi dan menggunakan 1. Analisis Potensi komoditas tomat
kuesioner sebagai alat pengumpul data (Location Quotien )(Warpani,1984
(Singarimbun dan Efendi, 2006). dalam Pranoto, 2008).
Kecamatan yang digunakan sebagai Si / Ni Si / S
LQ =  ......... (1)
lokasi penelitian ditentukan dengan S/N Ni / N
purposive sampling yaitu kecamatan Keterangan :

dengan produksi tomat cukup besar yaitu LQ = Besarnya koefisien lokasi

di Desa Tarubatang Kecamatan Selo dan komoditas pangan.

Desa Sukabumi Kecamatan Cepogo. Si = Jumlah (produksi ) komoditas i

Sedangkan sampel lembaga pemasaran pada tiap kecamatan

dilakukan dengan metode snowball S = Jumlah (total produksi) pangan

sampling. tingkat kecamatan

Penelitian dilakukan bulan Januari Ni = Jumlah produksi komoditas i

tahun 2011 sampai dengan Februari 2011. pada tingkat kabupaten.

Jumlah sampel petani yang diambil di N = Jumlah total produksi komoditas

Kecamatan Selo sebanyak 10 petani tomat pangan tingkat kabupaten.

dan 10 di Kecamatan Cepogo. Pedagang Angka LQ memberikan indikasi:

yang digunakan sebagai sampel akan a. LQ>1, termasuk komoditas basis

mengikuti alur pemasaran yang dilakukan b. LQ<1, termasuk komoditas non basis

petani. Jumlah pedagang sebagai sampel c. LQ=1, hanya dapat mencukupi

ada 56 pedagang yang terdiri dari 10 wilayah itu sendiri

pedagang lokal, 6 pedagang pengumpul,

133
2. Pola distribusi pemasaran tomat Matriks IFE digunakan untuk
dengan mengikuti jalur pemasaran dari mengevaluasi faktor internal dengan
petani sampai konsumen kekuatan dan kelemahan. Pembuatan
3. Analisis margin pemasaran dihitung matriks evaluasi faktor eksternal yang
berdasarkan selisih harga di tingkat digunakan untuk mengevaluasi faktor
konsumen dengan tingkat petani peluang dan ancaman terhadap
(Sudiyono, 1997). pemasaran tomat.
M = Pr – Pf .....................(2) 7. Analisis SWOT (Sterngths Weakness
Keterangan : Opportunities Threats) (David, 2006)
M = Margin pemasaran Analisis SWOT didahului dengan
Pr = Harga konsumen identifikasi posisi melalui evaluasi nilai
Pf = Harga produsen faktor internal dan evaluasi nilai faktor
4. Efisiensi pemasaran dihitung dengan eksternal untuk memilih alternatif
rumus (Prasetyo dan Mukson, 2003): strategi pemasaran dengan mengetahui
MM kondisi sekarang berada pada kuadran
ME  x100% ....... (4)
VP mana sehingga strategi yang dipilih
Keterangan: merupakan strategi yang paling tepat.
ME = Efisiensi pemasaran
MM = Margin Pemasaran HASIL DAN PEMBAHASAN

VP = Nilai produk yang dipasarkan Kondisi Agribisnis Sayuran di


5. Penentuan faktor yang mempengaruhi Kabupaten Boyolali

efisiensi pemasaran tomat (Sugiyono, Kondisi alam Boyolali sangat


2007). mendukung dalam pengembangan

Y  a  b1 X 1  b2 X 2  e …….(7) agribisnis sayuran. Sayuran sangat baik


dikembangkan di Kecamatan Selo dan
Keterangan:
Y = Efisiensi Pemasaran (%) Cepogo karena topografinya sangat sesuai
untuk budidaya sayuran dataran tinggi.
X1 = Margin Pemasaran (Rp/kg)
X2 = Volume pemasaran (kg) Produksi sayuran belum optimal karena
belum terserapnya teknologi budidaya
e = error
6. Pembuatan matriks IFE (Internal Factor sampai pascapanen oleh petani.

Evaluation) dan EFE (External Factor Pemerintah Kabupaten Boyolali telah

Evaluation). berkomitmen dalam peningkatan


pembangunan pertanian diantaranya

134
Jurnal Kesejahteraan Sosial Journal of Social Welfare http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/ks
Vol. 3 No. 2, M aret 2016: 131 - 140
ISSN: 2443-2016

dengan pembentukan asosiasi petani tahun 2005-2009. Hasil analisis LQ


sayuran (Aspakusa) kerjasama dengan sayuran di Kecamatan Selo, Kecamatan
Misi Teknik Taiwan yang memberikan Cepogo dan Kabupaten Boyolali sesuai
bimbingan dan pelatihan kepada petani di Tabel 1.
Kecamatan Teras, Ampel, Selo, Boyolali
Kota, Banyudono dan Mojosongo dari Tabel 1. Hasil Analisis LQ Sayuran
Tingkat Kecamatan dan Kabupaten
budidaya tanaman sayuran sampai ke
pemasaran. No Komoditas Nilai LQ

Kab Kec Ke c
Boyolali Selo Cepogo
Kondisi Agribisnis Tomat di Kabupaten 1 Bawang merah 0,20 0,79 2,57
Boyolali
Tomat bukan merupakan salah satu 2 Bawang putih 0,01 1,84 0,00

komoditas utama yang diusahakan dari


3 Bawang daun 1,80 1,29 1,06
petani karena pembudidayaan tomat sangat
Kubis 1,47 1,25 0,53
padat tenaga dan perlu pemeliharaan yang
5 Wortel 3,42 1,61 0,61
membutuhkan banyak waktu. Dari luas
lahan sayuran yang ada di Kabupaten 6 Sawi 3,02 0,46 1,12

Boyolali, hanya sekitar 144 Ha yang 7 Cabai 1,12 0,06 1,49

digunakan sebagai lahan bertanam tomat.


8 Labu siam 3,61 1,36 1,63
Budidaya tomat cocok dengan iklim dan
9 T omat 0,56 1,00 1,54
topografi yang ada di Kabupaten Boyolali.
Budidaya tomat dibudidayakan secara 10 Buncis 1,38 0,43 3,30

monokultur dan tumpangsari dengan


tanaman sayuran lain seperti bawang daun, Dari hasil analisis LQ untuk sayuran
sawi atau tanaman sayuran lain. Varietas dapat diketahui bahwa labu siam
yang sering dibudidayakan oleh petani di merupakan komoditas basis yang ada di
Kecamatan Selo dan Cepogo adalah Marta Kabupaten Boyolali terhadap produksi di
yang merupakan benih unggul untuk Jawa Tengah. Komoditas basis Kecamatan
dataran tinggi. Selo terhadap Kabupaten Boyolali adalah
bawang putih sedangkan buncis
Analisis Location Quotient (LQ) Sayuran merupakan komoditas basis yang
di Kabupaten Boyolali dihasilkan di Kecamatan Cepogo.
Analisis LQ dilakukan dengan
pengambilan data produksi sayuran dari

135
Komoditas tomat sendiri juga hujan sedangkan pada musim kemarau
merupakan komoditas basis baik di akan beralih menjadi petani tembakau.
Kecamatan Selo maupun Kecamatan
Cepogo namun untuk tingkat Kabupaten Pemasaran Tomat di Kabupaten
Boyolali
Boyolali, masih bukan merupakan
Pola pemasaran tomat di Desa
komoditas basis terhadap produksi tomat
Tarubatang Kecamatan Selo dan Desa
di Jawa Tengah.
Sukabumi Kecamatan Cepogo Kabupaten
Boyolali ini dilakukan dengan sistem
Pendekatan Aspek Produk Tomat
satuan rupiah per kilogram (Rp/kg). Dari
Kabupaten Boyolali
Ditinjau dari aspek produk, hasil seluruh petani yang menjadi responden
agribisnis tomat di Kabupaten Boyolali semuanya menggunakan jasa lembaga
dapat diidentifikasi sebagai berikut : (a) pemasaran untuk menyalurkan tomat dari
Dari 20 petani responden memproduksi petani sampai kepada konsumen dengan
92.175 kg tomat/21.700 m2 lahan atau berbagai pola pemasaran yang akan
sekitar 40 ton/Ha (standar varietas Marta menyebabkan perbedaan tingkat margin,
40-50 ton/Ha) dengan sistem monokultur biaya pemasaran dan keuntungan yang
dan sebagaian besar petani dengan sistem berbeda.
tumpangsari. (b) Tomat mempunyai sifat
perishable sehingga perlu penanganan Pola Pemasaran
yang tepat agar dapat sampai ke tangan Pola pemasaran tomat yang ada di
konsumen dalam kondisi kerusakan yang Kabupaten Boyolali ada 5 yaitu : (a) Pola
minimal. Selain itu bersifat bulky. Wadah I: petani – pedangang besar lokal –
yang digunakan petani tomat adalah pengecer –konsumen (26 %) (b) Pola II :
keranjang bambu dan keranjang plastik. (c) petani – pedagang pengumpul - pedagang
Di Kabupaten Boyolali, kondisi pemetikan besar lokal – pengecer – konsumen (3 %)
bermacam-macam, dari kondisi belum (c) Pola III : petani – pedagang pengumpul
masak sampai yang masak. (d) Grading (d) pedagang besar luar daerah – pengecer
dan sortasi belum dilakukan secara baik. – konsumen (9 %) (e) Pola IV : petani -
Petani menjual langsung produk kepada pedagang besar luar daerah – pengecer –
pembeli dengan kondisi yang apa adanya. konsumen (59 %) (f) Pola V : petani -
(e) Kontinyuitas produksi tomat secara Asosiasi – pengecer – konsumen (3 %)
umum masih tergantung musim. Petani
akan banyak menanam tomat saat musim

136
Jurnal Kesejahteraan Sosial Journal of Social Welfare http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/ks
Vol. 3 No. 2, M aret 2016: 131 - 140
ISSN: 2443-2016

Margin Pemasaran, Share Harga yang supermarket – konsumen) karena besarnya


Diterima Petani, dan Efisiensi
biaya pemasaran yang harus ditanggung
Pemasaran.
Pemasaran tomat yang dilakukan di oleh asosiasi petani meskipun harga jual
Kabupaten Boyolali dilakukan dengan yang tinggi namun tuntutan mutu menjadi
berbagai pola. Nilai margin pemasaran, prasyarat bagi petani pemasok dan
share harga yang diterima petani dan kontinyuitas produksi sering menjadi
efisiensi pemasaran dapat dilihat pada kendala.
Tabel 2.
Dari kelima pola pemasaran yang Faktor yang Mempengaruhi Pemasaran
Tomat
terdapat di Kabupaten Boyolali, pola I
Efisiensi pemasaran merupakan hal
(petani – pedagang besar lokal – pedagang
yang diharapkan dalam setiap pemasaran
pengecer lokal – konsumen) merupakan
baik oleh produsen maupun konsumen.
pola yang paling efisien dibandingkan pola
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
yang lain.
efisiensi pemasaran di antaranya margin
pemasaran, pola pemasaran dan volume
Tabel. 2. Margin Pemasaran, Share Harga
yang Diterima Petani dan Efisiensi pemasaran. Sebagai variabel dependen
Pemasaran
(Y) adalah efisiensi dan variabel
Pola Margin Share Efisiens independen (X1 ) adalah margin
Pemasaran (Rp) harga i (% ) pemasaran dan (X2 ) volume pemasaran.
petani (% )
Dari penelitian yang telah dilakukan,
1 733 58 73
regresi yang didapatkan adalah:
2 833 52 93
3 981 48 109 Y = 82,772 + 0,13 X1 – 0,271 X2 dan
4 881 53 88 nilai R2 = 0,657
5 2800 47 112 Hubungan antarvariabel dari uji
Anova atau F test didapat hasil F hitung
Pemasaran dengan pola ini lebih
adalah 18,176 dengan tingkat
efisien karena melibatkan sedikit lembaga
signifikansi 0,00 (lebih kecil dari 0,05)
pemasaran dan jarak antara petani dengan
maka dapat dikatakan bahwa margin dan
konsumen relatif lebih dekat sehingga
volume akan berpengaruh terhadap
biaya transportasi yang dikeluarkan lebih
efisiensi. Dari nilai R2 yang didapatkan
banyak. Sedangkan pola yang paling tidak
yaitu 0,657 berarti efisiensi dipengaruhi
efisien adalah pola V (petani – asosiasi–
oleh variabel margin dan volume secara

137
bersama-sama sedangkan 34,3 % sisanya Melakukan kegiatan pascapanen sortasi
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dan grading sesuai dengan mutu dan
termasuk dalam model. Koefisien kelasnya serta penyimpanan yang baik dan
regresi X1 adalah 0,13 menyatakan melakukan kemitraan dengan industri
bahwa setiap penambahan 1 % margin pengolahan pangan. (d) Pemasaran
pemasaran akan meningkatkan efisiensi (Meningkatkan kemampuan petani dalam
0,13 % sedangkan koefisien volume mengakses informasi pasar dan teknologi
penjulan (X2 ) adalah -0,271 yang berarti dengan mengefektifkan peran penyuluh
bahwa setiap penambahan 1 % volume pertanian, promosi dilakukan dengan
pemasaran akan mengakibatkan memanfaatkan teknologi, melakukan
perubahan efisiensi –2,721 %. penjualan langsung ke konsumen, penataan
Berdasarkan analisis regresi parsial kembali pasar sayur di Boyolali) (e)
didapatkan bahwa X1 berbeda nyata Penunjang: (Pelatihan terhadap petani
sedangkan X2 tidak terhadap Y yang terutama wanita tani dalam pengolahan
berarti hanya margin pemasaran saja produk hasil pertanian, peningkatan peran
yang mempengaruhi efisiensi sedangkan kelompok tani dan asosiasi sebagai salah
volume pemasaran tidak. satu wadah organisasi petani yang efektif
dalam penyampaian informasi pertanian.
Strategi Pemasaran Tomat
Berdasarkan analisis SWOT maka SIMPULAN
pengembangan pemasaran di Kabupaten Tomat bukan merupakan komoditas
Boyolali dapat dilakukan dengan basis di Kabupaten Boyolali terhadap
menerapkan strategi: (a) Hulu : Penyediaan Provinsi Jawa Tengah namun merupakan
bibit unggul melalui penemuan bidang komoditas basis Kecamatan Selo dan
teknologi pertanian dan Pengembangan Cepogo terhadap Kabupaten Boyolali. Pola
alat penanganan pascapanen serta pemasaran tomat di Kabupaten Boyolali
pengolahan yang sederhana. (b) On farm: dari petani sampai konsumen dilakukan
Melakukan budidaya yang intensif melalui lembaga pemasaran melalui 5 pola.
terhadap varietas unggul lahan dataran Dari berbagai pola pemasaran yang
tinggi dengan pola tanam yang teratur dan terbentuk, pola I yaitu Petani – Pedagang
pergiliran tanam pada petani dalam satu besar lokal – Pengecer lokal – Konsumen
wilayah untuk dapat mencapai kontinyuitas merupakan pola yang paling efisien
produksi dengan kualitas dan kuantitas dengan margin pemasaran Rp. 733 dan
yang dapat dipertahankan. (c) Off Farm : efisiensi 73 % dan pola yang paling tidak

138
Jurnal Kesejahteraan Sosial Journal of Social Welfare http://trilogi.ac.id/journal/ks/index.php/ks
Vol. 3 No. 2, M aret 2016: 131 - 140
ISSN: 2443-2016

efisien yaitu pola V yaitu Petani – pengolahan produk hasil


Aspakusa - Supermarket - Konsumen pertanian dan peningkatan peran
1. Faktor yang mempengaruhi efisiensi kelompok tani dan asosiasi
pemasaran tomat di Kabupaten sebagai salah satu wadah
Boyolali yaitu margin dan volume organisasi petani yang efektif
pemasaran. dalam penyampaian informasi
2. Faktor yang mempengaruhi efisiensi pertanian.
pemasaran tomat di Kabupaten
Boyolali yaitu margin pemasaran. DAFTAR PUSTAKA
3. Strategi pemasaran tomat di Kabupaten
Boyolali adalah: David, FR. 2006. Manajemen Strategis.
Penerbit Salemba Empat.
(a) Hulu : Penyediaan bibit unggul
Jakarta
melalui penemuan dalam bidang Irawan, B. 2003. Membangun
teknologi pertanian dan Agribisnis Hortikultura
Terintegrasi Dengan Basis
pengembangan alat penanganan
Kawasan Pasar. Forum Penelitian
pascapanen serta pengolahan Agro Ekonomi, Vol.21 No.1.
Pusat Penelitian dan
yang sederhana. Pengembangan Sosial Ekonomi
(b) On farm: Melakukan budidaya Pertanian. Bogor.
yang intensif terhadap varietas
Pranoto, E. 2008. Potensi Wilayah
unggul lahan dataran tinggi. Komoditas Pertanian Dalam
Mendukung Ketahanan Pangan
(c) Off Farm : Melakukan sortasi Berbasis Agribisnis Kabupaten
dan grading, penyimpanan yang Banyumas. Universitas
Diponegoro, Semarang
baik dan melakukan kemitraan
dengan industri pengolahan Prasetyo, E. dan Mukson, 2003. Kajian
Pemasaran Produk Pangan
pangan. Olahan di Beberapa Kabupaten di
(d) Pemasaran : Penjualan langsung Jawa Tengah. Laporan Penelitian
Universitas Diponegoro,
ke konsumen, informasi pasar
Semarang.
dan teknologi, memanfaatkan
Singarimbun, M. dan S. Efendi. 2006.
teknologi sebagai sarana promosi Metode Penelitian Survai.
dan penataan kembali pasar sayur LP3ES, Jakarta.
(e) Penunjang : Pelatihan terhadap
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran
petani terutama wanita tani dalam Pertanian. Penerbit Universitas

139
Muhamadiyah Malang. (UMM
Press). Malang

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian


Bisnis. Alfabeta. Bandung

140

Anda mungkin juga menyukai