Anda di halaman 1dari 75

BAB IV

TINJAUAN PELAKSANAAN STRUKTUR PADA LANTAI 2 (DUA)

4.1 Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan pada Proyek Pembangunan
Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru yang dimulai pada 24 Juni 2019 sampai dengan 24 Agustus 2019 ini.
Penulis mengikuti dan mengamati proses Pekerjaan Struktur pada lantai 2 (dua)
dengan cara mengikuti dan mengamati langsung dilapangan proses pelaksanaan
pekerjaan struktur tersebut.

4.2 Karakteristik Pekerjaan Struktur Lantai 2

4.2.1 Kolom Struktur


Karakteristik struktur kolom lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung
Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
adalah sebagai berikut :
1. Terdapat 3 jenis kolom (K1, K2, KP) yang digunakan pada lantai 2
Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas
Lancang Kuning Pekanbaru dengan dimensi sebagai berikut :
a. Kolom K1 (40x30cm)
b. Kolom K2 (30x20cm)
c. Kolom KP (13x13cm)
2. Tinggi tiap kolom ± 4 m.
3. Tulangan yang digunakan kolom lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung
Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
adalah tulangan dengan diameter 16 mm (D16) dan diameter 10 mm (D10).
4. Tulangan Sengkang yang digunakan adalah D 10.
5. Beton yang digunakan adalah beton Ready Mix dengan mutu beton k-250.
6. Tebal selimut beton kolom lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung
Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
adalah 30 mm.
Gambar 4.1 Detail Penulangan Kolom
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.2.2 Balok Struktur dan Plat atap (Dag)


Karakteristik pada struktur Balok dan Pelat Lantai 1 Proyek Pembangunan
Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru adalah sebagai berikut:
1. Balok
a. Terdapat 2 jenis balok (BL1, BL2) yang digunakan pada lantai 2 dengan
dimensi sebagai berikut:
1. Balok BL1 (20x30cm)
2. Balok BL2 (15x20cm)
b. Tulangan yang digunakan pada balok lantai dua adalah tulangan dengan
diameter 10 mm (polos),16 mm (ulir).
c. Tulangan sengkang yang digunakan baja polos diameter 10 mm.
d. Beton yang digunakan adalah beton ready mix dari PT. Superton.
e. Mutu beton yang digunakan adalah mutu K-250.
f. Tebal selimut beton adalah 30 mm.
Gambar 4.2 Detail Penulangan Balok
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

2. Pelat lantai (dag beton)


a. Tulangan yang digunakan pada pelat lantai adalah tulangan dengan
diameter 10 mm (polos).
b. Luas pelat lantai (dag beton) 317 m2
c. Beton yang digunakan adalah beton ready mix PT. Superton.
d. Mutu beton yang digunakan adalah mutu K-250.
e. Tebal pelat lantai adalah 10 cm.
f. Cetakan bekisting beton terbuat dari multipleks (plywood) dengan tebal 6
mm.
g. Balok kayu untuk penyangga untuk bekisting ukuran 5/10, dan 6 /12.
Denah Pelat Lantai 3 dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Denah Pelat Lantai 3
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.3 Bahan Yang Digunakan Dalam Pembuatan Kolom, Balok, dan Pelat
Lantai
Bahan bangunan adalah unsur terpenting dalam membentuk bagian
bangunan pada konstruksi. Untuk dapat membentuk suatu struktur yang
berkualitas dan memenuhi target rencana dari suatu konstruksi, maka diperlukan
material yang berkualitas. Material-material yang digunakan dalam pembuatan
Kolom, Balok, dan Pelat Atap lantai 2 ini adalah sebagai berikut:

1. Ready Mix Concrete


Ready Mix Concrete adalah adukan suatu beton (campuran semen, agregat
halus, agregat kasar dan air) yang dilakukan di batching plant, kemudian diangkut
ke lokasi proyek dengan menggunakan kendaraan khusus (concrete mixer truck).
Beton yang digunakan untuk pengecoran ialah beton siap pakai yang sering
disebut ready mix ini di pesan dari PT. Superton. Satu buah Concrete Mixer Truck
mempunyai kapasitas sebesar 5 -7 m3.
Pengecoran Kolom pada proyek ini, mutu beton yang dipakai adalah K-
250. Adapun Beton Ready Mix yang digunakan pada Proyek Pembangunan
Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 4.4 dibawah ini :

Gambar 4.4 Ready Mix Concrete


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

2. Baja Tulangan dan Kawat Pengikat


Besi beton atau baja tulangan mempunyai fungsi untuk menahan kuat
tarik. Diameter baja tulangan yang digunakan adalah baja ulir D16 untuk
tulangan pokok dan untuk tulangan sengkang menggunakan baja tulangan polos
D10. Baja tulangan berulir di produksi oleh PT. Putra Baja Deli. Proses
penggunaan baja tulangan untuk pekerjaan struktur meliputi beberapa tahapan
yaitu: pemotongan, pembengkokan, dan perangkaian baja tulangan menjadi
kolom. Gambar kawat pengikat dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Kawat Pengikat


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Adapun besi/baja tulangan yang digunakan pada Proyek Pembangunan
Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru dapat dilihat pada Gambar 4.6 dibawah ini :

Gambar 4.6 Baja Tulangan


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Air
Penggunaan air umumnya dilakukan pada pekerjaan pembersihan material
atau lokasi, pengecoran, dan perawatan beton.
Pada proyek Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom)
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, air yang digunakan berasal dari
pengeboran sumur di lokasi proyek.
4. Kayu
Pada pekerjaan ini kayu dan multipleks digunakan untuk pekerjaan
pemasangan mal/bekisting dan pemasangan kayu penyangga untuk kolom. Kayu
yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah kayu 5/7, kayu 5/10 dan kayu 5/12.
Untuk pekerjaan bekisting kolom maupun balok dan menggunakan multipleks
dengan ketebalan 12 mm yang disambung membentuk persegi dan dikokohkan
dengan kerangka kayu dan diikat oleh baut. Kerangka bekisting harus dipastikan
rapat agar tidak terjadi kebocoran pada saat pengecoran dan menghasilkan cetakan
kolom yang bagus.
Adapun kayu dan multipleks yang digunakan pada Pembangunan Gedung
Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru,
dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 dibawah ini :
Gambar 4.7 Kayu
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.8 Multipleks


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.4 Peralatan yang Digunakan Dalam Pekerjaan Struktur


1. Concrete Mixer Truck
Pada proyek ini Concrete Mixer Truck dilengkapi dengan Concrete Mixer
yang fungsinya sama seperti molen. Alat ini digunakan karena besarnya kapasitas
pekerjaan pengecoran kolom yang dilaksanakan, apabila dilakukan dengan tenaga
manusia akan memerlukan waktu yang lama sehingga tidak effisien. Gambar
Concrete Mixer Truck dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Concrete Mixer Truck
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Selama pengangkutan, Mixer Truck ini terus berputar searah jarum jam
dengan kecepatan 8 - 12 putaran permenit agar adukan beton tetap homogen dan
tidak mengeras. Truk ini memerlukan waktu ±20 menit untuk mengangkut beton
siap pakai (Ready Mix) dari tempat pencampuran beton (Batching plan) sampai
pada lokasi pengecoran. Mixer Truck yang digunakan dalam proyek ini adalah
dari PT. Superton yang menyuplai beton siap pakai dengan kapasitas truk 5 - 7 m3.

2. Mobile Concrete Pump


Mobile Concrete Pump digunakan untuk memompa bahan material coran
beton secara vertikal maupun horizontal dari halaman bangunan ke atas bangunan
sehingga pekerjaan lebih efisien. Concrete Pump yang digunakan berjumlah 1
unit yang disewa dan didatangkan dari PT. Superton Pekanbaru. Dalam pekerjaan
kolom pada Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom)
Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Mobile Concrete Pump
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Vibrator
Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran di
mana fungsinya ialah untuk pemadatan beton yang dituangkan ke dalam
bekisting. Hal ini ditujukan agar kandungan udara yang terjebak dalam campuran
beton dapat keluar. Adapun vibrator yang digunakan dapat dilihat pada Gambar

4.11.
Gambar 4.11 Vibrator Beton
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4. Alat Pemotong Tulangan (Bar Cutter)


Alat pemotong tulangan atau Bar Cutter yaitu alat yang digunakan untuk
memotong besi/baja sesuai dengan panjang yang dibutuhkan. Pada pekerjaan
dalam proyek ini menggunakan Bar cutter manual. Dapat dilihat pada Gambar
4.11. Menurut tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis, yaitu :
1. Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja/besi beton yang menggunakan
tenaga manusia dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.
2. Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah
Bar Cutter listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar
dengan mutu baja cukup tinggi disamping dapat mempersingkat waktu
pengerjaan, kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus seperti
tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4
buah tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah
tulangan diameter 22 mm.

Gambar 4.12 Pemotong Tulangan (Bar Cutter) manual


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

6. Alat Pembengkok Tulangan (Bar Bender)


Alat pembengkok tulangan digunakan untuk membengkokkan atau
meluruskan besi/baja tulangan dalam pekerjaan pembesian sesuai dengan
kebutuhan di proyek pembangunan kantor PT. Pegadaian (Persero) Wilayah II
Pekanbaru. Dapat dilihat pada Gambar 4.13 dibawah ini.
Gambar 4.13 Bar Bender
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

7. Gerobak Sorong
Gerobak sorong merupakan peralatan serbaguna dalam pekerjaan
pembangunan. Berfungsi mengangkut material bangunan ataupun material lainnya
ke tempat lain sesuai dengan kapasitas kemampuannya dan juga berfungsi dalam
pengujian slump sebagai alat angkut bubur beton. Dapat dilihat pada Gambar 4.14
dibawah ini.

Gambar 4.14 Gerobak Sorong


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

8. Truck Crane 3 ton


Truk merupakan salah satu peralatan penting disuatu proyek, Pada
Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru, truck berfungsi sebagai alat untuk mengangkut bahan seperti :
kayu, pasir, semen, batu bata, kerikil, baja tulangan dan bahan lainnya dari
lingkungan diluar proyek Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer
(Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru. Adapun gambar truck dapat
dilihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 Truck Crane 3 Ton


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

9. Perancah
Setelah bekisting ditegakkan, perancah digunakan sebagai penyangga
bekisting pada kolom lantai 2 ini, agar bekisting lebih kokoh dan kuat dan agar
posisi kolom, balok, dan pelat lantai tidak berubah – ubah pada saat pengecoran.
Adapun gambar perancah yang terbuat dari kayu ini dapat dilihat pada Gambar
4.16 dibawah ini.

Gambar 4.16 Perancah


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
10. Scaffolding
Perancah Frame atau scaffolding ini biasanya terbuat dari pipa atau tabung
logam. Scaffolding ini dapat disusun sedemikian rupa menjadi satu kesatuan
seperti perancah yang tinggi untuk menopang pekerja dalam kegiatan konstruksi
berlokasi tinggi. Pada pekerjaan kolom, balok, dan pelat lantai 2 ini, scaffolding
digunakan untuk sebagai penyangga ataupun pijakan dalam pemasangan bekisting
kolom. Scaffolding ini terdiri dari main frame, ladder frame, cross brace, u-head,
jack bass, joint pint. Adapun gambar scaffolding dapat dilihat pada Gambar 4.17.

Gambar 4.17 Scaffolding


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

11. Peralatan Pembantu


Peralatan pembantu pada proyek ini digunakan untuk memperlancar
pekerjaan yang berlangsung seperti : Gegep, sekop, cangkul, gergaji, ember,
linggis, meteran, palu, pemotong besi, pembengkok besi, alat Stamper tanah, dan
alat perata plester mortar dan lighting (lampu penerangan). Dapat dilihat pada
Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Peralatan Pembantu
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4.5 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur

4.5.1 Pekerjaan Kolom Struktur


Terdapat 3 jenis kolom (K1, K2, KP) yang digunakan pada lantai 2
Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru dengan dimensi sebagai berikut :
a. Kolom K1 (40x30cm)
b. Kolom K2 (30x20cm)
c. Kolom KP (13x13cm)

Untuk memperjelas posisi kolom pada penjelasan diatas dapat dilihat pada
gambar denah dibawah ini.

Gambar 4.18 Denah Perletakan Kolom


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

A. Penulangan Kolom
Tulangan yang dipakai pada kolom lantai dua adalah D16 untuk tulangan
pokok dan untuk sengkang digunakan D 10.
Berikut adalah langkah – langkah pekerjaan penulangan kolom:
1. Pemotongan Tulangan
a. Besi – besi yang akan digunakan untuk pembuatan kolom terlebih dahulu
dibersihkan dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat, dan bahan
lain yang akan merusak mutu beton.
b. Memotong tulangan pokok ulir sebanyak 8 buah D16 dengan panjang
4m, dan tulangan sengkang polos D10 sebanyak 18 buah untuk satu buah
tiang kolom K1.
c. Memotong tulangan pokok ulir sebanyak 6 buah D16 dengan panjang
4m, dan tulangan sengkang polos D10 sebanyak 18 buah untuk satu buah
tiang kolom K2.
d. Memotong tulangan pokok polos sebanyak 4 buah D16 dengan panjang
4m, dan tulangan sengkang polos D10 sebanyak 18 buah untuk satu buah
tiang kolom KP.

Alat pemotong tulangan pada proyek ini adalah Gunting besi (bar cutter) dan
Mesin Gerinda (cross cut) untuk tulangan D16 dan alat pemotong tulangan untuk
tulangan sengkang D10. Adapun gambar pemotongan tulangan menggunakan alat
pemotong tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.19 dibawah ini.

Gambar 4.19 Pemotongan Tulangan


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
2. Pembengkokan besi
Pada proses pengerjaan yang dilakukan dilapangan, dapat dilihat pada
langkah-langkah dibawah ini:
1. Menyiapkan besi D10 yang telah dipotong melalui proses pemotongan
tulangan.
2. Ukuran panjang besi sengkang D10 sesuai dengan keliling sisi kolom
dengan melebihkan ukuran panjang semula sebesar 4 db.
3. Proses pembengkokan dilakukan pada pagi hari dan sore hari.
4. Melakukan pembengkokan besi beugel dengan melebihkan ujung kait
bengkokan minimum 4 cm.
5. Menggunakan tipe sengkang ikat standar T2 seperti pada Gambar 2.5
dengan besaran sudut 90°.

tulangan polos D10 mm yang telah dipotong dan dibengkokkan hingga


membentuk persegi dinamakan beugel/sengkang yang dapat dilihat pada Gambar
4.20 dibawah ini. Beugel/sengkang berguna untuk memberi kekangan pada
tulangan beton inti.

Gambar 4.20 Beugel/Sengkang


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Pengangkatan Tulangan
Besi tulangan dan beugel yang telah melalui proses pengikatan kemudian
di angkat dengan menggunakan mobil crane dan dibawa ke lantai dua tempat
pekerjaan kolom untuk dipasangkan bekisting. Adapun gambar pengangkatan
tulangan dapat dilihat pada Gambar 4.21.

Gambar 4.21 Pengangkatan Tulangan


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4. Penandaan Posisi Kolom


Penandaaan posisi kolom ini bertujuan untuk membenarkan dan
menempatkan kembali posisi kolom sebelum dilakukan pembesian tulangan
kolom agar sesuai antara gambar perencanaan dengan kondisi asli dilapangan.
Seperti terlihat pada Gambar 4.22 dibawah ini.

Gambar 4.22 Penandaan Posisi Kolom


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

5. Pemasangan Tulangan Kolom


Perakitan tulangan kolom langsung dilakukan di tempat bekisting kolom
akan di pasang. Tulangan pokok di naikkan satu per satu ke stek kolom
kemudian di ikatkan dengan kawat pengikat. Setelah itu tulangan sengkang
dimasukkan ke dalam tulangan pokok yang telah diikat ke stek sebanyak 18
beugel. Seperti terlihat pada Gambar 4.23 dibawah ini.

Gambar 4.23 Pemasangan Tulangan Kolom


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

B. Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Kolom


Bekisting kolom pada lantai 2 ini menggunakan bekisting kolom yang
telah digunakan di lantai sebelumnya karena bahan multipleks dan kayu 5/7 nya
masih dikategorikan bagus dan belum rusak. Tebal multipleks yang digunakan
adalah 17 mm. Ukuran bekisting dibuat menyesuaikan dimensi kolom yaitu 40 cm
x 30 cm, 30 cm x 20 cm, dan 13 cm x 13 cm. Hal yang diperhatikan dalam
pembuatan bekisting ini adalah kekuatan dan kerapatan bekisting sehingga tidak
mengalami kebocoran dan perubahan dimensi pada saat menerima beban beton
saat pengecoran.
Pada proyek ini bekisting kolom dibuat tidak sebanyak jumlah kolom,
bekisting hanya dibuat beberapa unit saja dikarenakan bekisting yang sudah
digunakan dapat dibongkar pasang dan digunakan untuk pengecoran kolom
berikutnya. Hal ini dinilai ramah lingkungan karena mengurangi pemakaian kayu,
menghemat biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan kolom, selain itu penggunaan
bekisting pada pengecoran kolom lantai 2 pada proyek pembangunan Gedung
Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning ini dilakukan
sebanyak 3 tahap, karena keterbatasan material.
Tahapan pembuatan bekisting kolom pada proyek ini adalah sebagai
berikut:
a) Memotong multipleks sesuai dengan luas sisi kolom.
b) Membersihkan permukaan bekisting bagian dalam dan mengolesi oli bekas
c) Memotong dan memasang balok kayu ukuran 5/7 pada sekeliling
multipleks dengan cara memasang baut ditiap sisinya untuk perkuatan dan
perekatan bekisting.
Bekisting kolom kemudian di angkat secara manual untuk dinaikkan ke
lantai 2 dan di pasangkan pada tulangan kolom dan sebagian bekisting kolom
pada pekerjaan kolom lantai 2 ini dilakukan pemasangan dengan cara manual,
karena pengecoran kolom dilakukan 3 tahap maka, pemasangan bekisting pun
dilakukan secara berganti-ganti
Tahapan pemasangan bekisting kolom pada proyek ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebelum pemasangan dilakukan, permukaan bekisting yaitu multiplek
dengan tebal 17 mm diolesi oli agar coran beton tidak menempel langsung
pada permukaan multiplek, sehingga mudah dalam pembongkaran
bekisting.
2. Pada tulangan kolom yang sudah berdiri tegak terdapat dua pekerja yang
akan mengatur posisi bekisting ke besi kolom.
3. Mengatur posisi bekisting dengan cara menyesuaikan bekisting dengan
dimensi kolom.
4. Mengatur posisi centering bekisting menggunakan bandul (unting-unting).
5. Memasang Tierod dan kayu balok 5/7 berbentuk persegi mengikuti
dimensi kolom setiap 30 cm sebagai pengikat dan pengunci bekisting agar
lebih kuat dan kokoh.
6. Memasang perancah sebagai penyangga agar posisi bekisting kolom tidak
berubah – ubah.
Struktur kolom yang baik adalah kolom yang benar-benar tegak lurus
vertikal ke atas.(centering) tidak miring sedikit pun. karena apabila kolom miring
akan menimbulkan momen yang sangat besar. baik tidaknya kolom yang dibuat
tergantung dari saat pemasangan bekisting kolom. Ada beberapa cara diantaranya
menggunakan alat theodolite dan manual, pada laporan ini yang akan penulis
bahas adalah dengan cara manual karena cara ini yang digunakan pekerja
dilapangan, yaitu:
1. Cara agar kolom benar-benar tegak adalah menggunakan bandul yang
dikaitkan di atas atau ujung bekisting kolom. kaitkan bandul 20 cm dari
tepi bekisting.
2. Bandul bisa menggunakan benang yang dipasang dengan beton tahu atau
balok kayu kecil.
3. Setelah bandul dipasang di ujung atas bekisting sejauh 20 cm atau bisa
juga kurang dari itu. kemudian ukur jarak antara tepi bekisting bawah
dengan benang bandul disampingnya. Apakah jaraknya sama dengan yang
ditepi atas? jika jaraknya sama berarti kolom itu sudah tegak ke arah
bandul.
4. Perlu diperhatikan, kolom itu bisa miring ke kanan kiri atau ke depan
belakang. Apabila yang dipasang bandul tadi di sebelah kanan atau kiri,
maka perlu memasang yang sisi depan atau belakang. Salah satu saja,.
lakukan hal yang sama dengan yang di atas tadi. jadi hanya butuh 2 bandul
untuk 1 kolom.
Adapun gambar pembuatan bekisting kolom, pemasangan bekisting kolom
untuk tahap 1, 2 dan tahap 3, dan pemasangan Tierod pada bekisting kolom dapat
dilihat pada Gambar 4.24 dan Gambar 4.25.
Gambar 4.24 Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Kolom
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.25 Pemasangan Tierod pada Bekisting Kolom


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
A. Pengecoran Kolom
Pelaksanaan pengecoran pada pekerjaan kolom lantai 2 pada Proyek
Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru ini menggunakan beton ready mix dari PT. Superton dengan
mutu beton K-250. Jumlah beton ready mix yang dibutuhkan adalah ± 31,03 m 3
sesuai dengan jumlah volume kolom K1,K2, dan KP. Pengecoran kolom
dilakukan setelah penulangan dan pemasangan bekisting selesai dikerjakan.
Pengecoran pada pekerjaan kolom lantai 2 pada Proyek Pembangunan Gedung
Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ini,
dilakukan sebanyak tiga tahap, hal ini dilakukan karena keterbatasan material
yaitu bekisting kolom itu sendiri.
Sebelum pengecoran dimulai, kondisi bekisting diperiksa terlebih dahulu
agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran, hal ini dilakukan pada setiap tahap
baik tahap 1,2, dan tahap 3 pengecoran sebelum dilakukan. Pengecoran dilakukan
dengan cara menuangkan ready mix secara manual.
Beton yang digunakan untuk pengecoran kolom terlebih dahulu di uji
slump. Nilai uji slump yang didapat harus sesuai perencanaan dan standar yang
dianjurkan yaitu (7,5 – 15,0) cm, dan Beton pada concrete mixer truck yang
digunakan untuk pengecoran diambil sebagian untuk pembuatan sampel uji.
Sampel uji tersebut akan digunakan pada saat Pengujian Kuat Tekan Beton dalam
rentang waktu yang telah ditentukan (28 hari setelah pengecoran) untuk
mengetahui nilai kekuatan mutu beton. Tindakan tersebut dilakukan sebagai
kontrol terhadap mutu beton (quality control).
Dalam pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran dilapangan dapat dilihat pada
langkah-langkah dibawah ini:
1. Truck Ready Mix dan Truck Crane 3 ton datang ke lokasi proyek
2. Ready mix dituangkan ke dalam gerobak sorong untuk melakukan slump
test dan pembuatan sampel Pengujian Kuat Tekan Beton.
3. Material beton dituangkan kedalam Bucket Truck Crane.
4. Pada Truck crane, terdapat seorang operator yang mengatur arah Bucket
baik vertical maupun horizontal.
5. Material beton yang diisikan ke bucket crane diangkat keatas (lantai 2)
kemudian dituangkan kedalam bak yang telah disediakan.
6. Beberapa gerobak sorong telah stanby disamping bak, dan 2 orang knek
menuangkan material beton kedalam gerobak sorong menggunakan ember.
7. Gerobak yang telah terisi kemudian dibawa ketitik pengecoran kolom
yang telah ditunggu oleh 3 orang knek.
8. Pengecoran/penuangan material beton kedalam bekisting kolom dilakukan
secara manual dengan cara pengisian material beton dari gerobak sorong
ke ember dan dituang kedalam bekisting oleh 3 orang pekerja
9. Saat pengecoran sedang berlangsung, besi D19 sepanjang ±2 m disediakan
untuk penusukan coran/ready mix didalam cetakan kolom dengan tujuan
agar material beton dapat tersebar merata dan mengisi rongga rongga
kosong didalam cetakan agar mutu beton tetap terjaga.
10. Kemudian permukaan kolom diratakan.
11. Setelah pengecoran selesai, bekisting kembali diperiksa untuk mengetahui
apakah ada perubahan posisi atau kemiringan.
Adapun gambar proses pengecoran kolom dapat dilihat pada Gambar 4.26
dan Gambar 4.27.

Gambar 4.26 Proses Pengecoran Kolom Lantai 2


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.27 Proses Pengecoran Kolom Lantai 2
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Pengawasan kualitas (quality control) dilakukan dengan berbagai macam


pengujian, prosedur pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) dan PBI 1971 N.I.-2 yang meliputi:
1. Slump Test
Slump test ini dimaksudkan untuk menguji kekentalan adukan beton, agar
diperoleh mutu yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam perencanaan,
Pengambilan sampel pada pengecoran kolom lantai 2 pada Proyek Pembangunan
Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning
Pekanbaru baik pada tahap 1, 2, dan tahap 3 dilakukan.
Langkah – langkah pekerjaan pengujian Slump test pada proyek ini:
1. Adukan beton yang baru datang di lakukan pengujian dengan menuangkan
adukan tersebut ke dalam gerobak agar beton tidak berserak dan
memudahkan dalam pengujian slump dan pengambilan sampel.

Gambar 4.28 Adukan Beton


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
2. Sebelum beton dimasukkan kedalam kerucut Abrams, maka beton
harus diaduk terlebih dahulu dengan sendok spesi supaya beton
merata. Pada percobaan ini hal yang harus diperhatikan yaitu sebelum
menuangkan beton kedalam kerucut, maka kerucut harus ditahan
dengan kaki supaya tidak terangkat pada bagian bawah. Pengisian
adukan beton kedalam kerucut Abrams sampai 1/3 dari tinggi kerucut
Abrams.

Gambar 4.29 Adukan Beton Dalam Kerucut Abrams


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
3. Setelah adukan beton dituangkan dalam kerucut Abrams 1/3 dari tinggi
kerucut Abrams maka dilakukan penusukan dengan tongkat sebanyak 25
kali dengan merata dan dalam tahapan ini yang harus diperhatikan jangan
terlalu lama dalam penusukan dan penusukan harus konstan juga, kerucut
Abrams tidak boleh terangkat.

Gambar 4.30 Penusukan 25 Kali


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
4. Setelah dilakukan penusukan sebanyak 25 kali maka adukan beton
dalam gerobak diaduk kembali untuk menjaga keplastisan adukan.
Dan kemudian adukan dimasukkan kembali kedalam kerucut Abrams
hingga ketinggian 2/3 tinggi kerucut Abrams, dan lakukan kembali
penusukan sebanyak 25 kali, untuk ketiga kalinya dimasukkan beton
kembali kedalam kerucut Abrams sampai penuh dan lakukan
penusukan 25 kali kembali dan permukaan diratakan.

Gambar 4.31 Perataan Beton Kerucut Abrams


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
5. Setelah kerucut Abrams terisi penuh dan sudah didatarkan dengan besi
maka didiamkan selama kurang lebih 30 detik sambil membersihkan sisi
kerucut Abrams.

Gambar 4.32 Persiapan Pengangkatan Kerucut Abrams


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
6. Setelah kira-kira 30 detik maka dilakukan proses pengangkatan dengan
kecepatan 2 ± 5 detik dengan kecepatan konstan dan pengangkatan tegak
lurus.

Gambar 4.33 Pengangkatan Kerucut Abrams


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

7. Setelah dilakukan proses pengangkatan kerucut Abrams maka ukur tinggi


jatuhnya material adukan beton dengan menegakkan kerucut Abrams dan
meletakkan tongkat penusuk diatas kerucut Abrams. Maka dengan
menggunakan meteran tinggi jatuh material dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran. Setelah dilakukan pengukuran maka langkah
selanjutnya menyimpulkan nilai slumpnya masuk dalam ketentuan yang
diminta atau tidak, jika masuk maka beton boleh langsung digunakan
untuk pengecoran.

Gambar 4.34 Pengukuran Slump Beton pengecoran kolom lantai 2 tahap 1


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.35 Pengukuran Slump Beton pengecoran kolom lantai 2 tahap 2
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.36 Pengukuran Slump Beton pengecoran kolom lantai 2 tahap 3


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Hasil pengujian slump beton yang dilakukan di lapangan, nilai slump
beton ready mix yang diperoleh pada pengecoran kolom lantai 2 tahap 1 adalah
10,5 cm, pada pengecoran kolom lantai 2 tahap 2 adalah 9 cm, dan pada
pengecoran kolom lantai 2 tahap 3 adalah 10 cm.

2. Kuat Tekan Beton


Dalam menentukan kuat tekan beton, dapat menggunakan benda uji kubus
dengan sisi 15 cm, pada Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer
(Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ini, jenis benda uji kuat tekan
beton yang digunakan oleh Laboratorium Teknik Sipil Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru adalah benda uji berbentuk Kubus dengan ukuran sisi
(15x15x15) cm.
Dalam pelaksanaan nya dilapangan, pembuatan dan pengambilan sampel
benda uji dilakukan pada pengecoran kolom lantai 2 tahap 1, benda uji yang
dibuat sebanyak 3 buah kubus.

Gambar 4.37 Benda Uji Kubus Pengecoran Kolom Lantai 2 Tahap 1


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Di bawah ini Prosedur Pengujian Kuat Tekan Beton Dilapangan antara lain:
a. Pembuatan Benda Uji
1. Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini. Alat –
alat yang harus disiapkan cetakan kubus yang terbuat dari baja, tongkat
penusuk terbuat dari besi, sendok spesi, sendok semen, dan gerobak.
2. Ambil beton segar yang akan digunakan dalam proses pengecoran. Beton
tersebut sudah dilakukan pegujian slump test. Beton segar tersebut
dimasukkan kedalam cetakan kubus.
3. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapisan berisi kira
– kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali secara merata atau dengan memukul – mukul dengan
palu karet hingga gelembung udara tidak kelihatan lagi.
4. Setelah dilakukan pemadatan dengan cara menusuk – nusuk maka
dilakukan proses perataan benda uji dengan menggunakan sendok spesi
hingga datar. Dan meletakkan benda uji pada tempat yang aman.
5. Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat
yang bebas getaran serta ditutup oleh bahan yang kedap air.
b. Perawatan benda uji
1. Setelah selesai pencetakan, benda uji dirawat selama  24 jam.
2. Setelah  24 jam, benda uji dikeluarkan dari cetakan.
3. Rawat benda uji sampai batas waktu yang telah ditentukan dengan cara
direndam.
c. Pengujian kuat tekan
Untuk pengujian kuat tekan pada beton dilakukan setelah umur beton 28 hari.
Kuat tekan beton ready mix concrete yang diminta oleh Konsultan
Pengawas PT. Karya Metropolitan Utama adalah minimal 250 kg/cm2. Adapun
gambar pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada Gambar 4.38.

Gambar 4.38 Pengujian Kuat Tekan Beton


Sumber : Lab. Teknik Sipil Univ. Lancang Kuning

Pemeriksaan uji kuat tekan beton pada Proyek Pembangunan Gedung


Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
dilakukan pada tanggal 12 Juli 2019 untuk benda uji pada pengecoran kolom
lantai 2 tahap 1 yang mana diambil umur uji beton 28 hari. Berdasarkan data
pengujian kuat tekan beton. Didapatkan rata-rata kuat tekan beton sebesar 274
Mpa. Maka kesimpulan dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Uji Kuat Tekan Beton Pengecoran kolom lantai 2
tahap 1 (umur uji 28 hari)
Berat Ukuran Beban Luas Kuat
Tanggal No. Jenis
Item Volume Sampel maksimum Tekan Tekan
Pemeriksaan Sampel Sampel
(Kg) (cm²) (Kg/cm²) (cm²) (Kg/cm²)

Kolo
m
12 Juli 2019 1 Kubus 7,8 15x15 600 225 266,7

12 Juli 2019 2 Kubus 7,5 15x15 630 225 280

12 Juli 2019 3 Kubus 8 15x15 620 225 275,6

Rata-rata kuat tekan 274,1

Sumber : Lab. Teknik Sipil Univ. Lancang Kuning

B. Pembongkaran Bekisting Kolom


Dalam proses pekerjaan Pembongkaran bekisting harus melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Ijin pembongkaran kolom harus mendapatkan persetujuan setelah dahulu
oleh pengawas lapangan dan kontraktor yang bertanggung jawab
sepenuhnya atas pekerjaan ini dan pembongkaran bekisting kolom
dilakukan setelah beton mengeras yaitu ketika beton berumur 1 hari setelah
pengecoran.
2. Alat-alat bongkar meliputi, Linggis, kunci pas, palu, dan perlengkapan
pendukung lainnya.
3. Tenaga bongkar minimal 2 orang.
4. Pelaksanaan pembongkaran.

Pembongkaran bekisting kolom dilapangan dilakukan ketika umur beton


mencapai 24 jam, Langkah – langkah dari pembongkaran bekisting pada proyek
ini adalah sebagai berikut :
1. Sebelum pembongkaran bekisting kolom dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan pembongkaran kayu penyangga atau perancah.
2. Setelah perancah sudah terlepas, bekisting dapat dilepas. Dalam
pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati – hati supaya tidak
terjadi kerusakan pada bekisting tersebut, karena bekisting tersebut dapat
dipergunakan kembali pada pekerjaan kolom selanjutnya.

Adapun gambar pembongkaran bekisting kolom dapat dilihat pada Gambar


dibawah ini.

Gambar 4.39 Pembongkaran Bekisting Kolom


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.5.2 Pekerjaan Balok Struktur dan Pelat Lantai


Terdapat 2 jenis balok (BL1,BL2) yang digunakan pada lantai 2
Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru dengan dimensi sebagai berikut :
a. Balok BL1 (20x30cm)
b. Balok BL2 (15x20cm), dan
Luas pelat lantai/dag beton 317 m2 dengan ketebalan 10 cm.
Untuk memperjelas posisi balok dan pelat lantai pada penjelasan diatas
dapat dilihat masing-masing pada gambar 4.40 dan 4.41.

Gambar 4.40 Denah Perletakan Balok


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.41 Denah Pelat Lantai 3
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

A. Pekerjaan Pemasangan Perancah atau Penyangga


Pada pekerjaan ini perancah yang digunakan adalah Supported Scaffolding
yaitu jenis perancah yang disusun dari bawah keatas menggunakan tiang sebagai
penyangga dan tersedia lantai kerja yang kokoh. Jenis ini memerlukan pondasi
yang kuat sebagai pijakan utama. Scaffolding jenis ini memiliki bentuk berupa
rangka atau frame. dan terdapat juga balok kayu yang memanjang dan melintang
di atasnya. Dibawah ini beberapa prosedur dalam pemasangan Scafollding antara
lain:
a) Pemasangan/Penyambungan Scaffolding
Memasang scaffolding diantara kolom yang satu dengan kolom yang lainnya
mengikuti arah balok dan pelat beton rencana. Scaffolding terdiri dari beberapa
bagian yaitu jeck base, main frame, joint pin, dan U head yang terangkai menjadi
satu set scaffolding.
Berikut ini langkah-langkah pemasangan scaffolding yang dilakukan
dilapangan:
1. melakukan pemasangan jeck base.Memasang base pelat atau jack base diatas
landasan yang stabil.
2. pemasangan dan penyetelan main frame (kerangka utama).
3. dilanjutkan dengan pemasangan cross brace pada dua sisi agar elemen
perancah/Scaffolding dapat berdiri dengan baik.
4. Kemudian menyusun frame vertical berikutnya dengan penambahan joint pin
terlebih dahulu baru disambungkan dengan frame vertical berikutnya, atau
selesai dengan pemasangan shoring head jika ketinggian perancah dianggap
cukup, artinya ketinggian dapat dilakukan dengan mengatur jack base dan U-
head.
5. Kemudian ketinggian perancah diatur sesuai ketinggian bekisting yang telah
direncanakan.

Gambar 4.42 Penyusunan Scaffolding


Sumber: www.Academia.edu

Tinggi frame tertentu sesuai dengan jenis produksinya, sedangkan ketinggian


bekisting atau dasar beton terhadap tempat berpijak perancah juga tertentu, sesuai
dengan desain dan kondisi tempat. Untuk memenuhi ketinggian plafon yang
diperlukan, dapat diatur dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Menentukan tebal beton tempat berpijak jack base.
2. Mengatur jack base dan U-head dengan ulir yang ada. Dapat dilihat pada
Gambar 4.43.
3. Menyusun frame vertical dan atau menambah adjusting frame sesuai dengan
ketinggian yang diperlukan.

Gambar 4.43 Ulir pada Jack base dan U-head


Sumber: www.Academia.edu

Berikut adalah gambar dokumentasi hasil pemasangan Scaffolding yang telah


dilakukan dilapangan:

Gambar 4.44 Pemasangan Scaffolding


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

b) Pemasangan Balok Kayu


Balok kayu dipasang di atas scaffolding dengan arah memanjang dan
melintang. Arah memanjang menggunakan kayu ukuran 6/12 dan arah melintang
menggunakan kayu ukuran 5/10 dengan jarak setiap susunan 30 sampai dengan 40
cm. Pemasangan dilakukan sesuai dengan arah scaffolding atau arah balok
rencana.

Gambar 4.45 Pemasangan Balok Penyangga Arah Memanjang dan Melintang.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

B. Pekerjaan Pemasangan Molding/Bekisting


Molding merupakan cetakan dari balok dan pelat lantai, yang akan diisi
dengan beton dan membentuk balok dan pelat lantai bangunan yang dibuat
menggukan multipleks dan diberi tulangan kayu dengan ukuran sesuai dengan
struktur balok dan pelat lantai rencana. Mold pada pekerjaan ini terdiri dari 3
bagian yaitu; tapak mold, dinding mold, dan penutup mold, yang seperti saluran
untuk sebagai cetakan balok, dan bidang luasan sebagai cetakan pelat lantai.
Molding dipasang tepat di atas balok kayu melintang yang telah dipasang
pada pekerjaan sebelumnya sehingga tapak molding tepat bersentuhan dan
dipakukan pada balok kayu melintang. Molding pada pekerjaan ini terdiri dari
beberapa ukuran penampang berbeda sesuai dengan ukuran balok rencana BL1
dan BL2. Dapat dilihat pada Denah Struktur (Lampiran 7).
Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan sebelum dan saat pemasangan
bekisting balok dan pelat lantai yang dilakukan dilapangan:
1. Pembuatan Bekisting
Bekisting balok dan pelat lantai dibuat dari rangkaian balok kayu 5/7 , 6/12
dan multipleks (polywood) 6 mm. Untuk ukuran bekisting balok dan pelat lantai
tergantung ukuran gambar yang direncanakan dan dapat dilihat pada lampiran 7.

Gambar 4.46 Pembuatan Bekisting Balok


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
2. Pemberian Oli/Pelumas pada Bekisting
Pemberian pelumas dengan campuran solar dan oli bekas, bertujuan untuk
sebagai berikut:
a. Beton tidak menempel pada bekisting.
b. Air beton tidak hilang diserap bekisting.
c. Mempermudah saat pembongkaran dilakukan.
d. Dapat digunakan kembali saat diperlukan.

Gambar 4.47 Pemberian Oli/ Pelumas pada Bekisting


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Pengukuran Elevasi Balok dan Pelat Lantai


Pengukuran dilakukan menjadikan kolom sebagai titik acuan untuk
menentukan sumbu dan elevasi balok dengan menarik benang diantara kolom di
mana bekisting balok yang akan dipasang.
4. Pemasangan Bekisting Balok.
Untuk bekisting balok menggunakan multipleks dengan tebal 6 mm.
Memasang bekisting balok untuk 2 sisi yaitu sisi lantai dan dinding dalam balok
yang sebelumnya telah dilakukan fabrikasi diluar titik pemasangan bekisting, di
mana pemasangan bekisting dan pengangkutan dilakukan secara manual oleh
pekerja. Pemasangan dilakukan tepat di atas balok kayu yang melintang.
Gambar 4.48 Tapak Molding Balok Dipasang diatas Balok Kayu yang Melintang.
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.49 Pemasangan Dinding Molding Balok.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.50 Pemasangan Skor/Penyangga Molding Balok.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapanga
5. Pemasangan Bekisting Pelat Lantai
Pemasangan bekisting pelat lantai dilakukan diatas kayu balok yang
berada di bawah bekisting pelat lantai dengan bentang bekisting sesuai dengan
gambar rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan ketebalan pelat lantai 10
cm. Untuk penyetelan elevasi pelat lantai dapat dilakukan pada penyetelan
scafollding.

Gambar 4.51 Pemasangan Balok Kayu Penyangga Pelat Lantai.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.52 Pemasangan Bekisting Pelat Lantai.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
C. Pekerjaan Penulangan Balok dan Pelat Lantai
Langkah-langkah pemasangan penulangan balok dan pelat lantai ini adalah
sebagai berikut:
1. Pemotongan Besi
a. Besi yang akan dipotong untuk pembuatan balok dan pelat lantai harus
bersih dari segala macam kotoran, karat, cat dan lain-lainnya yang akan
merusak mutu beton.
b. Besi tulangan d10 digunakan pada pekerjaan pelat lantai dan dipotong
sesuai ukuran yang telah ditentukan.
c. Besi tulangan d10 digunakan pada begel/sengkang pada penulangan balok,
dan dipotong sesuai ukuran balok.
d. Memotong tulangan pokok ulir sebanyak 6 buah D16 untuk balok BL1
dan tulangan pokok ulir sebanyak 4 buah D16 untuk balok BL2 dengan
panjang yang telah ditentukan.

Gambar 4.53. Pemotongan Besi.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

2. Pembengkokan Besi Begel/ Sengkang.


Proses pengerjaan yang dilakukan dilapangan, dapat dilihat pada langkah-
langkah dibawah ini:
1) Menyiapkan besi D10 yang telah dipotong melalui proses pemotongan
tulangan.
2) Ukuran panjang besi sengkang D10 sesuai dengan keliling sisi balok
dengan melebihkan ukuran panjang semula sebesar 4 db.
3) Proses pembengkokan dilakukan pada pagi hari dan sore hari.
4) Melakukan pembengkokan besi beugel dengan melebihkan ujung kait
bengkokan minimum 4 cm.
5) Menggunakan tipe sengkang ikat standar T2 seperti pada Gambar 2.5
dengan besaran sudut 90°.

tulangan polos D10 mm yang telah dipotong dan dibengkokkan hingga


membentuk persegi dinamakan beugel/sengkang yang dapat dilihat pada Gambar
4.54 dibawah ini. Beugel/sengkang berguna untuk memberi kekangan pada beton
inti.

Gambar 4.54. Pembuatan Sengkang atau Beugel.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Merangkai tulangan balok.


a) Sambungan
Pada balok atau balok induk yang membutuhkan tulangan lebih panjang
dari yang tersedia, Perencana Struktur harus menspesifikasikan sambungan
secara khusus. Pada balok atau balok induk sambungan-sambungan lebih
disarankan untuk dibuat dimana tulangan tegangannya minimum, misalnya
pada titik belok. Sambungan dimana tegangan rencana kritik bersifat tarik
sedapat mungkin harus dihindari oleh Perencana Struktur. Penyambungan
tulangan yang banyak digunakan adalah berupa Sambungan lewatan dan
Sambungan Mekanis atau las.
Pada pelaksanaanya dilapangan, sambungan yang digunakan adalah
Sambungan lewatan. Kekuatan suatu sambungan lewatan dipengaruhi oleh
diameter batang yang disambung, kekuatan beton, jarak tulangan, tebal
selimut beton, posisi tulangan, jarak ke tulangan-tulangan lain, dan tipe
tegangan (tekan atau tarik). Jika dua tulangan yang berbeda diameternya
disambung dengan lewatan, maka terlebih dahulu harus menentukan
panjang lewatan yang diperlukan. Sambungan lewatan tidak diijinkan
untuk tulangan berdiameter lebih dari 36 mm, kecuali untuk mentransfer
gaya tekan ke tulangan yang berdiameter lebih kecil yang dijangkar ke
dalam kaki pondasi untuk gedung. Sambungan lewatan sebaiknya tidak
diletakkan pada daerah terjadi momen lentur maksimal dan sambungan
juga tidak terkumpul di satu lokasi yang sama karena akan memperlemah
penampang beton. Sambungan lewatan dapat dibuat dengan batang-batang
yang disambung menempel satu sama lain atau terpisah.
Didalam pengadaan material, tulangan baja yang digunakan dalam struktur
beton bertulang pada umumnya difabrikasi dalam bentuk ukuran panjang
tertentu seperti 6 m, 12 m, dan 18 m, tergantung diameter tulangan,
fasilitas tranportasi dan alasan lainnya. Terkadang panjang tulangan yang
dibutuhkan melebihi ketersediaan panjang tulangan yang ada dilapangan,
maka dalam hal ini diperlukan penyambungan tulangan dengan panjang
penyambungan yang mencukupi untuk mentransfer tegangan lekatan dari
tulangan yang satu ke tulangan yang lainnya.
Gambar 4.55. Penyambungan Tulangan.
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.56. Penyambungan Tulangan.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Sambungan mendekati
tulangan kolom

Gambar 4.57. Penyambungan Tulangan.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Pada proses nya dilapangan, tulangan balok dirangkai tepat di atas lantai
molding balok yang telah dibuat pada pekerjaan sebelumnya. Rangkaian tulangan
dilakukan sebelum pemasangan molding pada dinding balok.
Tulangan balok ini dibuat menggunakan baja ulir D16, sesuai dengan
rencana balok struktur dan baja D10 sebagai tulangan pengikat atau tulangan
sengkang. Baja ulir disusun sesuai dengan rencana balok struktur, diikat dengan
tulangan sengkang baja D10 dengan jarak 20 cm. kemudian tulang sengkang
diikatkan pada tulangan pokok dengan menggunakan kawat pengikat.

Gambar 4.58. Tulangan Balok Dirangkai di atas Lantai Mold.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Setelah rangkaian tulangan balok diikat dengan tulangan sengkang,
dilakukan pemasangan beton decking yaitu cetakan beton yang berbentuk persegi
atau lingkaran yang diletakan antara bekisting dengan tulangan, agar tulangan dan
bekisting tidak menyatu.

Gambar 4.59. Pemasangan decking beton pada balok.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.60 Tulangan balok selesai dirakit.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4. Merangkai tulangan pelat lantai


Tulangan pelat lantai dirangkai di atas bidang luasan mold sebagaimana
yang telah dibuat pada pekerjaan sebelumnya. Tulangan pelat lantai dirangkai
menggunakan baja d10. Baja d10 disusun secara memanjang dengan jarak ±20 cm
memenuhi seluruh bidang luasan molding, kemudian diatasnya disusun secara
melintang di atas dengan jarak yang sama. Ini dilakukan sebanyak 2 lapis dengan
cara yang sama.

Gambar 4.61. Pemasangan Tulangan Pelat lantai


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.62. Pemasangan Decking Beton dan Baja pada Pelat Lantai
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.63. Penulangan Telah Terpasang Seluruhnya
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

D. Cek List Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat Lantai


Cek list sebelum pengecoran sangat penting dan sangatlah fatal jika terjadi
kesalahan dalam pekerjaan sebelum pengecoran dilakukan. Beberapa point yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut ini:
1. Pembesian
a. Dimensi, posisi, dan letak tulangan terpasang harus tepat.
b. Cek beton decking, jumlah dan jarak harus sesuai dengan perhitungan
(jangan sampai tulangan menempel pada bekisting).
c. Cek ikatan besi dan jumlah tulangan.
2. Bekisting
a. Cek elevasi.
b. Cek sambungan (tidak boleh renggang).
c. Cek skor atau balok kayu penyangga bekisting.
d. Waktu pengecoran, pantau permukaan atas dan bawah.
3. Alat kerja
a. Cangkul.
b. Sendok semen.
c. Rol concrete.
d. Ruskam.
e. Sapu.
f. Lampu penerangan.
E. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Pelat Lantai
Pekerjaan pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan pada siang hari
pengecoran menggunakan beton ready mix dari PT. Superton dengan mutu K-250.
Jumlah beton ready mix yang dibutuhkan adalah ± 65,8 m 3 sesuai dengan volume
balok dan pelat lantai tersebut. Beton ready mix diangkut menggunakan concret
mixer truck dengan muatan 5 - 7 m3.
Sebelum pengecoran dimulai, kondisi bekisting diperiksa terlebih dahulu
agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran. Beton yang digunakan untuk
pengecoran terlebih dahulu di uji slump. Nilai uji slump yang didapat harus sesuai
perencanaan yaitu (7,5 – 15,0) cm. Beton pada concrete mixer truck yang
digunakan untuk pengecoran diambil sebagian untuk pembuatan sampel uji.
Sampel tersebut kemudian diuji untuk mengetahui nilai kekuatan beton. Tindakan
tersebut dilakukan sebagai kontrol terhadap mutu beton (quality control).
Langkah pelaksanaan pengecoran yang dilakukan dilapangan adalah
sebagai berikut:
1. Beton ready mix dari concrete mixer truck dimasukkan secara perlahan ke
dalam mobile concrete pump. Dapat dilihat pada Gambar 4.64.

Gambar 4.64. Pengisian Beton Ready Mix dari Concrete Mixer Truck - Mobile
Concret Pump
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
2. Mobile concrete pump akan memompakan beton ready mix ke pipa dengan
jangkauan maksimal 200 m, dan panjang tiap sambungan sekitar 3 m, di mana
terdiri dari bagian yang terbuat dari besi pada daerah lurus dan dari karet
untuk dibelokan.

Gambar 4.65. Penyaluran Beton Ready Mix dari Concrete Mixer Truck - Mobile
Concret Pump ke titik pengecoran
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Ready mix dituangkan dari pipa mobile concrete pump dan digetarkan dengan
menggunakan besi pencolok. Saat pengecoran sedang berlangsung, besi D19
sepanjang ±1,5 m disediakan untuk penusukan coran/ready mix didalam
cetakan balok dan plat dengan tujuan agar material beton dapat tersebar
merata dan mengisi rongga rongga kosong didalam cetakan agar mutu beton
tetap terjaga. Ini juga bertujuan agar beton menyebar ke segala arah, untuk
meratakan beton dan memecah gelembung udara yang ada dalam adukan.
4. Beton kemudian disebarkan pada bagian yang akan dicor. Tumpukan beton
ready mix tersebut disebarkan oleh pekerja dengan menggunakan cangkul
maupun sapu dan alat bantu lainnya hingga menutupi seluruh bagian yang
akan dicor.
Gambar 4.66 Penyebaran Beton Ready Mix
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

5. Beton diratakan dengan menggunakan rol concrete dan ruskam satu per satu
bidang hingga semuanya tertutup rata oleh beton. Dapat dilihat pada Gambar
4.67.

Gambar 4.67. Perataan Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
Gambar 4.68. Seluruh Bagian Molding Tertutup Beton
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Pengawasan kualitas (quality control) dilakukan dengan berbagai macam


pengujian, prosedur pelaksanaannya mengacu pada Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) dan PBI 1971 N.I.-2 yang meliputi:
1) Slump Test
Slump beton adalah suatu cara untuk mengetahui atau mengukur
kelecekan/kekentalan adukan beton yang nantinya akan berguna untuk pekerjaan
beton. Prosedur pengujian slump test sebagai berikut:
1. Menuangkan material adukan beton ke dalam gerobak agar beton tidak
berserakan dan memudahkan dalam pengujian slump dan pengambilan
sample.

Gambar 4.69. Adukan Beton


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
2. Sebelum beton dimasukkan kedalam kerucut terpancung, maka beton diaduk
terlebih dahulu dengan sendok spesi supaya beton merata. Pada pengujian ini
hal yang harus diperhatikan yaitu sebelum menuangkan beton ke dalam
kerucut, maka kerucut harus ditahan dengan kaki supaya tidak terangkat pada
bagian bawah. Pengisian pengadukan beton ke dalam kerucut terpancung
dilakukan setiap 1/3 dari tinggi kerucut terpancung. Dapat dilihat pada
Gambar 4.70.

Gambar 4.70. Adukan Beton Dimasukkan dalam Kerucut Terpancung


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Setelah adukan beton dituangkan dalam kerucut terpancung 1/3 dari tinggi
kerucut terpancung maka dilakukan penusukan dengan tongkat sebanyak 25
kali dengan merata dan dalam tahapan ini yang harus diperhatikan jangan
terlalu lama dalam penusukan dan penusukan harus konstan juga, kerucut
terpancung tidak boleh terangkat.
Gambar 4.71. Penusukan 25 kali
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4. Setelah dilakukan penusukan sebanyak 25 kali maka adukan beton dalam


gerobak diaduk kembali untuk menjaga keplastisan adukan. Dan kemudian
adukan dimasukkan kembali dalam kerucut terpancung hingga ketinggian 2/3
dari tinggi kerucut terpancung dan dilakukan kembali penusukan sebanyak 25
kali, untuk ketiga kalinya dimasukkan beton kembali ke dalam kerucut
terpancung setinggi 3/3 dari tinggi kerucut terpancung (penuh) dilakukan
penusukan 25 kali kembali dan permukaan diratakan.

Gambar 4.72. Perataan Beton dalam Kerucut Terpancung


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

5. Setelah kerucut terpancung terisi penuh dan sudah diratakan dengan sendok
spesi maka didiamkan selama kurang lebih 30 detik sambil membersihkan
sisi kerucut terpancung.
Gambar 4.73 Persiapan Pengangkatan Kerucut Terpancung
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan
6. Setelah kira – kira 30 detik maka dilakukan proses pengangkatan dengan
kecepatan 2- 5 detik dengan konstan dan pengangkatan tegak lurus.

Gambar 4.74 Pengangkatan Kerucut Terpancung


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

7. Setelah dilakukan proses pengangkatan kerucut terpancung maka unur tinggi


jatuhnya material adukan beton dengan meneggakkan kerucut terpancung dan
meletakkan tongkat penusuk di atas kerucut terpancung. Maka dengan
menggunakan meteran tinggi jatuh material dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran. Dan setelah dilakukan pengukuran maka langkah
selanjutnya menyimpulkan nilai slump masuk dalam ketentuan yang diminta
atau tidak, jika masuk maka beton boleh langsung digunakan untuk
pengecoran.
Gambar 4.75 Pengukuran Nilai Slump Beton
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Nilai slump beton dapat dicari dengan cara menghitung penurunan benda
uji terhadap puncak kerucut terpancung dalam 3 sisi bagiannya (H1, H2 dan, H3).
Lalu ambil rata-rata dari penurunan yang terjadi.
H1 + H2 + H3 10 + 10,2 + 10,5
Nilai Slump = = = 10 , 23
3 3

Hasil pengujian slump beton yang dilakukan di lapangan, nilai slump


beton ready mix yang diperoleh pada pengecoran balok dan plat lantai adalah
10,23 cm.

2) Uji Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI


Dalam menentukan kuat tekan beton, dapat menggunakan benda uji kubus
dengan sisi 15 cm, pada Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer
(Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ini, jenis benda uji kuat tekan
beton yang digunakan oleh Laboratorium Teknik Sipil Universitas Lancang
Kuning Pekanbaru adalah benda uji berbentuk Kubus dengan ukuran sisi
(15x15x15) cm.
Dalam pelaksanaan nya dilapangan, pembuatan dan pengambilan sampel
benda uji yang berupa kubus dengan ukuran (15x15x15) cm yang pengambilan
sampelnya dilakukan pada pengecoran balok dan pelat lantai, benda uji yang
dibuat sebanyak 6 buah kubus.
Gambar 4.76. Benda Uji Kubus.
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Prosedur Pengujian Kuat Tekan Beton


a. Pembuatan Benda Uji
1. Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengujian ini. Alat-
alat yang harus disiapkan cetakan kubus yang terbuat dari baja, tongkat
penusuk terbuat dari besi, sendok spesi, sendok semen, dan gerobak.
2. Ambil beton segar yang akan digunakan dalam proses pengecoran. Beton
tersebut sudah dilakukan pegujian slump test dan nilai slump sesuai dengan
ketentuan. Maka beton segar tersebut dimasukkan ke dalam cetakan kubus.
3. Isi cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapisan berisi kira-
kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali secara merata atau dengan memukul-mukul dengan palu
karet hingga gelembung udara tidak kelihatan lagi.
4. Setelah dilakukan pemadatan dengan cara menusuk-nusuk maka dilakukan
proses perataan benda uji dengan menggunakan sendok spesi hingga datar.
Dan meletakkan benda uji pada tempat yang aman.
5. Biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakkan pada tempat
yang bebas getaran serta ditutup oleh bahan yang kedap air.
b. Penyimpanan benda uji
1. Setelah selesai pencetakan, benda uji dirawat selama  24 jam
2. Setelah  24 jam, benda uji dikeluarkan dari cetakan
3. Rawat benda uji sampai batas waktu yang telah ditentukan
c. Pengujian kuat tekan
Untuk pengujian kuat tekan pada beton dilakukan setelah umur beton 28 hari.

Kuat tekan beton ready mix concrete yang diminta oleh Konsultan
Pengawas PT. Karya Metropolitan Utama adalah minimal 250 kg/cm2. Adapun
gambar pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada Gambar 4.77.

Gambar 4.77 Pengujian Kuat Tekan Beton


Sumber: Lab. Teknik Univ. Lancang Kuning

Pemeriksaan uji kuat tekan beton pada Proyek Pembangunan Gedung


Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru
dilakukan pada tanggal 03 September 2019 untuk benda uji pada pengecoran
balok dan pelat lantai 2 yang mana diambil umur uji beton 28 hari. Berdasarkan
data pengujian kuat tekan beton, didapatkan rata-rata kuat tekan beton sebesar
266,7 Mpa. Maka kesimpulan dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Uji Kuat Tekan Beton

Berat Ukuran Beban Luas Kuat


Tanggal No. Jenis
Item Volume Sampel maksimum Tekan Tekan
Pemeriksaan Sampel Sampel
(Kg) (cm²) (Kg/cm²) (cm²) (Kg/cm²)

03 September
1 Kubus 7,8 15x15 580 225 257,8
2019

03 September
2 Kubus 7,8 15x15 600 225 266,7
2019

03 September
3 Kubus 8 15x15 580 225 257,8
2019

Balok
dan
03 September
Dag/
2019 4 Kubus 7,8 15x15 650 225 288,9
Pelat-
Lantai

03 September
5 Kubus 7,9 15x15 620 225 275,6
2019

03 September
6 Kubus 7,7 15x15 570 225 253,3
2019

Rata-rata kuat tekan 266,7

Sumber: Lab. Teknik Univ. Lancang Kuning

F. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Balok dan Pelat Lantai


Dalam proses pekerjaan Pembongkaran bekisting harus melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Ijin pembongkaran harus mendapatkan persetujuan setelah dahulu oleh
pengawas lapangan dan kontraktor yang bertanggung jawab sepenuhnya
atas pekerjaan ini dan pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai
dilakukan setelah beton mengeras. (Sesuai dengan ketentuan pada Tabel
2.3)
2. Alat-alat bongkar meliputi, Linggis, kunci pas, palu, dan perlengkapan
pendukung lainnya.
3. Tenaga bongkar minimal 2 orang atau lebih.
4. Pelaksanaan pembongkaran.

Pembongkaran bekisting juga disesuaikan dengan SNI-2847-2013 dan ACI


347. Minimum waktu untuk pembongkaran cetakan. (lihat tabel 2.3) adalah beton
normal (tanpa admixtures/bahan campuran kimia).
Pembongkaran bekisting balok dilapangan dilakukan ketika umur beton
mencapai 14 hari, dan Pembongkaran bekisting pelat lantai dilapangan dilakukan
ketika umur beton mencapai 21 hari. Langkah-langkah pembongkaran bekisting
pada balok dan pelat lantai dilapangan sebagai berikut ini:
1. Pekerjaan pertama yang dilakukan adalah pembongkaran scafollding balok
dan pelat lantai, pekerjaan dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan
safety seperti pelindung kepala dll.
2. Kemudian pembongkaran balok kayu penyangga, pada balok dan pelat lantai
yang arah melintang dan memanjang dibongkar sejalan dengan
pembongkaran bekisting balok dan pelat lantai. pembongkaran dilakukan
menggunakan balok kayu yang panjang dan dibongkar secara manual oleh
pekerja.
3. Setelah selesai bekisting balok dan pelat lantai dibongkar. Bekisting, balok
kayu dan scafollding diletakan ditempat yang telah ditentukan.
Gambar 4.78. Pembongkaran scafollding.
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan.

Gambar 4.79 Pembongkaran Balok Kayu, Bekisting Balok dan Pelat Lantai
Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Gambar 4.80. Pembongkaran Selesai Dilakukan.


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan.

G. Perawatan Beton
Perawatan beton adalah suatu langkah/tindakan memberikan kesempatan
pada beton untuk mengembangkan kekuatannya secara wajar dan sesempurna
mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu pekerjaan beton perlu dijaga agar
permukaan beton segar selalu lembab sejak adukan beton dipadatkan sampai
beton dianggap cukup keras. Kelembapan beton ini harus dijaga agar proses
hidrasi semen dapat terjadi dengan baik dan berlangsung sempurna. Bila hal ini
tidak dapat dilakukan, akan mempengaruhi kekuatan beton tersebut dan akan
menimbulkan keratakan. Kelembaban beton juga dapat menambah beton menjadi
lebih tahan terhadap pengaruh cuaca dan lebih kedap air. Cara perawatan beton
yang dilakukan dilapangan adalah sebagai berikut:
1. Menyelimuti beton dengan karung basah.
2. Menggenangi permukaan beton dengan air.
3. Menyirami permukaan beton dengan air bersih setiap saat secara berkala
selama  dua minggu.
4. Perawatan beton dalam Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer
(Fasilkom) menggunakan air yang bersih bebas dari unsur-unsur kimia yang
bisa menyebabkan terjadinya perubahan warna pada beton terkadang
dilakukan penyiraman pada permukaan beton.

Gambar 4.81. Perawatan Beton


Sumber: Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

4.6 Tenaga Kerja


Tenaga kerja pada proyek ini diseleksi menurut keahlian dan kemampuan
dilapangan, mengarahkan tenaga kerja harus sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku di Indonesia mengenai ketenagakerjaan, yaitu tenaga kerja
harus dilengkapi dengan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) dan dilindungi
dengan asuransi ketenagakerjaan. Tenaga kerja merupakan faktor yang paling
menentukan dalam pelaksanaan pembangunan dan mutu hasil kerja yang
diperoleh. Diperlukan suatu penempatan pekerja agar sesuai dengan keahliannya
sehingga mutu hasil pekerja dapat maksimal.
Tenaga kerja merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan konstruksi, yaitu harus mengutamakan tenaga kerja
yang diseleksi menurut keahlian dan kemampuan dilapangan. Mengarahkan
tenaga kerja juga harus sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku di Indonesia mengenai ketenagakerjaan, yaitu tenaga kerja harus
dilengkapi dengan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) dan dilindungi dengan
asuransi ketenagakerjaan.
Tenaga kerja yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung Fakultas
Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ini adalalah
sebagai berikut :
a. Tenaga Staf Karyawan
Staf karyawan pada proyek pembangunan Gedung Fakultas Ilmu
Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Konsultan
Pelaksana dari PT. Karya Metropolitan Utama yang berjumlah 2 orang dan
Konsultan Pengawas dari Universitas Lancang Kuning berjumlah 4 orang.
b. Tenaga Kerja (Pekerja)
Tenaga kerja yang digunakan dalam proyek ini berasal dari Medan,
Sumatera Utara dengan rincian sebagai berikut :
1. Tukang kayu : 3 orang
2. Tukang besi : 3 orang
3. Tukang batu : 5 orang
4. Kepala Tukang : 1 orang
5. Pembantu Tukang : 6 orang
Jadi jumlah tenaga kerja/buruh pada proyek ini adalah berjumlah 18 orang.
Jumlah jam kerja bagi pekerja dalam satu hari di proyek ini lebih kurang 9 jam,
terhitung dari jam 08.00 – 12.00 WIB dan dilanjutkan jam 13.30 – 17.00 WIB.
Apabila pekerjaan tersebut melebihi jam kerja yang telah ditentukan, maka
dihitung sebagai jam kerja lembur dan pekerjaan diselesaikan sampai selesai.

4.7 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


K3 merupakan sesuatu yang wajib bagi setiap pekerja, karena adanya K3
dapat menciptakan kenyamanan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
Penerapan K3 ini perlu akan kesadaran dari diri sendiri, karna pentingnya
keselamatan dalam bekerja.

Gambar 4.82 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Pada Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom)


Universitas Lancang Kuning Pekanbaru ini, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sangat diperhatikan. Dalam penerapan dilapangan benar-benar dilakukan
pengawasan terhadap pekerja untuk selalu menggunakan perlengkapan
keselamatan yang disediakan dan pada lokasi pekerjaan tersedia umbul-umbul
peringatan akan keselamatan.
Adapun APD yang digunakan dilapangan antara lain:
1. Sepatu Pelindung atau Boots
diperuntukkan sebagai alat pengaman ketika bekerja guna melindungi kaki
terhadap benda-benda berat, tajam, panas, serta cairan kimia ataupun benda
berbahaya lainnya.
Gambar 4.83 Sepatu Pelindung/Boots
Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

2. Sarung Tangan
Alat ini diperuntukkan guna melindungi tangan ketika bekerja di area atau
keadaan yang bisa menyebabkan tangan teruka. Bahan serta bentuk dari sarung
tangan ini disesuaikan terhadap fungsi dari masing-masing pekerjaan tersebut.

Gambar 4.84 Sarung Tangan


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

3. Kacamata Pelindung
Berfungsi sebagai pelindung mata saat bekerja seperti saat memotong besi
menggunakan mesin gerinda potong.

Gambar 4.85. Kacamata Pelindung


Sumber : Dokumentasi Praktek Kerja Lapangan

Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan pada proyek ini disediakan
dengan jumlah terbatas oleh pihak Kontraktor mapun pihak Pengawas,
berdampak pada pekerja sehingga banyak pekerja yang tidak menggunakan APD
saat bekerja, contohnya saja hampir seluruh pekerja tidak menggunakan Safety
helmet saat bekerja karena keterbatasan pengadaan Safety helmet dari pihak
kontraktor maupun pengawas.

4.8 Evaluasi Pekerjaan Secara Teknis


4.8.1 Pekerjaan Kolom Struktur
A. Penulangan Kolom Struktur
Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah pekerjaan penulangan, penulis dapat
mengevaluasi pekerjaan ini dengan uraian sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada bagian pekerjaan


pembengkokan besi, proses penentuan diameter bengkokan minimum sudah
sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan menurut SNI -03-6816-2002 dan
ACI 318 yaitu penggunaan besi D10 untuk pengikat atau sengkang dengan
panjang bengkokannya 4db.
2. Pada penjangkaran sengkang, hasil pengamatan dilapangan juga telah
memenuhi syarat yang tercantum pada SNI -03-6816-2002 yaitu penggunaan
salah satu tipe sengkang ikat standar sesuai pada Gambar 2.8.

B. Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Kolom Sturuktur


Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah pekerjaan pembuatan dan
pemasangan bekisting kolom, penulis dapat mengevaluasi pekerjaan ini dengan
uraian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses penentuan tegak lurus
vertikal kolom (centering) sudah dilakukan dengan baik dan mengikuti syarat
syarat penentuan tegak lurus menggunakan cara manual yaitu dengan bandul
sesuai dengan langkah langkahnya.
2. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses pembuatan bekisting
telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ACI (American Standar Institute)
dimana isi persyaratan nya kuat,stabil, dan kaku.
C. Pengecoran Kolom Struktur
Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah Pekerjaan Pengecoran beserta
Pengawasan kualitas pekerjaan (Quality Control), penulis dapat mengevaluasi
pekerjaan ini dengan uraian sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses Pengecoran Kolom


yang telah dilakukan telah memenuhi dan mengikuti dengan baik syarat
pengecoran yang telah ditentukan menurut SNI 03-2847-2002, meskipun
masih ada kekurangan misalnya, tidak adanya alat penggetaran (vibrator)
dalam proses pengecoran, tetapi telah digantikan menggunakan alat manual
seperti Besi berdiameter 19 mm dengan panjang 2 m yang digunakan untuk
pencolok.

2. Pada Pengujian Slump (Slump Test) yang telah dilakukan dilapangan,


langkah-langkah pengujiannya telah sesuai dengan Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG), dan hasil pengujian slump beton yang
diperoleh di lapangan dengan rincian nilai slump beton ready mix pada
pengecoran kolom lantai 2 tahap 1 adalah 10,5 cm, pada pengecoran kolom
lantai 2 tahap 2 adalah 9 cm, dan pada pengecoran kolom lantai 2 tahap 3
adalah 10 cm. Ini telah sesuai dengan yang direncanakan oleh perencana dan
persyaratan yang dianjurkan PBI 1971 N.I.-2 dan Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) yaitu 7,5-15 cm untuk pengecoran Kolom.

4. Pada Pengujian Kuat Tekan Beton yang telah dilakukan dilapangan, telah di
evaluasi antara lain:
a. Untuk syarat jumlah pengambilan sampel benda uji bila mengacu pada
Peraturan Baru SNI 03-2847-2002, jumlah benda uji yang telah diambil
dilapangan yakni sebanyak 3 buah kubus telah memenuhi standar dan
persyaratan jika kita mengacu pada point 1 yaitu Jumlah minimum benda
uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji, dan point 5 yaitu
Toleransi untuk jumlah total pengecoran kurang dari 40 m3, diperbolehkan
tidak dilakukan sampling dan pembuatan benda uji, jika dapat dijamin dan
bukti terpenuhinya kuat tekan diserahkan dan disetujui oleh Pengawas.
b. Prosedur pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan baik dan telah
sesuai dengan PBI 1971 N.I.-2 dan Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung (PPIUG), dan lagi data hasil pengujian yang diperoleh
sebesar 274 Mpa, Dapat dilihat dari Tabel 4.1 bahwa pemeriksaan sudah
memenuhi standar dimana nilai kuat tekan rata – rata lebih besar dari
nilai kuat tekan beton rencana yaitu K-250.

D. Pembongkaran Bekisting Kolom Struktur


Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah Pekerjaan Pembongkaran bekisting
kolom, penulis dapat mengevaluasi pekerjaan ini dengan uraian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses pembongkaran
bekisting/cetakan kolom, lamanya waktu pembongkaran cetakan setelah
pengecoran selesai yaitu 24 jam yang berarti melebihi waktu dari standar
yang ada dan memenuhi persyaratan Minimum waktu untuk pembongkaran
cetakan berdasarkan SNI-2847-2013 dan ACI 347. Dapat dilihat pada Tabel
2.3.

4.8.2 Pekerjaan Balok Struktur dan Pelat Lantai


A. Pekerjaan Pemasangan Molding/Bekisting
Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah pekerjaan pembuatan
molding/bekisting, penulis dapat mengevaluasi pekerjaan ini dengan uraian
sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses pembuatan dan


pemasangan molding/bekisting telah memenuhi persyaratan sesuai dengan
ACI (American Standar Institute) dimana isi persyaratan nya kuat,stabil, dan
kaku. Dan langkah-langkah pembuatannya yang terstruktur dengan baik.
B. Pekerjaan Penulangan Balok Struktur dan Pelat Lantai
Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah pekerjaan pembengkokan besi,
penulis dapat mengevaluasi pekerjaan ini dengan uraian sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses penentuan diameter
bengkokan minimum sudah sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan
menurut SNI -03-6816-2002 dan ACI 318 yaitu penggunaan besi D10 untuk
pengikat atau sengkang dengan panjang bengkokannya 4db.
2. Pada penjangkaran sengkang, hasil pengamatan dilapangan juga telah
memenuhi syarat yang tercantum pada SNI -03-6816-2002 yaitu penggunaan
salah satu tipe sengkang ikat standar sesuai pada Gambar 2.8.
3. Pada penyambungan tulangan balok, metode yang digunakan adalah metode
penyambungan lewatan yaitu dengan pengikatan menggunakan sengkang dan
kawat baja, proses penyambungan tulangan dilapangan telah dilakukan
dengan baik, ini terbukti dengan ketentuan bahwa penyambungan disarankan
dibuat dimana tulangan tegangannya minimum, seperti pada titik belok, atau
titik mendekati penjangkaran tulangan balok ke kolom, dan ini sudah
dilakukan hampir menyeluruh pada tiap sambungan tulangan balok
dilapangan. Dan terbukti juga dengan ketentuan bahwa sambungan jangan
dilakukan dan dikumpulkan pada satu lokasi yang sama sehingga terjadi
penumpukan karna akan memperlemah penampang beton, dan ini tidak
terjadi pada sambungan-sambungan tulangan balok dilapangan.

C. Pekerjaan Pengecoran Balok Struktur dan Pelat Lantai


Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah Pekerjaan Pengecoran beserta
Pengawasan kualitas pekerjaan (Quality Control), penulis dapat mengevaluasi
pekerjaan ini dengan uraian sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses Pengecoran balok dan


pelat lantai yang telah dilakukan telah memenuhi dan mengikuti dengan baik
syarat pengecoran yang telah ditentukan menurut SNI 03-2847-2002,
meskipun masih ada kekurangan misalnya, tidak adanya alat penggetaran
(vibrator) dalam proses pengecoran, tetapi telah digantikan menggunakan alat
manual seperti Besi berdiameter 19 mm dengan panjang 2 m yang digunakan
untuk pencolok.
2. Pada Pengujian Slump (Slump Test) yang telah dilakukan dilapangan,
langkah-langkah pengujiannya telah sesuai dengan Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG), dan hasil pengujian slump ready mix yang
diperoleh di lapangan pada pengecoran balok dan pelat lantai yaitu 10,23 cm
dan telah sesuai dengan yang direncanakan oleh perencana dan persyaratan
yang dianjurkan PBI 1971 N.I.-2 dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG) yaitu 7,5-15 cm untuk pengecoran balok dan pelat lantai.
5. Pada Pengujian Kuat Tekan Beton yang telah dilakukan dilapangan, telah di
evaluasi antara lain:
c. Untuk syarat jumlah pengambilan sampel benda uji bila mengacu pada
Peraturan Baru SNI 03-2847-2002, jumlah benda uji yang telah diambil
dilapangan yakni sebanyak 6 buah kubus telah memenuhi standar dan
persyaratan jika kita mengacu pada point 1 yaitu Jumlah minimum benda
uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji, dan point 3 yaitu
jumlah total benda uji minimum = 5 buah per mutu beton.
d. Prosedur pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan baik dan telah
sesuai dengan PBI 1971 N.I.-2 dan Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung (PPIUG), dan lagi data hasil pengujian yang diperoleh
sebesar 266 Mpa, Dapat dilihat dari Tabel 4.2 bahwa pemeriksaan sudah
memenuhi standar dimana nilai kuat tekan rata – rata lebih besar dari
nilai kuat tekan beton rencana yaitu K-250.

D. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Balok Struktur dan Pelat Lantai


Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah Pekerjaan Pembongkaran bekisting
balok dan pelat lantai, penulis dapat mengevaluasi pekerjaan ini dengan uraian
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses pembongkaran
bekisting/cetakan balok, lamanya waktu pembongkaran cetakan setelah
pengecoran selesai yaitu 14 hari, dan proses pembongkaran bekisting/cetakan
pelat lantai dilakukan ketika umur beton mencapai 21 hari. Ini berarti telah
memenuhi waktu dari standar yang ada dan memenuhi persyaratan Minimum
waktu untuk pembongkaran cetakan berdasarkan SNI-2847-2013 dan ACI 347.
Dapat dilihat pada Tabel 2.3.

E. Perawatan Beton
Setelah ditinjau dari data spesifikasi teknis pekerjaan dan data hasil
pengamatan dilapangan, maka pada langkah Pekerjaan Pembongkaran bekisting
balok dan pelat lantai, penulis dapat mengevaluasi pekerjaan ini dengan uraian
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, pada proses perawatan beton
setelah selesai pengecoran dianggap belum sepenuhnya memenuhi syarat dan
cara perawatan beton. Pada prosesnya dilapangan beton disiram setiap saat
secara berkala selama  dua minggu. Hanya saja terdapat satu kekurangan
pada perawatan beton dilapangan yaitu tidak ada nya penyelimutan karung
basah untuk beton yang seharusnya dilakukan pengawas agar memenuhi
syarat dan cara perawatan beton yang berlaku.

4.9 Evaluasi Secara Umum Proyek


4.9.1 Kendala – kendala yang Ada di Lapangan
Adapun kendala – kendala yang penulis temui selama mengikuti Praktek
Kerja Lapangan pada Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Ilmu Komputer
(Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, adalah :
1. Kurangnya kesadaran tukang terhadap penggunaan alat – alat keamanan dan
perlengkapan K3 sehingga terjadinya kecelakaan kecil pada pekerja seperti
kaki yang tersandung material, tangan yang terluka akibat melakukan
pekerjaan tanpa menggunakan sarung tangan, dan lain-lain, dan lagi
kurangnya jumlah peralatan K3 yang memadai dikarenakan telah
mengalami kerusakan dan belum mendapatkan ganti yang baru dari pihak
proyek sehingga ada sebagian tukang yang tidak mendapatkan peralatan K3
yang layak, dan lagi dari segi pengadaan peralatan K3 dilapangan memang
sangat minim sehingga wajar bila sebagian pekerja tidak menggunakan
peralatan K3. Kondisi ini jelas belum memenuhi sepenuhnya persyaratan
pelaksanaan proyek Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang perlindungan diri.
2. Disekitar lokasi proyek tidak dijumpai kantin/warung kecil membuat para
tukang harus pergi jauh keluar lokasi proyek untuk membeli keperluan
disaat jam istirahat.
3. Tidak adanya perawatan beton terhadap kolom yang sudah dikerjakan. Ini
justru mengakibatkan besar kemungkinan penurunan kualitas beton kolom
itu sendiri.
4. Tidak adanya alat penggetaran (vibrator) dalam proses pengecoran,
berdampak pada kualitas beton untuk pelat lantai 3, meskipun sudah
digantikan menggunakan alat manual seperti Besi berdiameter 19 mm
dengan panjang 2 m yang digunakan untuk pencolok.

4.9.2 Solusi Dari Kendala yang Ada di Lapangan


Adapun solusi dari kendala – kendala yang ada di lapangan selama penulis
mengikuti Praktek Kerja Lapangan pada Proyek Pembangunan Gedung Fakultas
Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, adalah :
1. Untuk menjamin Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) hendaknya pihak –
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dilapangan memakai segala
perlengkapan K3, sehingga dapat mengurangi kecelakaan yang terjadi di
lapangan. Pihak pelaksana proyek seharusnya juga menyediakan peralatan K3
yang memadai dan melakukan pembaharuan terhadap peralatan K3 yang telah
rusak. Alat alat yang dimaksud terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang perlindungan diri yang
dapat digunakan sebagai pertimbangan.
2. Seharusnnya pihak proyek melakukan pengawasan dan pengontrolan yang
ketat terhadap kegiatan di lokasi proyek agar dapat meminimalisir kekeliruan
maupun kesalahan saat pelaksaan pekerjaan sedang berlangsung dilokasi. Pada
proyek ini, pengawasan di lapangan kurang optimal.
3. Seharusnya melakukan perawatan beton pada kolom yang telah dicor dengan
cara di semprot dengan air bersih sebanyak 2 kali sehari selama lebih kurang
seminggu atau menutup permukaan kolom dengan goni basah.
4. Lebih dianjurkan pihak pengawas maupun pelaksana menyediakan alat
vibrator untuk digunakan pada saat pengecoran pelat lantai sedang berlangsung
agar mendapatkan hasil pengecoran dan kualitas beton yang bagus.

Anda mungkin juga menyukai