Anda di halaman 1dari 14

SALINAN

BERITA DAERAH
KOTA TANGERANG SELATAN
No.46,2018 PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN.
Peraturan Pelaksana Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Kawasan Tanpa Rokok.

PROVINSI BANTEN
PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 46 TAHUN 2018
TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN
PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3),


Pasal 12 ayat (3), Pasal 14 ayat (2), Pasal 15 ayat (4) dan
Pasal 16 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan
Nomor 4 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok, perlu
menetapkan Peraturan Walikota tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016
tentang Kawasan Tanpa Rokok;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi
Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4935);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
-2-

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5380);
7. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor
1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat;
8. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan
Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok;
9. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan
Nomor 4 Tahun 2013 tentang Sistem Kesehatan Kota
(Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2013
Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang
Selatan Nomor 0413);
10. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan
Nomor 4 Tahun 2016 tentang Kawasan Tanpa Rokok
(Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang
Selatan Nomor Nomor 68);
-3-

11. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan


Nomor 5 Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan
Tahun 2016 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah
Kota Tangerang Selatan Nomor 69);
12. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota
Tangerang Selatan Tahun 2016 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 72);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERATURAN


PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN
2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara


Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.

5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.


6. Dinas Lingkungan Hidup adalah Dinas Lingkungan Hidup Kota
Tangerang Selatan.

7. Dinas Ketenagakerjaan adalah Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang


Selatan.

8. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan

9. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah Dinas Pendidikan dan


Kebudayaan Kota Tangerang Selatan.
-4-

10. Dinas Pemuda dan Olahraga adalah Dinas Pemuda dan Olahraga
Kota Tangerang Selatan.

11. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Kota Tangerang Selatan.

12. Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan,


Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana adalah Dinas Pemberdayaan
Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana Kota Tangerang Selatan.

13. Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah Dinas Perindustrian dan


Perdagangan Kota Tangerang Selatan.

14. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek,
rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya
yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan
tambahan.

15. Merokok adalah kegiatan membakar dan/atau menghisap rokok maupun


produk tembakau.

16. Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan
atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau
kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau.

17. Tempat Khusus Untuk Merokok adalah ruangan yang diperuntukkan


khusus untuk kegiatan merokok yang berada di dalam KTR.

18. Iklan Rokok adalah iklan komersial dengan tujuan memperkenalkan


dan/atau memasyarakatkan barang kepada khalayak sasaran untuk
mempengaruhi konsumen agar menggunakan rokok yang ditawarkan.

19. Promosi Rokok adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan


informasi suatu produk tembakau untuk menarik minat beli konsumen
terhadap rokok yang akan dan sedang diperdagangkan.

20. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

21. Tempat Proses Belajar Mengajar adalah gedung yang digunakan untuk
kegiatan belajar, mengajar, pendidikan dan/atau pelatihan.
-5-

22. Tempat Anak Bermain adalah area tertutup maupun terbuka yang
digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.

23. Tempat Ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-
ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para
pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat
ibadah keluarga.

24. Angkutan Umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat
berupa kendaraan darat, air, dan udara biasanya dengan kompensasi.

25. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya.

26. Tempat Umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
masyarakat umum dan/atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-
sama untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh Pemerintah, swasta,
dan masyarakat.

27. Pimpinan adalah seseorang yang mempunyai tugas dan wewenang


sebagai kepala dan/atau penanggung jawab atas sebuah
tempat/badan/organisasi atau ruangan kegiatan.

28. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan


kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, persekutuan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis,
lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap, serta bentuk badan lainnya.
29. Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh
anggota masyarakat Warga Negara Republik Indonesia secara sukarela
atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
30. Satuan Tugas KTR yang selanjutnya disebut Satgas adalah wadah
koordinasi untuk meningkatkan sinergisme pelaksanaan KTR.
31. Peran Serta Masyarakat adalah partisipasi masyarakat yang meliputi
perorangan, badan hukum, atau badan usaha termasuk produsen,
importer, lembaga atau organisasi yang diselenggarakan oleh masyarakat
dalam upaya mewujudkan perlindungan masyarakat bukan perokok.
-6-

Pasal 2
(1) Walikota menetapkan KTR di Daerah.
(2) KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. fasilitas pelayanan kesehatan;

b. tempat proses belajar mengajar;

c. tempat anak bermain;

d. tempat ibadah;

e. angkutan umum;

f. tempat kerja; dan

g. tempat umum.

(3) KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kawasan tanpa
rokok sampai pagar atau batas terluar yang ditetapkan.
(4) Penetapan KTR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara
bertahap setelah:
a. terlaksananya sosialisasi penetapan KTR; dan
b. telah tersedianya tanda/bentuk larangan merokok.
(5) Penetapan KTR ditandai dengan pemasangan tulisan “KAWASAN TANPA
ROKOK”.
Pasal 3

(1) Setiap orang yang berada dalam KTR dilarang melakukan kegiatan:
a. merokok atau memproduksi rokok;
b. menjual rokok;
c. mengiklankan rokok; dan/atau
d. mempromosikan rokok.
(2) Kegiatan yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari pagar atau batas
terluar bagi KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a
sampai dengan huruf d.
BAB II

TEMPAT KHUSUS MEROKOK

Pasal 4

(1) Pimpinan dan/atau pengelola KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


ayat (2) wajib melaksanakan ketentuan KTR.
-7-

(2) Pimpinan dan/atau pengelola KTR sebagaimana dimaksud pada Pasal 2


ayat (2) huruf f, dan huruf g dapat menyediakan tempat khusus merokok.

Pasal 5

Tempat Khusus Merokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) harus
memenuhi ketentuan:
a. merupakan ruangan terbuka atau ruang yang berhubungan langsung
dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik;
b. terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang
digunakan untuk beraktifitas;
c. jauh dari pintu masuk dan keluar;
d. jauh dari tempat orang berlalu lalang.
e. ukuran paling luas 2 x 2 meter persegi;
f. harus ada rekomendasi dari Satgas KTR;
g. terdapat peringatan bahaya merokok;
h. tidak ada iklan/promosi rokok;
i. tidak ada mebeulair; dan
j. menyediakan tempat mematikan rokok.

BAB III

BENTUK DAN UKURAN TANDA LARANGAN MEROKOK

Pasal 6

Bentuk dan ukuran Tanda Larangan Merokok dapat berupa:


a. tulisan dan gambar;
b. suara; dan
c. audiovisual.
Pasal 7
Tulisan dan gambar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a antara lain:
a. papan pengumuman;
b. stiker;
c. poster;
d. spanduk;
e. rambu meja akrilik;
f. billboard;
g. running text; dan
h. banner.
-8-

Pasal 8
(1) Bentuk dan ukuran Papan Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf a terdiri atas :
a. tiang dan/atau kerangka terbuat dari besi, alumunium, atau
stainless steel;
b. papan pengumunan dibuat dari bahan seng, aluminium, atau panel;
c. ukuran paling sedikit:
1. panjang 100 (seratus) centimeter;
2. lebar 75 (tujuh puluh lima) centimeter; dan
3. tinggi tiang 145 (seratus empat puluh lima) centimeter.
(2) Bentuk dan ukuran stiker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b
terdiri atas:
a. terbuat dari bahan baku stiker dan sejenisnya yang tidak mudah
rusak;
b. ukuran paling sedikit:
1. panjang 20 (dua puluh) centimeter; dan
2. lebar 10 (sepuluh) centimeter.
c. warna terang dan tulisan mudah terbaca.
(3) Bentuk dan ukuran poster sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
c terdiri atas:
a. terbuat dari kertas, campuran kertas, atau vinyl;
b. ukuran paling sedikit:
1. panjang 20 (dua puluh) centimeter; dan
2. lebar 15 (lima belas) centimeter.
c. warna terang dan tulisan mudah terbaca.
(4) Bentuk dan ukuran spanduk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf d terdiri atas :
a. terbuat dari bahan kain, campuran kertas, atau vinyl;
b. ukuran paling sedikit:
1. panjang 20 (dua puluh) centimeter; dan
2. lebar 15 (lima belas) centimeter.
c. warna terang dan tulisan mudah terbaca.
(5) Bentuk dan ukuran rambu meja akrilik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf e terdiri atas:
a. terbuat dari bahan akrilik;
b. ukuran paling sedikit:
1. panjang 20 (dua puluh) centimeter; dan
2. lebar 15 (lima belas) centimeter.
c. warna terang dan tulisan mudah terbaca.
-9-

(6) Bentuk dan ukuran billboard sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
f disesuaikan dengan kebutuhan.
(7) Bentuk dan ukuran running text sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf g disesuaikan dengan kebutuhan.
(8) Bentuk dan ukuran banner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf
h disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 9

(1) Materi yang tercantum pada Tanda Larangan Merokok sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 terdiri atas:
a. lambang Daerah;
b. tulisan ”TERIMA KASIH UNTUK TIDAK MEROKOK DI KAWASAN
TANPA ROKOK”;
c. gambar atau simbol rokok menyala dicoret dalam lingkaran
berwarna merah; dan
d. mencantumkan sanksi bagi pelanggar serta dasar hukumnya.
(2) Contoh bentuk dan ukuran Tanda Larangan Merokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Pasal 10

Tanda Larangan Merokok berbentuk suara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 6 huruf b antara lain:
a. pengumuman melalui pengeras suara; dan/atau
b. rekaman.
Pasal 11

Tanda Larangan Merokok berbentuk audiovisual sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 6 huruf c antara lain:
a. tv spot;
b. iklan; dan/atau
c. film.
BAB IV

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 12

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam mewujudkan KTR di Daerah.


(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan cara:
- 10 -

a. memberikan saran, pendapat, pemikiran, dan pertimbangan


berkenaan dengan pelaksanaan KTR;
b. menyebarluaskan informasi mengenai KTR kepada masyarakat;
c. menjaga lingkungan tanpa asap rokok di rumah dan tempat
tinggalnya;
d. memberikan bantuan prasarana dan sarana yang diperlukan untuk
mewujudkan KTR;
e. melaporkan orang yang melanggar ketentuan KTR kepada Walikota
melalui Satgas KTR; dan/atau
f. membentuk organisasi dan/atau relawan peduli KTR.
(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara orang perseorangan atau kelompok.

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13

(1) Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan KTR.


(2) Walikota dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melimpahkan kepada Kepala Perangkat Daerah
sesuai dengan kewenangan, tugas pokok dan fungsinya.
(3) Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. Dinas Kesehatan melakukan pembinaan dan pengawasan pada
rumah sakit, klinik pratama, klinik utama, pusat kesehatan
masyarakat, unit kesehatan berbasis masyarakat, apotek, pelayanan
kesehatan tradisional, praktek dokter, dan laboratorium.
b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pembinaan dan
pengawasan pada Satuan Pendidikan formal, informal dan
nonformal;
c. Dinas Pariwisata melakukan pembinaan dan pengawasan pada
tempat kegiatan atau usaha kepariwisataan antara lain tempat
wisata/rekreasi, tempat hiburan, hotel, restoran dan arena bermain;
d. Dinas Perhubungan melakukan pembinaan dan pengawasan pada
Angkutan Umum, halte, terminal, stasiun kereta api, dan bandar
udara;
e. Dinas Ketenagakerjaan melakukan pembinaan dan pengawasan
pada tempat kerja;
- 11 -

f. Dinas Pemuda dan Olahraga melakukan pembinaan dan


pengawasan pada sarana olahraga;
g. Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan pembinaan dan
pengawasan pada pasar, pusat perbelanjaan dan toko modern;
h. Dinas Lingkungan Hidup melakukan pembinaan dan pengawasan
pada taman kota dan arena bermain; dan
i. Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana melakukan pembinaan
dan pengawasan pada tempat penitipan anak.

Pasal 14

Pembinaan atas pelaksanaan KTR, meliputi :


a. penyebarluasan informasi, sosialisasi, edukasi dan pengembangan
kemampuan masyarakat berprilaku hidup sehat;
b. koordinasi dengan seluruh instansi, elemen organisasi masyarakat,
kalangan pendidikan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama;
c. memotivasi dan membangun partisipasi serta prakarsa masyarakat
untuk hidup sehat tanpa asap rokok;
d. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap KTR; dan/atau
e. memberikan penghargaan kepada orang atau Badan yang telah berjasa
dalam mewujudkan KTR.
Pasal 15

(1) Pengawasan atas pelaksanaan KTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal


13, meliputi:
a. pemantauan; dan
b. evaluasi.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan
untuk mengetahui perkembangan dan solusi permasalahan
pelaksanaan KTR.
(3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, antara lain:
a. kunjungan;
b. survei;
c. wawancara; dan/atau
d. diskusi.
(4) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan paling
sedikit 2 (dua) kali dalam setahun.
- 12 -

Pasal 16

(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b,


dilakukan untuk menilai capaian keberhasilan pelaksanaan KTR.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan antara lain:
a. permintaan data; dan
b. laporan.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), paling sedikit dilakukan
2 (dua) kali dalam setahun.
Pasal 17

Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan KTR, Walikota melakukan


koordinasi dengan lembaga pemerintah, nonpemerintah, pemerintah provinsi,
perguruan tinggi, dan lembaga lainnya.

Pasal 18

(1) Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan KTR sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 13, Walikota dapat membentuk Satgas.
(2) Satgas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas:
a. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap KTR; dan
b. melaporkan hasil pembinaan dan pengawasan kepada Walikota.
(3) Satgas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit terdiri dari:
a. unsur Pemerintah Daerah;
b. unsur akademisi; dan
c. unsur masyarakat.
(4) Satgas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Walikota.
BAB VI
TAHAPAN PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 19
(1) Setiap pimpinan dan/atau pengelola KTR yang tidak melakukan
kewajiban sebagai penyelenggara KTR dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. teguran tertulis; atau
b. denda administratif.
Pasal 20
(1) Sanksi administratif berupa teguran tertulis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) huruf a dikenakan kepada pimpinan dan/atau
pengelola KTR sebagai peringatan sebanyak 3 (tiga) kali.
(2) Dalam hal teguran tertulis telah diberikan sebanyak 3 (tiga) kali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu 3 (tiga) bulan tidak
dipatuhi, pimpinan dan/atau pengelola KTR dikenakan denda
administratif.

Anda mungkin juga menyukai