Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN

PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING


UPT PUSKESMAS PEKAN LABUHAN

UPT PUSKESMAS PEKAN LABUHAN


DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badanya berada di bawah
standar yang ditetapkan oleh mentri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kesehatan.

Stunting merupakan indikator keberhasilan kesejahteraan, Pendidikan dan pendapatan


masyarakat. Dampaknya dapat meliputi dari ekonomi, kecerdasan dan kualitas bangsa. Efek
jangka Panjang stunting berakibat pada gangguan metabolik seperti obisitas, hipertensi, dan
diabetes mellitus. Perbaikan gizi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting
adalah konsumsi zat gizi yang baik dan cukup oleh ibu pada saat kehamilan.

Upaya untuk Pencegahan dan penanggulangan masalah stunting dilakukan dengan cara
mencegah dan menaggulangi gangguan secara langsung (Intervensi Gizi Spesifik) dan mencegah
dan menaggulangi gangguan secara tidak langsung (Intervensi Gizi Sensitif). Intervensi gizi
spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan namun hanya berkontribusi 30%, sedangkan
70%-nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang melibatkan berbagai sector seperti
ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, dan
pendidikan.

Upaya intervensi gizi spesifik untuk penanggulangan stunting dipokuskan pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) yaitu pada ibu hamil, menyusui dan anak usia 0-23 bulan karena
penaggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada 1000 HPK. Dengan mencukupi gizi
oleh ibu yang hamil dan pemberian gizi yang tepat pada anak, dapat mengurangi resiko
terjadinya stunting. Adanya pemberian informasi mengenai stunting dan pentingnya gizi
seimbang dan hidup bersih dan sehat diharapkan mampu menurunkan angka stunting di
Indonesia.

Untuk mengatasi permasalahan stunting ini diperlukan kerja sama lintas sektoryang aktif dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai tindak lanjut puskesmas merupakan penanggung jawab
penyelenggaraan upaya kesehatan tingkat pertama menjadi penggerak utama di masyarakat dalam penanggulangan
masalah gizi yaitu dengan melakukan kegiatan sosialisasi dan penggalangan komitmen semua lintas sektor yang
terkait dalam penurun stunting di tingkat Kecamatan Medan Labuhan.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Sebagai dasar dan acuan dalam pencegahan penurunan stunting di wilayah
kerja Puskesmas Pekan Labuhan
Tujuan Khusus
1. Terlaksananya minilokakarya dan rembuk stunting setiap bulan di Kecamatan Medan Labuhan
dalam rangka percepatan penurunan Stunting.
2. Tercapainya target kegiatan surveilans/pelacakan balita stunting yaitu 80% dalam rangka pencegahan
dan penganggulangan stunting.
3. Tercapainya target Pemantauan Pertumbuhanpada anak bayi dan balita yaitu 70% dalam rangka
pencegahan dan penanggulangan Stunting.

C. SASARAN PEDOMAN
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
4. Kader

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Pedoman ini menngatur tentang ruang lingkup pencegahan dan penanggulangan
stuntunting
1. Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting
(Sosialisasi Pencegahan dan penanggulangan stunting antar lintas sektor dan
Penyuluhan stunting di Posyandu)

2. Petugas gizi melakukan pemeriksaan status gizi balita berdasarkan PB/U atau TB/U
dan BB/TB
3. Petugas gizi melakukan Pemantauan Pertumbuhan/Status Gizi anak balita stunting
4. Intervensi Gizi spesifik
(Pemberian PMT Biscuit balita dan Bumil, Pemberian Tablet Tambah Darah (FE) pada
Bumil dan Remaja Putri, Penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan menyusui)

E. BATASAN OPERASIONAL
Terselenggaranya Pencegahan dan Penanggulangan Stunting di wilayah kerja
Puskesmas Pekan Labuhan baik didalam gedung maupun luar gedung (Kelurahan
Pekan labuhan dan Nelayan Indah)
F. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Dasar 1945


Dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
Kesehatan, apabila amanat tersebut dilaksanakan dan diterapkan dalam
program dan kegiatan, angka stunting di indonesia semestinya dapat menjadi
rendah.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025,
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional sangat penting dan
mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali
berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya
alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya
sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai
posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat
internasional.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa
Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok
rawan: a). bayi dan balita; b). remaja perempuan; dan c). ibu hamil dan
menyusui.
4. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
5. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan
stuntingdi Indonesia
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)


Pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia progam imunisasi :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
1 Tenaga Teknis Nutrisionis Gizi (D.IV) -

2 Tenaga Pelaksana Dokter -


Nutrisionis
Bidan (DIII)
Perawat (DIII)

Tugas dan Tanggung Jawab tenaga teknis, tenaga pelaksana


1. Melaksanakan kegiatan teknis Pencegahan Penurunan Stunting
2. Melaksanakan kegiatan Penimbangan BB dan Pengukuran TB dan Pemantauan Status
Gizi
3. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelapor
4. Melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi tenaga pelayanan progam Pencegahan dan Penanggulangan Stunting terdiri
dari :
1. Puskesmas Induk
1 orang tenaga teknis
1 orang atau lebih pelaksana
2. Puskesmas Pembantu
1 orang pelaksana
3. Posyandu
1 orang pelaksana Posyandu
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Standar Sarana
Ruangan gizi menjadi satu dengan ruangan Prokes
Lingkup ini ruangan PROMKES adalah:

1. Ruangan PROMKES berukuran 9 X3.5 meter persegi, terdiri dari 3 bagian ,


bagiankonsultasi, bagian periksa dan bagian tindakan.
2. Langit langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3. Dinding berwarna terang, berbahan keras, tidak berpori pori, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia ( keramik).
4. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah
dibersihkan.

Tempat pelayanan
Tempat pelayanan dalam gedung
Puskesmas induk terdiri dari 1 ruang poli kesehatan ibu dan anak
a. Puskesmas pembantu terdiri dari 1 ruang untuk pemeriksaan kesehatan ibudan
anak
b. Poskeskel terdiri dari 1 ruang untuk pemeriksaan kesehatan ibu dan anak

Tempat pelayanan luar gedung


Posyandu
5 meja pelayanan di Posyandu (meja ke-5)

Standar Fasilitas

a. Melakukan identifikasi / mendata sasaran yang ada diwilayah kerja.


b. Mempersiapkan alat Ukur Panjang/Tinggi badan dan alat ukur untuk Penimbangan
Berat Badan dan melakukan Pemantauan Pertumbuhan. Sarana pelaksanaan
Pencegahan dan Penanggulangan stunting dilakukan di Kelurahan Pekan Labuhan,
Puskesmas , Posyandu dan Sekolah.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting terdiri dari:
1. Perencanaan
a. Perencanaan sasaran
b. Perencanaan target
2. Pelaksanaan
a. Persiapan petugas
b. Persiapan masyarakat
c. Pemberian layanan

Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting dilakukan sesuai dengan


kesepakatan antara pihak peskesmas dan lintas sektor.
d. Koordinasi
Koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting dilakukan setiap bulan dikantor
Camat Medan Labuhan dalam lokakarya mini lintas sektor

B. LANGKAH KEGIATAN
Langkah-langkah kegiatan imunisasi:
1. Perencanaan
Perencanaan sasaran dilakukan di setiap tahun kegiatan

2. Pelaksanaan
a. Siapkan format daftar pelayanan imunisasi untuk posyandu setempat

b. Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting


(Sosialisasi Pencegahan dan penanggulangan stunting antar lintas sektor dan
Penyuluhan stunting di Posyandu)

c. Petugas gizi melakukan pemeriksaan status gizi balita berdasarkan PB/U atau TB/U
dan BB/TB
d. Petugas gizi melakukan Pemantauan Pertumbuhan/Status Gizi anak balita stunting
e. Intervensi Gizi spesifik

(Pemberian PMT Biscuit balita dan Bumil, Pemberian Tablet Tambah Darah (FE)
pada Bumil dan Remaja Putri, Penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan
menyusui
BAB V
KESELAMATAN SASARAN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen Resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan Dan Analisis Insiden
4. Kemampuan Belajar Dari Insiden Dan Tindak Lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambill (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
3. Karena “peringanan”
KESALAHAN MEDIS
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

I. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkunagn tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precation”.

II. Tindakan Yang Beresiko Terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

III. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygienie sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Simomulyo dalam memberikan


pelayanan imunisasi adalah kejadian abses pasca imunisasi suntik 0%.
Dalam pelaksanaan indicator mutu menggunakan buku monitoring dan evaluasii
indicator mutu pelayanan dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada tim mutu dan
direktur pelayanan.
BAB IX
PENUTUP

Buku Pedoman Penyelenggaraan Pencegahan dan Penurunan stunting ini merupakan


kumpulan dari beberapa reverensi buku panduan pelayanan stunting di Puskesmas,
diharapkan dapat membantu penyelenggaraan Pencegahan dan Penurunan Stunting di
puskesmas agar pelayanan stunting dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat khususnya bayi, balitadan apras secara optimal.
Pedoman penyelenggaraan Pencegahan dan Penurunan Stunting merupakan acuan
puskesmas dalam membuat standart operasional prosedur (SOP) imunisasi. Diharapkan
standar ini bermanfaat dan dapat membantu petugaas pemberi pelayanan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan/keperawatan baik di dalam gedung maupun diluar gedung,
yang pada akhirnya diharapkan agar kualitas dan efektivitas pelayanan Pencegahan dan
Penurunan stunting di Puskesmas terus meningkat.
Penyusunan pedoman penyelenggaraan Percegahan dan Penurunan stunting ini telah
diusahakan sebaik-baiknya. Namun demikian tentu masih terdapat kekurangan dn kekeliruan
dalam penyusunan pedoman ini, untuk itu saran perbaikan dan penyempurnaan pedoman
penyelenggaraan pelayanan imunisasi ini kami harapkan dari berbagai pihak yang terkait demi
kesempurnaan pedoman ini.

Medan, Januari 2022


Kepala UPT Puskesmas Pekan Labuhan

dr. Roi Hendra Sitepu


NIP. 19781212 201001 1 01

Anda mungkin juga menyukai