Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH DETERJEN TERHADAP PERTUMBUHAN

AKAR BAWANG MERAH

Disusun oleh :

Andresia Pitri (856793738)


Ayenti Zulhida (856797545)
Angga Pratama (856795043)
Azwatun Nurholida (856609323)

Tahun ajaran
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan percobaan berjudul “ Pengaruh Deterjen Terhadap Pertumbuhan
Akar Bawang Merah “.

Adapun penulisan laporan percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa
saja yang ditimbulkan terhadap tanaman bawang merah dengan pemberian deterjen.
Dalam penulisan percobaan ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis
semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan laporan
percobaan ini.

Dalam penyusunan laporan percobaan ini, penulis menyadari pengetahuan dan


pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan percobaan ini lebih baik dan
bermanfaaat.

Serta akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
membalas budi baik anda semua. Terimakasih.

Pangkalan Balai , 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................2

BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................................3

2.1 Landasan Teori................................................................................................3


2.2 Hipotesis..........................................................................................................12

BAB III Metodologi Penelitian.........................................................................................13

3.1 Variabel Penelitian..........................................................................................13


3.2 Populasi Dan Sampel......................................................................................13
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................13
3.4 Langkah Penelitian..........................................................................................14
a. Alat dan Bahan...................................................................................14
b. Cara Kerja..........................................................................................14

BAB IV Hasil Dan Pembahasan.......................................................................................16

4.1 Hasil Pengamatan............................................................................................16


4.2 Pembahasan.....................................................................................................16
4.3 Uji Hipotesis...................................................................................................17

BAB V Penutup................................................................................................................18

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................18
5.2 Saran................................................................................................................18

Daftar Pustaka...................................................................................................................19

Lampiran...........................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tumbuh dan berkembang merupakan salah satu ciri makhluk hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat
dipisahkan, karena prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai
suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible,
atau tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Dalam pertumbuhan tanaman bawang merah, memerlukan media dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah air. Sehubungan dengan
adanya bawang merah yang dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh air, pada
percobaan ini akan membahas mengenai perlakuan yang akan ditimbulkan dari
pemberian larutan deterjen yang berbeda. Untuk mengetahui secara detail, maka perlu
diketahui bahwa semua tumbuhan memerlukan air untuk dapat tumbuh. Air sendiri
berfungsi antara lain untuk fotosintesis, mengaktifkan reaksi enzimatik dan menjaga
kelembapan. Tanpa air reaksi kimia dalam sel tidak dapat berlangsung sehingga
mengakibatkan tumbuhan mati. Kadar larutan deterjen yang diberikan pada tumbuhan
kacang hijau akan sangat berpengaruh dalam pertumbuhannya.
Berdasarkan penuturan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan pembuktian
dengan mengadakan percobaan tentang pengaruh larutan deterjen terhadap
pertumbuhan kacang hijau. Disini kami memilih larutan murni (air ledeng), larutan
deterjen 25%, larutan deterjen 50%, larutan deterjen 75%, dan larutan deterjen 100%
sebagai media tanam untuk diteliti pengaruhnya terhadap pertumbuhan akar bawang
merah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah deterjen berpengaruh terhadapa pertumbuhan akar bawang merah?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan dan mengetahui pengaruh
deterjen dengan kadar tertentu pada pertumbuhan akar bawang merah.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui pengaruh deterjen
terhadap pertumbuhan bawang merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI


Pengertian perkecambahan ini tidak hanya dipakai khusus untuk biji tetapi juga
dipakai untuk bagian tumbuhan lainnya. Secara visual dan morfologis suatu biji yang
berkecambah, umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun yang menonjol
keluar dari biji. Sebenarnya proses perkecambahan telah mulai dan berlangsung
sebelum peristiwa ini muncul.
Tumbuhnya tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Air
2. Suhu
3. Oksigen
4. Cahaya
Air berfungsi untuk menyiram tanaman agar tetap segar dan tidak layu serta
sebagai media reaksi kimia dalam sel, menunjang fotosintesis dan menjaga
kelembapan. Bila tanaman kekurangan air, akan mengakibatkan tanaman menjadi
kering kekurangan nutrisi. Kelebihan air juga tidak baik untuk tanaman karena
pertumbuhan tanaman akan terhambat dan kemungkinan terburuk tanaman akan
mati.
Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, suhu di lingkungan tanaman tersebut
juga harus ditentukan. Suhu yang baik untuk tumbuhan adalah 30 ⁰C. Semakin tinggi
suhu yang ada di lingkungan suatu tumbuhan, maka semakin laju transpirasi dan
semakin rendah kandungan air pada tumbuhan sehingga proses pertumbuhan
semakin lambat dan perlakuan tumbuhan pada suhu yang rendah memacu
pertumbuhan ruas yang lebih panjang dari pada perlakuan tanaman di suhu yang
tinggi. Fungsi dari suhu sendiri adalah untuk aktivitas enzim serta kandungan air
dalam tubuh tumbuhan. Suhu yang terlalu ekstrim yaitu terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan menyebabkan pertumbuhan terhambat atau terhenti karena enzim idak
dapat bekerja.
Faktor lainnya adalah oksigen. Oksigen tersebar luas di udara. Tanaman tidak
akan pernah kehabisan oksigen bila hidup di lingkungan yang bebas. Oksigen
berfungsi sebagai respirasi sel-sel akar yang akan berkaitan dengan penyerapan
unsur hara. Bila oksigen yang tumbuhan dapat hanya sedikit, maka pertumbuhan
pada tumbuhan akan terhambat karena akan susah dalam penyerapan unsur hara
dalam tanah.
Faktor terakhir yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah intensitas
cahaya. Tanaman yang diletakkan di tempat yang teduh, akan tumbuh dengan ciri-
ciri : berdaun hijau tua, pertumbuhannya lebih lambat namun stomatanya berjumlah
sedikit namun ukurannya besar, perakarannya tidak terlalu lebat. Berbeda dengan
tanaman yang ditanam di tempat yang mendapatkan banyak cahaya, maka tanaman
itu akan mempunyai ciri-ciri : berdaun hijau muda, stomatanya akan berjumlah
banyak namun berukuran kecil, perakarannya lebih lebat dan pertumbuhannya lebih
cepat. Hal ini karena cahaya bersifat menghambat pertumbuhan karena dapat
menguraikan auksin menjadi zat yang menghambat pemanjangan sel.
Beberapa proses dalam pertumbuhan tanaman yang dikendalikan oleh air
antara lain : perkecambahan, perpanjangan batang, perluasan daun, sintesis klorofil,
gerakan batang, gerakan daun, pembukaan bunga dan dominasi tunas.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau
volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk
semula. Pertumbuhan merupakan peristiwa perubahan biologis yang bersifat
kuantitatif.
Pada proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot tubuh
peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Proses pertumbuhan dan perkembangan
pada tumbuhan diawali dengan aktivitas sintetis bahan mentah (bahan baku) berupa
molekul sederhana dan molekul kompleks. Tahapan yang dilalui selama
melangsungkan proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap pembelahan sel, yaitu sel induk membelah menjadi beberapa sel
anak.
2. Tahap pembentangan, yaitu pembesaran atau peningkatan volume sel anak.
Pada sel tumbuhan, peningkatan tersebut biasanya disebabkan oleh
penyerapan air kedalam vakuola.
3. Tahap pematangan, yaitu perkembangan sel anak yang telah mencapai
ukuran tertentu menjadi bentuk khusus (terspesialisasi) melalui proses
diferensiasi. Pada akhirnya terbentuk jaringan, organ, dan individu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan:
a. Faktor eksternal/lingkungan (ekstraseluler) factor ini merupakan faktor luar
yang erat sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Beberapa factor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tumbuhan adalah sebagai berikut:
1. Air dan mineral
2. Kelembaban.
3. Suhu
4. Cahaya
b. Faktor internal (interseluler) faktor yang melibatkan hormon dan gen yang
akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Dimana
dalam hal ini ada beberapa hormone yang dapat mengontrol proses
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut yaitu:
1. Hormon Auksin : merangsang pertumbuhan bunga.
2. Hormon Giberelin : merangsang pertumbuhan batang.
3. Hormon Sitokinin : memperpanjang akar.
4. Hormon Afserat : menghambat perpanjangan sel.
c. Faktor Intraseluler (gen) Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi didaerah
meristematik (titik tumbuh) yaitu ujung akar dan batang. Daerah
pertumbuhan ada 3 yaitu zona meristematik, pemanjangan, dan
diferensiasi.
Pertumbuhan dibedakan menjadi 2, yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan
sekunder. Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan memanjang akibat kegiatan
meristem apical diujung akar dan ujung batang. Sedangkan pertumbuhan sekunder
merupakan pertumbuhan membesar akibat kegiatan cambium dan hanya terjadi pada
tumbuhan dikotil dan Gymnospermae.
Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan
(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni
sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu
keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu
beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan
pencemaran.
Dampak dari pencemaran langsung misalnya, berupa gangguan kesehatan
langsung (penyakit akut) maupun yang akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu
(penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi
pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu
terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan
kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan yang disebakan
oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku
mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Salah satu contoh pencemaran
lingkungan adalah pencemaran air.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau proses alam sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai dengan
peruntukkannya.
Pelaksanakan penilaian terhadap kualitas air, yaitu membandingkan beberapa
ukuran/parameter kunci dengan bakumutu yang ditetapkan.
Jenis ukuran pencemaran air antara lain:
1. Kebutuhan oksigen untuk proses biologi (BOD)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur
karbon, hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti
nitrogen, belerang, dll dimana unsur-unsur tersebut cenderung
menyerap oksigen. Oksigen itu dibutuhkan bagi mikroba untuk
kehidupannya dan untuk menguraikan senyawaan organik tersebut
sehingga kadar oksigen akan menurun yang menyebabkan air menjadi
keruh dan berbau.
2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi
Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen adalah ukuran
COD atau kebutuhan oksigen kimiawi. Nilai COD ini akan menunjukan
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk menguraikan kandungan
bahan organik dalam air secara kimiawi khususnya bagi senyawaan
organik yang tidak dapat teruraikan karena proses biologis, sehingga
dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator sebagai sumber oksigen.
3. Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air
meskipun sebagian terdapat dibawah permukaan air. Lemak dan minyak
merupakan senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun dari atom
karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak sukar diuraikan oleh bakteri
tetapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun
yang mudah larut. Adanya minyak dan lemak dipermukaan air akan
menghambat proses biologis dalam air sehingga tidak terjadi proses
fotosintesa.

4. Nitrogen
Gas yang tidak berwarna dan tidak beracun, dalam air pada
umumnya terdapat dalam bentuk organik dan bakteri merubahnya
menjadi ammonia. Dalam kondisi aeribik dan dalam waktu tertentu
bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nirtat.
5. Suspended Solids (SS)
Padatan tersuspensi (SS) dalam air atau padatan tidak terlarut
dalam air adalah senyawa kimia yang terdapat dalam air baik dalam
keadaan melayang, terapung maupun mengendap. Senyawa ini dijumpai
dalam bentuk organik maupun anorganik. Padatan tidak terlarut ini
menyebabkan air berwarna keruh.
6. Total Disolved Solid (TDS)
Padatan terlarut dalam air (TDS) banyak ditemukan dalam air
adalah golongan senyawa alkali seperti karbonat, bikarbonat, dan
hidroksida.
Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar
kecilnya pencemaran akan tergantung dari jumlah dan kualitas limbah yang
dibuang kesungai, baik limbah padat maupun cair.
Berdasarkan jenis kegiatannya maka sumber pencemaran air dibedakan menjadi:
a. Effluent industri pengolahan
Effluent adalah pencurahan limbah cair yang masuk kedalam air
bersumber dari pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan
dan kegiatan domestik. Dari hasil statistik industri di DKI Jakarta,
sumber industri pengolahan yang menjadi sumber pencemaran air yaitu
agro industri (peternakan sapi, babi dan kambing), industri pengolahan
makanan, industri miniman, industri tekstil, industri kulit, industri kimia
dasar, industri mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil
olahan logam dan industri listrik dan gas.

b. Sumber domestik/buangan rumah tangga


Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud dengan
buangan rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri
melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat
ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan dan rumah sakit. Limbah
domestik sering kali mengandung deterjen.
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci
yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Pada umumnya deterjen mengandung surfaktan, builder, filler dan aditif.
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran
yang menempel pada permukaan bahan. Builder (pembentuk) berfungsi
meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral
penyebab kesadahan air. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang
tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
Contoh Sodium sulfat. Dan aditif merupakan bahan suplemen / tambahan untuk
membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst,
tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan
lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium
klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Deterjen mempunyai sifat fisis antara lain polar dan non polar.. Bila terhadap
jasad renik rantai C yang lurus bersifat biogradable dan rantai C yang bercabang
bersifat unbiogradable. Sifat kimianya dapat melarutkan lemak dan tidak
dipengaruhi oleh kesadahan air.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat
menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua
bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders,
diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia
dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban
alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan
luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki
toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan
akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan
dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang
terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi
pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang
bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen.
Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi
terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu
LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia
aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable).
ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga
deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’. Dalam pengolahan limbah
konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari
pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan
masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS mempunyai
karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS
mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai
oleh mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang
dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air
yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di
permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga
menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai
softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat
ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci
deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk
Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan
sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.
Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan
pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan
air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang
berlebihan yang merupakan makanan bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan
akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi
kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan
kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate
dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan
zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen.
Bawang merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling utama
kegunaannya adalah sebagai bumbu penyedap masakkan. Kegunaan lain bawang
merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena
mengandung efek antiseptik dari senyawa alliin atau allisin yang oleh enzim alliin
liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat
bakterisida. Dalam dunia industri makanan bawang merah sering diawetkan dalam
kaleng (canning), sous, sop kalengan, tepung bawang dan lain-lain.
Tanaman bawang merah mengalami beberapa fase pertumbuhan yang
penting. Pertumbuhan bawang merah dimulai dengan fase awal pertumbuhan, fase
pertumbuhan vegetatif, fase pertumbuhan umbi dan fase pematangan umbi. Fase
awal pertumbuan dimulai sejak umbi ditanam sampai semua umbi tumbuh
seragam. Pada fase ini bawang merah relatif banyak memerlukan air, yang berguna
untuk mempercepat pertumbuhan yang serempak. Fase pertumbuhan vegetatif
berlangsung selama tanaman membentuk tunas dan daun, energi/unsur hara yang
tersedia digunakan untuk membentuk tunas dan daun. Pada fase pembentukan dan
pematangan umbi, pola pertumbuhannya berupa energi/unsur hara yang tersedia
dialihkan untuk pembentukan umbi.
Tanaman bawang merah dalam taksonominya digolongkan ke dalam famili
Liliaceae. Tanaman ini merupakan tanaman sayuran semusim yang berumbi lapis
(bulb), berakar serabut dan berdaun bentuk silindris. Pangkal daun bersatu
membentuk batang semu yang berubah bentuk dan fungsinya, membengkak
membentuk seperti umbi, sehingga menghasilkan umbi bawang merah. Daun
bawang merah hanya memiliki satu permukaan berbentuk bulat memanjang yang di
dalamnya terdapat rongga udara/ruangan seperti pipa dimana semakin jauh dari
akar, semakin runcing.

2.2 HIPOTESIS
Deterjen berpengaruh terhadap pertumbuhan akar bawang merah. Semakin
tinggi konsentrasi deterjen maka pertumbuhan akar bawang merah juga semakin
terhambat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 VARIABEL PENELITIAN


 Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel manipulasi adalah variabel (bisa berupa suatu
zat) yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau
timbulnya variabel terikat merupakan faktor (perlakuan) yang dibuat tidak sama
(bervariasi).
Variabel bebas dalam percobaan ini adalah Variasi banyaknya larutan
deterjen yaitu 0% (air ledeng), 25%, 50%, 75% dan 100%.
 Variabel terikat
Variabel terikat atau variable respon merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Merupakan faktor yang
muncul akibat variable bebas.
Dalam percobaan ini yang merupakan variable terikat adalah Pertumbuhan
akar bawang merah.
 Variabel Kontrol
Variabel control adalah faktor (perlakuan) yang berpengaruh yang dibuat
sama dan terkendali (bertolak belakang dengan variabel bebas).
Yang merupakan variabel control adalah suhu, cahaya, kelembapan,
bawang merah dan usia tanaman bawang merah.
3.2 POPULASI DAN SAMPEL
Populasi : Bawang merah (Allium Cepa).
Sempel : 4 bawang merah yang berukuran sama.
3.3 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu : Senin, 01 Agustus 2016 sampai dengan Sabtu, 4 Agustus
2016.
Tempat : Rumah Peneliti. Dsn. Batursari RT.02/RW.03, Ds. Tleter,
Kec. Kaloran, Kab. Temanggung.

3.1 LANGKAH PENELITIAN


a. Alat dan Bahan
1. sediakanPengggaris
2. Plaron diameter 2 cm panjang 8 cm 5 buah
3. Kertas label secukupnya
4. Alat tulis
5. Kamera
6. Air ledeng secukupnya
7. Bawang merah 5 siung
8. Deterjen serbuk 1 gram
b. Cara Kerja
1. Sediakan larutan deterjen serbuk 100%, pengenceran 75%, pengenceran
50%, pengenceran 25%, serta kontrol yang berupa air ledeng.
2. Sediakan bawang merah berukuran sama yang memiliki diameter hampir
sama dengan diameter plaron berjumlah 5 buah. Kupas kulit epidermis
untuk menghindari bahan kimia tersisa yang terdapat di kulit epidermis
tersebut. Kupas juga bagian akar primordial yang berwarna kecoklatan dari
bawang merah tersebut. Hati-hati agar lingkaran primordial itu tetap tersisa
untuk pertumbuhan akar.
3. Isikan larutan deterjen yang sudah disediakan ke dalam plaron hingga
penuh.
4. Letakkan bawang merah dengan posisi calon akar primordial terletak di
bawah hingga menyentuh larutan deterjen.
5. Letakkan pula bawang merah dengan posisi yang sama dengan bawang
merah lain di atas tabung kontrol (yang hanya berisi air ledeng).
6. Amati pertumbuhan setiap 24 jam, bila larutannya tampak berkurang
tambahkan lagi hingga penuh.

7. Setelah 72 jam, angkat bawang merah tersebut lalu hitung panjang akarnya.
Rata-ratakan panjang akar yang diperoleh untuk setiap perlakuan. Bila ada
panjang akar yang mencolok perbedaannya diabaikan (tidak usah dirata-
ratakan). Tulis dan dokumentasikan hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Panjang Akar
Konsentrasi
NO Rata-Rata
Larutan 24 jam 48 jam 72 jam

1 Kontrol 1 2 3,5 2,2

2 25% 0,6 0,8 1 0,8

3 50% 0,5 0,7 0,7 0,6

4 75% 0,4 0,4 0,4 0,4

5 100% 0,4 0,4 0,4 0,4

4.2 PEMBAHASAN
Limbah domestik yang selama ini sering kali digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah deterjen. Deterjen mengandung zat -zat yang berbahaya.
Mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungannya. Percobaan ini menggunakan tanaman bawang merah karena bawang
merupakan salah satu tanaman yang sangat mudah diamati karena bisa langsung
diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan pembelahan selnya bisa terlihat
jelas. Bagian yang digunakan adalah akar karena pada akar primordial merupakan
meristem yang masih berkembang dengan baik sehingga masih mudah untuk
diamati.
Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa makin tinggi konsentrasi deterjen
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang merah.

Pada hasil pengamatan terlihat beberapa akar tumbuh tidak optimal pada
konsentrasi 25%, 50%. Sedangkan pada konsentrasi 75% dan 100% tidak terjadi
pertumbuhan sama sekali. Tetapi pada kontrol (air ledeng) terjadi pertumbuhan yang
sangat cepat.
4.3 UJI HIPOTESIS
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan selama 72 jam (3 hari) dan
berdasarkan hasil analisis data dapat ditemukan bahwa terdapat perbedaan
pertumbuhan akar bawang merah yang diberi perlakuan dengan air ledeng (larutan
deterjen 0%), diberi larutan deterjen 25%, larutan deterjen 50%, larutan deterjen
75% dan diberi larutan deterjen 100%. Dari hasil pengamatan juga dapat ditemukan
bahwa semakin besar konsentrasi larutan deterjen maka pertumbuhan akar bawabg
merah akan terhambat. Sehingga, dengan demikian berarti hipotesis yang diajukan
terbukti benar.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya, pertumbuhan membutuhkan air. Maka, pemberian air terhadap
tanaman khususnya bawang merah perlu diperhatikan. Karena, bila air
terkontaminasi deterjen dalam kadar berapapun akan memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan bawang merah. Perlu diketahui bahwa air deterjen merupakan limbah
yang mempunyai berbagai dampak negative terhadap pertumbuhan ataupun
perkembangan tumbuhan. Jadi, deterjen menghambat pertumbuhan tumbuhan.
5.2 SARAN
1. Dalam melakukan suatu percobaan, lebih baik melakukan percobaan di tempat
yang sekiranya tidak ada sesuatu yang mengganggu sehingga percobaan akan
aman dan berhasil.
2. Dalam mengukur panjang akar, harus dilakukan secara teliti.
3. Dalam melakukan percobaan, hendaknya memperhatikan kualitas bawang
merah yang akan diteliti dan memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai
dengan apa yang ingin diteliti sehingga hasil percobaan itu baik dan valid.
4. Seharusnya limbah deterjen tidak boleh dibuang sembarangan, seperti ke sungai
karena dapat menggangu ekosistem sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rumanta, Maman dkk. 2008. Praktikum IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

http://organisasi.org/
penyebab_sebab_dan_akibat_pencemaran_lingkungan_pada_air_dan_tanah_kesehat
an_lingkungan_ilmu_sains_biologi

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kalaman-dasar/dampak-
pencemaran-lingkungan-terhadap-kesehatan-0

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air

http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen

http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah

http://dokumen.tips/documents/pengaruh-deterjen-terhadap-pertumbuhan-akar-bawang-
merah-allium-cepa.html

https://rayiheristyaraelf.wordpress.com/2012/12/19/laporan-percobaan-pengaruh-
deterjen-terhadap-pertumbuhan-kacang-hijau/

Anda mungkin juga menyukai