Anda di halaman 1dari 17

PERSEPSI PEMUTIHAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP

PENGARUH SISTEM, PELAYANAN, SANKSI, KESADARAN WAJIB PAJAK


PADA KEPATUHAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI SAMSAT
JOMBANG
Fauzi Ardiansyah1, Sjarief Hidajat2
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur12
19013010283@student.upnjatim.ac.id 1, sjariefhidayat.ak@upnjatim.ac.id 2

ABSTRAK
Tanda yang baik untuk sistem pemungutan penerimaan adalah kepatuhan wajib pajak.
Ada beberapa motivasi yang memotivasi orang untuk memenuhi tanggung jawab
perpajakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh sistem perpajakan,
pelayanan perpajakan, penyuluhan wajib pajak, dan sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Samsat Jombang, dengan persepsi
pemutihan sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan metodologi
penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah semua orang yang wajib membayar
pajak kendaraan bermotor dan terdaftar di Samsat Jombang. Metode pengambilan
sampel rumus Slovin. Jumlah penduduk kena pajak secara keseluruhan adalah 637.796
wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor. 100 sampel yang diperoleh harus
dikenakan pajak menggunakan prosedur pengumpulan data seperti kuesioner. Teknik
analisis penelitian ini adalah strategi partial least squares (PLS) dengan model
persamaan struktural (SEM). Pengujian survei menggunakan analisis validitas dan
reliabilitas. Menurut temuan penelitian, sistem penelitian, pelayanan, pendidikan, dan
hukuman tidak memiliki pengaruh yang baik dan dapat diabaikan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Persepsi pemutihan sebagai variabel moderasi tidak berpengaruh positif
atau signifikan terhadap sistem, pelayanan, pencerahan, hukuman, atau kepatuhan wajib
pajak. Wajib Pajak yang tidak patuh membayar pajak tepat waktu dengan harapan untuk
menghindari denda yang berat jika terlambat atau tidak membayar pajak dengan
kemungkinan pembatalan pajak.
Kata kunci: Sistem, pelayanan, kesadaran, sanksi, kepatuhan, pemutihan pajak.
PENDAHULUAN
Pajak daerah merupakan salah satu cara agar pelaksanaan otonomi daerah dapat
terwujud. Pajak daerah ialah pembayaran wajib kepada daerah yang terutang kepada
rakyat yang bersifat memaksa menurut undang-undang, memanfaatkan ketimpangan
secara tak langsung serta digunakan untuk kebutuhan daerah untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009.Menurut pasal dua
UU No. 28 Tahun 2009 dalam Dzulfitriah & Cepi (2021) tentang pajak daerah dan
retribusi daerah, ada lima jenis pajak provinsi: (1) pajak kendaraan bermotor (PKB), (2)
bea balik nama kendaraan (BBKB), (3) bahan bakar pajak kendaraan bermotor
(PBBKB), (4) pajak air permukaan (water tax), dan (5) pajak rokok (cukai). Sedangkan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pajak tahunan yang harus dibayar oleh
pemilik kendaraan bermotor. Pajak ini memberikan kontribusi terbesar bagi daerah,
apalagi kendaraan bermotor terus berkembang dari tahun ke tahun, memberikan salah
satu keuntungan finansial bagi Pemerintah Daerah. Berikut ini adalah data target dan
realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) pada Badan dan Pengelolaan
Pajak dan Retribusi Daerah Samsat Jombang.

Tabel 1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
Tahun 2018 – 2022
Persentase (%)
Tahun Target Realisasi
Capaian
2018 908.839.516.022,- 969.666.337.952,- 106,70%
2019 925.217.875.766,- 1.038.399.521.426,- 112,23%
2020 986.734.852.737,- 963.924.065.599,- 97,69%
2021 1.000.755.615.361,- 1.027.643.719.890,- 102,69%
2022 1.126.755.455.556,- 1.131.646.760.992,- 100,43%

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jombang

Sesuai data pada tabel 1 dapat dilihat bahwa target yang hendak dicapai serta
realisasi pajak kendaraan bermotor pada tahun 2018 hingga 2022. Pada tahun 2018
menargetkan penerimaan sebesar Rp. 908.839.516.022 dan realisasi yang tercapai
sebesar Rp. 969.666.337.952 dengan persentase 106,70 %. Pada tahun 2019
menargetkan penerimaan sebesar Rp. 925.217.875.766 dan realisasi yang tercapai
sebesar Rp. 1.038.399.521.426 dengan persentase 112,23%. Pada tahun 2020
menargetkan penerimaan sebesar Rp. 986.734.852.737 dan realisasi yang tercapai
sebesar Rp. 963.924.065.599 dengan persentase 97,69%. Pada tahun 2021 menargetkan
penerimaan sebesar Rp. 1.000.755.615.361 dan realisasi yang tercapai sebesar Rp.
1.027.643.719.890 dengan persentase 102,69%. Pada tahun 2022 menargetkan
penerimaan sebesar Rp. 1.126.755.455.556 dan realisasi yang tercapai sebesar Rp.
1.131.646.760.992 dengan persentase 100,43%.

Dari penjelasan pendapatan pajak kendaraan bermotor yang terealisasi tiak


mencapai target pada tahun 2020 persentasenya 97,69 % peneriman PKB tahun 2021
hinga taehun 2022 bisa dlihat hnya sediekit mngalami pningkatan.
taraf kepatuhan harus paejak brpengaruh scara signfikan pd pnerimaan
pajak tunggangan bermotor. Demkian juga menggunakan kpatuhan pajak
artinya saelah stu pnunjang yg mmpu mampu menaikkan pndapatan orisinil daerah.

Penelitian ini diperlukan bisa menyampaikan wawasan yang lebih mendalam


tentang bagaimana theory of planned behavior berguna pada pemecahan persoalan
tentang persepsi pemutihan menjadi variabel moderasi terhadap dampak sistem pajak,
pelayanan pajak, pencerahan wajib pajak serta hukuman pajak di kepatuhan wajib
pajak tunggangan brmotor pada samsat Jombang diperlukan jua penelitian ini bisa
menyampaikan donasi pada kajian realitas serta dijadikan perbandingan juga
pengembangan berasal penelitian sebelumnya. Berasal yang akan terjadi tiga peneliti
terdahulu yang ditemukan penelitian menunjukkan bahwa kesadaran harus pajak tidak
bisa menghipnotis sikap patuh wajib pajak Karnedi & Hidayatulloh (2019). Faktor
perilaku wajib pajak ialah faktor yg bisa mengatur pencerahan harus pajak. Perilaku
wajib pajak dibuat oleh banyak sekali dimensi keliru satunya perilaku terhadap
kebijakan pajak Syahid & Salman (2023).

Asal akan terjadi penelitian terdahulu Kurnia Rahayu (2020) mnyatakan bhwa
pemutihian paejak tunggangan brmotor, pembeibasan bea kembali nama tunggangan
bermotor serta pengenalan prpajakan scara simltan brpengaruh trhadap kpatuhan harus
paejak kendaran brmotor. Hal ini sejalan menggunakan penelitian Saputra (2022)
menyatakan bahwa tunggakn paejak kndaraan brmotor artnya pajak kndaraan yg sudah
mlewati maesa jaetuh teimpo. Akibatnya mnggunakan adnya kbijakan pmutihan
menggunakan kringanan yang dberikan warga leibih ceinderung buat meimbayar pajak
keindaraan brmotor pengenalan yg dberikan pada warga dimaksudkan buat
menyampaikan pengertian pada warga akan pentingnya membayar pajak.

KAJIAN TEORI
Theory of Planned Behavior (TPB) artinya teori psikologis yg menghubungkan
keyakinan menggunakan sikap. Teori objektif, serta kontrol sikap yg dirasakan, beserta-
sama menghasilkan niat sikap individu dikemukakan oleh Pangestu & Pratomo (2018).
Behavioral beliefs (perilaku) yaitu keyakinan individu akan yang akan terjadi berasal
suatu sikap serta penilaian atas akibat berasal tindakan yg dilakukannya tadi. Normative
beliefs (tata cara Subjektif) yaitu keyakinan perihal asa normatif orang lain serta
motivasi buat memenuhi asa tadi. Control belifs (Kendali sikap) yaitu keyakinan atau
agama wacana adanya eksistensi hal-hal yg bisa mendukung atau merusak sikap yg
akan ditampilkan. Selain itu suatu persepsi seorang akan timbul, serta persepsi tadi jua
berafiliasi perihal seberapa bertenaga hal-hal yang mendukung serta merusak
perilakunya tadi.

Definisi Pajak berdasarkan Waluyo (2017:3) merupakan Penerimaan Negara yg


dipergunakan buat mengarahkan kehidupan warga menuju kesejahteraan. berdasarkan
Undang-Undang angka 28 Tahun 2007 (UU No. 28 Tahun 2007) pada Annisa &
Yoestini (2023) pasal 1 ayat 1 pajak ialah donasi bagi masyarakat negara yg mempunyai
kewajiban menggunakan melakukan pembayaran sejumlah dana pada pemerintah yg
bersifat memaksa, sedangkan tak terdapat imbalan eksklusif yang akan dihasilkan serta
penerimaan dana akan dipergunakan buat kemakmuran masyarakat.

Berdasarkan Suyatmin pada Datu et al., (2020) pencerahan perpajakan artinya


suatu syarat pada dmana wajiib pajak mngetahui, tahu, serta melaksnakan ketntuan
prpajakan menggunakan sahih serta sukarla. Jadi pencerahan harus pajak ialah perilaku
mengerti harus pajak badan atau perorangan buat tahu art, fngsi serta tujuaen
pmbayaran pajak. Hukuman prpajakan ialah agunan bahwa ketntuan praturan prundang-
undangn prpajakan (tata cara prpajakan) akan dturuti/ dtaati/ dpatuhi atau mampu dngan
istilah lain hukuman prpajakan ialah indera pncegah (preventif) supaya harus pajak tak
melangar tata cara prpajakan brdasarkan Mardiasmo (2019:72). hukuman perpajakan
didefinisikan jua sang Sari (2021:8) hukuman pajak ialah agunan bhwa ktentuan
praturan prundang-undangn perpajakan (istiadat perpajakan) akn dturuti atau dtaati.
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Wirani (2016) membuktikan dampak
positif serta signifikan berasal sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan harus
pajak menggunakan memakai variabel yang sama mirip didalam penelitian Tumuli et
al., (2016) menyatakan bahwa hanya variabel modernisasi taktik organisasi yg tak
mempunyai dampak terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan modernisasi struktur
organisasi, modernisasi mekanisme organisasi serta modernisasi budaya organisasi
mempunyai dampak yang signifikan terhadap kepatuhan harus pajak.

H1 : Sistem pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan membayar


pajak
Ramdani et al., (2019) varieabel Kualietas Playanan Pajak, baik scara paersial
juga simultn brpengaruh signifikn trhadap Kpatuhan harus Pajak tunggangan Bermotor
roda empat yng trdaftar pada tmpat kerja SAMSAT Kabupaten Ciamis. Sjalan
menggunakan Handayani Barus et al., (2016) Kualietas Playanan brpengaruh trhadap
Kpatuhan harus Pajak. Playanan yang berkualitas membentuk harus pajak nyaman serta
sebagai patuh pada mmenuhi kwajiban prpajakannya. sesuai Theory of Planned
Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward behaviour Pangestu & Pratomo
(2018:17). sebagai akibatnya semakin tingga taraf kualitas pelananan maka meningkat
taraf Kepatuhan harus Pajak.
H2: Pelayanan pajak berpengaruh positif serta signifikan terhadap kepatuhan membayar
pajak
Yang akan terjadi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Savitri & Musfialdy
(2016) menyatakan bahwa pencerahan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan
harus pajak. meningkat taraf pencerahan pajak maka pemahaman serta aplikasi
kewajiban pajak akan semakin baik sebagai akibatnya bisa menaikkan kepatuhan harus
pajak. Peneliti lain (widodo, 2020) pencerahan membayar pajak tak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. sesuai Theory of Planned Behaviour ada
Behaviour Belief atau Attitude toward behaviour Pangestu & Pratomo (2018:17) yg
mengandung makna bahwa pencerahan membayar pajak tak sejalan atau belum bisa
menyampaikan pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
H3: pencerahan harus pajak berpengaruh positif serta signifikan terhadap kepatuhan
membayar pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward
behaviour Pangestu & Pratomo (2018:17) penelitian terdahulu yang dilakukan sang
Mustika Putra & Merkusiwati (2018) mengambarkan Bila hukuman prpajakan
brpengaruh positif sgnifikan trhadap kpatuhan harus pajak. Halsenada dkemukakan oleh
Pujiwidodo (2016) pada pnelitiannya mnyatakan bahwa pnerapan snksi pajak
brpengaruh trhadap kpatuhan harus pajak. Adapun brdasarkan Rohmawati & Rasmini
(2012) yang akan trjadi pnelitiannya mnyatakan bahwa hukumn prpajakan secara
simultan srta parsial brpengaruh di kepatuhan harus pajak orang eksklusif pada KPP
Pratama Denpasar Barat.
H4: hukuman pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan membayar
pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward
behaviour Pangestu & Pratomo (2018:17) secara nalar hukuman pajak dirancang buat
meningkatkan sikap taat pajak. Meningkatnya hukuman perpajakan semakin
menghalangi wajib pajak terhadap tindakan ketidak patuhan pada pajak Dzulfitriah &
Cepi (2021). Pemerintah membentuk kebijakan pemutihan pajak buat mempertinggi
penerimaan pajak tunggangan bermotor. Penghapusan hukuman admistratif pajak ini
bertolak belakang menggunakan tujuan anugerah hukuman pajak sehinga ada
kemungkinan bahwa pemutihan pajak bisa memoderasi secara positif juga negatif
dampak hukuman administratif pajak terhadap perlaku kepatuhan. Penelitian terdahulu
mengambarkan bahwa tax amnesty tak bisa memoderasi dampak hukuman pajak
terhadap kepatuhan pajak Sari et al., (2021) Tax amnesty serta pemutihan pajak ialah
acara pengampunan pajak yg dirancang oleh pemerintah menggunakan tujuan yg sama
yaitu menaikkan kepatuhan wajib pajak.
H5: Moderasi persepsi pemutihan pajak berpengaruh positif serta signifikan pada sistem
pajak, pelayanan pajak, pencerahan harus pajak dan hukuman pajak terhadap
kepatuhan membayar pajak.
Kerangka konseptual yang mendukung penelitian ini diberikan sebagai berikut
sesuai dengan uraian sebelumnya:
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Sumber: Peneliti
METODE PENELITIAN
Adapun jenis penelitian di penelitian ini memakai pendekatan penelitian
kuanttatif. Populasi di penelitian ini semua warga harus pajak tunggangan bermotor
yang terdaftar di Samsat Jombang. menggunakan tehnik pengumpulan data memakai
survey Metode analisis yg dipergunakan pada penelitian ini merupakan Structural
Equation Modeling (SEM) menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS).
Penelitian ini dilakukan pada tempat kerja Samsat Jombang. Tehnik pngambilan sampel
menggunakan rumus slovin. Sampel yang digunakan brjumlah 100 wajib pajak.
menggunakan tehnik pengumpulan memakai survey. Penelitian ini memakai jenis data
kuantitatif. sesuai Asalnya, data yg dipergunakan pada penelitian ini merupakan data
utama serta data sekunder. Data utama pada penelitian ini merupakan yang akan terjadi
pengisian informasi lapangan.

Variabel moderating dalam penelitian ini Pemutihan Pajak (M). berasal seluruh
variabel diatas diukur menggunakan memakai skala ordinal dengan teknik pengukuran
skala Likert. Adapun indikator yg digunakan buat mengukur variabel tadi menjadi
berikut:

Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Variabel

Variabel Indikator
Sistem Pajak Official-Assessment System
(X1) Self-Assessment
Variabel Indikator
Withholding System
Rioni & Teuku (2020)
Pelayanan Pajak Bukti langsung (tangibles)
(X2) Kehandalan (reliability)
Daya tanggap (responsiveness)
Jaminan (assurance)
Anggraini & Herianti (2022)
Empati (empathy)
Kesadaran Wajib Pajak Mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan.
(X3) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai
Devi Nurkumalasari (2020) dengan ketentuan yang berlaku.
Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.
Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.
Sanksi Pajak Sanksi yang diberikan kepada wajib pajak harus jelas
(X4) Sanksi perpajakan tidak mengenal kompromi (not arbitrary), tidak
ada toleransi
Kurnia Rahayu (2020) Sanksi yang diberikan hendaklah seimbang
Hendaknya sanksi yang diberikan langsung memberikan efek jera.
Kepatuhan Membayar Pajak Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam mendaftarkan diri.
(Y) Kepatuhan wajib pajak orang pribadi untuk menyetorkan kembali
surat pemberitahuan tahunan (SPT).
Kepatuhan dalam menghitung dan membayar pajak terutang atas
Kurnia Rahayu (2020) penghasilan.
Kepatuhan dalam membayar tunggakan pajak (STP atau SKP)
Persepsi Pemutihan Stimulasi Dana
(Z)
Kurnia Rahayu (2020) Asset Recovery
Sumber : Peneliti terdahulu
Populasi rakyat wajieb pajak tunggangan brmotor yang terdaftar di Samsat
Jombang. Penentuan jumlah sampel yg akan peneliti uji dipengaruhi menggunakan
memakai rumus Slovin. Dimana jumlah populasi wajib pajak berasal data yang
diperoleh di Samsat Jombang berjumlah 637.796 harus pajak pemilik tunggangan
bermotor, maka sampel di penelitian ini ialah 100 responden. Metode pengumpulan data
di penelitian ini yg dipergunakan berupa survey. Jawaban responden diberikan nilai atau
skor menggunakan memakai skala likert modifikasi menggunakan rentang skor
terendah 1 hingga tertinggi merupakan 5. yang akan terjadi jawaban survey akan diberi
nilai 5 poin buat jawaban Sangat sepakat (SS), 4 poin buat jawaban sepakat (S), 3 poin
buat jawaban Ragu-ragu (N), 2 poin buat jawaban tak setuju (TS), serta 1 poin buat
jawaban Sangat tidak sepakat (STS).
Pengujian instrumen penelitian mencakup pengujian validitas serta pengujian
reliabilitas. Uji validitas memakai tiga motode validitas yaitu validitas sesuai isi,
validitas sesuai respon proses, serta berdasarkan struktur internal memakai Smart PLS.
Uji reliabilitas memakai koefisien Alpha Conbrach. Analisis statistik naratif
dipergunakan buat menyampaikan info tentang ciri variabel penelitian. saat Penelitian
dilakukan selama dua minggu yaitu di hari kerja. Sedangkan saat pengamatan dilakukan
di waktu kerja. Penetapan saat buat menyebar survey sesuai pertimbangan bahwa bisa
mewakili hari kerja serta akhir pekan. aplikasi penyebaran angket dilakukan berasal
tanggal 8 Mei 2023 hingga tanggal 23 Mei 2023 sinkron menggunakan batas jumlah
responden 100 wajib pajak. Statistik naratif menyebutkan skaela jawaeban risponden di
setiap variebel indpenden yg dieukur berasal nilai minimum, nilai maksimum, nilai
homogen-homogen, serta baku devisiasi. Uji perkiraan klasik yg dipergunakan pada
penelitian ini artinya uji normalitas, uji multikolinearitas serta uji heteroskedastisitas.
Metode analisis yg dipergunakan pada penelitian ini artinya Structural Equation
Modeling (SEM) menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). Smart PLS
dipilih pada penelitian ini sebab bisa mengungkapkan dampak variabel moderasi pada
memperkuat juga mempelemah korelasi variebel bebas menggunakan variabel terikat.

HASIL PENELITIAN
Pengujan Structural Equation Model (SEM)
Sebelum melakukan perhitungan pengujian statistik, terlebih dahulu membuat model
struktural sesuai dengan hipotesis sebelumnya. Dengan menggambar model dan
memasukkan indikator kuesioner yang sudah ditentukan.
Gambar 2. Uji Full Model SEM Menggunakan Smart PLS
Sumber: Output smart PLS

Sesuai yang akan terjadi contoh pengujian memakai smart PLS sebagaimana pada
tunjukan di gambar 4.1 diatas bisa diketahui bahwa tak ada nilai loading factor dibawah
0.50, sehingga tak harus dilakukan drop data buat menghapus indikator yg bernilai
loading dibawah 0.50 supaya memperoleh contoh yg baik.

Uji Composite Reliability atau Uji Reliabilitas


Berdasarkan hasil uji di smart PLS di bawah ini nilai minimum diatas > 0,70
akan berwarna hijau, tetapi menurut literature nilai minimum di atas > 0,50. Berikut
hasil perhitungan menggunakan smart PLS
Tabel 3
Hasil Pengujian Cronbach’s Alpha, Composite Reliability dan AVE

Cronbach's Composite reliability Composite reliability Average variance extracted


alpha (rho_a) (rho_c) (AVE)
Moderasi 0.700 5.202 0.798 0.678
X1 1.000 1.000 1.000 1.000
X2 0.926 0.945 0.939 0.615
X3 0.874 0.889 0.922 0.798
X4 0.906 0.909 0.941 0.842
Y 0.787 0.797 0.875 0.700
Sumber : Output PLS, 2023
Sesuai tabel composit reabielity juga crobach alpha membuktikan nilai yg masing-
masing variabel di atas nilai mnimum > 0,70. Nilai AVE yg ddapatkan oleh seluruh
konstruk di atas > 0,50. Hal tersebut membuktikan konsistensi serta stabilitas instrumen
yg dipergunakan tinggi. sebagai akibatnya bisa dikatakan bahwa semua indikator serta
variabel pada penelitian ini lolos uji validitas serta reliabilitas.
Uji Koefisien Determinasi (R-Square)
. Berikut ini adalah hasil dari prhitungan menggunakan Smart PLS dari nilai R-Square:
R-square R-square adjusted

Y 0.797 0.777

Sumber : Output PLS, 2023


Dari table di atas bisa di lihat nilai R-Square adjusted yang digunakan untuk
perhitungan regresi linier berganda dimana variabel X lebih dari satu. Nilai R-Square
adjusted yang dihasilkan sebesar 0,777 atau 77% , hal tersebut berarti variabel
independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 77%. Adapun sisa
kekurangannya dapat dijelaskan dengan variabel lain yang tidak terdapat pada
penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis (Direct Effect)
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan Smart PLS dikatakan
hasil yang signifikan jika nila P value lebih besar dari 0,05. Semakin kecil nilai P value
maka semakin besar nilai t hitung. Begitu juga dengan sebaliknya, jika nilai P value
semakin besar maka semakin kecil nilai t statistik. Berikut hasil uji hipotesis
menggunakan Smart PLS:
Original Sample mean Standard T statistics P values
sample (O) (M) deviation (|O/STDEV|)
(STDEV)
X1 -> Y 0.054 0.052 0.066 0.815 0.415
X2 -> Y 0.145 0.184 0.094 1.542 0.123
X3 -> Y 1.637 1.537 1.332 1.229 0.219
X4 -> Y -0.994 -0.915 1.327 0.749 0.454
Sumber : Output PLS, 2023
Sesuai nilai asal direct effect yg terdiri berasal Implementasi Sistem Pajak (X1),
Pelayanan Pajak (X2), pencerahan harus Pajak (X3), hukuman Pajak (X4) bisa
diketahui secara parsial pengaruhnya terhadap Kepatuhan wajib Pajak (Y). yang akan
terjadi penelitian ini menandakan bahwa Efektifitas Sistem Perpajakan tak berpengaruh
positif terhadap Kepatuhan wajib Pajak. sesudah melalui pengujian secra struktural
contoh variabel variabel sistem pajak mempunyai taraf signifikan sebesar 0,415 yaitu
lebih besar asal 0,05 serta nilai t staistik 0,815 dimana parameternya t tabel < t hitung
(1,661 < 2,070). Hal ini menunjukkan kurangnya sistem pajak menurun. Berarti H1
ditolak akibatnya dapat dkatakan bahwa siestem paejak tak brpengaruh postif serta tak
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Yang akan terjadi penelitian membagikan bahwa bahwa variabel pelayanan pajak
mempunyai taraf signifikan sebanyak 0,123 yaitu lebih akbar berasal 0,05 serta nilai t
staistik 1,542 dimana parameternya t tabel < t hitung (1,661 < 2,070). Hal ini
memberikan semakin baik pelayanan pajak maka kepatuhan harus pajak akan semakin
semakin tinggi. Hal ini berarti H2 ditolak sebagai akibatnya bisa dikatakan bahwa
pelayanan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Akibat penelitian memberikan bahwa variabel pencerahan wajib pajak mempunyai
taraf nilai t tabel signifikan sebanyak 0,219 yaitu lebih akbar asal 0,05 serta nilai t
staistik 1,229 dimana nilai koefisien parameternya t tabel < t hitung (1,661 < dua,070).
Hal ini memberikan semakin baik pencerahan wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak
akan semakin semakin tinggi. Hal ini berarti H3 ditolak sebagai akibatnya bisa
dikatakan bahwa pencerahan harus pajak berpengaruh positif serta signifikan terhadap
kepatuhan harus pajak.
Yang akan terjadi penelitian membagikan bahwa variabel hukuman pajak mempunyai
taraf signifikan sebanyak 0,358 yaitu lebih kecil dari 0,545 yaitu lebih besar berasal
0,05 serta nilai t staistik 0,749 dimana nilai koefisien parameternya t tabel < t hitung
(1,661 < dua,070). Hal ini membagikan semakin bertenaga hukuman pajak maka
kepatuhan wajib pajak akan semakin semakin tinggi. Hal ini berarti H4 ditolak sebagai
akibatnya bisa dikatakan bahwa hukuman pajak tak berpengaruh positif serta tak
signifikan terhadap kepatuhan harus pajak.

Pengujian Effect Moderasi


Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan Smart PLS dikatakan
hasil yang signifikan jika nila P value lebih besar dari 0,05. Semakin kecil nilai P value
maka semakin besar nilai t hitung. Berikut hasil uji hipotesis pengujian efek moderasi
menggunakan Smart PLS:
Original Sample mean Standard T statistics (| P values
sample (O) (M) deviation O/STDEV|)
(STDEV)
Moderasi x X3 -> Y -1.06 -0.802 4.68 0.227 0.821
Moderasi x X4 -> Y 1.082 0.817 4.662 0.232 0.816
Moderasi x X2 -> Y 0.073 0.062 0.116 0.629 0.530
Moderasi x X1 -> Y -0.015 -0.004 0.125 0.118 0.906
Sumber : Output PLS, 2023
Sesuai nilai P value yg terdiri berasal Implementasi Sistem Paejak (X1),
Pelayanan Paejak (X2), pencerahan harus Paejak (X3), sanksi Paejak (X4) dapat
diketahui secara parsial pengaruhnya terhadap Kepatuhan wajib Paejak (Y)
menggunakan dimoderasi sang Pemutihan Pajak (M). yang akan terjadi penelitian
memberikan bahwa variabel sistem pajak mempunyai taraf signifikan sebesar 0,821
yaitu lebih besar asal 0,05 serta nilai t staistik 0,227 dimana nilai koefisien
parameternya t tabel < t hitung (1,661 < 2,070).Hal ini membagikan semakin baik
sistem pajak maka kepatuhan harus pajak yg dimoderasi oleh persepsi pemutihan pajak
tak semakin tinggi. Hal ini berarti H1 ditolak sebagai akibatnya dapat dikatakan bahwa
sistem pajak tak berpengaruh positif serta tak signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak menggunakan dimoderasi sang pemutihan pajak.
Yang akan terjadi penelitian bahwa variabel pelayanan pajak mempunyai taraf
signifikan sebanyak 0,816 yaitu lebih akbar berasal 0,05 serta nilai t statistik 0,232
dimana nilai koefisien parameternya t tabel < t hitung (1,661 < dua,070). Hal ini
membagikan Bila semakin baik pelayanan pajak maka kepatuhan harus pajak yg
dimoderasi sang persepsi pemutihan akan semakin meningkat. Hal ini berarti H2 ditolak
sebagai akibatnya bisa dikatakan bahwa pelayanan pajak tak berpengaruh positif serta
tidaksignifikan terhadap kepatuhan harus pajak menggunakan dimoderasi oleh
pemutihan pajak.
Yang akan terjadi penelitian membagikan bahwa variabel pencerahan harus pajak
mempunyai tingkat signifikan sebanyak 0,530 yaitu lebih besar dari 0,05 serta nilai t
statistik sebanyak 0,629 maka parameternya nilai koefisien t tabel < t hitung (1,661 <
2,070). Hal ini membagikan Bila semakin baik pencerahan wajib pajak maka kepatuhan
harus pajak akan semakin semakin tinggi. Hal ini berarti H3 ditolak sebagai akibatnya
bisa dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh positif serta tak
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak menggunakan dimoderasi oleh pemutihan
pajak.
Yang akan terjadi penelitian memberikan bahwa variabel hukuman pajak
mempunyai taraf signifikan sebesar 0,906 yaitu lebih akbar asal 0,05 dan nilai t statistik
sebanyak 0,118 maka parameternya nilai koefisien t tabel < t hitung (1,96 < dua,070).
Hal ini membagikan semakin kuat hukuman pajak maka kepatuhan wajib pajak yg
dimoderasi oleh persepsi pemutihan akan menurun. Hal ini berarti H4 ditolak sebagai
akibatnya bisa dikatakan bahwa hukuman pajak tak berpengaruh positif serta tidak
signifikan terhadap kepatuhan harus pajak menggunakan dimoderasi pemutihan pajak.
PEMBAHASAN
Pengaruh Hubungan Antara Sistem Pajak Dengan Kepatuhan Membayar Pajak
Sesuai Theiory of Plianned Behiaviour ada Attiitude towiard behaviiour Pangestu
& pratomo (2018) dimna sesseorang mellakukan pennilaian terhdap pntingnya pajak
serta menggunakan sistem pajak, harus pajak akan menaikkan kepatuhan pada
kewajiban membayar. Sehubungan menggunakan hal tadi, akibat berasal merupakan
kefektifan sistem perpajakan harus ditingkatkan serta semakin disempurnakan. Hal ini
mengambarkan bahwa sistem yg telah diterapkan oleh perpajakan menggunakan metode
online atupun digital telah sempurna, namun tidak mensugesti harapan harus pajak buat
melakukan kepatuhan waktu membayar pajak.
Penelitian ini sejalan menggunakan penelitian yg dilakukan di penelitian Setiana
(2010) serta Astana & Ni Ketut Lely (2017) dimana yang akan terjadi penelitian tadi
menandakan bahwa sistem administrasi perpajakan tidak berpengaruh positif terhadap
kepatuhan harus pajak.
Pengaruh Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Pajak Dengan Kepatuhan
Membayar Pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward
behaviour Pangestu & Pratomo (2018) dimana seorang melakukan evaluasi terhadap
pentingnya pajak serta harus pajak merasa diuntungkan menggunakan pelayanan yg
prima, harus pajak akan menaikkan kepatuhan pada kewajiban membayar pajak
tunggangan bermotor. Sehubungan menggunakan hal tadi, akibat berasal penelitian ini
merupakan kualitas pelayanan yang kurang prima harus diperbaiki serta selalu
ditingkatkan sebab sesuai penelitian ini kualitas pelayanan yg kurang baik/kualitas
pelayanan tak prima menyampaikan dampak yg tidak positif serta tidak signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak pada memenuhi kewajiban perpajakannya.
Penelitian ini didukung akibat penelitian Novitasari (2015) Kualitas Pelayanan
berpengaruh negatif serta tidak signifikan terhadap kepatuhan harus pajak pada
membayar pajak PKB serta BBNKB. Hal ini memberikan bahwa kualitas pelayanan
tidak memiliki korelasi terhadap kepatuhan harus pajak.
Pengaruh Hubungan Antara Kesadaran Wajib Pajak Dengan Kepatuhan
Membayar Pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward
behaviour Pangestu & Pratomo (2018) dimana kesadaran harus pajak yg adalah
harapan yg dipersepsikan satu orang atau lebih pada menyetujui tindakannya serta
menyampaikan motivasi orang lain pada memenuhi kewajibannya. kesadaran harus
pajak tak berpengaruh positif serta signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Semakin turun taraf pencerahan wajib pajak, maka kepatuhan harus pajak akan
semakin rendah buat melakukan tindakan kepatuhan membayar pajak.
Penelitian ini sejalan menggunakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain
Widodo (2020) pencerahan membayar pajak tak berpengaruh terhadap kepatuhan harus
pajak UMKM. yang mengandung makna bahwa pencerahan membayar pajak tak
sejalan atau belum bisa menyampaikan pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pengaruh Hubungan Sanksi Pajak Dengan Kepatuhan Membayar Pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Control Beliefs Pangestu & Pratomo
(2018) dimana meningkat hukuman yang diberikan maka taraf kepatuhan akan
meningkat. sebagai akibatnya pada yang akan terjadi penelitian dinyatakan bahwa
hukuman perpajakan tak berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak, hal
tadi berarti semakin tegas serta semakin berat hukuman perpajakan yg diberikan atas
pelanggaran yang dilakukan wajib pajak maka akan menurunkan kepatuhan harus pajak
pada membayar pajak kendaraan bermotor.
Penelitian ini sejalan menggunakan penelitian yg dilakukan sang Penelitian yg
dilakukan sang rohmawati serta Rasmini (2010), menyatakan bahwa sanksi perpajakan
tidak berpengaruh positif terhadap 20 kepatuhan wajib pajak. Sedangkan penelitian yg
dilakukan oleh Andinata (2015), menyatakan bahwa hukuman perpajakan tak
mempunyai dampak terhadap kepatuhan harus pajak.
Pengaruh Variabel Moderasi Pemutihan Pajak terhadap Sistem Pajak Dengan
Kepatuhan Membayar Pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward
behaviour Pangestu & Pratomo (2018) dimana seorang melakukan evaluasi terhadap
pentingnya pajak serta harus pajak merasa diuntungkan menggunakan sistem pajak,
harus pajak akan menaikkan kepatuhan pada kewajiban membayar. Hal ini
menandakan bahwa variabel pemutihan pajak merupakan variabel moderasi yang tak
bisa memperkuat korelasi sistem pajak menggunakan kepatuhan harus pajak.
Penelitian ini sejalan menggunakan Dzulfitriah & Cepi (2021) mengungkapkan
bahwa acara pemutihan pajak tak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan sistem
harus pajak tunggangan bermotor. Hal ini dikarenakan kebijakan pemutihan pajak
hanya diperuntukan oleh wajib pajak yg menunggak serta tidak berlaku bagi wajib
pajak yang tidak menunggak.
Pengaruh Variabel Moderasi Pemutihan Pajak terhadap Pelayanan Pajak Dengan
Kepatuhan Membayar Pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward
behaviour Pangestu & Pratomo (2018) dimana seorang melakukan evaluasi terhadap
pentingnya pajak serta harus pajak merasa diuntungkan menggunakan pelayanan yg
prima, harus pajak akan menaikkan kepatuhan pada kewajiban membayar pajak
tunggangan bermotor. Hal ini menandakan bahwa variabel pemutihan pajak adalah
variabel moderasi yang tidak bisa memperkuat korelasi pelayanan pajak menggunakan
kepatuhan harus pajak.
Penelitian ini sejalan menggunakan penelitian yang dilakukan meifari (2020)
menyatakan bahwa variabel pengenalan perpajakan pengenalan perpajakan tak
memoderasi dampak layanan fiskus terhadap kepatuhan harus pajak, Hal ini
membagikan bahwa pengenalan perpajakan belum memenuhi semua komponen
evaluasi berasal di layanan fiskus.
Pengaruh Variabel Moderasi Pemutihan Pajak terhadap Hubungan Antara
Kesadaran Wajib Pajak Dengan Kepatuhan Membayar Pajak
Sesuai Theory of Planned Behaviour ada Behaviour Belief atau Attitude toward
behaviour Pangestu & Pratomo, (2018) dimana kesadaran harus pajak yg adalah
keinginan yang dipersepsikan satu orang atau lebih pada menyetujui tindakannya serta
menyampaikan motivasi orang lain pada memenuhi kewajibannya. Hal ini bisa
ditimbulkan sebab hukuman yang diberikan oleh samsat Jombang terhadap harus pajak
yg tak membayar pajak tinggi sebagai akibatnya wajib pajak kurang termotivasi serta
patuh untuk membayar pajak dikarenakan harus pajak tidak ingin mendapatkan
hukuman yg tinggi jika terlambat ataupun membayar pajak.
Penelitian ini sejalan menggunakan penelitian yang dilakukan sang Fasilitas
pengampunan pajak mencakup penghapusan hukuman administrasi perpajakan yg
mencakup hukuman pajak selama masa pajak, bagian tahun pajak, sampai akhir tahun
pajak terakhir Sumarsan (2017). Penelitian terdahulu tentang tax amnesty yang artinya
bagian dari pengampunan pajak, dihasilkan yang akan terjadi bahwa persepsi terhadap
kebijakan tax amnesty tidak bisa memoderasi kesadaran wajib pajak Sari (2018).
Pengaruh Variabel Pemutihan Pajak terhadap Hubungan Antara Sanksi Pajak
Dengan Kepatuhan Membayar Pajak
sesuai Thieory of Plainned Behiaviour ada Control Beliefs Pangestu & pratomo
(2018) dimana meningkat hukuman yg diberikan maka tingkat kepatuhan akan
meningkat. Hal ini menandakan bahwa variabel pemutihan pajak artinya variabel
moderasi yang tidak bisa memperkuat korelasi hukuman pajak menggunakan kepatuhan
wajib pajak.
Peneltian ini sejalan menggunakan penelitian yg dilakukan oleh penelitian
terdahulu menerangkan bahwa tax amnesty tak bisa memoderasi dampak hukuman
pajak terhadap kepatuhan pajak Sari (2018). Tax amnesty serta pemutihan pajak adalah
acara pengampunan pajak yg dirancang oleh pemerintah menggunakan tujuan yg sama
yaitu menaikkan kepatuhan wajib pajak.

SIMPULAN
Sesuai data yg telah dikumpul dan pengujian hipotesis menggunakan Smart
PLS sudah dilakukan, maka konklusi dari penelitian ini merupakan sistem, pelayanan,
pencerahan, hukuman, tak berpengaruh positif serta tidak signifikan terhadap
kepatuhan harus pajak. Persepsi pemutihan menjadi variabel moderasi tidak
berpengaruh positif serta tidak signifikan di sistem, pelayanan, kesadaran, hukuman,
terhadap kepatuhan harus pajak. Hal tersebut menyebabkan harus pajak tidak patuh
buat membayar pajak sempurna waktu meskipun menerima kebijakan berupa
pemutihan pajak, menggunakan harapan tak menerima hukuman yg tinggi bila
terlambat ataupun tidak membayar pajak menggunakan adanya moderasi pemutihan
pajak. namun di kenyataannya wajib pajak permanen menunggak atau tidak melakukan
pembayaran tepat ketika meskipun sudah ada kebijakan pemutihan pajak..

Anda mungkin juga menyukai