Anda di halaman 1dari 36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi, Subjek dan Waktu Penelitian.

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Samsat kantor Unit Pelaksana

Teknis Pelayanan Pendapatan Daerah (UPT PPD) Jl. Presiden KH.

Abdurrahman Wahid No.149, Candi Mulyo, Kec. Jombang, Kabupaten

Jombang, Jawa Timur 61413. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau,

tepat berada dipinggir jalur utama kota Jombang.

b. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah populasi wajib pajak dari data yang

diperoleh di Samsat Jombang berjumlah 637.796 wajib pajak pemilik

kendaraan bermotor di Kabupaten Jombang. Karena keterbatasan peneliti

untuk meneliti seluruh jumlah wajib pajak di Kabupaten Jombang, maka

peneliti hanya mengambil sampel subjek untuk melakukan penelitian

dengan jumlah 100 responden.


c. Waktu penelitian

Waktu Penelitian dilakukan selama 2 minggu yaitu pada hari kerja.

Sedangkan waktu pengamatan dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 07.00

– 15.00 WIB. Penetapan waktu untuk menyebar kuesioner berdasarkan

pertimbangan bahwa dapat mewakili hari kerja dan akhir pekan.

Pelaksanaan penyebaran angket dilakukan dari tanggal 8 Mei 2023 sampai

tanggal 23 Mei 2023 sesuai dengan batas jumlah responden 100 wajib

pajak.

2. Deskripsi Objek Penelitian

a. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap wajib pajak yang terdaftar pada

Samsat Jombang. Data untuk penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden wajib pajak.

Tabel 4.1 Distribusi dan Pengembalian Kuesioner

No Keterangan Jumlah

1 Kuesioner yang disebar 100

2 Kuesioner yang tidak kembali 0

3 Kuesioner yang tidak dapat diolah 0

4 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 100

Sumber: Data primer yang diolah, 2023


b. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar

pada Samsat Jombang. Berikut ini adalah gambaran mengenai identitas

responden yang terdiri dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan responden.

1) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden

Jenis
No Jumlah Presentase
Kelamin
1 Pria 74 74%
2 Wanita 26 26%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2023

96 responden yang merupakan wajib pajak dari Samsat Jombang

yang terdiri dari 74 wajib pajak atau 74% berjenis kelamin laki-laki,

sedangkan wanita sebanyak 26 wajib pajak atau 26%.

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat
No Jumlah Presentase
Pendidikan
1 SMA 15 15%
2 S1 41 41%
3 S2 29 29%
4 S3 4 4%
5 Lainnya 11 11%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2023

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak pada

Samsat Jombang yang menjadi responden pada penelitian ini memiliki

tingkat pendidikan S1 yaitu sebanyak 41 wajib pajak atau 41% dari

jumlah responden. Tingkat pendidikan S2 sebanyak 29 wajib pajak atau

29% dari jumlah responden. Tingkat pendidikan S3 sebanyak 4 orang

atau 4% dari jumlah responden. Sedangkan tingkat pendidikan SMA

sebanyak 15 wajib pajak atau 15% dan lainnya sebanyak 11 wajib pajak

atau 11%.

3) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.4 Usia Responden

No Usia Jumlah Presentase

1 < 30 tahun 45 45%


2 30-40 tahun 44 44%
3 > 40 tahun 11 11%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2023.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak pada

Samsat Jombang yang menjadi responden pada penelitian ini berusia <

30 tahun yaitu sebanyak 45 wajib pajak atau 45% dari jumlah responden.

Wajib pajak yang berusia 30-40 tahun sebanyak 44 wajib pajak atau

44% dari jumlah responden. Sedangkan Wajib pajak yang berusia > 40
tahun sebanyak 11 wajib pajak atau 11%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkatan usia rata-rata

memiliki kewajiban terhadap perpajakannya saat wajib pajak tersebut

sudah berpenghasilan. Pada usia kurang dari 30 tahun sudah memiliki

penghasilan dan juga berkewajiban membayar pajaknya. Begitupun

dengan usia 30 sampai 40 tahun, juga usia diatas 40 tahun.

4) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.5 Pekerjaan Responden

No Pekerjaan Jumlah Presentase

1 PNS 18 18%
2 Karyawan Swasta 51 51%
3 Wiraswasta 22 22%
4 Pegawai BUMN 9 9%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2023.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak pada

Samsat Jombang yang menjadi responden pada penelitian ini memiliki

pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 51 wajib pajak atau

51% dari jumlah responden. Wajib pajak yang memiliki pekerjaan

sebagai wiraswasta sebanyak 22 wajib pajak atau 22% dari jumlah

responden. Wajib pajak yang bekerja sebagai PNS sebanyak 18 wajib

pajak atau 18%. Sedangkan Wajib pajak yang bekerja sebagai pegawai
BUMN sebanyak 9 wajib pajak atau 9% dari jumlah responden. Dari hal

tersebut dapat dikatakan bahwa lebih banyak wajib pajak yang

berprofesi sebagai karyawan swasta.

5) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Tabel 4.6 Pendapatan Responden

No Pekerjaan Jumlah Presentase

1 < Rp. 3.000.000 51 51%


2 Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000 16 16%
3 Rp. 5.000.000 – Rp. 8.000,000 24 24%
4 > Rp. 8.000.000 9 9%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data primer yang diolah, 2023.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak pada

UPT PPD Jombang yang menjadi responden pada penelitian ini memiliki

pendapatan sebagai < Rp. 3.000.000 yaitu sebanyak 51 wajib pajak atau

51% dari jumlah responden. Wajib pajak yang memiliki pendapatan Rp.

5.000.000 – Rp. 8.000,000 sebanyak 24 wajib pajak atau 24% dari

jumlah responden. Wajib pajak dengan pendapatan Rp. 3.000.000 – Rp.

5.000.000 sebanyak 16 wajib pajak atau 16%. Sedangkan Wajib pajak

yang pendapatannya > Rp. 8.000.000 sebanyak 9 wajib pajak atau 9%

dari jumlah responden. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa lebih

banyak wajib pajak yang berpendapatan kurang dari Rp. 3.000.000.


3. Hasil Uji Insrument

a. Hasil Uji Statistik Frekuensi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesadaran wajib

pajak, pelayanan pajak, sanksi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak.

Variabel-variabel tersebut akan di uji dengan statistik frekuensi. Setelah

melakukan penelitian, telah diperoleh data yang diperlukan sebagai

informasi yang akurat. Selanjutnya, akan dilakukan deskripsi penelitian

untuk memberikan penjelasan mengenai hasil jawaban dari masing-masing

responden atas pertanyaan yang diajukan pada saat penelitian.Deskripsi

data hasil penelitian untuk memberikan gambaran umum mengenai

penyebaran distribusi data baik berupa ukuran gejala pusat, ukuran letak

maupun distribusi frekuensi. Nilai-nilai yang akan disajikan setelah diolah

dari data mentah dengan menggunakan metode statistik deskriptif.

Berdasarkan banyaknya variabel dan merujuk kepada masalah

penelitian, maka deskripsi data dikelompokkan menjadi enam bagian yaitu :

Sistem Pajak (X1), Pelayanan Pajak (X2), Kesadaran Wajib Pajak (X3),

Sanksi Pajak (X4), Kepatuhan Wajib Pajak (Y) dan Pemutihan Pajak (M).

Hasil perhitungan statistik deskriptif masing-masing variabel secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran. Uraian singkat hasil perhitungan statistik

deskriptif tersebut dikemukakan berikut ini.

1) Sistem Pajak (X1)

Sistem pajak dijabarkan dalam 3 item pernyataan. Dari hasil


penelitian distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap sistem pajak

dapat dilihat pada berikut:

Tabel 4.7

Tanggapan Responden Mengenai Sistem Pajak

SS S KS TS STS
N
5 4 3 2 1 RATA-RATA PERSENTASE
F F F F F
SP1 66 33 1 0 0 0.935 93.5%
10
SP2 34 66 0 0 0 0 0.929 92.9%
SP3 66 33 1 0 0 0.935 93.5%
Mean Variabel Persentase Sistem 93,33
Pajak
Sumber: Data primer yang diolah, 2023.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti

memberikan jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka paling

banyak responden memberikan penilaian sangat setuju dan paling sedikit

responden memberikan penilaian kurang setuju. Jumlah nilai rata-rata

keseluruhan dari 3 pernyataan yaitu sebesar 93,33 berada di skala nilai

yang menunjukkan pilihan jawaban sangat setuju. Dimana Wajib pajak

mengetahui bahwa dalam undang-undang perpajakan, bagi wajib pajak

yang terlambat atau tidak membayar pajak, dapat diberikan sanksi

administrasi dan sanksi pidana.

2) Pelayanan Pajak (X2)

Pelayanan Pajak dijabarkan dalam 11 item pernyataan. Dari hasil

penelitian distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap pelayanan


pajak peran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8
Tanggapan Responden Mengenai Pelayanan Pajak
SS S KS TS STS
N
5 4 3 2 1 RATA-RATA PERSENTASE
F F F F F
PP1 30 70 0 0 0 0.8547 85,5%
PP2 31 68 1 0 0 0.8541 85,4%
PP3 40 60 3 0 0 0.8625 86,3%
PP4 35 65 1 0 0 0.8604 86,0%
PP5 35 65 1 0 0 0.8583 85,8%
10
PP6 37 62 1 0 0 0 0.8666 86,7%
PP7 38 59 3 0 0 0.8645 86,5%
PP8 31 69 0 0 0 0.8562 85,6%
PP9 38 61 2 0 0 0.8645 86,5%
PP10 34 66 0 0 0 0.8625 86,3%
PP11 35 65 0 0 0 0.8645 86,5%
Mean Variabel Persentase Pelayanan 86,08
Pajak
Sumber: Data primer yang diolah, 2023

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka paling banyak responden

memberikan penilaian setuju dan paling sedikit responden memberikan

penilaian kurang setuju. Jumlah nilai rata-rata keseluruhan dari 11 pernyataan

yaitu sebesar 86,08 berada di skala nilai yang menunjukkan pilihan jawaban

sangat setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi yaitu

item pernyataan nomor 3 dan 6. Yang menyatakan bahwa petugas pajak

memberi pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan handal. Serta

petugas pajak dapat dipercaya (bebas dari bahaya, resiko, dan keragu- raguan).
3) Kesadaran Wajib Pajak (X3)

Kesadaran wajib pajak dijabarkan dalam 6 item pernyataan. Dari hasil

penelitian distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap sanksi perpajakan

dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.9
Tanggapan Responden Mengenai Kesadaran Wajib Pajak
SS S KS TS STS
N
5 4 3 2 1 RATA-RATA PERSENTASE
F F F F F
KWP1 42 58 0 0 0 0,8583 85,83
KWP2 34 61 5 0 0 0,8520 85,20
KWP3 43 53 4 0 0 10 0,8729 87,29
KWP4 36 60 4 0 0 0 0,8583 85,83
KWP5 41 54 4 0 0 0,8708 87,08
KWP6 40 54 6 0 0 0,8625 86,25
Mean Variabel Persentase Kesadaran 86,25
Wajib Pajak
Sumber: Data primer yang diolah, 2023

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka paling banyak responden

memberikan penilaian setuju dan paling sedikit responden memberikan

penilaian kurang setuju. Jumlah nilai rata-rata keseluruhan dari 6 pernyataan

yaitu sebesar 86,25 berada di skala nilai yang menunjukkan pilihan jawaban

sangat setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi yaitu

item pernyataan nomor 3 dan 5. Yang menyatakan bahwa kesadaran wajib

pajak merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib

pajak.
4) Sanksi Pajak (X4)

Sanksi perpajakan dijabarkan dalam 4 item pernyataan. Dari hasil

penelitian distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap sanksi perpajakan

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10
Tanggapan Responden Mengenai Sanksi Pajak
SS S KS TS STS
N
5 4 3 2 1 RATA-RATA PERSENTASE
F F F F F
SNP1 66 33 1 0 0 0.9354 93,54
SNP2 62 38 0 0 0 10 0.9291 92,91
SNP3 66 33 1 0 0 0 0.9354 93,54
SNP4 48 50 2 0 0 0.8875 88,75
Mean Variabel Persentase Sanksi 92,18
Pajak
Sumber: Data primer yang diolah, 2023

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka paling banyak responden

memberikan penilaian setuju dan paling sedikit responden memberikan penilaian

kurang setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi yaitu item

peryataan nomor 1 dan 3 yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan membuat

wajib pajak jera dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

5) Kepatuhan Membayar Pajak (Y)

Kepatuhan wajib pajak dijabarkan dalam 4 item pernyataan. Dari hasil

penelitian distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap kepatuhan wajib


pajak dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11
Tanggapan Responden Mengenai Sanksi Pajak

SS S KS TS STS
N
5 4 3 2 1 RATA-RATA PERSENTASE
F F F F F
KMP1 44 51 6 0 0 0.8687 86,87
KMP2 44 49 2 0 0 10 0.8895 88,95
KMP3 50 48 2 0 0 0 0.8916 89,16
KMP4 42 56 2 0 0 0.875 87,5
Mean Variabel Persentase Sistem Pajak 88,12
Sumber: Data primer yang diolah, 2023

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa 100 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka paling banyak responden

memberikan penilaian setuju dan paling sedikit responden memberikan

penilaian kurang setuju. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi

yaitu item peryataan nomor 2 dan 3 yang menyatakan bahwa sebagai warga

negara yang baik, harus menjalankan kewajiban sebagai wajib pajak.

6) Pemutihan Pajak (M)

Pemutihan pajak dijabarkan dalam 2 item pernyataan. Dari hasil penelitian

distribusi frekuensi tanggapan responden terhadap kepatuhan wajib pajak dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12
Tanggapan Responden Mengenai Pemutihan Pajak
SS S KS TS STS
5 4 3 2 1 N
RATA-RATA PERSENTASE
F F F F F
PSP 10
70
1 29 1 0 0 0 0,935417 93,54
PSP
2 70 29 1 0 0 0,935417 9354
Mean Variabel Persentase Pemutihan 93,54
Pajak
Sumber: Data primer yang diolah, 2023

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa 96 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka paling banyak responden

memberikan penilaian sangat setuju dan paling sedikit responden memberikan

penilaian kurang setuju. Jumlah nilai rata-rata keseluruhan dari 2 pernyataan

yaitu sebesar 93,54 berada di skala nilai yang menunjukkan pilihan jawaban

sangat setuju. Dimana Wajib pajak mengetahui bahwa dalam undang-undang

perpajakan, bagi wajib pajak yang terlambat atau tidak membayar pajak, dapat

diberikan sanksi administrasi, sanksi pidana dan denda. Dengan adanya

kebijakan pemerintah yang memberikan keringanan dan penghapusan denda

atas keterlambatan pembayaran pajak kendaraan bermotor untuk jangka waktu

tertentu.

b. Uji First Order Confirmatory Factor Analysis

Pengujian first order konstruk dimana pengujiannya akan melalui satu

jenjang yaitu analisis dilakukan dari konstruk laten dimensi ke indikator-

indikatornya.
Gambar 4.1
First Order Confirmatory Factor Analysis

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa first order konstruk sistem pajak

diukur dengan indikator SP1-SP3. First order konstruk pelayanan pajak dengan

dengan indikator PP1–PP11. First order konstruk kesadaran wajib pajak diukur

dengan dengan indikator KWP1–KWP6.. First order konstruk sanksi pajak

dengan dengan indikator SNP1–SNP4 dan first order konstruk kepatuhan wajib

pajak diukur dengan indikator KWP1–KWP4.

c. Pengujan Struktural Equation Model (SEM)

Metode analisis utama dalam penelitian ini dilakukan dengan Structural

Equation Model (SEM). Pengujian dilakukan dengan bantuan program Smart

PLS. Gambar berikut menyajikan hasil pengujian Full Model SEM

menggunakan PLS sebagai berikut:


Gambar 4.2
Uji Full Model SEM Menggunakan Smart PLS

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan smart PLS sebagaimana di

tunjukan pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa tidak terdapat nilai loading

factor dibawah 0.50, sehingga tidak harus dilakukan drop data untuk

menghapus indikator yang bernilai loading dibawah 0.50 agar memperoleh

model yang baik.

d. Uji Outer Model

Tiga kriteria pengukuran digunakan dalam teknik analisa data

menggunakan Smart PLS untuk menilai model. Tiga pengukuran itu adalah

convergent validity, composite reability dan discriminant validity.

1) Convergent Validity

a) Uji outer model variabel Sistem Pajak


Tabel 4.13
Uji Validitas Outer Loading Variabel Sistem Pajak
Sistem Pajak Keterangan
SP1 1,000 Valid
Sumber : Output PLS, 2023

Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan hasil estimasi perhitungan

uji outer loading dengan menggunakan PLS untuk indikator variabel

sistem pajak. Tabel tersebut menunjukkan bahwa SP2 merupakan

indikator reflektif, memiliki loading faktor > 0,50 yang berarti bahwa

indikator tersebut konstruk adalah valid.

b) Uji outer model variabel Pelayanan Pajak

Tabel 4.14
Uji Validitas Outer Loading Variabel Pelayanan Pajak

Pelayanan Pajak Keterangan

PP3 0.872 Valid


PP4 0.889 Valid
PP5 0.855 Valid
PP6 0.847 Valid
PP7 0.753 Valid
PP8 0.868 Valid
PP9 0.800 Valid
PP10 0.836 Valid
PP11 0.536 Valid
Sumber : Output PLS, 2023
Berdasarkan Tabel 4.14 menunjukkan hasil estimasi perhitungan

uji outer loading dengan menggunakan PLS untuk indikator variabel

pelayanan pajak. Tabel tersebut menunjukkan bahwa PP3 hingga PP11

yang merupakan indikator reflektif, memiliki loading faktor > 0,50 yang

berarti bahwa semua indikator konstruk adalah valid. Disimpulkan

bahwa semua indikator valid untuk mengukur konstruk variabel

pelayanan pajak.

c) Uji outer model variabel Kesadaran Wajib Pajak

Tabel 4.15
Uji Validitas Outer Loading Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran
Keterangan
Wajib Pajak
KWP3 0.857 Valid
KWP4 0.874 Valid
KWP5 0.946 Valid
Sumber : Output PLS, 2023

Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan hasil estimasi perhitungan

uji outer loading dengan menggunakan PLS untuk indikator variabel

kesadaran wajib pajak. Tabel tersebut menunjukkan bahwa KWP3

hingga KWP6 yang merupakan indikator reflektif, memiliki loading faktor

> 0,50 yang berarti bahwa semua indikator konstruk adalah valid.

Disimpulkan bahwa semua indikator valid untuk mengukur konstruk

variabel kesadaran wajib pajak.

d) Uji outer model variabel Sanksi Pajak

Tabel 4.16
Uji Validitas Outer Loading Variabel Sanksi Pajak
Sanksi Perpajakan Keterangan

SNP1 0.895 Valid

SNP2 0.916 Valid

SNP4 0.940 Valid


Sumber : Output PLS, 2023

Berdasarkan Tabel 4.16 menunjukkan hasil estimasi perhitungan

uji outer loading dengan menggunakan PLS untuk indikator variabel

sistem pajak. Tabel tersebut menunjukkan bahwa SNP1, SNP2 dan

SNP4 merupakan indikator reflektif, memiliki loading faktor > 0,50 yang

berarti bahwa indikator tersebut konstruk adalah valid.

e) Uji outer model variabel Kepatuhan Membayar Pajak

Tabel 4.17
Uji Validitas Outer Loading Variabel Kepatuhan Membayar Pajak
Kepatuhan
Keterangan
Membayar Pajak
KMP1 0.821 Valid
KMP3 0.836 Valid
KMP4 0.852 Valid
Sumber : Output PLS, 2023

Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan hasil estimasi perhitungan

uji outer loading dengan menggunakan PLS untuk indikator variabel

kesadaran wajib pajak. Tabel tersebut menunjukkan bahwa KMP1,

KMP3 dan KMP4 yang merupakan indikator reflektif, memiliki loading

faktor > 0,50 yang berarti bahwa semua indikator konstruk adalah valid.
f) Uji outer model variabel Pemutihan Pajak

Tabel 4.18
Uji Validitas Outer Loading Variabel Persepsi Pemutihan
Pemutihan
Keterangan
Pajak
PSP1 0.997 Valid
PSP2 0.601 Valid
Sumber : Output PLS, 2023

Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan hasil estimasi perhitungan

uji outer loading dengan menggunakan PLS untuk indikator variabel

kesadaran wajib pajak. Tabel tersebut menunjukkan bahwa PSP1

hingga PSP2 yang merupakan indikator reflektif, memiliki loading faktor

> 0,50 yang berarti bahwa semua indikator konstruk adalah valid.

Disimpulkan bahwa semua indikator valid untuk mengukur konstruk

variabel kesadaran wajib pajak.

2) Uji Composite Reliability atau Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrument penelitian dalam penelitian ini diuji dengan

menggunakan composite reliability dan koefisien cronbach’s Alpha. Suatu

konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reliability maupun cronbach

alpha di atas 0,70. Selain itu, pengukuran AVE dapat digunakan untuk

mengukur reliabilitas component score variabel laten dan hasilnya lebih

konservatif dibandingkan dengan composite reliability. Direkomendasikan

nilai AVE harus lebih besar 0,50.


Tabel 4.19
Hasil Pengujian Cronbach’s Alpha, Composite Reliability
dan AVE
Cronbach's Composite Composite reliability Average variance
alpha reliability (rho_a) (rho_c) extracted (AVE)
Moderasi 0.700 5.202 0.798 0.678
X1 1.000 1.000 1.000 1.000
X2 0.933 0.947 0.945 0.661
X3 0.874 0.889 0.922 0.798
X4 0.906 0.909 0.941 0.842
Y 0.787 0.797 0.875 0.700
Sumber : Output PLS, 2023

Hasil pengujian berdasarkan hasil uji di smart PLS pada tabel 4.19

nilai minimum diatas > 0,70 akan berwarna hijau, tetapi menurut literature

nilai minimum di atas > 0,50. Nilai AVE yang dihasilkan oleh semua

konstruk di atas > 0,50. Hal tersebut menunjukan konsistensi dan

stabilitas instrumen yang digunakan tinggi. Dengan kata lain semua

konstruk yaitu variabel kesadaran wajib pajak, pelayanan pajak, sanksi

perpajakan dan kepatuhan wajib pajak sudah menjadi alat ukur yang fit,

dan semua pertanyaan yang digunakan untuk mengukur masing- masing

konstruk memiliki reliabilitas yang baik.


e. Uji Model Struktural atau Inner Model

Innermodel (innerrelation, structural model dan substantive theory)

menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori

substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk

variabel laten dependen. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan

melihat R- square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama

dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan

untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel

laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif.

1) Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Tabel 4.21
R-Square Konstruk Variabel

R-square R-square
adjusted
Y 0.797 0.777
Sumber : Output PLS, 2023

Dari table 4.21 di atas dapat dilihat nilai R-Square adjusted yang

digunakan untuk perhitungan regresi linier berganda dimana variabel X lebih

dari satu. Nilai R-Square adjusted yang dihasilkan sebesar 0,777 atau 77% , hal

tersebut berarti variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen

sebesar 77%. Adapun sisa kekurangannya dapat dijelaskan dengan variabel

lain yang tidak terdapat pada penelitian ini.

2) Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis yang diajukan dilakukan dengan pengujian model


struktural (inner model) dengan melihat path coefficients yang menunjukkan

koefisien parameter dan nilai signifikansi t statistik. Signifikansi parameter

yang diestimasi dapat memberikan informasi mengenai hubungan antar

variabel-variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis

yang diajukan diatas adalah sig P Values <0.05. Tabel dibawah ini

menyajikan output estimasi untuk pengujian model structural.

a) Pengujian Langsung (Direct Effect)

Tabel 4.22
Direct Effect

Original Sample Standard T statistics (| P values


sample (O) mean (M) deviation O/STDEV|)
(STDEV)
X1 -> Y 0.054 0.052 0.066 0.815 0.415
X2 -> Y 0.145 0.184 0.094 1.542 0.123
X3 -> Y 1.637 1.537 1.332 1.229 0.219
X4 -> Y -0.994 -0.915 1.327 0.749 0.454

Berdasarkan nilai inner weight yang terdiri dari Implementasi

Sistem Pajak (X1), Pelayanan Pajak (X2), Kesadaran Wajib Pajak (X3),

Sanksi Pajak (X4) dapat diketahui secara parsial pengaruhnya terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak (Y).

(1) Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Hipotesis pertama menyatakan terdapat pengaruh tidak positif dan

tidak signifikan antara sistem pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Tabel 4.22 setelah melalui pengujian secra struktural model variabel

variabel sistem pajak memiliki tingkat signifikan sebesar 0,415 yaitu lebih

besar dari 0,05 dan nilai t staistik 0,815 dimana parameternya t tabel < t
hitung (1,661 < 2,070). Hal ini menunjukkan kurangnya sistem pajak

maka kepatuhan wajib pajak akan semakin menurun. Hal ini berarti H 1

ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pajak tidak berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

(2) Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Hipotesis pertama menyatakan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Tabel 4.22 menunjukkan bahwa variabel pelayanan pajak memiliki

tingkat signifikan sebesar 0,123 yaitu lebih besar dari 0,05 dan nilai t

staistik 1,542 dimana parameternya t tabel < t hitung (1,661 < 2,070).

Hal ini menunjukkan semakin baik pelayanan pajak maka kepatuhan

wajib pajak akan semakin meningkat. Hal ini berarti H2 ditolak

sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan pajak berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

(3) Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Hipotesis pertama menyatakan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib

pajak. Tabel 4.22 menunjukkan bahwa variabel kesadaran wajib pajak

memiliki tingkat nilai t tabel signifikan sebesar 0,219 yaitu lebih besar

dari 0,05 dan nilai t staistik 1,229 dimana nilai koefisien parameternya t

tabel < t hitung (1,661 < 2,070). Hal ini menunjukkan semakin baik
kesadaran wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan semakin

meningkat. Hal ini berarti H3 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa

kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak.

(4) Pengujian Hipotesis Ke empat (H4)

Hipotesis pertama menyatakan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Tabel

4.22 menunjukkan bahwa variabel sanksi pajak memiliki tingkat

signifikan sebesar 0,358 yaitu lebih kecil dari 0,545 yaitu lebih besar dari

0,05 dan nilai t staistik 0,749 dimana nilai koefisien parameternya t tabel

< t hitung (1,661 < 2,070). Hal ini menunjukkan semakin kuat sanksi

pajak maka kepatuhan wajib pajak akan semakin meningkat. Hal ini

berarti H4 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi pajak tidak

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

b) Pengujian Effect Moderasi

Tabel 4.23
Moderasi Effect

Original Sample Standard T statistics (| P values


sample mean deviation O/STDEV|)
(O) (M) (STDEV)
Moderasi x X3 -> Y -1.06 -0.802 4.68 0.227 0.821
Moderasi x X4 -> Y 1.082 0.817 4.662 0.232 0.816
Moderasi x X2 -> Y 0.073 0.062 0.116 0.629 0.530
Moderasi x X1 -> Y -0.015 -0.004 0.125 0.118 0.906
Sumber: olah data, 2023
Berdasarkan nilai inner weight yang terdiri dari Implementasi Sistem

Pajak (X1), Pelayanan Pajak (X2), Kesadaran Wajib Pajak (X3), Sanksi Pajak

(X4) dapat diketahui secara parsial pengaruhnya terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak (Y) dengan dimoderasi oleh Pemutihan Pajak (M).

(1) Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Hipotesis pertama menyatakan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara sistem pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan

domoderasi oleh pemutihan pajak. Tabel 4.23 menunjukkan bahwa

variabel sistem pajak memiliki tingkat signifikan sebesar 0,821 yaitu lebih

besar dari 0,05 dan nilai t staistik 0,227 dimana nilai koefisien

parameternya t tabel < t hitung (1,661 < 2,070).Hal ini menunjukkan

semakin baik sistem pajak maka kepatuhan wajib pajak yang dimoderasi

oleh persepsi pemutihan pajak tidak meningkat. Hal ini berarti H1 ditolak

sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pajak tidak berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan dimoderasi

oleh pemutihan pajak.

(2) Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Hipotesis pertama menyatakan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Tabel

4.23 menunjukkan bahwa bahwa variabel pelayanan pajak memiliki

tingkat signifikan sebesar 0,816 yaitu lebih besar dari 0,05 dan nilai t

statistik 0,232 dimana nilai koefisien parameternya t tabel < t hitung (1,661
< 2,070). Hal ini menunjukkan jika semakin baik pelayanan pajak maka

kepatuhan wajib pajak yang dimoderasi oleh persepsi pemutihan akan

semakin meningkat. Hal ini berarti H2 ditolak sehingga dapat dikatakan

bahwa pelayanan pajak tidak berpengaruh positif dan tidaksignifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak dengan dimoderasi oleh pemutihan pajak.

(3) Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Hipotesis ketiga menyatakan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa variabel kesadaran wajib pajak memiliki

tingkat signifikan sebesar 0,530 yaitu lebih besar dari 0,05 dan nilai t

statistik sebesar 0,629 maka parameternya nilai koefisien t tabel < t

hitung (1,661 < 2,070). Hal ini menunjukkan jika semakin baik kesadaran

wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan semakin meningkat. Hal ini

berarti H3 ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak

tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak dengan dimoderasi oleh pemutihan pajak.

(4) Pengujian Hipotesis Ke empat (H4)

Hipotesis keempat menyatakan terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Tabel 4.23

menunjukkan bahwa variabel sanksi pajak memiliki tingkat signifikan

sebesar 0,906 yaitu lebih besar dari 0,05 dan nilai t statistik sebesar 0,118
maka parameternya nilai koefisien t tabel < t hitung (1,96 < 2,070). Hal ini

menunjukkan semakin kuat sanksi pajak maka kepatuhan wajib pajak

yang dimoderasi oleh persepsi pemutihan akan menurun. Hal ini berarti H4

ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan

dimoderasi pemutihan pajak.

B. PEMBAHASAN

1) Pengaruh Hubungan Antara Sistem Pajak Dengan Kepatuhan

Membayar Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Behaviour Belief


(pangestu & pratomo, 2018:17)
atau Attitude toward behaviour dimana

seseorang melakukan penilaian terhadap pentingnya pajak dan wajib pajak

merasa diuntungkan dengan sistem pajak, wajib pajak akan

meningkatkan kepatuhan dalam kewajiban membayar. Sehubungan

dengan hal tersebut, implikasi dari penelitian ini adalah kefektifan sistem

perpajakan harus ditingkatkan dan semakin disempurnakan. Hal ini

menunjukan bahwa sistem yang sudah diterapkan oleh perpajakan dengan

metode online atupun digital sudah tepat, tetapi tidak mempengaruhi

keinginan wajib pajak untuk melakukan kepatuhan saat membayar pajak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada


(setiana et al., 2010) (astana & Ni Ketut Lely, 2017)
penelitian dan dimana

hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sistem administrasi


perpajakan tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Apabila sudah teraplikasikan dengan baik sistem yang telah dibuat maka

akan mempermudah untuk menyelesaikan segala kegiatan perpajakan

sehingga diharapkan akan mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak

untuk membayarkan kewajibannya.

2) Pengaruh Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Pajak Dengan

Kepatuhan Membayar Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Behaviour


(pangestu & pratomo, 2018:17)
Belief atau Attitude toward behaviour

dimana seseorang melakukan penilaian terhadap pentingnya pajak dan

wajib pajak merasa diuntungkan dengan pelayanan yang prima, wajib

pajak akan meningkatkan kepatuhan dalam kewajiban membayar pajak

kendaraan bermotor. Sehubungan dengan hal tersebut, implikasi dari

penelitian ini adalah kualitas pelayanan yang kurang prima harus diperbaiki

dan selalu ditingkatkan karena berdasarkan penelitian ini kualitas

pelayanan yang kurang baik/kualitas pelayanan tidak prima memberikan

pengaruh yang tidak positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Penelitian ini didukung hasil penelitian novitasari (2015) Kualitas

Pelayanan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak PKB dan BBNKB. Hal ini menunjukkan

bahwa kualitas pelayanan tidak memiliki hubungan terhadap kepatuhan


wajib pajak. Pelayanan yang berkualitas membuat wajib pajak nyaman

dan menjadi patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga

semakin tingga tingkat kualitas pelananan maka semakin tinggi tingkat

kepatuhan wajib pajak.

3) Pengaruh Hubungan Antara Kesadaran Wajib Pajak Dengan

Kepatuhan Membayar Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Behaviour


(pangestu & pratomo, 2018:17)
Belief atau Attitude toward behaviour

dimana kesadaran wajib pajak yang merupakan keinginan yang

dipersepsikan satu orang atau lebih dalam menyetujui tindakannya dan

memberikan motivasi orang lain dalam memenuhi kewajibannya.

Kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak. Semakin turun tingkat kesadaran wajib pajak, maka

kepatuhan wajib pajak akan semakin rendah untuk melakukan tindakan

kepatuhan membayar pajak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

lain widodo (2020:73) kesadaran membayar pajak tidak berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Yang mengandung makna bahwa

kesadaran membayar pajak tidak sejalan atau belum dapat memberikan

pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM Semakin tinggi

tingkat kesadaran pajak maka pemahaman serta pelaksanaan kewajiban

pajak akan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib


pajak.

4) Pengaruh Hubungan Sanksi Pajak Dengan Kepatuhan Membayar

Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Control Beliefs


(pangestu & pratomo, 2018:17)
dimana Semakin tinggi sanksi yang

diberikan maka tingkat kepatuhan akan semakin tinggi. Wajib pajak akan

mematuhi kewajiban perpajakannya apabila sanksi yang diberikan dapat

merugikan wajib pajak Kepatuhan wajib pajak akan meningkat jika wajib

pajak memiliki pandangan bahwa sanksi perpajakan akan memberatkan

dan merugikan mereka. Sehingga dalam hasil penelitian dinyatakan bahwa

sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan

wajib pajak, hal tersebut berarti semakin tegas dan semakin berat sanksi

perpajakan yang diberikan atas pelanggaran yang dilakukan wajib pajak

maka akan menurunkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak

kendaraan bermotor.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Penelitian yang dilakukan oleh rohmawati dan rasmini (2010), menyatakan

bahwa sanksi perpajakan tidak berpengaruh positif terhadap 20 kepatuhan

wajib pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh andinata (2015),

menyatakan bahwa sanksi perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.


5) Pengaruh Variabel Moderasi Pemutihan Pajak terhadap Sistem Pajak

Dengan Kepatuhan Membayar Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Behaviour


(pangestu & pratomo, 2018:17)
Belief atau Attitude toward behaviour

dimana seseorang melakukan penilaian terhadap pentingnya pajak dan

wajib pajak merasa diuntungkan dengan sistem pajak, wajib pajak akan

meningkatkan kepatuhan dalam kewajiban membayar. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel pemutihan pajak merupakan variabel

moderasi yang tidak dapat memperkuat hubungan sistem pajak dengan

kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini sejalan dengan dzulfitriah & cepi (2021) menjelaskan

bahwa program pemutihan pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan sistem wajib pajak kendaraan bermotor. Hal ini dikarenakan

kebijakan pemutihan pajak hanya diperuntukan oleh wajib pajak yang

menunggak dan tidak berlaku bagi wajib pajak yang tidak menunggak.

6) Pengaruh Variabel Moderasi Pemutihan Pajak terhadap Pelayanan

Pajak Dengan Kepatuhan Membayar Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Behaviour


(pangestu & pratomo, 2018:17)
Belief atau Attitude toward behaviour

dimana seseorang melakukan penilaian terhadap pentingnya pajak dan

wajib pajak merasa diuntungkan dengan pelayanan yang prima, wajib

pajak akan meningkatkan kepatuhan dalam kewajiban membayar pajak


kendaraan bermotor. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel pemutihan

pajak merupakan variabel moderasi yang tidak dapat memperkuat

hubungan pelayanan pajak dengan kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan meifari

(2020) menyatakan bahwa variabel sosialisasi perpajakan Sosialisasi

perpajakan tidak memoderasi pengaruh layanan fiskusterhadap kepatuhan

wajib pajak, Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi perpajakan belum

memenuhi seluruh komponen penilaian dari pada layanan fiskus.

7) Pengaruh Variabel Moderasi Pemutihan Pajak terhadap Hubungan

Antara Kesadaran Wajib Pajak Dengan Kepatuhan Membayar Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Behaviour


(pangestu & pratomo, 2018:17)
Belief atau Attitude toward behaviour

dimana kesadaran wajib pajak yang merupakan keinginan yang

dipersepsikan satu orang atau lebih dalam menyetujui tindakannya dan

memberikan motivasi orang lain dalam memenuhi kewajibannya. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel pemutihan pajak merupakan variabel

moderasi yang dapat memperkuat hubungan kesadaran wajib pajak

dengan kepatuhan wajib pajak. Semakin baik kesadaran wajib pajak yang

diperkuat dengan sanksi perpajakan, maka kepatuhan wajib pajak akan

semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena sanksi yang

diberikan oleh samsat Jombang terhadap wajib pajak yang tidak

membayar pajak tinggi sehingga wajib pajak termotivasi dan patuh untuk
membayar pajak dikarenakan wajib pajak tidak ingin menerima sanksi

yang tinggi apabila terlambat ataupun membayar pajak. Jadi semakin baik

kesadaran wajib pajak dengan ditambah sanksi perpajakan yang diberikan

oleh samsat Jombang, maka wajib pajak semakin patuh dalam membayar

pajak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fasilitas

pengampunan pajak meliputi penghapusan denda administrasi perpajakan

yang meliputi denda pajak selama masa pajak, bagian tahun pajak, sampai

akhir tahun pajak terakhir (sumarsan: 2017). Penelitian terdahulu

mengenai tax amnesty yang merupakan bagian dari pengampunan pajak,

didapatkan hasil bahwa persepsi terhadap kebijakan tax amnesty tidak

mampu memoderasi kesadaran wajib pajak (sari, 2018). Secara umum

Kebijakan tax amnesty dan pemutihan pajak memiliki kesamaan konsep

yaitu pengampunan pajak. Jika pada tax Amnesty pengampunan pajak

mengarah pada pengampunan pajak atas aset yang dimiliki oleh WPOP,

pemutihan pajak mengarah pada penghapusan denda pajak.

8) Pengaruh Variabel Pemutihan Pajak terhadap Hubungan Antara

Sanksi Pajak Dengan Kepatuhan Membayar Pajak

Berdasarkan Theory of Planned Behaviour terdapat Control Beliefs


(pangestu & pratomo, 2018:17)
dimana Semakin tinggi sanksi yang

diberikan maka tingkat kepatuhan akan semakin tinggi. Hal ini

mengindikasikan bahwa variabel pemutihan pajak merupakan variabel


moderasi yang dapat memperkuat hubungan sanksi pajak dengan

kepatuhan wajib pajak.Jika sanksi yang diberikan oleh samsat Jombang

tinggi maka wajib pajak termotivasi dan patuh untuk membayar pajak tepat

waktu dengan harapan tidak mendapatkan sanksi yang tinggi apabila

terlambat ataupun tidak membayar pajak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penelitian terdahulu membuktikan bahwa tax amnesty tidak mampu

memoderasi pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan pajak (Sari,

2018). Tax amnesty dan pemutihan pajak merupakan program

pengampunan pajak yang dibuat oleh pemerintah dengan tujuan yang

sama yaitu meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpul dan pengujian hipotesis dengan

Smart PLS telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sistem,

pelayanan, kesadaran, sanksi, tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak. Persepsi pemutihan sebagai variabel moderasi

tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan pada sistem, pelayanan, kesadaran,

sanksi, terhadap kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak tidak patuh untuk membayar

pajak tepat waktu dengan harapan tidak mendapatkan sanksi yang tinggi apabila

terlambat ataupun tidak membayar pajak dengan adanya moderasi pemutihan

pajak.

B. Saran

Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah

sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak, sebaiknya pihak UPT PPD

Jombang meningkatkan sosialisasi baik melalui media cetak, elektronik

maupun seminar-seminar kepada masyarakat agar semua lapisan

masyarakat dapat memahamami dan sadar akan pentingnya melaksanakan

kewajibannya dalam membayar pajak


2. Untuk meningkatkan pelayanan pajak, sebaiknya pihak meningkatkan

kecepatan pelayanan sehingga dapat diandalkan juga diberi pemahaman

yang lebih mendalam, agar dapat diimplementasikan dalam bekerja dan

dapat amanah, sehingga wajib pajak dapat mempercayai petugas pajak.

3. Sebaiknya dalam memberikan sanksi perpajakan harus bersifat tegas dan

tidak pandang bulu sehingga membuat wajib pajak jera.

4. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan perubahan variabel penelitian

untuk menemukan variabel-variabel lain yang dapat berpengaruh kuat

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Anda mungkin juga menyukai