Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK 5

Kode Etik Polisi dan Implementasinya, Kompolnas dan Propam

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Hukum

Dosen Pengampu: Dr. Jur. Rizal Sofyan Gueci, SH., MIC.

Disusun Oleh:

Salis Fauza Tamami (11210440000091)

Abdun Nashir Humaid (11210440000097)

Annisa Nurfitria (11210440000103)

Nur Aisyah Hanum (11210440000117)

Nurul Aisyah (11210440000118)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah Allah SWT alhamdulillah kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik. Salawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada
junjungan alam yakni nabi besar Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan
syafaatnya di hari akhir kelak.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. Jur. Rizal Sofyan Gueci,
SH., MIC. Selaku dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Cara Peradilan
Agama yang telah memberikan kami tugas ini sebagai pengembangan belajar kami
di kelas dengan judul “Kode Etik Polisi dan Implementasinya, Kompolnas dan
Propam”. Di dalam makalah ini kami akan merincikan dan menjelaskan mengena i
judul makalah yang telah kami buat. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca makalah
ini.

Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami sebagai pembuat makalah mengucapkan mohon
maaf. Kami berharap kepada teman-teman dan dosen sekalian bisa memberi
masukan, saran, dan kritik terhadap makalah kami demi terbentuknya makalah yang
baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh semua
pembaca.

Ciputat, 14 Oktober 2023

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3

1.1 Latar Belakang...........................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

2.1 Kode Etik Polisi.........................................................................................5

2.2 Implementasi Kode Etik Polisi ..................................................................7

2.3 Kompolnas...............................................................................................10

2.4 Propam.....................................................................................................13

BAB III PENUTUP ..............................................................................................17

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................17

3.2 Saran ........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polisi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum, bukan hanya


harus tunduk pada hukum yang berlaku sebagai aspek luar, mereka dibekali pula
dengan etika kepolisian sebagai aspek dalam kepolisian. Pada satu sisi, penega k
hukum di tuntut untuk menjalankan tugas sesuai dengan amanat undang-unda ng
yang berujung pada pemberian putusan dengan substansi berupa keadilan bagi para
pihak, akan tetapi di sisi lain dijumpai penegak hukum yang justru melakukan
kejahatan dan ini menyebabkan citra lembaga penegak hukum dan penegakan
hukum Indonesia terpuruk di tengah-tengah arus perubahan jaman.
Polisi harus mampu menjawab tuntutan pelayanan masyarakat yang
meningkat cepat sebagai hasil pembangunan, sedangkan beberapa masyarakat ada
yang mencela, mencemooh dan bahkan menuding bahwa Polisi tidak professiona l.
Negara Republik Indonesia mendesak agar Polisi yang berjiwa professional dan
modern. Banyak yang dihadapi untuk mencapai itu semua salah satu akar
permasalahan adalah adanya kecenderungan serta melemahnya penghayatan dan
pengamalan kode etik kepolisian.1 Dalam kenyataan yang terjadi ada sebagian
anggota polisi bertindak tidak sesuai dengan etika profesi kepolisian. Atau dalam
arti kata ada sebagian polisi melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi
kepolisian. Pelanggaran ataupun perbuatan pidana anggota kepolisian yang tidak
sesuai dengan kode etik kepolisian ini tentunya berakibat hukum.
Dengan demikian, penulisan makalah ini bertujuan untuk memberika n
pemahaman tentang kode etik profesi polisi dan juga implementasinya,
menjelaskan terkait dengan kompolnas serta tugasnya, dan propam serta tugasnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang termasuk kode etik polisi?

1 Kunarto, Etika Kepolisian, Jakarta: PT.Cipta Manunggal, 1997.

3
2. Bagaimana implementasi kode etik polisi?
3. Apa yang dimaksud dengan kompolnas serta tugasnya?
4. Apa yang dimaksud degan porpam serta tugasnya?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui bahwa tujuan


penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kode etik polisi.
2. Untuk mengetahui implementasi kode etik polisi.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kompolnas serta tugasnya.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Propam serta tugasnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kode Etik Polisi

Kode etik profesi Kepolisian telah diatur secara normatif dalam Undang
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga Kode Etik Profesi Polri (KEPP)
berlaku mengikat bagi setiap anggota Polri. 2
Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik
Profesi Polri, yang dimaksud dengan Kode Etik Profesi Polri yang selanjutnya
disingkat KEPP adalah aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau
filosofis yang berkaitan dengan perilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang
diwajibkan, dilarang, patut, atau tidak patut dilakukan oleh anggota kepolisian
dalam melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab jabatan. 3
Ruang lingkup kode etik kepolisian yang diatur dalam Peraturan Kapolri
No. 14 tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri mencakup 4 ruang lingkup yaitu
Etika Kenegaraan, Etika Kelembagaan, Etika Kemasyarakatan dan Etika
Kepribadian.
1. Etika Kenegaraan
Etika kenegaraan adalah sikap moral anggota Polri terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan kebhinekatunggalikaan. Adapun
kewajiban dalam menjalankan etika kenegaraan salah satunya adalah menjaga
keamanan dan ketertiban bermasyarakat. Yang terpenting ialah bersikap netral
dalam kehidupan berpolitik dan tidak mendahului kepentingan sendiri,
seseorang, atau golongan.

2 Basyarudin & Budi Kurniawan, Penegakan Kode Etik Polri Terhadap Anggota Porli yang
Melakukan Tindak Pidana, Rechtsregel Jurnal Ilmu Hukum Vol 4, No. 1, 2021, Hal. 10
3 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011, Tentang Kode Etik Profesi Polri, Pasal 1 angka 5

5
Etika kenegaraan memuat pedoman berperilaku anggota Polri dalam
hubungan:
a. Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
b. Pancasila;
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
d. Kebhinekaan.
2. Etika Kelembagaan
Etika kelembagaan merupakan sikap moral seorang anggota Polri terhadap
institusinya. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian dan patut dijunjung
tinggi ikatan lahir batin dari institusi Polri dengan segala martabat dan
kehormatannya. Selain itu, perlu juga menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Tribrata dan Catur Prasetya. Lalu wajib menjaga dan meningkatkan citra,
soliditas, kredibilitas, reputasi, dan kehormatan Polri.
Etika kelembagaan memuat pedoman berperilaku anggota Polri dalam
hubungan:
a. Tribrata sebagai pedoman hidup;
b. Catur Prasetya sebagai pedoman kerja;
c. Sumpah/janji anggota Polri;
d. Sumpah/janji jabatan; dan
e. Sepuluh komitmen moral dan perubahan pola pikir (mindset).
3. Etika Kemasyarakatan
Etika kemasyarakatan adalah sikap moral anggota Polri yang senantiasa
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum serta
melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat dengan menginda hka n
kearifan lokal dalam budaya Indonesia. Beberapa kewajiban dalam etika
kemasyarakatan ialah memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat
dengan cepat, baik sedang bertugas maupun di luar tugas. Dan dalam
menjalankan tugas, setiap anggota Polri perlu menjunjung tinggi kebenaran dan
keadilan.
Etika kemasyarakatan memuat pedoman berperilaku Anggota Polri dalam
hubungan:

6
a. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas);
b. Penegakan hukum;
c. Pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat; dan
d. Kearifan lokal, antara lain gotong royong, kesetiakawanan, dan toleransi.
4. Etika Kepribadian
Yang terakhir ialah etika kepribadian. Etika ini berkaitan erat dengan
kehidupan beragama, kepatuhan, ketaatan, dan sopan santun dalam kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam kepolisian.
Kewajiban dalam etika ini yang pertama perlu bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu, sudah seharusnya menaati dan menghormati norma
kesusilaan, norma agama, nilai-nilai kearifan lokal, dan norma hukum.
Etika kepribadian memuat pedoman berperilaku anggota Polri dalam
hubungan:
a. Kehidupan beragama;
b. Kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum; dan
c. Sopan santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.4

2.2 Implementasi Kode Etik Polisi

Tujuan dari implementasi Kode Etik Profesi Polri adalah sebagai


pembimbing perilaku anggota Polri dalam menjalankan pengabdian profesinya dan
sebagai pengawas hati nurani agar anggota Polri tidak melakukan perbuatan tercela
yang bertentangan dengan nilai- nilai etis dan tidak melakukan penyalahgunaa n
wewenang atas profesi Kepolisian yang dijalankannya.5 Namun apabila kode etik
profesi polri tersebut tidak dapat di tegakkan dan kemudian dilanggar oleh
anggotanya, maka dalam hal ini terdapat sanksi yang ditujukan bagi para anggota
polri yang melanggar kode etik profesi yang telah ditetapkan.

4 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011, Tentang Kode Etik Profesi Polri, Pasal 1 angka 22, 23,
24, 25
5 Ismantoro, Memahami Berbabagai Etika Profesi, (Yogyakarta: Medpress Digital, 2013), hal. 69

7
Dalam Perkap Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Polri Pasal
21 dijelaskan bahwa ada tujuh (7) jenis sanksi pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
dimana anggota Polri yang dinyatakan sebagai Pelanggar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (2) Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia dikenakan sanksi pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri berupa:
a. Perilaku Pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela.
b. Kewajiban Pelanggar untuk meminta maaf secara lisan dihadapan Sidang
Komisi Kode Etik Profesi dan/atau secara tertulis kepada pimpinan Polri dan
pihak yang dirugikan.
c. Kewajiban Pelanggar untuk mengikuti pembinaan mental kepribadian,
kejiwaan, keagamaan dan pengetahuan profesi, sekurang-kurangnya 1 (satu)
minggu dan paling lama 1 (satu) bulan.
d. Dipindahtugaskan ke jabatan berbeda yang bersifat Demosi sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun.
e. Dipindahtugaskan ke fungsi berbeda yang bersifat Demosi sekurangkurangnya
1 (satu) tahun.
f. Dipindahtugaskan ke wilayah berbeda yang bersifat Demosi
sekurangkurangnya 1 (satu) tahun dan/atau
g. Pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) sebagai anggota Polri.

Pasal 21 ayat (3) Peraturan Kapolri Nomor 14 tahun 2011 sanksi


administrasi berupa rekomendasi PTDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
g dikenakan kepada Pelanggar KEPP yang melakukan Pelanggaran meliputi:
a. Dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunya i
kekuatan hukum tetap dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak
dapat dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Polri;
b. Diketahui kemudian memberikan keterangan palsu dan/atau tidak benar pada
saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota Polri;

8
c. Melakukan usaha atau perbuatan yang nyata-nyata bertujuan mengubah
Pancasila, terlibat dalam gerakan, atau melakukan perbuatan yang menentang
Negara dan/atau Pemerintah Republik Indonesia.
d. Melanggar sumpah/janji anggota Polri, sumpah/janji jabatan dan/atau Kode
Etik Profesi Polri.
e. Meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tigapuluh)
hari kerja secara berturut-turut.
f. Melakukan perbuatan dan berperilaku yang dapat merugikan dinas kepolisian,
antara lain berupa:
1) Kelalaian dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, dengan sengaja dan
berulang-ulang dan tidak menaati perintah atasan, penganiayaan terhadap
sesama anggota Polri, penggunaan kekuasaan diluar batas, sewenang-
wenang, atau secara salah, sehingga dinas atau perseorangan menderita
kerugian.
2) Perbuatan yang berulang- ulang dan bertentangan dengan kesusilaan yang
dilakukan di dalam atau di luar dinas.
3) Kelakuan atau perkataan dimuka khalayak ramai atau berupa tulisan yang
melanggar disiplin.
g. Melakukan bunuh diri dengan maksud menghindari penyidikan dan/atau
tuntutan hukum atau meninggal dunia sebagai akibat tindak pidana yang
dilakukannya.
h. Menjadi anggota dan atau pengurus partai politik yang diketahui kemudian
telah menduduki jabatan atau menjadi anggota partai poltik dan setelah
diperingatkan ditegur masih tetap mempertahankan statusnya itu.
i. Dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali dan dianggap tidak patut lagi
dipertahankan statusnya sebagai anggota Polri. 6

Selain diatur dalam peraturan kode etik profesi Polri, tingkah laku anggota
juga diatur dalam peraturan disiplin yang harus ditaati. apabila anggota tersebut

6Lundu Situmorang, Fungsi Kode Etik Kepolisian Dalam Mencegah Penyalahgunaan Wewenang
Sebagai Aparat Penegak Hukum, Jurnal Hukum, 2016, Hal. 9-10

9
melanggar peraturan disiplin maka anggota akan dikenakan sanksi disiplin sesuai
dengan yang diamanatkan dalam PP No 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
Indonesia. bagi anggota yang melanggar peraturan disiplin maka dapat dikenakan
sanksi berupa tindakan disiplin atau hukuman disiplin. 7
Tindakan disiplin sesuai yang diatur dalam Pasal 8 undang-undang diatas
berupa teguran lisan dan tindakan fisik dan yang berhak untuk menjatuhka n
tindakan ini adalah ankum dari anggota tersebut dan hukuman disiplin sesuai yang
diatur dalam pasal 9 undang-undang diatas dapat dikenakan sanksi berupa:
a. Teguran tertulis.
b. Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 tahun.
c. Penundaan kenaikan gaji berkala.
d. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun.
e. Mutasi yang bersifat demosi.
f. Pembebasan dari jabatan.
g. Penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 hari.
Dari uraian di atas, sebagai bentuk akuntabilitas kinerja Polri serta agar
memberikan efek jera bagi setiap anggota Polri yang melakukan pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri, maka penindakan harus diproses secara transparan, tegas dan
bertanggung jawab. Sehingga setiap anggota Polri yang melakukan pelanggara n
disiplin dan pelanggaran administratif dapat menerapkan sanksi tersebut
sebagaimana mestinya.

2.3 Kompolnas

Dalam konteks pengawasan tugas polisi, Negara melalui Presiden, telah


membentuk Lembaga Kepolisian Nasional yang dikenal dengan Komisi Kepolisian
Nasional yang selanjutnya disebut KOMPOLNAS. KOMPOLNAS merupakan
sebutan dari lembaga kepolisian nasional yang eksistensinya bersamaan dengan
keluarnya Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 dan UU No. 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-

7 Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisan Di Indonesia, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), hlm 174.

10
undang bahwa KOMPOLNAS dibentuk melalui Keputusan Presiden. Kedudukan
KOMPOLNAS berada dibawah Presiden dan sebagai pembantu Presiden.
Keanggotaan KOMPOLNAS berjumlah 9 orang yang berasal dari unsur-uns ur
pemerintah, pakar kepolisian, dan tokoh masyarakat dengan susunan: 1 Orang ketua
merangkap anggota, 1 orang sekertaris merangkap anggota, dan 6 orang anggota.

Sebagai pengemban tugas pengawasan tugas polisi, KOMPOLNAS


diharapkan dapat mampu menegakkan hukum dan keadilan dalam tataran lembaga
kepolisian dan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini penting untuk menghindar i
kesan masyarakat terhadap lembaga kepolisian yang terkesan sering merugika n
masyarakat dan bermain hakim sendiri. Di era reformasi sekarang ini, sering kita
mendengar ada slogan yang mengatakan bahwa ‘musuh terbesar masyarakat adalah
polisi’; di jalan raya biasanya polisi mencari-cari kesalahan warga masyarakat
untuk mendapatkan keuntungan pribadi, atau jika ditangkap dalam tindak pidana
tertentu selalu diperlakukan kasar secara tak berperi-kemanusiaan, bahkan oleh
para demonstran dan aktivis dibeberapa daerah polisi sering disebut sebagai “kura-
kura ninja” dan lembaga negara yang bengis karena melakukan eksekusi yang sadis
bagi para demonstran dan tak jarang menimbulkan perkelahian antara polisi dan
masyarakat. Selain dari pada hal-hal tersebut banyak oknum-oknum Lembaga
Kepolisian yang sering kali salah menggunakan kewenangannya sebagai Polisi
dalam interaksinya dengan masyarakat, yang mana seharusnya tugas seorang polis i
adalah menjaga dan melindungi masyarakat. Hal ini menyebabkan berkurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap Institusi Kepolisian untuk melaksanakan fungs i
dan kewenangannya.

Negara melalui KOMPOLNAS telah berupaya untuk mengatur,


mengawasi, dan memberikan sanksi hukum kepada anggota kepolisian yang
melakukan berbagai macam tindak pelanggaran baik dalam kehidupan pribadi
anggota kepolisian maupun dalam menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak
hukum. Dan selain bagi anggota kepolisian, lembaga ini juga telah berupaya untuk
memulihkan citra lembaga kepolisian di mata masyarakat; bahwa polisi adalah
sahabat dan bukanlah musuh kita. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis

11
merasa perlu untuk melakukan pengkajian ilmiah tentang Kajian Yurudis Fungsi
Dan Kewenangan Komisi Kepolisian Nasional dalam Penegakan Hukum.

1. Komisi Kepolisian Nasional

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2011 bab


1 pasal 1, yang dimaksud komisi kepolisian nasional yang selanjutnya disebut
KOMPOLNAS adalah “Lembaga kepolisisan nasional sebagaimana dimaksudkan
dalam pasal 37 ayat (1) undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian
negara Republik Indonesia.” 13 Menurut Sadjijono, Komisi Kepolisian Nasional
adalah: Sebutan dari lembaga kepolisian nasional yang eksistensinya bersamaan
dengan keluarnya ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 dan undang-undang No. 2
tahun 2002 tentang kepolisian negara Republik Indonesia. Sebagaimana
diamanatkan oleh undang-undang bahwa komisi kepolisian nasional dibentuk
melalui keputusan presiden. Kedudukan komisi kepolisian nasional berada dibawah
presiden dan sebagai pembantu presiden. Keanggotaan komisi kepolisian nasional
berjumlah 9 orang yang berasal dari unsur-unsur pemerintah, pakar kepolisian, dan
tokoh masyarakat dengan susunan: 1 Orang ketua merangkap anggota, 1 orang
sekertaris merangkap anggota, dan 6 orang anggota. 8

Tugasnya adalah membantu presiden dalam menetapkan arah kebijakan


polri dan memberikan pertimbangan kepada presiden dalam pengangkatan dan
pemberhentian Kapolri. Tugas pokok ini memiliki makna yang kurang lebih sama
dengan ketentuan Pasal 13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002, yang menegaskan
bahwa ada 3 tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu: memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberika n
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.15 Berdasarkan
tugas pokok ini maka ketika berhadapan dengan perilaku anggota polisi yang
melakukan pelanggaran sebagaimana digambarkan di atas, itu berarti oknum polisi
tersebut telah melanggar tugas utama polisi sebagaimana tertuang dalam UUD 1945
dan UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian untuk menegakkan hukum, memberi

8 H. M. Thalhah dan Sobirin Malian, Perkembangan Lembaga-Lembaga Negara Di Indonesia,


(Yogyakarta: Tolat Media, 2011), hlm. 106

12
perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. oknum polisi
dimaksud dapat dilaporkan dan dikenakan sanksi kode etik sampai pada sanksi yang
lebi berat, yakni pemecatan dari jabatan kepolisiannya oleh komisi kepolisian
nasional dengan memberikan pertimbangan kepada Presiden.

2. Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Nasional

Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia mengikat secara


moral, sikap dan perilaku setiap anggota Polri. Pelanggaran terhadap Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia harus dipertanggung-jawabkan di
hadapan Sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolsiian Negara Republik Indonesia
guna pemuliaan profesi kepolisian. Terhadap jenis pelanggaran sebagaimana
dideskripsikan di atas, maka sesuai prosedur sidang komisi kode etik profesi
kepolisian, yakni: sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 tentang
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam Pasal 7 Kode Etik
Profesi Polri disebutkan etika pengabdian Polri antara lain: Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan diri dari perbuatan tercela
yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya, dengan tidak
melakukan tindakan-tindakan berupa:

1) Bertutur kata kasar dan bernada kemarahan;


2) Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas;
3) Bersikap mencari-cari kesalahan masyarakat;
4) Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan/pertolongan;
5) Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat;
6) Melakukan perbuatan yang dirasakan merendahkan martabat perempuan;
7) Melakukan tindakan yang dirasakan sebagai perbuatan menelantarkan anak-
anak dibawah umum; dan
8) Merendahkan harkat dan martabat manusia.

2.4 Propam

13
Propam adalah singkatan dari Profesi dan Pengamanan yang dipakai oleh
organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia pada salah satu struktur
organisasinya.9 Penyebutan Propam dilaksanakan sejak 27 Oktober 2002 ( Kep
KAPOLRI Nomor : Kep/54/X/2002), sebelumnya Propam dikenal sebagai Dinas
Provos atau Satuan Provos Polri yang organisasinya masih bersatu dengan
TNI/Militer sebagai ABRI, dimana Provost Polri merupakan satuan fungs i
pembinaan dari Polisi Organisasi Militer / POM atau istilah Polisi Militer / PM.
Propam adalah salah satu wadah organisasi Polri berbentuk Divisi yang
bertanggung-jawab kepada masalah pembinaan profesi dan pengamanan
dilingkungan internal organisasi Polri disingkat Divisi Propam Polri sebagai salah
satu unsur pelaksana staf khusus Polri di tingkat Markas Besar yang berada di
bawah Kapolri dan Bidang Profesi dan Pengamanan Polda di tingkat Kepolisian
Daerah yang bertanggung jawab pada Kapolda. 10

Tugas Propam secara umum adalah membina dan menyelenggarakan fungs i


pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal termasuk penegakan disiplin
dan ketertiban di lingkungan Polri dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang
adanya penyimpangan tindakan anggota/PNS Polri yang dalam struktur organisasi
dan tata cara kerjanya Propam terdiri dari 3 (tiga) bidang/wadah fungsi dalam
bentuk sub organisasi disebut Biro (Biro Paminal, Biro Wabprof, dan Biro Provos).
a. Fungsi pengamanan dilingkungan internal organisasi Polri
dipertanggungjawabkan kepada Biro Praminal;
b. Fungsi pertanggungjawaban profesi dilimpahkan kepada Biro Wabprof;
c. Fungsi penegakan disiplin dan ketertiban dilingkungan Polri
dipertanggungjawabkankepada Biro Provos.

Divisi Propam Polri dalam pelaksanaan tugasnya mempunya i


kewajiban/menyelenggarakan berbagai kegiatan sebagai berikut:

9 http://www.propam.polri.go.id/?mnu=2
10 http://id.wikipedia.org/wiki/Divisi_Profesi_dan_Pengamanan_Kepolisian_Negara_Republik_ Ind

onesia

14
Pembinaan fungsi Propam bagi seluruh jajaran Polri meliputi:
1. Perumusan/pengembangan sistem dan metode termasuk petunjuk- petunjuk
pelaksanaan fungsi Propam;
2. Pemantauan dan sepervisi staf termasuk pemberian arahan guna menjamin
terlaksananya fungsi Propam;
3. Pemberian dukungan (back-up) dalam bentuk baik bimbingan teknis maupun
bantuan kekuatan dalam pelaksanaan fungsi Propam;
4. Perencanaan kebutuhan personil dan anggaran termasuk pengajuan
saran/pertimbangan penempatan/pembinaan karier personil pengemban fungs i
Propam;
5. Pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta statistik yang berkenaan dengan
sumber daya maupun hasil pelaksanaan tugas satuan-satuan organisasi Propam;
6. Penyelenggaraan fungsi pelayanan berkenaan dengan pengaduan /laporan
masyarakat tentang sikap dan perilaku anggota/PNS POLRI, termasuk
pemusatan data secara nasional dan pemantauan /pengendalian terhadap
penanganan pengaduan/laporan masyarakat oleh seluruh jajaran Polri;
7. Pelaksanaan registrasi penelitian terhadap proses penanganan kasus dan
menyiapkan proses/keputusan rehabilitasi bagi anggota PNS POLRI yang tidak
terbukti melakukan pelanggaran, atau pengampunan /pengurangan hukuman
(disiplin/administrasi) serta memantau, membantu proses pelaksanaan
hukuman dan menyiapkan keputusan pengakhiran hukuman bagi personil yang
sedang/telah melaksanakan hukuman (terpidana);
8. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi pertanggungjawaban profesi yang
meliputi perumusan/pengembangan standar dan kode etik profesi,
penilaian/akreditasi penerapan standar profesi, serta pembinaann dan
penegakan etika profesi termasuk audit investigasi;
9. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi pengamanan internal, yang melip uti
pengamanan personil, materil, kegiatan dan bahan keterangan, termasuk
penyelidikan terhadap kasus pelanggaran/dugaan pelanggaran/penyimpa nga n
dalam pelaksanaan tugas Polri pada tingkat pusat dalam batas kewenangan yang
ditetapkan;

15
10. Pembinaan dan penyelenggaraan fungsi Provos yang melip uti
pembinaan/pemeliharaan disiplin/tata tertib serta penegakan hukum dan
penyelesaian perkara pelanggaran disiplin pada tingkat pusat dalam batas
kewenangan yang ditetapkan.11

11 https://propam.polri.go.id, (15/9/2018, 9:33 AM).

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kode etik profesi Kepolisian telah diatur secara normatif dalam Undang
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang
ditindaklanjuti dengan Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ruang lingkup kode etik kepolisian dalam
Peraturan Kapolri No. 14 tahun 2011 mencakup 4 ruang lingkup yaitu Etika
Kenegaraan, Etika Kelembagaan, Etika Kemasyarakatan dan Etika Kepribadian.
Tujuan dari implementasi Kode Etik Profesi Polri adalah sebagai
pembimbing perilaku anggota Polri dalam menjalankan pengabdian profesinya dan
sebagai pengawas hati nurani agar anggota Polri tidak melakukan perbuatan tercela
yang bertentangan dengan nilai- nilai etis dan tidak melakukan penyalahgunaa n
wewenang atas profesi Kepolisian yang dijalankannya.
KOMPOLNAS merupakan sebutan dari lembaga kepolisian nasional yang
eksistensinya bersamaan dengan keluarnya Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000
dan UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugasnya
adalah membantu presiden dalam menetapkan arah kebijakan polri dan
memberikan pertimbangan kepada presiden dalam pengangkatan dan
pemberhentian Kapolri.
Propam adalah singkatan dari Profesi dan Pengamanan yang dipakai oleh
organisasi Kepolisian Negara Republik Indonesia pada salah satu struktur
organisasinya. Tugas Propam secara umum adalah membina dan
menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal
termasuk penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan Polri dan pelayanan
pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan anggota/PNS Polri.

17
3.2 Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Sebagai penyusun,
kami mengharapkan kritik yang membangun agar kami bisa terus memperbaik i
demi terciptanya makalah yang sempurna. Kami menyarankan dalam mempela jar i
kode etik profesi polisi sebaiknya kita lebih banyak membaca agar wawasan dan
pengetahuan kita semakin luas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Basyarudin & Budi Kurniawan, 2021. Penegakan Kode Etik Polri Terhadap
Anggota Porli yang Melakukan Tindak Pidana, Rechtsregel Jurnal Ilmu
Hukum Vol 4, No. 1.

Kunarto, 1997. Etika Kepolisian, Jakarta: PT.Cipta Manunggal.

Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011, Tentang Kode Etik Profesi Polri

Ismantoro, 2013. Memahami Berbabagai Etika Profesi, Yogyakarta: Medpress


Digital.

Lundu Situmorang, 2016. Fungsi Kode Etik Kepolisian Dalam Mencegah


Penyalahgunaan Wewenang Sebagai Aparat Penegak Hukum, Jurnal
Hukum.

Warsito Hadi Utomo, 2005. Hukum Kepolisan Di Indonesia, Jakarta: Prestasi


Pustaka.

H. M. Thalhah dan Sobirin Malian, 2011. Perkembangan Lembaga-Lembaga


Negara Di Indonesia, Yogyakarta: Tolat Media.

http://www.propam.polri.go.id/?mnu=2

http://id.wikipedia.org/wiki/Divisi_Profesi_dan_Pengamanan_Kepolisian_Negara
_Republik_Indonesia

https://propam.polri.go.id, (15/9/2018, 9:33 AM).

19

Anda mungkin juga menyukai