Skripsi Final Utk Wordpress1
Skripsi Final Utk Wordpress1
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan
Dalam Ilmu Hukum
Disusun Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
Identitas Penulis :
a. Nama : Ira Puspita Sari Wahyuni
b. NIM : 0910110176
Konsentrasi : Hukum Perdata Ekonomi
Jangka Waktu Penelitian : 4 Bulan
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Perdata
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
IRA PUSPITA SARI WAHYUNI
0910110176
Anggota Anggota
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum Ketua Bagian Hukum Perdata
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim,
limpahan rahmat-Nya skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang merupakan
pemberi petunjuk dan pemimpin para penunjuk kebenaran serta kepada seluruh
yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang tiada terhingga banyaknya kepada yang terhormat, terkasih, dan
tersayang:
2. Ibu Siti Hamidah, S.H., M.M. selaku Ketua Bagian Hukum Perdata;
iv
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya yang telah
dengan sabar memberikan ilmu nya sampai penulis sampai pada tahap
penulisan skripsi;
6. Kedua orang tua penulis atas limpahan kasih sayang, semangat, kerja
keras, dan doa yang tiada henti terucap sehingga penulis dapat
7. Kokoku Edi Yulianto Purnomo dan Ceceku Yuke Wilmin Alfenti serta
9. Rizky Amalia Sofa yang telah menjadi keluarga terdekat bagi penulis
10. Sahabat seperjuangan angkatan 2009: Rendy Ivaniar, Bahrul Ulum, Arie
Alfath, S.H., Miraj Yusuf A., S.H. , Awal M. R., Fadrian K., Cahya T.K.
S.H., Ajeng Risda, S.H., Isdian A. S.H., Prischa L, Daniar S, Khalida Zia
v
Istiqomah, Mey Ria P., S.H. yang telah menjadi teladan paling sempurna
bagi penulis;
Rachmad, Mira, Zihan, Iis, Dinar, Enis, Nabilla, Nining, Heny, Ane,
Irfan, Dinda, Arasy, Anisa, Launa, Hendy, Ahmad, Tri, Fardika. Adik-
13. Keluarga besar FKPH (Forum Kajian dan Penelitian Hukum), BEM
15. Keluarga Kos ST 12: Mbak Vera, Mbak Anis, Mbak Betty, Mbak Wiwid,
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun telah
balasan setimpal oleh ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun semoga karya skripsi ini
Penulis
vi
Kupersembahkan skripsi ini untuk mama dan papa yang telah menjadi
penawar dahaga kemalasan
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Perlindungan Hukum………………………………………………. 13
A.1 Pengertian Perlindungan Hukum……………………………… 13
A.2 Konsep Perlindungan Hukum…………………………………. 15
B. Hak Petani Pemulia Tanaman……………………………………… 17
B.1 Tinjauan Umum tentang Hak…………………………………. 17
B.2 Tinjauan Umum tentang Petani……………………………….. 19
B.3 Hak Petani Pemulia Tanaman………………………………..... 21
C. Konsistensi…………………………………………………………. 24
D. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya
viii
Tanaman…………………………………………………………… 26
D.1 Tinjauan Umum tentang Undang-Undang Sistem Budidaya
Tanaman……………………………………………………… 26
D.2 Pengertian Sistem Budidaya Tanaman……………………...... 27
E. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan
Varietas Tanaman………………………………………………….. 29
E.1 Tinjauan Umum tentang Undang-Undang Perlindungan
Varietas Tanaman…………………………………………….. 29
E.2 Pengertian Varietas Tanaman……………………………….. 31
F. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan
International Treaty On Plant Genetic Resources For Food And
Agriculture (Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman
untuk Pangan dan Pertanian)………………………………………. 32
A. Jenis Penelitian…………………………………………………….. 35
B. Pendekatan Penelitian……………………………………………... 36
C. Jenis dan Sumber Bahan Hukum………………………………….. 36
D. Teknik Memperoleh Bahan Hukum……………………………….. 38
E. Teknik Analisis Bahan Hukum…………………………………….. 38
F. Definisi Konseptual………………………………………………... 39
G. Kerangka Berpikir…………………………………………………. 42
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 100
B. Saran………………………………………………………………... 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
RINGKASAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang agraris. Hal ini terlihat dari besarnya
sektor pertanian terhadap produk domestik bruto sekitar 20% dan dari 210
juta penduduk Indonesia sekitar 150 juta orang mencari penghidupan dari
kehutanan.1
Sebagai negara yang agraris maka pertanian yang maju, efisien dan
dalam waktu yang lebih singkat dapat memenuhi kebutuhan pangan yang
memacu masyarakat agar lebih kreatif dan inovatif serta untuk tetap menjaga
1
2
tujuan yang sama yakni selain untuk memberikan apresiasi terhadap para
pemulia tanaman tetapi juga untuk tetap menjaga keaneragaman sumber daya
yang maju dan efisien sehingga diperlukan instrumen hukum yang mampu
3
OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (intellectual Property Rights), Rajawali
Pers, Jakarta, 2004, Hlm. 423.
3
semua tahapan yang dimulai sesudah panen sampai dengan hasilnya siap
dipasarkan.
tanaman yang diciptakan oleh para pemulia tanaman. Padahal kebutuhan akan
dibuat peraturan yang sifatnya sui generis atau masuk dalam sistem paten,
dalam hal ini pemerintah Indonesia memilih untuk membuat peraturan yang
sifatnya sui generis sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 TRIPs. Maka atas
4
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Sistem Budidaya Tanaman.
5
Pasal 27 TRIPs (Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights
4
dasar itu pada tahun 2000 Indonesia memiliki Undang-Undang yang sifatnya
Tanaman.6
sektor pertanian Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di pasar global.7
meningkat.
terdiri dari 76 (tujuh puluh enam) pasal dan 12 (dua belas) bab yakni secara
5
terhadap hak-hak petani pemulia tanaman di Indonesia. Hal ini dapat dilihat
tanaman serta dalam memperoleh hak nya sebagai pemulia tanaman yaitu
varietas tanaman apabila penggunaan hasil panen yang dilindungi tidak untuk
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tidak untuk tujuan komersial adalah
6
Undang Sistem Budidaya Tanaman. Adapun salah satu kasus dimana petani
yakni kasus yang menimpa Tukirin petani asal Nganjuk melawan PT. Benih
Inti Subur Intan Internasional Tbk. (PT. BISI) sebuah perusahaan benih yang
ada di Kediri. Dalam kasus ini Tukirin dituduh telah melanggar pasal 14 ayat
untuk diedarkan.8
telah melanggar pasal 61 ayat (1) huruf b juncto pasal 14 ayat (1) Undang-
berisi:
8
Ridho Saiful Ashadi, 2005, Paten Benih Menyeret Petani Jagung ke Meja Hijau (online),
diakses di http://www.walhi.or.id (9 Januari 2013)
7
Tanaman dalam kasus ini tidak tepat, karena Tukirin tidak pernah melakukan
membagikan kepada petani lain. Kasus serupa juga menimpa banyak petani
Budidaya Tanaman.
benih yang dilindungi sepanjang tidak untuk tujuan komersial serta untuk
tanaman di Indonesia.
8
hukum terhadap hak petani baik petani pada umumnya atau petani pemulia
dengan hak petani pemulia tanaman di Indonesia ada tiga yakni Undang-
9
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
dicapai. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini
adalah:
tanaman di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
10
2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan referensi bagi
Manfaat Praktis
1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pemerintah agar
kepentingan semua pihak terutama kaum kecil yang dalam hal ini adalah
2. Bagi Petani
3. Bagi Masyarakat
yang dalam hal ini adalah perseorangan yang diwakili oleh petani dan
badan usaha yang diwakili oleh perusahaan benih sehingga dapat tercipta
11
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab secara berurutan dan saling
berkaitan. Berikut ini uraian singkat pokok-pokok bahasan yang akan dibahas
BAB I : PENDAHULUAN
dan Pertanian)
12
Indonesia.
BAB V : PENUTUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Perlindungan Hukum
Terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau
aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental,
kepada korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror dan kekerasan dari
Kata kedua adalah hukum, terkait definisi hukum banyak ahli hukum
13
14
bersangkutan.
3. Immanuel Kant
kemerdekaan.
sebagai berikut:
11
Ibid. Hlm. 38.
12
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Jakarta, 1987,
Hlm. 105.
15
adanya instrumen hukum baik tertulis maupun tidak tertulis yang sengaja
peletakan.
hukum.
13
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, Hlm. 53.
14
Op.cit. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Hlm. 38
16
hukum dalam skripsi ini adalah segala perbuatan atau upaya perlindungan
baik dalam bentuk preventif atau represif yang dilakukan oleh aparat penegak
15
Ibid, Hlm. 3
17
kepada seseorang.16 Dengan demikian maka hak tidak data dilepaskan dengan
yaitu17:
atau subjek dari hak itu dan pemilik atau subyek hak tersebut juga
disebut sebagai orang yang memiliki titel atas barang yang menjadi
2. Hak yang tertuju kepada orang lain, yakni yang menjadi pemegang
3. Hak yang ada pada seseorang, Hak ini mewajibkan pihak lain untuk
5. Setiap hak menurut hukum itu mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa
Dalam hak selalu terdapat empat unsur yaitu subyek hukum, obyek
hukum, hubungan hukum yang mengikat pihak lain dengan kewajiban dan
16
Op. Cit, Ilmu Hukum, Hlm. 14
ϭϳ
/ďŝĚ͕Hlm. 16
18
yaitu18
pemegangnya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, hak ini pada
orang.
2. Hak relatif yaitu, hak yang berisi wewenang untuk menuntut hak yang
sempurna yaitu hak yang diakui oleh hukum tetapi tidak selalu
2. Hak utama dan tambahan, hak utama adalah hak yang dapat diperluas
oleh hak yang lain. Sedangkan hak tambahan hanya melengkapi hak
3. Hak publik dan perdata, hak publik adalah hak yang ada pada
18
Ramli Zein, Hak Pengelolaan dalam Sistem UUPA, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1995, Hlm. 37
19
Ibid, Hlm. 38
19
4. Hak positif dan negatif, hak positif adalah hak untuk menuntut
5. Hak milik dan hak pribadi, hak milik adalah hak yang berhubungan
kondisi sosial yang ada dalam suatu tempat. Sedangkan menurut Eric R. Wolf
20
Dalam buku Landsbegger, Henry, Pergolakan Petani dan Perubahan Sosial, CV. Rajawali,
Jakarta, 1981, Hlm. 9
20
meningkat;
yang rendah;
lainnya.
2. Petani yang memiliki lahan sempit yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar
lahan mempunyai lahan tegal maka luasnya 0,5 hektar di Jawa dan
dan
21
Ibid, Hlm. 10
22
Soekartawi. dkk, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil, UI
Press, Jakarta, 1986, Hlm. 1
23
Ibid, Hlm. 3
21
maka dari itu sangat penting untuk melindungi hak-hak petani. Secara
1960, disebutkan bahwa penguasaan tanah terbagi atas dua bagian yaitu:
masyarakat dan masyarakat adat yang secara terus menerus dan turun
temurun. Petani dalam hal ini sebagai masyarakat mempunyai hak untuk
22
benih.
melindungi petani.
6. Hak untuk memperoleh harga yang layak dan dorongan untuk bertani
secara berkelanjutan.
“… Farmers Right mean rights arising from the past, present and
future contributions of farmers in conserving, improving, and
making available plant genetic resources, particularly those in the
centres of origin/diversity…”
23
Dapat diartikan bahwasanya hak petani adalah hak yang muncul dari
masa lampau, saat ini, dan masa yang akan datang atas kontribusi yang
menjadikan tersedianya sumber daya genetik yang ada saat ini terutama bagi
petani, terutama yang ada di pusat asal dan pusat keanekaragaman tanaman
melakukan usaha pemuliaan tanaman tersebut. Maka dari itu petani juga
otomatis petani juga memperoleh hak yang disebut dengan hak pemulia
menyebutkan bahwa hak pemulia terdiri atas hak untuk memiliki dan
menggunakan varietas berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk
propagasi.
25
Andriana. Krisnawati, Perlindungan Hukum Varietas Baru Tanaman dalam Perspektif Hak
Paten dan Hak Pemulia, Rajawali Pers, Jakarta, 2004, Hlm. 52
26
Ibid, Hlm. 56
24
Tanaman jangka waktu yang ditetapkan yakni 20 (dua puluh) tahun untuk
tanaman yang sifatnya semusim dan 25 tahun untuk tanaman yang sifatnya
tahunan. Setelah lewat dari jangka waktu tersebut maka hak eksklusifnya
akan hilang dan varietas tanaman yang didaftarkan menjadi milik umum.
C. Konsistensi
Konsistensi berasal dari kata konsisten yang artinya tetap tak berubah-
ubah, taat asas, sesuai, sejalan, perbuatan dengan ucapan harus.27 Sedangkan
25
lebih tinggi yang merupakan acuan dalam pembuatan setiap norma yang
dibuat.
undangan maka tidak akan lepas dari teori yang dikemukanakan oleh Hans
Kelsen yakni Stufentheorie atau teori tentang jenjang norma hukum. Teori ini
suatu susunan hirarki, norma yang berada dibawah bersumber atau berdasar
dari norma yang lebih tinggi dan begitu seterusnya sampai berhenti pada
'ƌƵŶĚŶŽƌŵ
ϭ
Ϯ
ϯ EŽƌŵ
ϰ
29
Maria Farida, Ilmu Perundang-undangan 1 Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, PT. Kanisius,
Yogyakarta, 2007, Hlm. 21.
26
4. Peraturan Pemeintah;
5. Peraturan Presiden;
Tanaman
Tanaman.
kebutuhan masyarakat akan sistem pertanian yang maju dan efisien maka dari
kualitas sumber daya. Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pasal 3 yang
27
adalah meliputi proses kegiatan produksi sampai dengan pasca panen. Dalam
meliputi semua kegiatan yang dilakukan mulai dari penyiapan lahan dan
kegiatan pasca panen meliputi semua tahapan yang dimulai sesudah panen
ada dalam sistem tersebut bekerja sama secara aktif untuk mencapai tujuan
utama dari kesatuan tersebut. Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa
30
Op. Cit, Ilmu Hukum, Hlm. 48
28
berharga
kecocokan
pemanfaatan sumber daya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan
ini dapat dilakukan oleh perorangan dan Badan usaha yang berbentuk badan
4. Koperasi
31
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Usaha Budidaya
Tanaman.
32
Anonim, 2010, Usaha Budidaya Tanaman (online), http://www.jakarta.go.id/web/news (10
Oktober 2012).
29
yang dalam hal ini berupa tanaman sehingga sumber daya tersebut mampu
Tanaman
Tanaman.
Tariff and Trade) tahun 1994. Dalam kesepakatan tersebut setiap anggota
TRIPs.
Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di pasar global.33 Maka diharapkan
33
Op. Cit, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Hlm. 231
30
1. Baru.
tahun atau diluar negara selama empat tahun (untuk tanaman semusim)
2. Unik.
3. Seragam.
4. Stabil.
34
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman
31
5. Diberi nama.
jangka waktu 20 tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun untuk tanaman
bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotip (ciri-ciri yang tampak)
atau kombinasi genotip yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang
adalah perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini
35
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomer 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman.
32
membutuhkan jumlah pangan yang lebih banyak. Pada akhir abad ini
dan jumlah ini akan meningkat menjadi 8 milyar jiwa pada tahun 2020 dan
meningkat menjadi 10 milyar jiwa pada tahun 2035.37 Maka dari itu perlu
benih yang ditanaman dapat tumbuh lebih cepat serta memiliki kualitas yang
lebih baik.
36
Pasal 1 angka1 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
37
Op.Cit., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Hlm. 230.
38
Dasar Menimbang Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
33
dari itu FAO (Food and Agriculture Organization) selaku organisasi pangan
banyak manfaat yang bisa diambil dari ratifikasi yang dilakukan oleh
satu pasal dalam Undang-Undang ini yakni pasal 9 memuat mengenai hak
34
BAB III
METODE PENELITIAN
yang digunakan dalam penelitian hukum ini akan diuraikan sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
penelitian yuridis-normatif dalam penelitian ini dapat dilihat dari dua aspek
yakni dari aspek yuridis penelitian ini mencoba mengkaji hukum dan
35
36
B. Pendekatan Penelitian
42
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju. Bandung, 2008,
Hlm. 92.
37
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan
a. Buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum yang berpengaruh;
b. Jurnal-jurnal hukum;
tanaman;
e. Yurisprudensi; dan
f. Hasil-hasil symposium
43
Op.Cit, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Hlm. 295
38
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
yang meliputi:
a. Kamus hukum;
c. Ensiklopedia.
Brawijaya), surat kabar, koleksi pribadi penulis serta dengan cara mengunduh
berbagai artikel di internet yang berkaitan dengan topik yang hendak dibahas.
44
Ibid, Hlm. 296
39
Selanjutnya bahan hukum yang ada tersebut dianalisis baik secara deduktif
F. Definisi Konseptual
1. Petani
40
berikut, (1) Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara
240 Kg beras perkapita pertahun, (2) Petani yang memiliki lahan sempit
yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar lahan mempunyai lahan tegal maka
luasnya 0,5 hektar di Jawa dan 1,0 hektar diluar jawa, (3) Petani yang
kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas, dan (4) Petani
yang memiliki pengetahuan yang terbatas dan kurang dinamik.45 Selain itu
2. Pemulia
dan/atau varietas yang sudah ada atau menghasilkan jenis dan/atau varietas
3. Hak Petani
Hak yang muncul dari masa lampau, saat ini, dan masa yang akan
genetik yang ada saat ini terutama bagi petani, terutaman yang ada di pusat
45
Op. Cit, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil, Hlm. 3
46
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomer 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman.
47
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
48
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty On
Plant Genetic Resources For Food And Agriculture (Perjanjian Mengenai Sumber Daya Genetik
Tanaman Untuk Pangan Dan Pertanian)
41
4. Hak Pemulia
yang berlaku.
5. Perlindungan Hukum
6. Konsistensi
42
G. Kerangka Berfikir
PEMULIAAN TANAMAN
Proses pemuliaan tanaman dapat dilakukan oleh Badan Usaha dan Perorangan (Petani)
Perlindungan Hukum
Oleh Pemerintah
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor
Nomor 29 Tahun 2000
12 Tahun 1992 Tentang Undang-Undang Nomor 4
Tentang Perlindungan
Sistem Budidaya Tahun 2006 Tentang
Varietas Tanaman
Tanaman Pengesahan International Treaty
On Plant Genetic Resources For
Food And Agriculture
BAB IV
Pemulia Tanaman
penting terkait hal tersebut yakni kebutuhan akan pangan yang semakin lama
tanaman akan tercipta varietas baru yang lebih unggul dari varietas
49
I Wayan. Sudarka dkk, Pemuliaan Tanaman, Universitas Udayana, Bali, 2009, Hlm. 8.
43
44
tahap ini pemulia mengidentifikasi tujuan serta harapan yang hendak dicapai
panjang maupun tujuan jangka pendek. Tujuan yang dimaksud juga terkait
pemuliaan tanaman.
nutfah adalah bahan tanaman, hewan, mikroba atau mahluk lainnya yang
baik aktual maupun potensial.51 Maka dalam proses plasma nutfah yang
digunakan adalah bahan tanaman. Plasma nutfah yang sudah ada dan yang
50
Ibid, Hlm. 10
ϱϭ
Ibid.
45
tinggi.
melakukan pengujian terhadap genotip unggul yang telah lolos tahap seleksi.
yang dilakukan di satu lokasi dan uji lanjutan yang dilakukan di beberapa
ada. Pada tahap kelima, pemulia dapat melakukan pelepasan varietas dengan
baru.
jenis atau varietas tanaman baru yang berdaya hasil tinggi, mengembangkan
varietas tanaman yang lebih baik untuk lahan pertanian baru mengingat saat
varietas baru yang tahan terhadap hama dan penyakit, perbaikan karakter
46
dengan luas tanah yang lebih sempit dan waktu yang relatif lebih
ditanam pada lahan marginal yaitu lahan yang mempunyai sedikit unsur
hara, persediaan air dan curah hujan yang terbatas serta kondisi
produktifitas tanaman;
dapat ditingkatkan;
4. Tahan terhadap hama dan penyakit, artinya varietas baru yang tercipta
47
mana jumlah penduduk terus bertambah. Dari data yang ada jumlah penduduk
di Indonesia diperkirakan pada tahun 2025 akan dihuni oleh 273 juta jiwa
itu perlu adanya aturan hukum yang memberikan perlindungan bagi proses
meliputi:
54
Carsono Nono, Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian
Indonesia, Makalah disajikan dalam Seminar on Agricultural Sciences Mencermati Perjalanan
Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dalam kajian terbatas bidang Produksi
Tanaman, Pangan, di Tokyo, Januari 2008.
48
49
negara-negara anggota.57
serta TRIPs. Salah satu aturan yang wajib dibuat oleh pemerintah
tanaman baru. Ketentuan ini tercantum dalam pasal 27 TRIPs ayat (3)
Dalam hal ini Indonesia menggunakan metode sistem sui generis. Hal
57
Op.Cit, Hlm. 23.
50
Tanaman
masyarakat akan sistem pertanian yang maju dan efisien maka dari itu
Tanaman
51
tanaman.
58
Op, Cit, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Hlm. 231
52
bagi petani. Peraturan hukum di Indonesia yang terkait dengan hak petani
Pertanian) yang dalam salah satu pasalnya mengatur mengenai hak petani
dianalisis konsistensinya.
maka perlu untuk mengetahui norma dasar yang menjadi acuan dalam
dengan norma dasar tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
dalam suatu susunan hierarki, norma yang di bawah bersumber atau berdasar
dari norma yang lebih tinggi dan begitu seterusnya sampai berhenti pada
59
Loc. Cit, Ilmu Perundang-Undangan 1 Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Hlm. 21
53
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) hal ini tertuang
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
untuk Pangan dan Pertanian) harus mengacu pada ketentuan yang ada dalam
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam mencapai tujuan ini, seluruh
54
dilindungi yang termuat dalam pasal 28 UUD NRI. Maka ketentuan yang ada
banyak haknya yang tereduksi akibat aturan yang ada. Adapun pasal-
pasal yang dimaksud yaitu pasal 9, pasal 12, dan pasal 14. Dalam pasal-
pemulia tanaman.
55
perusahaan benih baik dari segi sumber daya maupun dari segi materi.
sebagai berikut:
dahulu dari pemerintah. Maka ketentuan ini juga berlaku bagi petani
demikian badan hukum dan perorangan harus melewati cara yang sama
56
ϭ͘ Pengujian
observasi.
Ϯ͘ Penilaian
pasal 12 ayat (1) dievaluasi dan dinilai oleh TP2V (Tim Penilai dan
benih nasional.
ϯ͘ Pelepasan.
60
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 37/Permentan/Ot.140/8/2006 Tentang Pengujian, Penilaian,
Pelepasan Dan Penarikan Varietas
57
unggul ini disebut benih bina. Apabila petani pemulia tanaman dan
sifatnya memberikan aturan yang sama pula terhadap badan hukum dan
58
benih..
61
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 39/Permentan/OT.140/8/2006 Tentang Produksi,
Sertifikasi Dan Peredaran Benih Bina
59
mudah dilihat dan tidak mudah rusak. Selain itu juga label harus
/ũŝŶDĞŶƚĞƌŝƵŶƚƵŬ
WĞůĞƉĂƐĂŶ ^ĞƌƚŝĨŝŬĂƐŝ WĞůĂďĞůĂŶ
ƉĞŶĐĂƌŝĂŶĚĂŶ
ŽůĞŚ
ƉĞŶŐƵŵƉƵůĂŶ
WĞŵĞƌŝŶƚĂŚ
ƉůĂƐŵĂŶƵƚĨĂŚ
unggul yang siap untuk tanam serta tidak menimbulkan kerusakan pada
berbeda dengan badan hukum baik dari segi sumber daya manusia dan
60
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka dari uraian diatas dapat
dirasakan dirasakan oleh petani pemulia tanaman. Maka dari itu ada
Tanaman.
62
Anonim, 2012, Pernyataan Sikap Jaringan Advokasi Kedaulatan Petani Atas Benih
(online), diakses di http://sawitwatch.or.id (4 Januari 2013)
61
63
Op. Cit, Ilmu Perundang-undangan 1 Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Hlm. 96
62
63
pada khususnya.
64
Agus Sardjono, Petani dan Perlindungan Varietas Tanaman: Belajar dari India?, Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, Hlm.7
64
tersebut harus memenuhi kriteria baru, unik, seragam dan, stabil. Selain
yang berlaku.
65
66
65
Ibid. Hlm. 2
67
hak eksklusif atas varietas baru yang telah didaftar tersebut. Hak-hak
berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi. Apabila
68
rata 4.375 rupiah perhari pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 5.175
pemulia tanaman.
Negara”. Ketentuan ini berarti varietas lokal yakni varietas yang telah
ada dan dibudidayakan secara turun temurun oleh petani, serta menjadi
66
Arinto Wibowo, 2010, Penghasilan Petani Hanya Rp. 5.175 Per Hari (online), diakses di
http://nasional.news.viva.co.id (24 November 2012)
69
Pasal selanjutnya yakni pasal 10. Dalam pasal 10 ayat (1) berisi
tanaman, yakni:
varietas baru.
67
Pasal 1 angka 4 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Pert/SR.120/2/2006 Tentang Syarat
Penamaan Dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman
70
varietas yang tidak mendapat perlindungan tetapi telah diberi nama dan
Indonesia.
68
Pasal 1 angka 6 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Pert/SR.120/2/2006 Tentang Syarat
Penamaan Dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman
71
Tanaman.
69
Haryo Damardono, 25 September 2008, Perlawanan Petani Pemulia Indramayu, Kompas.
72
daya tersebut semakin besar. Maka dari itu perlu adanya tindakan dari
yang memberikan klausul khusus terkait hak petani. Hal ini terlihat
berkelanjutan.
73
varietas baru yang dapat digunakan dalam waktu yang sangat lama.
Para Pihak mengakui kontribusi yang sangat besar yang telah dan
akan terus diberikan oleh masyarakat lokal dan asli serta petani di
semua bagian dunia, khususnya mereka yang ada di pusat asal dan
pusat keanekaragaman tanaman, untuk memungkinkan konservasi
dan pengembangan sumber daya genetik tanaman yang menjadi
basis produksi pangan dan pertanian di seluruh dunia.70
produsen pangan bagi masyarakat dunia. Maka dari itu petani yang
70
Pasal 9 Artikel 9.1 Terjemahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture.
74
71
Pasal 9 Artikel 9.2 Terjemahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and
Agriculture.
75
yang berbeda.
76
dan badan hukum padahal kemampuan yang dimiliki perusahaan benih dan
petani individu berbeda baik dari segi sumber daya manusia dan materiil.
mengedarkan benih kepada orang lain atau kelompoknya. Padahal jika dilihat
dari budaya petani pemulia tanaman di Indonesia yang komunal dan berasas
gotong royong maka sangat sulit untuk tidak berbagi pada petani yang lain
sedangkan untuk bisa membagikan benih, petani pemulia tanaman harus tetap
melakukan pendaftaran yang biaya dan prosesnya juga sangat mahal dan
rumit.
petani pada umumnya dan hak-hak petani pemulia tanaman pada khusunya.
77
Tanaman di Indonesia
terhadap hak petani pemulia tanaman tentu akan menimbulkan dampak bagi
petani pemulia tanaman. Dampak paling nyata yang ada saat ini adalah
72
Yauri Tetanel, 2009, Kedaulatan Pangan dan Nasib Pertanian Indonesia (online), diakses di
www.faperta.ugm.ac.id (6 Januari 2013)
78
benih jagung yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan
2. Kasus Tukirin73
berbeda dengan menggunakan benih yang yang dia dapat dari PT. BISI.
tercipta benih baru yang kualitasnya lebih baik dari milik PT. BISI.
73
Ridho Saiful Ashadi, 2007, Imperialisme Benih di Ladang Jagung, SALAM, edisi 20
(online), diakses di http://www.agriculturesnetwork.org (25 Desember 2012)
79
penjara dengan masa percobaan dua tahun dan denda Rp. 200.000 (dua
ratus ribu) serta satu tahun pertama setelah bebas dia tidak boleh
petani pemulia tanaman di Indonesia dan masih banyak kasus lain yang
Dawam, Kusen, Slamet, dan Maman Nurahman. Dari beberapa kasus tersebut
untuk membagikan dan menjual benih hasil pemuliaan tanaman yang mereka
sangat sulit untuk memperoleh haknya sebagai seorang pemulia tanaman. hal
74
Aliansi Petani Indonesia, 2011, Belajar Dari Pengalaman: Kasus Petani Jagung di Kediri
Jawa Timur Dampak Penerapan Undang-Undang Sistem Budidaya Tanaman (UU SBT)
UU No 12 Th 1992 (online). Diakses di http://api-indonesia.blogspot.com (26 Desember 2012).
80
haknya. Maka yang dapat melakukan proses tersebut hanya perusahaan benih
yang mempunyai modal besar saja. Hal ini dapat terlihat dari data penerima
81
perseorangan hanya berjumlah 23 varietas dari 183 varietas yang terdiri atas
5 varietas dari Prof. Dr. Ir. Kuswanto, MP, 17 varietas dari Sanoto Utomo dan
Jika kondisi ini terus berlanjut akan semakin banyak kasus-kasus yang
yang mungkin harus mereka hadapi akibat adanya ketentuan yang terdapat
varietas baru yang unggul akan semakin berkurang. Petani pemulia tanaman
82
pada akhirnya hanya membeli benih dari perusahaan benih tanpa mampu
baru. Maka dari itu perlu adanya upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
tanaman di Indonesia.
Tanaman Di Indonesia.
tanaman.
75
Oka, Mahendra, 2012, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan (online). Diakses di
www.djpp.depkumham.go.id (28 Desember 2012).
83
Undang-Undang.
tertib dan teratur. Hal ini dapat dilihat dari tidak berfungsinya
84
menerapkan asas hukum atau doktrin.76 Jika dilihat dari kasus Undang-
Mengenai Sumber Daya Genetic Tanaman untuk Pangan dan Pertanian) maka
disebut dengan Judicial Review. Hak Uji Materiil atau judicial review ini
85
Undang Dasar. Apabila dilihat dari ketentuan tersebut maka kasus terkait
dilakukan oleh semua orang. Ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi
78
Bambang Sutiyoso, Tata Cara Penyelesaian Sengketa di Lingkungan Mahkamah
Konstitusi, UII Press, Yogyakarta, 2009, Hlm. 42
79
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
2011, Hlm. 140
86
konstitusionalnya.
80
Op. Cit, Tata Cara Penyelesaian Sengketa di Lingkungan Mahkamah Konstitusi, Hlm. 42
87
harus dibuktikan oleh pemohon yakni materi muatan ayat, pasal, dan/atau
UUD NRI 1945. Adapun pasal tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
81
Op. Cit, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi, Hlm. 104
88
89
mendapat
perlindungan
keterangan para pihak. Petunjuk, dan alat bukti berupa informasi, yang
82
Op, Cit, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Hlm. 112.
83
Pasal 36 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/PMK/2005 Tentang Pedoman Beracara
Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang.
90
mengikat.
Undang-Undang yang tidak sesuai lagi dengan sifat atau kondisi yang
91
dicabut.
86
Ibid, Hlm. 27
87
Ibid, Hlm 28.
92
sebagai berikut:
93
94
88
Op. Cit. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan.
95
tersebut.
dengan Undang-Undang.
96
sama.
tanaman maka ada dua asas yang dapat digunakan yaitu asas Lex
Superior Derogat Lex Inferior yakni aturan yang lebih tinggi akan
UUD NRI 1945 maka aturan yang dipakai adalah aturan yang ada
97
petani pemulia tanaman. Proses uji materiil atau Judicial Review ini
lembaga yang peduli atas hak-hak petani seperti Aliansi Petani Indonesia,
Indonesian Human Rights Committee for Social Justice, dll. Pengajuan saat
98
ini sudah sampai pada tahap perbaikan pada gugatan permohonan.89 Apabila
tanaman di Indonesia
ketentuan itu melanggar ketentuan dalam UUD NRI 1945 maka langkah
membutuhkan waktu yang lama, maka untuk sementara waktu hakim dalam
legi inferior, Les specialis derogat legi generalis, Lex posterior derogat legi
89
Lulu Anjarsari, 2012, Pemohon Uji UU Sistem Budidaya Tanaman Perkuat Argumentasi
Permohonan (online), diakses di http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id (1 Januari 2013)
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
100
101
B. Saran
dibebani dengan prosedur hukum yang rumit dan mahal. Hal ini untuk
unggul.
102
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIP’s, PT.
Alumni, Bandung, 2005.
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2008.
Insan Budi Maulana, Bianglala HAKI (Hak Kekayaan Intelektual), PT. Hecca
Mitra Utama, Jakarta, 2005.
J.S Badudu dan Sultan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Pustakan Sinar Harapan, Jakarta, 2011
Ramli Zein, Hak Pengelolaan dalam Sistem UUPA, PT. Rineka Cipta, Jakarta,
1995.
Tim Lindsey dkk., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni,
Bandung, 2006.
E-Book
Febrian, Buku Panduan Tentang Proses Legislasi, Sekretariat Jendral DPR RI,
Jakarta, 2009.
Pier Giacomo Bianchi, Standart Unice dalam kerangka perjanjian dan standar
internasional, Makalah disampaikan dalam Unece International
Workshop on Seed Potato, pada tanggal 19 Oktober 2010 di Bandung.
Ridho Saiful Ashadi, Imperialisme Benih di Ladang Jagung, SALAM, edisi 20,
2007.
Internet
Arinto Wibowo, Penghasilan Petani Hanya Rp. 5.175 Per Hari (online),
diakses di http://nasional.news.viva.co.id, (24 November 2012), 2010.
Ridho Saiful Ashadi, Paten Benih Menyeret Petani Jagung ke Meja Hijau
(online), diakses di http://www.walhi.or.id (9 Januari 2013), 2005
Peraturan Perundangan
Malang,
Yang menyatakan