Kelompok 4 Fikss
Kelompok 4 Fikss
“KONSELING DAN
PSIKOTERAPI BEHAVIOR”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
Segala puji kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayatNya
sehingga penulisan makalah ini terlesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan sebagai tugas kelompok kami. Selanjutnya penulisan makalah ini yakin dan
percaya dapat menyelesaikan tugas dengan adanya kerja kerasnya dari teman-teman dan
dosen pengampu Nindia Pratitis, S.Psi.,M.Psi., Psikolog yang sudah berkerja keras dan
mengajarkan kita semua untuk memahami menyelesaikan tugas makalah tersebut.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................3
1.3 Tujuan:.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................5
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17
i
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Beberapa ciri behavior pendekatannya yaitu fokus pada perilaku yang tampak
dan Spesifik, Perumusan tujuan yang cermat, Mengembangkan Prosedur Perlakuan
Spesifik. Tujuan utama konseling behavior adalah mengubah perilaku klien agar sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Konselor behavioral memiliki peran yang sangat
penting dalam membantu klien. Tujuan konseling behaviour adalah mencapai
kehidupan tanpa mengalami perilaku simtomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami
kesulitan atau hambatan perilaku yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka
panjang atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial.
3
1.3 Tujuan:
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan
yang salah. Seluruh tingkah laku manusia didapat deng ra elajar dan juga tingkah laku
tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.
6
2.2 Tujuan Konseling Behavior
1. Fokus pada Perilaku yang Tampak dan Spesifik: Pendekatan ini berpusat pada
tingkah laku yang dapat diamati secara konkret. Jika ada perilaku yang tidak terlihat
atau bersifat umum, maka harus dirumuskan menjadi perilaku yang lebih jelas dan
spesifik.
Tujuan utama konseling behavior adalah mengubah perilaku klien agar sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Ini melibatkan menghilangkan perilaku yang tidak sehat dan
memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan dalam jangka panjang.
2. Penetapan Tujuan (Goal Setting): Berdasarkan hasil asesmen, konselor dan klien
bekerja sama untuk merumuskan tujuan konseling yang konkret dan dapat diukur.
7
konseling mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
8
2.3 Prosedur Konseling Behavior
2. Penetapan Tujuan (Goal Setting): Berdasarkan hasil asesmen, konselor dan klien
bekerja sama untuk merumuskan tujuan konseling yang konkret dan dapat diukur.
1. Tujuan yang Spesifik: Tujuan harus dirumuskan dengan jelas dan dapat dimengerti
oleh konselor dan klien.
3. Kesadaran Konseli: Konseli harus aktif dalam terapi dan berpartisipasi dalam
prosesnya. Ini dapat memberikan pengalaman positif dalam terapi.
4. Kerjasama dan Harapan Positif: Kerjasama antara konselor dan konseli serta
harapan positif dari konseli dapat meningkatkan efektivitas hubungan terapi.
Pendekatan ini juga melibatkan empat kategori belajar menurut aliran psikologi
behavioral John D. Krumboltz dan Carl Thoresen:
2. Belajar Mencontoh: Konseli dapat belajar perilaku baru dengan mengamati atau
9
meniru model-model perilaku yang diinginkan.
4. Belajar Emosi: Ini berkaitan dengan mengubah respons emosional yang tidak
diinginkan menjadi respons emosional yang lebih sesuai dengan situasi tertentu.
Dengan pendekatan ini, konselor bekerja sama dengan klien untuk mengidentifikasi,
merumuskan tujuan, mengembangkan teknik konseling, dan mengevaluasi kemajuan
dalam mengubah perilaku klien.
1
0
2.4 Peran Konselor Behavior
Konselor behavioral memiliki peran yang sangat penting dalam membantu klien.
Wolpe mengemukakan peran yang harus dilakukan konselor, yaitu bersikap menerima,
mencoba memahami klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai atau mengkritiknya.
Dalam hal ini menciptakan iklim yang baik adalah sangat penting untuk
mempermudah melakukan modifikasi perilaku. Konselor lebih berperan sebagai guru yang
membantu klien melakukan teknik-teknik modifikasi perilaku yang sesuai dengan masalah,
tujuan yang hendak dicapai.
1
1
2.6 Hubungan Antara Terapi dan Klien
Pendekatan behavior dalam terapi memandang hubungan antara terapis (konselor) dan
klien sebagai elemen kunci dalam mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.
Hubungan terapeutik yang positif dan berfokus pada interaksi antara konselor dan klien
adalah landasan utama dari pendekatan behavior ini. Berikut ini adalah beberapa konsep
dan elemen penting dalam hubungan terapi dan klien dalam pendekatan behavior:
Klien diharapkan untuk menjadi partisipan aktif dalam terapi. Mereka terlibat
dalam merumuskan tujuan dan rencana perubahan perilaku.
Konselor bekerja sama dengan klien untuk mengembangkan strategi dan teknik
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Proses penilaian awal sangat penting dalam terapi behavior. Ini melibatkan
identifikasi masalah klien, pengukuran perilaku, dan pengumpulan informasi
yang diperlukan untuk merumuskan tujuan konseling.
Konselor memberikan umpan balik terstruktur dan jujur kepada klien tentang
perilaku mereka. Umpan balik ini didasarkan pada data yang dikumpulkan
1
2
selama proses terapi.
Konselor menggunakan teknik dan strategi yang sesuai dengan masalah klien
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dukungan emosional dan motivasi dari konselor membantu klien untuk tetap
termotivasi dalam perubahan perilaku.
1
3
Terapi behavior tidak selalu berlangsung selamanya. Konselor dan klien
merencanakan penghentian terapi ketika tujuan telah tercapai.
Selama fase ini, konselor dan klien juga merencanakan strategi untuk menjaga
perubahan perilaku yang telah dicapai.
1
4
2.7 Teknik Dalam Behavior
Prinsip Dasar:
Teknik ini didasarkan pada prinsip bahwa respons emosional yang tidak diinginkan
terhadap stimulus tertentu dapat dikurangi atau diubah melalui paparan bertahap
dan relaksasi.
Langkah-langkah Utama:
1. Identifikasi Fobia atau Kecemasan: Konselor dan klien bekerja sama untuk
mengidentifikasi stimulus atau situasi yang memicu reaksi kecemasan atau
ketakutan.
6. Penguatan Positif: Klien diberi penguatan positif dan pujian setiap kali mereka
berhasil mengatasi stimulus yang memicu kecemasan.
1
5
Contoh Penerapan: Misalnya, seseorang yang mengalami fobia terhadap ketinggian
dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
Tahap 1: Identifikasi ketinggian dalam urutan yang berbeda (misalnya, dari teras
rumah hingga gedung tinggi).
Tahap 3: Klien mengunjungi teras rumah mereka dan berlatih relaksasi saat
disana.
Tahap 4: Paparan ditingkatkan dengan mengunjungi lantai atas gedung yang lebih
tinggi dan mengendalikan kecemasan.
Dengan melibatkan klien secara bertahap dalam paparan stimulus yang memicu
kecemasan dan menggabungkannya dengan teknik relaksasi, teknik desensitisasi
sistematis bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan tersebut seiring
berjalannya waktu. Ini adalah salah satu contoh teknik yang efektif dalam mengubah
perilaku dan respons emosional yang tidak diinginkan dalam pendekatan behavior.
Terapi Implosif
Terapi implosif adalah metode yang didasarkan pada gagasan bahwa jika seseorang
dihadapkan berkali-kali pada situasi yang memicu kecemasan tanpa konsekuensi yang
menakutkan, maka kecemasan akan berkurang. Dalam terapi ini, klien membayangkan
situasi yang membuat mereka cemas di hadapan terapis, dan konsekuensi buruk yang
mereka takuti tidak terjadi. Ini mengurangi kekuatan stimulus yang memicu kecemasan
dan mengurangi reaksi kecemasan. Contohnya, seseorang dengan obsesi kebersihan
yang berlebihan akan dibimbing untuk membayangkan situasi kotor tanpa konsekuensi
buruk yang diharapkan.
1
6
Latihan asertif digunakan untuk melatih individu dalam menyatakan diri dengan jelas
dan tegas. Ini berguna untuk orang yang kesulitan mengungkapkan perasaan,
mengatakan "tidak," atau mengekspresikan afeksi. Terapis membantu klien melalui
permainan peran dan diskusi kelompok untuk meningkatkan perilaku asertif. Perilaku
asertif melibatkan kejujuran, keterbukaan, dan perhatian terhadap perasaan orang lain.
Ini memungkinkan individu untuk berkomunikasi secara efektif dan
mempertimbangkan perasaan orang lain dalam prosesnya.
Dalam kedua metode ini, peran terapis adalah membimbing klien melalui proses
perubahan perilaku dengan mendukung mereka dalam menghadapi ketakutan atau
kesulitan mereka. Melalui latihan dan eksposur yang terkontrol, klien dapat mengatasi
masalah mereka dan mengembangkan perilaku yang lebih sehat.
1
7
- Pengkondisian Perilaku Aversi & Pembentukan Perilaku Model
Pengkondisian Aversi
Tujuannya adalah menciptakan kaitan antara perilaku tersebut dan stimulus tidak
menyenangkan tersebut. Teknik ini dapat diterapkan pada perilaku maladaptif
seperti merokok, obsesi kompulsi, dan penggunaan zat adiktif, di mana perilaku
maladaptif tersebut tidak dihentikan secara tiba-tiba, melainkan dikaitkan dengan
stimulus yang tidak menyenangkan. Dengan cara ini, terapi aversi membantu
menahan perilaku yang tidak diinginkan dan memberikan kesempatan kepada
individu untuk mengembangkan perilaku alternatif yang lebih sesuai.
1
8
2.8 Aplikasi Dalam Konseling Behavior
1
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Menambahkan Contoh Kasus: Untuk memberikan pemahaman yang lebih konkret, bisa
menambahkan contoh kasus nyata tentang bagaimana pendekatan behaviorisme
diterapkan dalam konseling. Hal ini akan membantu pembaca untuk melihat bagaimana
teori diterapkan dalam praktik.Diskusi Lebih Lanjut tentang Kelebihan dan
Keterbatasan: Bicarakan lebih dalam tentang kelebihan dan keterbatasan dari pendekatan
behaviorisme dalam konseling. Misalnya, efektivitasnya dalam mengatasi beberapa
masalah perilaku dibandingkan dengan pendekatan lain, dan batasan apa yang mungkin
muncul dalam penerapannya.Perbandingan dengan Pendekatan Lain: Sebuah
perbandingan antara pendekatan behaviorisme dan pendekatan konseling lainnya, seperti
psikoanalisis atau terapi kognitif, dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang bagaimana pendekatan ini berbeda dan sejauh mana pendekatan ini dapat
2
0
efektif.Ruang untuk Pemikiran Kritis: Termasuk pemikiran kritis atau argumen yang
mungkin timbul dalam kaitannya dengan pendekatan behaviorisme. Hal ini akan
memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang perspektif yang berbeda
terhadap pendekatan.
DAFTAR PUSTAKA
Fikri, I. A. F., & Karneli, Y. (2021). Konsep Behavior Therapy dalam Meningkatkan Self
Efficacy Pada Siswa Terisolir. MUHAFADZAH, 1(2), 158-167.
Islam, K. B. K. (2014). Proses Konseling dan Psikoterapi pada Pondok Pesantren Al-
Qodir Sleman dalam Menangani Santri Penderita Gangguan Mental.
Sanyata, S. (2012). Teori dan aplikasi pendekatan behavioristik dalam konseling. Jurnal
Paradigma, 14(7), 1-11.
2
1
11