Laprak RSJD Ridho
Laprak RSJD Ridho
Disusun Oleh:
NPM : 1512200136
Kelas :C
FAKULTAS PSIKOLOGI
202
I. Pendahuluan
Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arifin Zainuddin Surakarta yang terletak di jantung
kota Solo dengan alamat Jl. Ki Hajar Dewantara No.80, Jebres, Kec. Jebres, Kota
Surakarta, Jawa Tengah dan sering dikenal dengan nama Rumah Sakit Daerah Surakarta
didirikan pada tahun 1918 dan diresmikan pada tanggal 17 juli 1919 dengan nama
Doorgangshuis voor Krankzinnigen. Kapasitas tampung sebanyak 200 tempat tidur.
Direktur pertama dari Rumah Sakit Jiwa ini bernama dr. Engelhard (psychiater) dan
dibantu oleh perawat Zuster Bolder beserta dengan 10 orang petugas penjaga orang sakit
jiwa sedang tenaga administrasi dipegang oleh Tn. Eikenboon dan Sdr. R.S.
Sastrodarsono. Fungsi Rumah Sakit Jiwa ini semula hanya sebagai tempat penampungan
orang sakit jiwa yang memelirkan pemeriksaan dan seleksi untuk dapat disalurkan ke
Rumah Sakit Jiwa yang lebih besar antara lain : R.S. Jiwa magelang, Lawang atau
Bogor. Perkembangan lebih lanjut Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arifin Zainuddin
Surakarta dapat memberikan pertolongan pengobatan kepada penderita penyakit jiwa,
baik yang dilakukan dengan rawat jalan maupun rawat inap (mondok). Pada awalnya
rumah sakit ini didirikan pada tahun 1918 dan diresmikan terpakai tanggal 17 Juli 1919
dengan nama Doorgangshuis voor Krankzinnigen dan dikenal pula dengan nama Rumah
Sakit Jiwa “Mangunjayan yang menempati areal seluas + 0,69 ha dengan kapasitas
tampung sebanyak 216 tempat tidur (TT). Atas dasar kesepakatan bersama pada tahun
1986 dalam bentuk Ruislag dengan Pemda Dati II Kodya Surakarta, kantor RS Jiwa
Pusat Surakarta akan di pergunakan sebagai kantor KONI Kodia Surakarta, maka dalam
proses pembangunan fisik lebih lanjut pada tanggal 3 Pebruari 1986 Rumah Sakit Jiwa
Surakarta menempati lokasi yang baru di tepian sungai Bengawan Solo, tepatnya jalan
Ki Hajar Dewantoro No. 80 Surakarta dengan luas area 10 ha lebih dengan luas
bangunan 10.067 m2. Pada saat ini pemanfaatan lahan mencapai 45%, dan daya
tampung yang tersedia sebanyak 340 tempat tidur (TT) dengan wilayah kerja mencakup
Eks Karisidenan Surakarta, Wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur bagian
barat dan sebagian sebagian wilayah DIY. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, maka RS Jiwa Pusat Surakarta berubah menjadi RS Jiwa Daerah
Surakarta dibawah Pemda Provinsi Jawa Tengah. RS Jiwa Pusat Surakarta diserahkan
dari Pemerintah Pusat kepada kepada Pemerintah Daerah pada tahun 2001 berdasarkan
SK Menteri Kesehatan No. 1079/Menkes/SK/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001. Adapun
penetapan RS Jiwa Pusat menjadi RS Jiwa Daerah Surakarta berdasarkan SK Gubernur
Jawa Tengah No. 440/09/2002 pada bulan Februari 2002.
Kemudian sejak tahun 2009 RS Jiwa Daerah Surakarta telah menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) Provinsi Jawa Tengah.Daerah RSJD Surakarta merupakan
Rumah Sakit khusus kelas Pada awal berdiri Rumah Sakit Jiwa ini dipimpin oleh Dr.
Engelhard kemudian dilanjutkan Dr. Semeru, Dr. Wignyobroto, Dr. R.M. Soejarwadi.
RS. Jiwa Daerah Surakarta mengalami pergantian Direktur, sebagai berikut :
08.00-08.45 Pembukaan MC
Safety briefing
Menyanyikan Dirigent : Suci Mei
Lagu Indonesia
Raya
Doa
Sambutan Kunjungan dari Dekan
UNTAG
Sambutan Penerimaan dari Direktur
RSJD
Foto Bersama
08.45-09.00 Persiapan Kegiatan Interaksi Kelompok 4 dipandu menuju
Pasien ruang bangsal sena
09.00-10.00 Kegiatan Durasi 1 jam untuk
Observasi berinteraksi dengan pasien
Wawancara Tiap kelompok yang
menjumpai
pasien akan didampingi 1
orang
dari tim psikologi RSJD
Surakarta
10.00-11.00 Kembali ke Aula Diklat
untuk berdiskusi dan
mendapat paparan dari tim
psikolog
12.00 Persiapan pulang
Dapat mengetahui bagaimana kegiatan apa saja yang dilaksanakan dirumah sakit,
bagaimana cara melakukan terapi kepada pasien, mengetahui keadaan yang dialami oleh
pasien yang sedang diterapi maupun di rehabilitasi. Juga target yang ingin dicapai yaitu
melakukan observasi dan juga wawancara kepada para pasien serta mendapatkan ilmu dari
para perawat dan juga dokter.
1. Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia jenis ini merupakan yang paling sering muncul gejalanya, termasuk di
antaranya adalah delusi dan halusinasi. Pengidap skizofrenia paranoid biasanya
menunjukkan perilaku yang tidak normal seakan ia sedang diawasi, sehingga ia kerap
menunjukkan rasa marah, gelisah, bahkan benci terhadap seseorang. Namun, mereka
yang mengalami skizofrenia jenis ini masih memiliki fungsi intelektual dan ekspresi
yang tergolong normal.
2. Skizofrenia Katonik
Skizofrenia katonik ditandai dengan adanya gangguan pergerakan. Pengidap
skizofrenia jenis ini cenderung tidak bergerak atau justru bergerak hiperaktif. Pada
beberapa kasus juga ditemukan sama sekali tidak mau berbicara, atau senang
mengulangi perkataan orang lain. Pengidap skizofrenia katonik juga sering kali tidak
memedulikan kebersihan dirinya, serta tidak mampu menyelesaikan aktivitas yang
dilakukan.
3. Skizofrenia Tidak teratur
Skizofrenia tidak teratur merupakan jenis yang memiliki kemungkinan paling kecil
untuk disembuhkan. Pengidap skizofrenia jenis ini ditandai dengan ucapan dan
tingkah laku yang tidak teratur dan sulit dipahami. Terkadang mereka bisa tertawa
tanpa alasan jelas, atau terlihat sibuk dengan persepsi yang mereka miliki.
4. Skizofrenia Diferentiatif
Skizofrenia jenis ini merupakan yang paling sering terjadi. Gejala yang ditimbulkan
adalah kombinasi dari beragam subtipe dari skizofrenia lainnya.
5. Skizofrenia Residual
C. Gejala skizofrenia:
1. GEJALA NEGATIF
Menurunnya keinginan berbicara dan bersosialisasi
Menurunya minat dan motivasi
Kehilanagan beragam emosi yang biasanya dirasakan dan ditampilkan
Keinginan tetap malas dan lesu serta malas berubah
2. GEJALA PORITIF
Halusinasi, sering kali berbentuk bayangan atau suara-suara yang tidak nyata
Delusi, contohnya mengaggap bahwa dirinya sedang dikejar -kejar orang atau
organisasi tertentu
Perubahan perilaku dan cara bicara yang tidak teratur
Nama : J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Lahir : Seragen
Usia : 27 Tahun
Pendidikan : SMK
Lama Rawat Inap : Dua minggu
Ciri-ciri : Postur tubuh pendek, berambut hitam lurus dan berkulit sawo matang
IV. Penutup
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara dan observasi diatas adalah bahwa
pasien J mengalami gangguan skizofrenia paranoid yaitu gangguan kejiwaan yang
disebabkan halusinasi dan delusi terhadap ketakutan tertentu. Menurut pasien dia
mengalami gangguan Ketika dimarahi sesorang hal ini yang mengakibatkan pasien
mengingat kejadian waktu dimarahi orangtuanya dan pasien juga kadang merasakan
delusi seperti didatangi bayangan hitam yang mengakibatkan dia kehilangan dirinya.
Saat diwawancara pasien sudah bisa berfikir dan melakukan kegiatan orang normal, hal
ini dapat dibuktikan bahwa pasien J apabila berbicara masih nyambung.
B. Saran
1. Saran yang dapat diberikan kepada RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta adalah agar
lebih memperbaiki fasilitas yang ada dalam ruangan meskipun itu hanya pasien
BPJS. Pasien akan mengalami tekanan apabila dia tidak mendapatkan fasilitas yang
pantas karena pasien juga bisa merasakan lingkungan yang ada disekitarnya.
2. Saran yang diberikan untuk Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus
1945Surabaya adalah agar lebih memperhatikan lagi perihal perizinan kepada dosen
mata kuliah umum, hal ini dikarenakan ada beberapa dosen MKU yang tidak
mengerti dengan adanya kegiatan kunjungan ke RSJD Surakarta sehingga beliau
sudah masuk ke dalam kelas tetapi tidak ada mahasiswanya dan yang dimarahi
adalah dari mahasiswa MKU tersebut
DAFTAR PUSTAKA
https://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id/
https://www.halodoc.com/artikel/inilah-jenis-jenis-skizofrenia-yang-perlu-diketahui
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/skizofrenia-adalah
https://journalpress.org/proceeding/ipkji/article/download/20/20