Anda di halaman 1dari 12

OBSERVASI – WAWANCARA

LAPORAN KEGIATAN STUDI LAPANGAN

KUNJUNGAN DI RSJD DR. ARIF ZAINUDDIN SURAKARTA

SENIN, 8 MEI 2023

Disusun Oleh:

Nama : Ahmad Ridho Romzul Azmi

NPM : 1512200136

Kelas :C

Dosen Pengampu : Rahma Kusumandari, S.Psi., M.Psi., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

202
I. Pendahuluan

A. RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta

Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arifin Zainuddin Surakarta yang terletak di jantung
kota Solo dengan alamat Jl. Ki Hajar Dewantara No.80, Jebres, Kec. Jebres, Kota
Surakarta, Jawa Tengah dan sering dikenal dengan nama Rumah Sakit Daerah Surakarta
didirikan pada tahun 1918 dan diresmikan pada tanggal 17 juli 1919 dengan nama
Doorgangshuis voor Krankzinnigen. Kapasitas tampung sebanyak 200 tempat tidur.
Direktur pertama dari Rumah Sakit Jiwa ini bernama dr. Engelhard (psychiater) dan
dibantu oleh perawat Zuster Bolder beserta dengan 10 orang petugas penjaga orang sakit
jiwa sedang tenaga administrasi dipegang oleh Tn. Eikenboon dan Sdr. R.S.
Sastrodarsono. Fungsi Rumah Sakit Jiwa ini semula hanya sebagai tempat penampungan
orang sakit jiwa yang memelirkan pemeriksaan dan seleksi untuk dapat disalurkan ke
Rumah Sakit Jiwa yang lebih besar antara lain : R.S. Jiwa magelang, Lawang atau
Bogor. Perkembangan lebih lanjut Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arifin Zainuddin
Surakarta dapat memberikan pertolongan pengobatan kepada penderita penyakit jiwa,
baik yang dilakukan dengan rawat jalan maupun rawat inap (mondok). Pada awalnya
rumah sakit ini didirikan pada tahun 1918 dan diresmikan terpakai tanggal 17 Juli 1919
dengan nama Doorgangshuis voor Krankzinnigen dan dikenal pula dengan nama Rumah
Sakit Jiwa “Mangunjayan yang menempati areal seluas + 0,69 ha dengan kapasitas
tampung sebanyak 216 tempat tidur (TT). Atas dasar kesepakatan bersama pada tahun
1986 dalam bentuk Ruislag dengan Pemda Dati II Kodya Surakarta, kantor RS Jiwa
Pusat Surakarta akan di pergunakan sebagai kantor KONI Kodia Surakarta, maka dalam
proses pembangunan fisik lebih lanjut pada tanggal 3 Pebruari 1986 Rumah Sakit Jiwa
Surakarta menempati lokasi yang baru di tepian sungai Bengawan Solo, tepatnya jalan
Ki Hajar Dewantoro No. 80 Surakarta dengan luas area 10 ha lebih dengan luas
bangunan 10.067 m2. Pada saat ini pemanfaatan lahan mencapai 45%, dan daya
tampung yang tersedia sebanyak 340 tempat tidur (TT) dengan wilayah kerja mencakup
Eks Karisidenan Surakarta, Wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur bagian
barat dan sebagian sebagian wilayah DIY. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah, maka RS Jiwa Pusat Surakarta berubah menjadi RS Jiwa Daerah
Surakarta dibawah Pemda Provinsi Jawa Tengah. RS Jiwa Pusat Surakarta diserahkan
dari Pemerintah Pusat kepada kepada Pemerintah Daerah pada tahun 2001 berdasarkan
SK Menteri Kesehatan No. 1079/Menkes/SK/X/2001 tanggal 16 Oktober 2001. Adapun
penetapan RS Jiwa Pusat menjadi RS Jiwa Daerah Surakarta berdasarkan SK Gubernur
Jawa Tengah No. 440/09/2002 pada bulan Februari 2002.
Kemudian sejak tahun 2009 RS Jiwa Daerah Surakarta telah menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) Provinsi Jawa Tengah.Daerah RSJD Surakarta merupakan
Rumah Sakit khusus kelas Pada awal berdiri Rumah Sakit Jiwa ini dipimpin oleh Dr.
Engelhard kemudian dilanjutkan Dr. Semeru, Dr. Wignyobroto, Dr. R.M. Soejarwadi.
RS. Jiwa Daerah Surakarta mengalami pergantian Direktur, sebagai berikut :

Nama Tahun Menjabat


a. Anna Janti 1966-1980
b. Th . Lestari 1980-1984
c. G. Pandu Setiawan, Sp.Kj. 1984-1996
d. H. Lukman Mustar, Sp.Kj. 1996-2001
e. Sugiharto, M.Kes (MMR) 2002-2003
f. Arif Zainudin, Sp.KJ. 2004-2005
g. Siti Nuraini Arief, Sp.KJ. 2006-2008
h. Muhammad Sigit WP, Sp.KJ 2008-2009
i. Suprihhartini, Sp.KJ. 2009-2010
k. Drg. R. Basoeki Soetardjo, 2015-2022
MMR
l. dr. Tri Kuncoro, MMR 2022- sekarang

B. Tujuan Praktek Lapangan


a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa
b. Praktek lapangan merupakan media evaluasi bagi mahasiswa guna mengukur
kesiapan dan kemampuan diri dalam skill observasi wawancara secara klinis
yang dimiliki.
c. Melalui praktek lapangan mahasiswa dapat mengukur atau membandingkan
penerapan antara teori dan praktikum yang diperoleh selama pendidikan
dengan pelaksanaan secara langsung di lapangan

C. Pelaksanaan Praktek Lapangan


a. Hari/Tanggal : Senin,08 Mei 2023
Jam : 08.00-12.00

08.00-08.45 Pembukaan MC
Safety briefing
Menyanyikan Dirigent : Suci Mei
Lagu Indonesia
Raya
Doa
Sambutan Kunjungan dari Dekan
UNTAG
Sambutan Penerimaan dari Direktur
RSJD
Foto Bersama
08.45-09.00 Persiapan Kegiatan Interaksi Kelompok 4 dipandu menuju
Pasien ruang bangsal sena
09.00-10.00 Kegiatan Durasi 1 jam untuk
Observasi berinteraksi dengan pasien
Wawancara Tiap kelompok yang
menjumpai
pasien akan didampingi 1
orang
dari tim psikologi RSJD
Surakarta
10.00-11.00 Kembali ke Aula Diklat
untuk berdiskusi dan
mendapat paparan dari tim
psikolog
12.00 Persiapan pulang

D. Target informasi yang diperoleh dari lapangan

Dapat mengetahui bagaimana kegiatan apa saja yang dilaksanakan dirumah sakit,
bagaimana cara melakukan terapi kepada pasien, mengetahui keadaan yang dialami oleh
pasien yang sedang diterapi maupun di rehabilitasi. Juga target yang ingin dicapai yaitu
melakukan observasi dan juga wawancara kepada para pasien serta mendapatkan ilmu dari
para perawat dan juga dokter.

E. Kasus pasien yang diobservasi dan wawancara dalam praktek lapangan

Kasus pasien: mengalami halusinasi dan delusi

II. Tinjauan Pustaka


A. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan
perilaku psikotik, pemikiran konkret dan kesulitan dalam memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah. Keberhasilan pelayanan penderita
gangguan jiwa dipengaruhi banyak faktor, antara lain kurangnya informasi dan
pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa, adanya stigma di masyarakat, religi dan
kurangnya akses ke pelayanan kesehatan. Meningkatkan pengetahuan keluarga dan
masyarakat atas penyakit ini penting untuk memungkinkan upaya intervensi dini
sesegera mungkin. Keterlambatan penanganan skizofrenia ini akan berdampak buruk,
penderita akan semakin sukar disembuhkan dan sering kambuh sehingga membuat
penderita jatuh pada keadaan kronis berkepanjangan. Selain itu, gejalagejala skizofrenia
yang muncul bila didiamkan akan berdampak buruk pada perkembangan otak dan
akhirnya penderita mengalami penurunan fungsi sosial yang berat (deteorisasi) dan
menjadi kronis serta sering sekali mengalami kekambuhan

B. Ada beberapa jenis dari skizofrenia yaitu:

1. Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia jenis ini merupakan yang paling sering muncul gejalanya, termasuk di
antaranya adalah delusi dan halusinasi. Pengidap skizofrenia paranoid biasanya
menunjukkan perilaku yang tidak normal seakan ia sedang diawasi, sehingga ia kerap
menunjukkan rasa marah, gelisah, bahkan benci terhadap seseorang. Namun, mereka
yang mengalami skizofrenia jenis ini masih memiliki fungsi intelektual dan ekspresi
yang tergolong normal.

2. Skizofrenia Katonik
Skizofrenia katonik ditandai dengan adanya gangguan pergerakan. Pengidap
skizofrenia jenis ini cenderung tidak bergerak atau justru bergerak hiperaktif. Pada
beberapa kasus juga ditemukan sama sekali tidak mau berbicara, atau senang
mengulangi perkataan orang lain. Pengidap skizofrenia katonik juga sering kali tidak
memedulikan kebersihan dirinya, serta tidak mampu menyelesaikan aktivitas yang
dilakukan.
3. Skizofrenia Tidak teratur
Skizofrenia tidak teratur merupakan jenis yang memiliki kemungkinan paling kecil
untuk disembuhkan. Pengidap skizofrenia jenis ini ditandai dengan ucapan dan
tingkah laku yang tidak teratur dan sulit dipahami. Terkadang mereka bisa tertawa
tanpa alasan jelas, atau terlihat sibuk dengan persepsi yang mereka miliki.

4. Skizofrenia Diferentiatif

Skizofrenia jenis ini merupakan yang paling sering terjadi. Gejala yang ditimbulkan
adalah kombinasi dari beragam subtipe dari skizofrenia lainnya.

5. Skizofrenia Residual

Pengidap skizofrenia residual biasanya tidak menunjukkan gejala umum dari


skizofrenia seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan
berperilaku. Mereka baru mendapat diagnosis setelah satu dari empat jenis
skizofrenia lain telah terjadi.

C. Gejala skizofrenia:

1. GEJALA NEGATIF
 Menurunnya keinginan berbicara dan bersosialisasi
 Menurunya minat dan motivasi
 Kehilanagan beragam emosi yang biasanya dirasakan dan ditampilkan
 Keinginan tetap malas dan lesu serta malas berubah
2. GEJALA PORITIF
 Halusinasi, sering kali berbentuk bayangan atau suara-suara yang tidak nyata
 Delusi, contohnya mengaggap bahwa dirinya sedang dikejar -kejar orang atau
organisasi tertentu
 Perubahan perilaku dan cara bicara yang tidak teratur

D. Metode Intervensi Skizofrenia


a. ntervensi pemulihan yang berbasis rekreasi adalah Kemandirian melalui Akses
Masyarakat dan Navigasi (I-CAN) merupakan terapi rekreasi (RT). Penelitian
intervensi ini dilakukan di US dengan sampel sebanyak 10 orang. Intervensi
dimodelkan setelah penempatan individual dan model dukungan sehingga orang
dengan gangguan jiwa dapat mandiri, peningkatan keterlibatan masyarakat,
pengembangan keterampilan perencanaan, dan pengembangan keterampilan koping
dapat serta beradaptasi dengan lingkungan (Snethen, McCormick, & Van Puymbroeck,
2012). Intervensi pemulihan pelatihan khusus yang dipandu dilakukan di spanyol
dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang.Setelah menonton setiap episode serial
televisi, kemudian diskusi kelompok terjadi jenis bimbingan standar dari terapis. Hasil
dari intervensi ini adalah gejala klinis positif dan negatif membaik secara signifikan
b. Intervensi pemulihan yang merubah pikiran dan perilaku dikenal dengan terapi perilaku
kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT). Instrumen utama perubahan CBT
melibatkan membingkai ulang penilaian dan memodifikasi perilaku yang terkait
dengan psikotik gejala, untuk mengurangi tekanan dan meningkatkan fungsi dan
kesejahteraan (Brabban, Byrne, Longden, & Morrison, 2017). Terapi CBT berbagai
macam yaitu terapi perilaku kognitif keterlibatan kelompok sebaya (GCBT), terapi
perilaku kognitif keterlibatan orang tua (PCBT), internet-delivered CBT, CBT self-help
book, dan Person-based CBT. Terapi CBT memiliki manfaat CBT menurunkan gejala
depresi, mendukung perubahan perilaku, meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi, meningkatkan regulasi stres dan menurunkan tekanan akibat gejala psikotik
serta mendukung pemulihan pasien dengan skizofrenia
c. Intervensi pemulihan yang berbasis pada seni adalah intervensi seperti biasa yang
ditambahkan dengan terapi seni. Penelitian intervensi ini dilakukan di Inggris dengan
sampel sebanyak 8 orang. Hasil dari wawancara pada pasien didapatkan tema Suasana
tidak tertekan, Kesenangan dan keterlibatan dalam pembuatan seni, Ekspresi dan
komunikasi, Terhubung dengan orang lain, Mengubah pengalaman emosional dan
pengalaman diri, Mendukung pemulihan dan kelanjutan seni, dan Merasa tidak begitu
cocok (Lynch, Holttum, & Huet, 2019). Terapi musik kelompok sebagai intervensi
pada klien skizofrenia juga merupakan intervensi berbasis seni. Penelitian intervensi ini
dilakukan di Korea Selatan dengan sampel sebanyak 55 orang. Intervensi ini
menggunakan 3 unsur musik, yaitu: bernyanyi, bermain, dan mendengarkan. Instrumen
bernyanyi dan musik dipilih dengan mempertimbangkan preferensi peserta. Terapi
mencakup kombinasi pelatihan stimulasi kognitif, interaksi, dan aktivitas fisik melalui
aktivitas musik. Terapi diberikan dalam 13 sesi dengan durasi 50 menit masing-masing
sesi yang terdiri dari 10 menit pemanasan, 30 menit kegiatan inti dan 10 menit
penutup.
d. Intervensi Perencanaan Tindakan Pemulihan Kesehatan atau Wellness Recovery
Action Planning (WRAP). Penelitian intervensi ini dilakukan di Irlandia dengan
sampel sebanyak 36orang. Intervensi ini menyediakan kerangka kerja pemulihan yang
dapat membantu seseorang untuk mengambil kepemilikan atas kesejahteraan mereka
dan mengintegrasikan manajemen diri ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. WRAP
menyediakan daftar strategi untuk menjaga kesehatan, sistem pemantauan dan respons
terstruktur yang membantu melacak perasaan dan perilaku menyusahkan untuk
mengurangi, mengubah, atau menghilangkannya dengan mengaktifkan respons yang
direncanakan, dan rencana krisis dan pascakrisis, yang memungkinkan pengguna
layanan untuk mengajari orang lain tentang cara memberi mereka perhatian dan
dukungan
e. Intervensi pemulihan berbasis sosial pada klien spektrum skizofrenia dapat diberikan
terapi hortikultura. Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi sosial dan
efikasi diri pada pasien gangguan jiwa yang menunjukkan gejala khas seperti
keterbatasan isi pikir, emosi, dan perhatian (Son, Um, Kim, Song, & Kwack, 2004).
Penelitian intervensi ini dilakukan di Hongkong dengan sampel sebanyak 22 orang
Terapi dilaksanakan dalam 10 sesi yang diberikan secara berturut-turut selama 2
minggu. Terapi terdiri dari pelatihan ilmu dan keahlian hortikultura, berbagi
pengalaman ringan dan strategi koping, belajar saling berbagi dan dukungan sosial
diantara peserta

III. Hasil Observasi dan Wawancara


A. Identitas Pasien

Nama : J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Lahir : Seragen
Usia : 27 Tahun
Pendidikan : SMK
Lama Rawat Inap : Dua minggu
Ciri-ciri : Postur tubuh pendek, berambut hitam lurus dan berkulit sawo matang

B. Riwayat Gangguan Pasien


Pasien mengalami halusinasi dan delusi(skizofrenia paranoid)

C. Hasil Wawancara Hasil Wawancara dengan Pasien


Pasien J adalah seorang anak bungsu yang berasal dari Seragen dan memiliki hobi
main motor. Pasien dibawa ke RSJD oleh sepupu nya, hal tersebut dikarenakan pasien
sering memukuli kaca dan sering bikin onar seperti adzan pada jam 12:00 dengan tidak
memakai baju. Sebelum pasien dibawa
ke RSJD pasien tinggal Bersama
orangtuanya. Pasien dirawat di
ruangan rehabilitas karena pasien
sudah bisa berfikir dan melakukan
kegiatan orang normal. Pasien
bercerita bahwa awal mula pasien
meraskan semua gangguan pada saat
pasien dimarahi oleh ayahnya yang
disebabkan pasien geber-geber motor di desanya.
Pada saat itu pasien baru pertama kali melihat ayahnya marah dan akhirnya pasien pergi
dari rumah, setelah beberapa hari tidak pulang akhirnya pasien pulang. Tapi pada saat
itu pasien pura-pura menjadi orang gila. Pasien mengaku bahwa Ketika pasien diam
atau dimarahi pasien merasa didatangi bayangan hitam dan pada saat itu juga pasien
mulai kehilangan dirinya. Ketika pasien mengalami hal tersebut pasien sering memukul
barang atau bikin onar sehingga pamannya menyuruh anaknya untuk mengikat pasien
dan dibawa ke RSJD. Pasien mengaku bahwa pasien akan dibawa ke RSJD apabila
pasien mulai merasakan gangguannya dan pasien juga akan dipulangkan apabila
gangguannya sudah mereda.

D. Hasil Observasi terhadap Pasien selama Wawancara

Berdasarkan hasil observasi di RSJD dr. Arif Zainuddin, Ppasien J sebekum


diwawancarai sedang malakukan kegiatan membuat kerajinan. Ketika para mahasiswa
masuk kedalam ruangan rehabilitasi pasien tampak melihat ke arah mahasiswa. Pada
saat wawancara dimulai pasien J tampak gembira dan antusias dalam menjawab
pertanyaan dari interviewer, pasien juga tahu bahwa interviewer adalah seorang
mahasiswa. Saat wawancara selesai pasien J melanjutkan pekerjaannya dan bercanda
dengan petugas yang ada disamping pasien.

E. Hasil Wawancara dengan Perawat


Setelah pasien J diwawancara, perawatnya bilang bahwa pasien J memiliki gangguan
skizofrenia paranoid. Hal itu dikarenakan dulu dia trauma Ketika dimarahi sama
ayahnya sehingga membuat pasien J mengalami halusinasi dan delusi terhadap
ketakutan tertentu. Awal pasien J masuk rumah sakit dia dibawa oleh sepupunya dan
pak dhe nya karena pasien J Ketika dirumah sudah tidak bisa mengontrol dirinya
sendiri.

IV. Penutup
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara dan observasi diatas adalah bahwa
pasien J mengalami gangguan skizofrenia paranoid yaitu gangguan kejiwaan yang
disebabkan halusinasi dan delusi terhadap ketakutan tertentu. Menurut pasien dia
mengalami gangguan Ketika dimarahi sesorang hal ini yang mengakibatkan pasien
mengingat kejadian waktu dimarahi orangtuanya dan pasien juga kadang merasakan
delusi seperti didatangi bayangan hitam yang mengakibatkan dia kehilangan dirinya.
Saat diwawancara pasien sudah bisa berfikir dan melakukan kegiatan orang normal, hal
ini dapat dibuktikan bahwa pasien J apabila berbicara masih nyambung.

B. Saran
1. Saran yang dapat diberikan kepada RSJD dr. Arif Zainuddin Surakarta adalah agar
lebih memperbaiki fasilitas yang ada dalam ruangan meskipun itu hanya pasien
BPJS. Pasien akan mengalami tekanan apabila dia tidak mendapatkan fasilitas yang
pantas karena pasien juga bisa merasakan lingkungan yang ada disekitarnya.
2. Saran yang diberikan untuk Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus
1945Surabaya adalah agar lebih memperhatikan lagi perihal perizinan kepada dosen
mata kuliah umum, hal ini dikarenakan ada beberapa dosen MKU yang tidak
mengerti dengan adanya kegiatan kunjungan ke RSJD Surakarta sehingga beliau
sudah masuk ke dalam kelas tetapi tidak ada mahasiswanya dan yang dimarahi
adalah dari mahasiswa MKU tersebut

DAFTAR PUSTAKA

https://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id/
https://www.halodoc.com/artikel/inilah-jenis-jenis-skizofrenia-yang-perlu-diketahui

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/skizofrenia-adalah

https://journalpress.org/proceeding/ipkji/article/download/20/20

Anda mungkin juga menyukai