Anda di halaman 1dari 12

SUPLEMEN MATERI AJAR AKUNTANSI KEUANGAN

ASET TETAP (pertemuan 5-6)


Repost By Dani Usmar

Aset tetap atau PPE (Property, Plant, and Equipment) merupakan aset (harta) berwujud
(tangible assets) yang diperoleh dengan tujuan untuk tidak dijual kembali, akan tetapi
ditujukan untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Aset tetap atau PPE
(Property, Plant, and Equipment) memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Dalam
akuntansi Istilah aset tetap memiliki dua jenis aset tetap yaitu aset tetap berwujud (tangible)
dan aset tetap tidak berwujud (intangible) yang sama-sama memiliki masa manfaat lebih
dari satu periode akuntansi, yang berbeda hanya berbeda dari fisiknya.

Dalam standar akuntansi yang mengacu ke Amerika (US GAAP), akuntansi aktiva tetap
menggunakan basis kos historis, sehingga untuk aset tetap relatif tidak menimbulkan
banyak masalah. Sementra akuntansi aset tetap yang berdasar IFRS tidak menggunakan
basis kos historis, yang dipandang kurang relevan dengan kebutuhan nyata pengguna
informasi karena tidak mampu menggambarkan nilai riil aset tetap yang disajikan di dalam
laporan keuangan dan berimplikasi pada penyajian laporan keuangan.

Baik versi US GAAP maupun versi IFRS, permasalahan akuntansi aset tetap umumnya
mencakup prinsip-prinsip dasar akuntansi aset tetap sebagai berikut:
1. Akuntansi perolehan aset tetap
2. Akuntansi alokasi kos aset tetap ke masing-masing periode akuntansi yang
menikmati jasa aset tetap.
3. Akutansi perubahan nilai aset setelah pemilikan aset, seperti akuntansi kenaikan nilai
dan penurunan nilai (impairments) aset tetap.
4. Akuntansi penghentian aset.

Pengukuran Kos Investasi Awal


Seluruh biaya yang dianggarkan dan dikeluarkan dalam memperoleh aktiva tetap sehingga
aset tetap siap dioperasikan, maka harus dicatat sebagai bagian dari kos aset. Elemen kos
mencakup (1) harga beli, termasuk biaya legal dan fee perantara, pajak impor, pajak
pertambahan nilai, dan pajak-pajak lain yang bersifat final, bila terdapat discount atau
cashback dikurangi dengan diskon atau rabat atau cash back dan (2) seluruh komponen
biaya langsung untuk membawa aset ke lokasi hingga siap dioperasikan sesuai harapan
manajemen, termasuk biaya persiapan lokasi penempatan aset tetap, biaya pemasangan, dan
biaya uji coba, dan (3) taksiran biaya pembongkaran (dismantling costs), pemindahan
barang, dan penyiapan lokasi. Dari tiga macam elemen kos, letak perbedaan US GAAP dan
IFRS adalah pada perlakukan akuntansi atas dismantling costs, US GAAP menggunakan
prinsip kos historis, sehingga unsur biaya yang sifatnya masih preditif, apalagi peristiwanya
akan terjadi setelah aset tetap dihentikan pemanfaatannya, tidak diperlakukan sebagai
unsur kos aset tetap.
US GAAP dengan IFRS berkaitan perolehan aset tetap dengan cara kredit, bunga kredit tidak
termasuk sebagi kos aset tetap, dalam kasus ini kos aset tetap diakui sebesar nilai tunai dari
pembayaran periodik. Biaya inkremental lain, seperti biaya konsultasi dan biaya komisi
dalam rangka pembelian aset termasuk sebagai bagian dari kos aset tetap berwujud.

Biaya restorasi lokasi aset (decommissioning costs) yang diprediksi akan terjadi pada akhir
masa manfaat aset diperlakukan sebagai bagian dari kos aset tetap. Dengan demikian kos
aset tetap adalah mencakup kos perolehan aset tetap ditambah dengan decommissioning
costs dan dismantling costs. Rekening lawan dari decommissioning costs adalah rekening
utang bersyarat. IAS 37 menegaskan bahwa provisions atau pencadangan utang atas
decommissioning costs akan diakui hanya pada saat dipenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Pada saat pelaporan keuangan perusahaan terbukti memiliki kewajiban (present


obligation) baik secara legal maupun bersifat konstruktif, sebagai akibat dari
peristiwa yang lalu.
2. Dapat diprediksi akan terjadinya arus keluar sumberdaya ekonomi untuk
menyelesaikan kewajiban, dan
3. Dapat diprediksi secara memadai jumlah kewajiban yang harus diselesaikan diwaktu
yang akan datang.

Sumber: Dwi Martani

Pengakuan kos atas peristiwa di masa yang akan datang memerlukan estimasi yang cukup
cermat, karena hal tersebut berkaitan dengan estimasi dalam jangka waktu yang panjang,
dan rentan dengan berbagai kemungkinan yang bisa memengaruhi ketepatan estimasi,
evolusi atau bahkan revolusi dann perubahan teknologi, yang kemungkinan besar akan
mempengarui realisasi decommissioning dan dismantling costs.

Dalam, IAS 37 menyatakan bahwa estimasi yang terbaik adalah dengan cara mengukur
dengan tepat decommissioning dan dismantling costs pada akhir masa kegunaan aset tetap,
kemudian mengukurnya dengan nilai sekarang (discounted to present value), selanjutnya
present value dari kedua unsur kos tersebut dimasukkan sebagai bagian dari kos perolehan
aset tetap. dismantling costs, legal costs atau constructive obligations, yang merupakan
bagian dari kos perolehan aset tetap, tidak diperkenankan untuk diperluas sampai dengan
kos operasional aset tetap di waktu yang akan datang, mengingat kos operasional di waktu
yang akan datang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban masa sekarang ( present
obligation).

Kapitalisasi dismantling costs maka dismantling costs berimplikasi keduanya harus


dibebankan ke masing-masing periode yang menikmati jasa aset tetap melalui prosedur
depresiasi. Pada masing-masing periode dismantling costs harus disesuaikan dengan
perkembangan informasi terbaru dengan tujuan untuk meningkatkan ketepatan prediksi
dismantling costs. Kenaikan nilai cadangan (provision) dari dismantling costs dilaporkan
sebagai bunga atau semacam biaya pendanaan.

Contoh 1:
Kasus lease premises (leasing aset tetap). Misalnya dalam transaksi leasing terdapat
kewajiban bagi lessee atau pembeli bahwa pada akhir umur ekonomi aset tetap harus
mengosongkan lokasi penempatan aset tetap, atau harus membongkar dan memindahkan
aset tetap ke lokasi lain. Jika leasing termasuk kategori leasing pendanaan (finance lease),
maka taksiran biaya pembongkaran dan pemindahan aset (distmantling dan
decommissioning costs) harus dikapitalisasi sebagai bagian dari kos aset tetap, dan
didepresiasi selama umur ekonomi aset tetap. Namun apabila hal leasing tersebut termasuk
sebagai kategori leasing operasional, kos semacam ini harus dipalorkan sebagai beban
ditangguhkan (deferred charge). Menurut US GAAP kos semacam ini tidak diperlakukan
sebagai kos aset tetap, karena kos aset tetap diukur berdasarkan kos yang telah terjadi
(historical costs), dan tidak termasuk kos yang kemungkinan akan terjadi.

Salah satu perbedaan antara US GAAP dan IFRS, US GAAP dengan (basis kos historis),
dismantling dan decommissioning costs tidak diakui. Pada saat IFRS diterapkan hambatan
terjadi pada penaksiran atau pengukuran dismantling costs dan taksiran kos lain yang akan
timbul ketika aset tetap dihentikan reproduksi (manfaatnya).

Kos Aset yang Dibangun Sendiri


Konsep pengukuran kos atas aset tetap yang dibangun sendiri adalah sama dengan aset tetap
yang diperoleh dengan membeli dalam bentuk jadi, yaitu bahwa seluruh kos yang diperlukan
untuk menyelesaikan pembangunan aset diperlakukan sebagai kos aset tetap, permasalahan
hanya akan terjadi pada saat kos aset ternyata melampaui recoverable amount, kelebihan
kos harus diperlakukan sebagai biaya pada periode terjadinya kos. Jumlah abnormal dari
sisa bahan, tenaga, dan sumberdaya yang lain tidak boleh diperlakukan sebagai kos aset
tetap.

Harga perolehan Aset tetap yang dibangun sendiri, mencakup biaya pendanaan selama
proses pembangunan berlangsung, kapitalisasi biaya pendanaan diatur dalam IAS 23.
Kontroveri muncul untuk perlakuan akuntansi atas overhead kos tetap. Terdapat dua
alternatif perlakuan akuntansi atas overhead kos tetap:
1. Dibebankan ke kos aset berdasarkan jumlah wajarnya atau dibebankan secara rata-
rata, misalnya menggunakan basis yang sama dengan pembebanan untuk persediaan
yang diproduksi sendiri, atau
2. Dibebankan ke kos aset tetap hanya sebesar kenaikan fixed overhead cost yang dapat
diidentifikasi.

Kos atas Pertukaran Aset Tetap / Trade In (Tukar tambah) Tidak sejenis dan sejenis
Aset tetap kemungkinan diperoleh melalui pertukaran antar aset tetap. US GAAP mengatur
bahwa pertukaran harus dibedakan sebagai berikut:
1. Pertukaran tersebut antar aset sejenis atau tidak sejenis, kriteria sejenis atau tidak
sejenis adalah pada fungsi dari aset tetap, jika fungsinya sama maka akan
disimpulkan sebagai aset tetap sejenis.
2. Jika pertukaran dilakukan antara aset tetap sejenis, maka tidak boleh diakui adanya
laba pertukaran aset tetap, kecuali dalam pertukaran tersebut diterima sejumlah kas,
maka laba diakui proporsional dengan kas yang diterima.

IFRS menetapkan standar yang kurang lebih sejalan dengan yang diatur dalam US GAAP,
perbedaanya adalah pada ketentuan sejenis dan tidak sejenis. IFRS menggunakan istilah
substansi ekonomi, bahwa pertukaran tersebut mengandung substansi ekonomi atau tidak.
Ukuran substansi ekonomi adalah pengaruh terhadap arus kas di waktu yang akan datang,
jika arus kas di waktu yang akan datang diprediksi tidak terpengaruh oleh pertukaran, maka
pertukaran akan dianggap sebagai tidak memiliki substansi ekonomi, atau dianggap sebagai
pertukaran aset tetap sejenis, meskipun pada dasarnya aset tetap tersebut memiliki fungsi
dan kegunaan yang berbeda.

Contoh:
PT. ERIKA adalah sebuah perusahaan jasa angkutan, tanggal 2 Mei 2016 perusahaan
membeli sebuah armada Truk untuk kebutuhan usaha angkutan. Dengan harga perolehan
per faktur Rp. 460.000.000,00, BBN dan PPN sebesar Rp. 95.000.000,00. Umur ekonomi atau
manfaatnya ditaksir 5 tahun atau 540.000 km. dengan nilai sisa pada tahun ke-5
diperkirakan truk tersebut masih memiliki nilai jual Rp. 150.000.000, 00 beban penyusutan
tahunan mempergunakan volume produksi. Data pemakaian truk berdasarkan pemakaian
perjalanan adalah sebagai berikut: 2016 (69.000 km); 2017 (112.000 km); 2018 (108.000
km); 2019 (67.000 km) atau total pemakaian sampai 2019 adalah 356.000 km
Pada tahun 26 Juli 2019 manajemen perusahaan memutuskan untuk menukar truk tersebut
dengan truk baru dengan harga Rp. 625.000.000,00 dengan tambahan tunai sebesar Rp.
300.000.000,00.
Ditanyakan: perlakukan transaksi di atas dengan aturan akuntansi yang sesuai.
Solusi:
1) Beban penyusutan per tahun: Harga Perolehan – Nilai Residu (sisa)
umur ekonomis (nilai manfaat)
= 555.000.000 – 150.000.000
540.000 km
= Rp. 750,00 per km
2) Nilai Buku HP-Akumulasi depresiasi
Nilai akumulasi: 356.000 Km x Rp. 750,00 = Rp. 267.000.000,00 (hitungan ini boleh
juga dihitung per tahun)
Maka nilai buku aset tersebut adalah Rp. 555.000.000,00-Rp. 267.000.000,00 =Rp
288.000.000,00
3) Hitungan pertukaran:
Harga perolehan Aktiva tetap baru (Truk baru) Rp. 625.000.000,00
Nilai Buku aktiva tetap (Truk lama) Rp 288.000.000,00
Tambahan Uang tunai Rp.300.000.000,00 +
Total pengeluaran (nilai tukar aktiva tetap lama) Rp. 588.000.000,00-
Laba pertukaran (selisih lebih pertukaran) Rp. 37.000.000,00

Jurnal
Truk baru Rp. 625.000.000,00
Akumulasi Depresisasi Rp. 267.000.000,00
Truk lama Rp. 555.000.000,00
Kas Rp. 300.000.000,00
Laba pertukaran Rp. 37.000.000,00

Kos Setelah Kepemilikan


Kos yang terjadi setelah kepemilikan aset tetap, seperti perbaikan, pemeliharaan, atau
perbaikan (betterment), penambahan, pergantian. Perlakukan akuntansi atas kos setelah
pemilikan ditentukan oleh karakteristik dari kos tersebut. Kos setelah pemilikan dapat
dikapitalisasi sepanjang kos tersebut diprediksi akan memberikan manfaat ekonomi di
waktu yang akan datang melampau prediksi manfaat ekonomi semula, misalnya umur
ekonomisnya bertambah, kapasitas produksinya bertambah, atau kualitas outputnya
meningkat.

Sebagaimana halnya dalam kos aset yang dibuat sendiri, jika kos penggantian melampaui
batasan kos yang telah ditetapkan, maka kelebihan kos harus dibebankan sebagai biaya pada
periode yang berjalan, dan pada saat perbaikan aset menyangkut penggantian sebagian dari
aset, bagian aset yang diganti harus diperlakukan sebagai penghentian aset.

BETTERMENT (perbaikan atau membuat Lebih Baik)


1. Meningkatkan (Penambah) Nilai Aktiva
a) Pengeluaran ini tidak dibukukan sebagai Beban akan tetapi dibukukan sebagai
“penambah” nilai dari pada aktiva.
b) Dalam rumusannya nilai Betterment ini akan menambah terhadap harga
perolehan aktiva dan menghasilkan harga aktiva baru.
c) Nilai Reproduksi merupakan nilai aktiva yang sudah dikurangi perkiraan nilai
sisa aktiva.
d) Nilai Sisa reproduksi merupakan nilai yang diperoleh ketika beban depresiasi
sudah dikalkulasikan dengan terhadap nilai reproduksi Aktiva
e) Nilai sisa reproduksi akan diperhitungkan dengan sisa umur ekonomi dalam
menentukan Beban Depresiasi tahun berikutnya
f) Formulasi (rumus) sbb:
Harga perolehan ----------- XXXX
Betterment ----------------- XXXX +
Nilai Aktiva ------------------XXXX
Nilai Residu ---------------- (XXXX)
Nilai reproduksi ------------XXXX
Akumulasi Depersiasi --- (XXXX)
Nilai Sisa Reproduksi ------XXXX

g) Perhitungan depresiasi setelah betterment:


Nilai Sisa Reproduksi dibagi dengan nilai sisa umur ekonomis

2. Meningkatkan (Memperpanjang Umur Ekonomis Aktiva)


a) Pengeluaran ini tidak dibukukan sebagai Beban akan tetapi dibukukan sebagai
“Pengurang” nilai dari Akumulasi Depresiasi aktiva.
b) Dalam rumusannya nilai Betterment ini akan mengurangi nilai akumulasi
depresiasi.
c) Nilai Reproduksi merupakan nilai aktiva yang sudah dikurangi perkiraan nilai
sisa aktiva.
d) Nilai Sisa reproduksi merupakan nilai yang diperoleh ketika beban depresiasi
sudah dikalkulasikan dengan terhadap nilai reproduksi Aktiva
e) Nilai sisa reproduksi akan diperhitungkan dengan sisa umur ekonomi dalam
menentukan Beban Depresiasi tahun berikutnya
f) Formulasi (rumus) sbb:
Harga perolehan --------------XXXX
Nilai Residu -------------------(XXXX)
Nilai reproduksi -------------- XXXX
(Akumulasi Depersiasi –
Dikurangi Betterment) -----(XXXX)
Nilai Sisa Reproduksi -------- XXXX

g) Perhitungan depresiasi setelah betterment:


Nilai Sisa Reproduksi dibagi dengan nilai sisa umur ekonomis (setelah
penambahan umur ekonomis)

Tugas Latihan:
Suatu aktiva tetap diperoleh dengan harga Rp. 6.500.000,- dengan taksiran nilai sisa dan
umur ekonomis adalah Rp. 1.500.000,- dan 5 tahun
Bila pada tahun ke-3 setelah depresiasi dilakukan betterment Rp. 800.000,- dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan nilai (harga) aktiva
2. Memperpanjang Umur ekonomis menjadi 7 tahun
Perlakukan transaksi di atas menurut aturan akuntansi yang sesuai
REPLACEMENT(PENGGANTIAN)
– Nilai Fixed asset beserta jumlah cadangan penghapusan akan berkurang sebesar
bagian yang diganti dan untuk kemudian akan bertambah dengan nilai yang lebih
baru sebagai bagian yang lebih baru sebagai penggantinya.

– Contoh : Misal mesin yang dibeli 1 januari 1965 dengan harga perolehan Rp.
19.600.000 dengan Umur ekonomis ditaksir waktu itu adalah 12 th, dengan nilai
residu Rp. 1.600.000, pada tanggal 1 Januari 1974 setelah penghapusan diadakan
replacement 25% dan bagian lama ditukar dengan bagian yang lebih baru dengan
harga Rp.1.650.000 dengan tambahan tunai Rp.300.000
Maka Langkah pengerjaan adalah sebagai berikut cari/hitung :
– Nilai bagian yang diganti 25% x HP dikurangi
– Nilai cadangan Penghapusan 25% x Th penghapusan x tarip penghapusan = Nilai
buku bagian yang diganti ditambah uang tunai = nilai yang ditukar dikurangi harga
bagian mesin baru
– Jurnal:
New Mechinery Rp. 1.650.000
Allowance for Depre. Rp. 3.375.000
Loss on replacement Rp. 175.000
– Old Mechinery (bagian mesin lama) Rp. 4.900.000
– Cash Rp. 300.000
(catatan sdr silahkan cari dan telusuri dengan formulasi di atas untuk angka-angka
yang tertulis dalam jurnal ini)
Selanjutnya :
– Nilai mesin adalah Harga perolehan dikurangi Replecement tambah mesin baru
dikurangi nilai residu mesin = nilai reproduksi dikurangi Cadangan penghapusan
75%
– Perhitungan depresiasi setelah Replacement:
Nilai Sisa Reproduksi dibagi dengan nilai sisa umur ekonomis

Addition (Penambahan)

– Nilai Fixed asset yang ditambah akan bertambah langsung sejumlah additionnya
– Ilustrasi sederhana untuk transaksi ini misal Tn. A membeli rumah dalam kondisi
tidak memiliki bagungan garasi, selanjutnya Tn. A membangun garasi dengan
pengorbanan sejumlah nilai uang maka pengorbanan nilai uang tersebut adalah
addition cost
– Formulasi :
➢ Harga pembelian xxxxx
➢ Addition xxxxx +
➢ Nilai gedung xxxxx
➢ Nilai residu (xxxxx)
➢ Nilai reproduksi xxxxx
➢ Akum Depre. (xxxxx)
➢ sisa hasil reproduksi xxxxx
Depresiasi
Logika umum:
Penyusutan merupakan cadangan yang nantinya digunakan untuk membeli aktiva baru
untuk menggantikan aktiva lama yang sudah tidak produktif lagi.
Logika Akuntansi:
Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan Aktiva Tetap yang di alokasikan ke
dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya Operasional akibat penggunaan aktiva tetap
tersebut, atau; Cost/Exepenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok
produksi atau biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses produksi dan
operasional perusahaan secara umum.

Sumber: Dwi Martani

Perlakuan akuntansi Depresiasi tidak ada perbedaan antara US GAAP dan IFRS tentang
peran penting prinsip penandingan (matching principle). Sesuai dengan konvensi dasar
tentang prinsip penandingan, kos aset tetap harus dialokasikan ke masing-masing periode
yang menikmati jasa aset tetap melalui depresiasi. Pemilihan metode depresiasi harus
disesuaikan dengan karakteristik aset tetap yang didepresiasi, dengan tujuan agar
menghasilkan alokasi kos aset tetap secara sistematis dan rasional selama umur ekonomis
aset tetap.

Penentuan umur ekonomis aset tetap harus mempertimbangkan sejumlah factor, misalnya
faktor perubahan teknologi, keusangan normal, penggunaan secara fisik, serta kemampuan
untuk menggunakan aset tetap, baik secara legal maupun berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan keterbatasan yang lainnya.

Dalam IAS 16 menyatakan bahwa, meskipun secara normal tanah memiliki umur ekonomis
tak terbatas sehingga kos tanah tidak didepresiasi, tetapi pada saat di dalam kos tanah
dimasukkan unsur kos penataan kembali atau kos restorasi tanah pada akhir masa
penggunaannya, maka kos penataan kembali atau kos restorasi tanah harus didepresiasi
sesuai dengan umur ekonomisnya. Dalam bidang industri tertentu, tanah kemungkinan
memiliki umur ekonomis yang terbatas, misalnya terjadinya penurunan kesuburan tanah
atau karena spesifik yang lainnya, dalam kasus semacam ini kos tanah harus didepresiasi
sesuai dengan umur ekonomisnya. IAS 16 menyatakan bahwa metode depresiasi harus
merefleksikan pola harapan manfaat ekonomis aset tetap di waktu yang akan datang,
sehingga ketepatan metode depresiasi harus dikaji ulang paling tidak satu tahun sekali untuk
disesuaikan dengan kemungkinan perubahan pola manfaat ekonomis aset tetap.
Nilai Residu (sisa)
IAS 16 menyatakan bahwa nilai residu sering tidak material dan dalam praktik sering
diabaikan, namun demikian untuk aset tertentu sangat dimungkinkan bahwa nilai residu
cukup material, terutama pada saat perusahaan menghentikan aset lebih awal dari umur
ekonomisnya, misalnya nilai residu aset tetap untuk bisnis perhotelan, yang karena tuntutan
kualias pelayanan, aset tetap cenderung dipelihara dengan standar tinggi, bahkan untuk aset
tetap tertentu bisa jadi nilai residunya lebih tinggi dari kos perolehannya.
Dalam pandangan kos historis, nilai residu didefinisikan sebagai nilai yang diharapkan dari
aset tetap pada akhir masa kegunaan aset tetap, berdasar nilai mata uang sekarang dan harus
diukur berdasarkan nilai bersih di luar biaya penghentian aset tetap. Pengukuran nilai residu
dilakukan dengan menggunakan data nilai realisasi aset sejenis, dan umur ekonomis aset
tetap pada saat dilakukan revaluasi.

Umur Ekonomis Aset Tetap


Umur ekonomis aset tetap dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kebijakan perbaikan dan
pemeliharaan aset, perubahan teknologi, dan permintaan pasar atas barang yang diproduksi
dengan menggunakan aset tetap yang bersangkutan. Jika ketika melakukan review metode
depresiasi ternyata dapat diidentifikasi berbagai hal yang mempengaruhi penggunaan aset
tetap, sehingga taksiran umur ekonomis menjadi di atas atau di bawah taksiran sebelumnya,
maka perubahan taksiran umur ekonomis diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi, bukan sebagai koreksi atas kesalahan akuntansi. Dengan demikian, tidak perlu
dilakukan pelaporan ulang atas biaya depresiasi yang dibebankan pada periode sebelumnya,
perubahan diperhitungkan secara prospektif, yaitu direfleksikan pada periode terjadinya
perubahan dan periode-periode sesudahnya.

Contoh perlakuan akuntansi atas perubahan estimasi umur ekonomis aset tetap, misalnya
suatu aset tetap dengan kos Rp100.000.000,00, prakiraan awal umur ekonomis 10 tahun,
tanpa antisipasi nilai residu. Depresiasi menggunakan metode garis lurus, sehingga
depresiasi per tahun adalah Rp100.000.000/10 tahun = Rp 10.000.000. Setelah dua tahun
berjalan, manajemen merevisi umur ekonomis aset tetap tersebut menjadi 6 tahun. Dalam
kasus ini maka depresiasi tahun ke 3 sampai dengan tahun ke enam adalah berdasarkan sisa
nilai buku aset tetap, tanpa harus merevisi depresiasi yang telah dibebankan selama dua
tahun sebelumnya.

Revaluasi Aset Tetap


IAS 16 menyediakan dua pendekatan akuntansi revaluasi aset tetap berwujud. Pertama
adalah akuntansi berdasar kos historis, di mana kos perolehan atau kos konstruksi
digunakan sebagai dasar pengakuan perolehan aset tetap, menjadi dasar perhitungan
depresiasi selama umur ekonomis aset tetap, dan juga sebagai dasar penghapusan aset tetap
dalam hal terjadi penurunan nilai aset tetap yang bersifat permanen. Dalam sejumlah Negara
metode ini menjadi satu-satunya metode yang diperkenankan, tetapi dalam beberapa negara
tertentu, terutama di negara-negara yang tingkat inflasinya tinggi, mengijinkan baik
revaluasi penuh maupun revaluasi secara terbatas (selected revaluation), dan IAS 16
membolehkan praktik semacam ini dengan memberi mandat yang dinyatakan dalam suatu
model revaluasi (revaluation model). Dalam model revaluasi, setelah pengakuan aset,
selanjutnya elemen-elemen aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur dengan terpercaya
(reliable) harus disajikan sebesar nilai revaluasinya, yaitu sebesar nilai wajar aset tetap pada
tanggal revaluasi dikurangi dengan akumulasi depresiasi sesudah revaluasi dan akumulasi
rugi penurunan nilai setelah revaluasi.

Model Biaya (Cost Model)

Pengukuran setelah
pengakuan awal

Model Revaluasi (Revaluation Model)

Pengukuran setelah
pengakuan awal

Dalam pendekatan revaluasi nilai ahir aset bisa naik atau sebaliknya (turun)
Bila recoverable amount lebih besar dibanding carrying value maka akan menghasilkan
IMPAIRMENT
Pada recoverable amount perlu diperhatikan mana yang memiliki nilai lebih tinggi antara nilai fair
value dikurangi dengan cost to sell dibandingkan dengan value in use

Dasar pemikiran pengakuan revaluasi adalah berhubungan dengan laporan posisi keuangan
(neraca) dan pengukuran kinerja periodik entitas yang disajikan dalam laporan rugi laba
komprehensif.
PT. WHICH membeli peralatan dengan harga perolehan 500.000.000,00 dengan taksiran
umur ekonomi 5 tahun, dengan metode penyusutan garis lurus tanpa nilai sisa, bila
peralatan tersebut dibeli awal tahun (1 Januari) sajikan jurnal penyesuaian penyusutan
akhir tahun

Untuk penilaian setelah perolehan perusahaan mempergunakan metode revaluasi dengan


hasil pengukuran dan penaksiran appraisal diperoelh nilai Rp. 460.000.000,00 maka jurnal
revaluasinya adalah:

Nilai Wajar
Sebagai basis dari metode revaluasi, standar mendeskripsikan nilai wajar yang digunakan
dalam setiap kasus revaluasi, yaitu yang didefinisikan sebagai nilai aset yang dapat
digunakan sebagai basis nilai pertukaran antara dua fihak yang sama-sama memahami aset
dan berkenan untuk melakukan pertukaran. Standar akuntansi mensyaratkan bahwa sekali
suatu entitas menggunakan model revaluasi, mereka harus secara konsiten melakukan
dengan model tersebut untuk waktu yang akan datang, dan memastikan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara nilai wajar dengan nilai saji pada saat pelaporan laporan
keuangan. Artinya, jika suatu entitas telah menggunakan metode revaluasi, entitas tersebut
tidak boleh melaporkan nilai aset yang tidak relevan dengan nilai wajarnya.

ASET TETAP BIOLOGIS (Mahluk Hidup)

Aset biologis merupakan aset tetap berupa mahluk hidup sebagai aset utama oprasional perusahaan.
Misal perusahaan “susu kemasan” maka aset utamanya adalah sapi perah sebagai aset biologi
perusahaan tersebut. Jadi aset biologi adalah aset berupa mahluk hidup seperti tanaman dan hewan
yang mengalami transformasi biologis karena mengalami proses pertumbuhan, degenerasi, produksi
dan prokreasi.

“Aset biologis” adalah salah satu kategori aset. Standar Akuntansi Internasional 41 (IAS 41)
mendefinisikan aset biologis sebagai “hewan yang hidup atau tanaman”. Dalam IAS 41 menyebutkan
bahwa aset biologis merupakan “biological asset is a living animal or plant”. Contoh-contoh umum
dari aset biologis termasuk binatang seperti kambing, domba, sapi, kerbau, sapi, dan ikan. Aset
biologis termasuk tanaman seperti sayuran, tanaman, kebun-kebun anggur, pohon, dan kebun buah-
buahan. Perubahan sifat aset biologis dikenal sebagai produk pertanian.

Bila diperbandingkan antara aset tetap berupa tanah, peralatan dan aset biologi dipandang dari
sudut pandang waktu dan nilai buku maka dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

N N
I I
L L
A A
I I
B B
U Aset tanah U Aset Tetap Peralatan
K K
U U

WAKTU WAKTU

N
I
L
A
I
B
Aset Biologis
U
K
U

WAKTU

Anda mungkin juga menyukai