Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa asfiksia
neonatorum: (Delerema, 2022) a. Nilai APGAR yang berguna untuk memberikan pengkajain yang cepat mengenai kebutuhan untuk resusitasi normal. b. Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada kecurigaan komplikasi, meliputi: 1. Glukosa darah neonatus (nilai normal 40-150 mg/dL) Pada asfiksia neonatorum cenderung beresiko mengalami hipoglikemi yaitu glukosa dalam darah < 40 mg/dl 2. Elektrolit darah Kalium nilai (normal 3,6-5,8 mmol/L), Natrium ( nilai normal 134-150 mmol/L,) kalsium (nilai normal < 8 mg/dL) Hasil pemeriksaanelektrolit pada asfiksia neonatorum mengalami penurunan kurang dari batas normal 3. Ureum (nilai normal 7-20 mg/dl ) Kreatinin (nilai normal 0,3-1,2 mg/dL) pada asfiksia neonatorum biasanya terjadi peningkatan kadar kreatinin dalam darah di atas 1,5 mg/dl 4. Laktat nilai normal (0,4-1.3 mmol/L) Pada asfiksia neonatorum mengalami peningkatan kadar laktat di atas 1,3 mmol/L 5. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan rontgen thoraks yang berfungsi untuk menyingkirkan cedera struktural dan penyebab masalah ventilasi. 6. USG kepala Pemeriksaan ultrasonografi kepala yang berfungsi untuk mendeteksi cedera kranial atau mendeteksi adanya malformasi kongenital 7. CT-scan kepala c. Perhitungan Gas Darah Periode perinatal merupakan masa terjadinya perubahan status kardiopulmoner pada bayi. Sistem respirasi mengalami perubahan, pada awalnya janin bergantung dari maternal menjadi bayi yang harus memenuhi kebutuhan dengan sendirinya. Respirasi yang bergantung pada plasenta harus digantikan oleh paru dalam hitungan menit setelah persalinan. Sistem kardiovaskuler juga berubah secara dramatis dimana sirkulasi yang berlangsung paralel menjadi sirkulasi yang serial. Sehingga diperlukan proses adaptasi dan maturasi dari bayi baru lahir terhadap perubahan lingkungannya. Pemeriksaan analisis gas darah pada bayi merupakan tehnik yang telah lama dikenal dalam menentukan assesment, pengobatan dan prognosis dari bayi. Analisis gas darah merupakan pemeriksaan yang penting dilakukan pada bayi baru lahir yang mengalami keadaan yang sakit atau mengalami masa kritis. Dari analisis gas darah dapat kita ketahui informasi mengenai oksigenasi pada bayi tersebut. Hambatan yang dapat ditemui dalam melakukan pemeriksaan ini adalah dalam mengambil sampel untuk pemeriksaan. Beberapa penelitian dilakukan untuk mencari akses yang tepat untuk menentukan analisis gas darah tersebut. Brouillette dan Waxman (2007) mengungkapkan bahwa lokasi pengambilan yang menunjukkan analisis mengenai oksigenasi adalah di pembuluh darah arterial, akan tetapi tidak didapatkan perbedaan bermakna dalam lokasinya apakah dari umbilikus atau perifer. Pemeriksaan analisis gas darah pada bayi asfiksia didapatkan peningkatan kadar PaCO2, penurunan pH, PaO2, bikarbonat dan gangguan pada defisit basa. Mohan (2000) dalam penelitiannya menetapkan kadar PaO2 < 50 mmH2O, PaCO2 >55 mmH2O, pH < 7,3 merupakan parameter terjadinya asfiksia.4 Sedangkan American Heart Association (2006) menetapkan salah satu kriteria terjadinya asfiksia adalah adanya asidemia yang ditandai dengan kadar pH <7,3. (Yuliana, 2008) d. Pemeriksaan bilirubin dilakukan karena kasus asfiksia akan berdampak pada hipoksemia yang menyebabkan gangguan pada fungsi hepar, sehingga pada kasus asfiksia kadar bilirubin cenderung meningkat.
Delerema, N. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. Y DENGAN
ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG RAWAT INAP MAWAR RSUD CURUP. Repository.Poltekkesbengkulu.Ac.Id. http://repository.poltekkesbengkulu.ac.id/585/1/SKRIPSI PRILI PUSPA DEWI.pdf Yuliana. (2008). Hubungan Asfiksia Neonatorum Dengan Gagal Ginjal Akut. Jurnal Kedokteran, 4(2), 27–53.