Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL KLINIK

KEJANG DEMAM PLUS

Oleh :
Ida Bagus Ananta Dharma (2371121117)
Ni Putu Satya Deva Jayanthi (2371121118)
Gusti Ayu Made Ari Dwi Pratiwi (2371121122)
Ni Made Widi Pradnya Utari (2371121114)

Pembimbing :
dr. Made Ayu Cynthia Windasari, M.Biomed, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SANJIWANI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WARMADEWA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

Kejang Demam plus (KD plus) merupakan suatu bangkitan kejang yang terjadi pada
anak yang berumur > 6 tahun. Bangkitan kejang yang terjadi bisa disertai demam
ataupun tidak demam, durasi kejang yang berlangsung singkat kurang lebih 15 menit,
gerakan kejang umumnya berbentuk umum tonik atau klonik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Kejang Demam plus (KD plus) didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi
pada anak yang berusia > 6 tahun dengan disertai demam ataupun tidak demam.
Setiap anak yang mengalami KD plus dengan disertai demam, akan memiliki suhu
rektal 38˚C hingga 40˚C. Kejang pada anak umumnya muncul secara mendadak
yang dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti kehilangan kesadaran,
aktivitas motorik abnormal, gangguan sensoris, dan disfungsi otonom. Kejang
demam harus selalu diwaspadai, karena durasi kejang > 15 menit dapat
menyebabkan kecacatan otak. Kejang demam dibedakan menjadi kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana merupakan
bangkitan kejang yang berlangsung singkat < 15 menit, umumnya akan berhenti
dengan sendiri dan kejang berbentuk umum tonik atau klonik. Sedangkan kejang
demam kompleks merupakan bangkitan kejang dengan durasi yang cukup lama
yaitu > 15 menit, kejang berbentuk parsial atau fokal, dan kejang berulang lebih
dari 1 kali dalam 24 jam.

2.2. Etiologi

Penyebab kejang demam plus belum diketahui dengan pasti, karena kejang demam
tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Akan tetapi kejang demam selalu
berkaitan dengan adanya peningkatan suhu tubuh > 38,0˚ C, namun tingkat demam
bersifat spesifik pada setiap anak karena batas suhu kejang pada setiap anak
berbeda-beda. Tidak ada penyebab spesifik demam yang dapat menyebabkan
kejang, namun beberapa kondisi lain dapat menyebabkan kejang antara lain infeksi
bakteri seperti otitis media, kemudian infeksi virus seperti influenza, adenovirus,
parainfluenza, dan herpes-virus 6 (febrile seizure).

2.3 Epidemiologi
Insiden kejang demam antara 2% - 5% di US dan Eropa. Beberapa penelitian
mengakatakan bahwa populasi angka prevalensi tinggi kejang demam antara 8% -
10% di Asia. Puncak insiden pada kejang demam pertama biasanya terjadi pada
tahun kedua kehidupan anak, dengan 90% kejang demam pertama pada anak
terjadi di usia 3 tahun. Kejang demam sering dialami pada laki-laki daripada
3
perempuan, tetapi beberapa penelitian mengatakan tidak ada perbedaan antara jenis
kelamin laki-laki dengan perempuan. Febrile seizure
2.3. Patofisiologi

2.4. Diagnosis

2.5. Pemeriksaan Fisik


2.6. Pemeriksaan Penunjang
2.8. Penatalaksanaan

2.9 Diagnosis Banding

4
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : FA

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir : 05/05/2016

Umur : 7 tahun

Alamat : Gianyar

Agama : Islam

Tanggal MRS : 17/9/2023

Tanggal Pemeriksaan : 20/9/2023

RM : 746208

3.2 Anamnesis - Heteroanamnesis

Keluhan Utama : Demam

Riwyat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dalam keadaan sadar diantar oleh orang tuanya ke IGD RSUD
Sanjiwani pada hari Minggu, 17/09/2023 dengan keluhan demam sejak Sabtu,
16/09/2023 saat malam hari. Demam dikatakan terjadi terus – menerus dan tidak
turun. Pada hari minggu pasien dikatakan kejang sebanyak 3 kali sebelum akhirnya
diantar ke IGD RSUD Sanjiwani dan tiba sekitar pukul 15.30 WITA. Kejang
dikatakan berdurasi sekitar 5 sampai 10 menit, terjadi pada seluruh tubuh dengan mata
mendelik ke atas. Keluarga pasien mengatakan tidak ada faktor yang memperberat
maupun memperingan dari keluhan pasien. Keluarga mengatakan bahwa sebelum
keluhan demam muncul, pasien sebelumnya bermain seperti biasa dengan teman –
teman sebayanya, kemudian saat malam hari, demam muncul dikarenakan pasien
kelelahan. Makan, minum, BAB, dan BAK dikatakan masih baik oleh keluarga pasien.
Keluhan lainnya batuk, pilek, sakit kepala, pusing, mual, dan muntah disangkal oleh
keluarga pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien dikatakan sering mengalami demam setiap kali kelelahan, namun tidak separah
yang sekarang. Riwayat penyakit kronis, alergi, operasi, dan trauma disangkal.
Riwayat obat di bidan : antibiotik dan parasetamol.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Kelurga pasien tidak ada yang mengalami penyakit serupa seperti pasien. Riwayat
5
penyakit sistemik lain seperti yang dialami oleh keluarga yaitu; hipertensi.

Riwayat Pribadi, Sosial, dan Lingkungan

Pasien merupakan anak pertama dan tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien
dikatakan aktif bermain bersama teman – teman seusianya. Pola makan dan minum
pasien baik. Kebersihan lingkungan rumah pasien dikatakan baik, rajin disapu setiap
hari pada pagi dan sore hari.
Riwayat Persalinan

Pasien merupakan anak pertama. Riwayat lahir secara normal dengan usia kehamilan
37 minggu 3 hari, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 50 cm, dan segera
menangis. Tidak ada masalah selama proses persalinan.

Riwayat Tumbuh Kembang

Pasien saat ini berusia 7 tahun. Perkembangan pasien sejak bayi hingga saat ini
dikatakan tidak ada masalah atau keterlambatan. Berkomunikasi lancar dengan
keluarga dan mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, tidak terdapat kesulitan
dalam beraktivitas dan pertumbuhan tinggi badan serta penambahan berat badan sesuai
dengan anak sebaya pasien.

Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap

Usia 0 hari : Hep B 0

Usia 1 bulan : BCG + Polio 0

Usia 2 bulan : DPT-HB-Hib I + Polio I

Usia 3 bulan : DPT-HB-Hib II + Polio II

Usia 4 bulan : DPT-HB-Hib III + Polio III + IPV

Usia 9 bulan : MR

Usia 18 bulan : booster DPT + booster MR

Riwayat Nutrisi

● ASI : 0 bulan – 2 tahun


● Bubur Saring : 6 bulan – 2 tahun
● Makanan Dewasa : 2 tahun- sekarang

6
Status Antropometri

Berat Badan (BB) : 25 kg

Tinggi Badan (PB) : 125 cm

BMI : 16 kg/m2

BBI : 22 kg

Status Gizi Berdasarkan CDC :

7
3.3 Pemeriksaan Fisik (20/09/2023)

a. Status Present

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : E4 V5 M6 (Compos Mentis)

Nadi : 75 x/menit, regular

Frekuensi Nafas : 20 x/menit, regular

Suhu Axilla : 36,5°C

Saturasi O2 : 96% on RA

b. Status Generalis

Kepala : Head nodding (-), Normocephali, simetris

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterus (-/-), kelopak mata cekung


(-/-)

THT

Telinga : Sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-)

Hidung : Sekret (-/-), napas cuping hidung (-), nyeri tekan (-)

Tenggorok : Faring hiperemis (-), Tonsil T1/T1 hiperemis (-)

Bibir : Sianosis (-), mukosa bibir kering (-), stomatitis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Apeks jantung setinggi ICS MCL V sinistra

Auskultasi : S1 & S2 tunggal reguler, murmur (-)

Paru

Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-)

Palpasi : Gerakan dada simetris

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

8
Auskultasi : Vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Distensi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Palpasi : Hepatosplenomegali (-), nyeri tekan epigastrium (-), turgor


normal

Perkusi : Timpani

Kulit : Sianosis (-), ikterus (-), ruam (-)

Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas, CRT < 2 detik

3.4 Pemeriksaan Penunjang

17/09/2023

3.5 Diagnosis

Kejang Demam Plus

3.6 Terapi

Tatalaksana di UGD (20/09/2023)

- IVFD Tridex 27B 20 tpm

- Parasetamol 25cc

9
Tatalaksana di Ruangan (20/09/2023)

- O2 nasal 2 lpm

- IVFD D5 ½ NS 20 tpm makro

- Parasetamol 4x25 cc IV  diencerkan dengan NaCl sampai 20 cc  drip dalam 15


menit

- Fenobarbital 2x65 mg IV  encerkan dalam 20 cc  drip dalam 15 menit

- Deksametason 3x4 mg IV bolus pelan

3.7 Perjalanan Penyakit

10
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

TEORI KASUS

Kejang demam plus adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak yang Berdasarkan anamnesis :
berusia > 6 tahun dengan disertai demam ataupun tidak demam. IDAI • Demam
Manifestasi Klinis: • Kejang
Manifestasi klinis kejang demam plus dapat berupa penurunan kesadaran, Berdasarkan pemeriksaan
pernapasan ireguler, mata mengarah ke atas, bagian ekstremitas fisik :
menghentak. Febrile seizure • Frekuensi napas :
20 x/menit
• Suhu : 36,5
• Nadi : 75 x/menit
• SpO2 : 96% on
RA
• Kaku kuduk (-)

11
Pada anamnesis
diketahui pasien kejang
dengan durasi 5-10
menit dan bagian
ekstremitas menghentak.

Kesimpulan : Data
klinis pasien klasifikasi
kejang demam
mengarah pada kejang
demam simple.

Pemeriksaan penunjang pada kasus asma yaitu: Pemeriksaan penunjang


yang dilakukan pada
 Pemeriksaan laboratorium  digunakan untuk mengevaluasi
pasien ini adalah
sumber infeksi penyebab demam. - Darah lengkap :
terdapat
 Pungsi lumbal  untuk menegakkan atau menyingkirkan peningkatan
kemungkinan meningitis. neutrophil,
monosit, limfosit.
 Elektroensefalografi (EEG)  pemeriksaan EEG dilakukan pada -
kejang demam yang tidak khas, seperti kejang demam kompleks. Kesimpulan : Dari
anamnesis dan
pemeriksaan fisik
dapat mengarahkan
pasien pada teori
untuk diagnosis kejang
demam. Untuk
pemeriksaan
penunjang sesuai teori,
pasien hanya
melakukan
pemeriksaan
laboratorium.

1. Terapi antipiretik Terapi yang diberikan


Paracetamol dosis 10 mg/kgBB IV pada kasus :
2. Terapi antikonvulsan • Parasetamol

12
4x25 cc IV 
diulang tiap 4
jam (bila masih
demam)
• Fenobarbital
2x65 mg IV
diencerkan dalam
20cc drip dalam
15 menit

3. Terapi kortikosteroid Terapi yang diberikan


pada kasus :
Deksametason 3x4 mg
IV bolus pelan
BB pasien: 25 kg
25 x 0,006-0,4 mg =
0,15-10 mg/kgbb/hari
• Dosis deksametason : 0,006-0,4 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi
3-4 jam

13
Bereda (2022) • Ceftriaxone 2 x
1 gram
Pasien mengalami
infeksi bakteri karena
terdapat batuk
berdahak dengan
warna sputum kuning
dengan hasil
pemeriksaan penunjang
darah tepi lengkap
dengan hasil
leukositosis (Mon % =
11,1; Neu % = 80,9;
Lim % = 7,8)
Dosis ceftriaxone : 50-
75mg/kgbb sehari
sekali (max 2 gr/hari)
Antibiotik yang
diberikan pada kasus
berupa Ceftriaxone
dengan dosis 2 x 1 gr
Kesimpulan : Pasien
diberikan antibiotik
sesuai dengan
indikasi pasien
memiliki infeksi
sekunder dengan
pilihan antibiotik
spektrum luas sudah
tepat.

14
BAB V
KESIMPULAN

Pasien seorang anak perepmpuan berusia 7 tahun datang dengan keluhan


demam sejak 16/09/2023. Pada hari minggu (17/09/2023) pasien dikatakan kejang
sebanyak 3 kali sebelum akhirnya diantar ke IGD RSUD Sanjiwani. Kejang
dikatakan berdurasi sekitar 5 sampai 10 menit. Pasien dikatakan sering mengalami
demam setiap kali kelelahan, namun tidak separah yang sekarang. Keluarga pasien
mengatakan memiliki riwayat hipertensi. Keadaan umum sakit sedang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu, nadi dan frekuensi napas normal, saturasi
oksigen menurun. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang kondisi klinis pasien mengarah pada kejang demam plus. Pasien dirawat
di ruang rawat inap Ayodya lantai 2 kelas 2. Pasien diberikan tatalaksana IVFD D5
½ NS 20 tpm makro, Parasetamol 4x25 cc, Seftriakson 2x1 gr, Fenobarbital 2x65
mg IV, Deksametason 3x4 mg IV bolus pelan. Pada perawatan hari ke - 3 pasien
dibolehkan pulang karena kondisi pasien sudah baik.

15
REFERENSI

Ashley L. Devonshire, M.D. and Rajesh Kumar, M.D. 2019. Pediatric asthma: Principles
and treatment. Allergy Asthma Proc 40:389 –392, 2019. Available from: doi:
10.2500/aap.2019.40.4254.

Franova, S. et al. (2019) ‘The effect of erdosteine on airway defence mechanisms and
inflammatory cytokines in the settings of allergic inflammation’, Pulmonary
Pharmacology and Therapeutics. Elsevier Ltd, 54, pp. 60–67. doi:
10.1016/j.pupt.2018.11.006.

Global Intiative For Asthma. 2022 Global Strategy for Asthma Mnagement and Prevention.
Available from: www.ginasthma.org.

Lukito, J. I. (2023) ‘Tata Laksana Farmakologis Asma’, Cermin Dunia Kedokteran, 50(1),
pp. 22–29. doi: 10.55175/cdk.v50i1.335.

Martin J, Townshend J, Brodlie M. 2022. Diagnosis and management of asthma in children.


BMJ Paediatrics. Available from: 2022;6:e001277. doi:10.1136/ bmjpo-2021-001277.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.

Marcdante, K.J. and Kliegman, R. (2015). Nelson essentials of pediatrics. Philadelphia, Pa:
Elsevier/Saunders.

Hashmi MF, Tariq M, Cataletto ME. Asthma. [Updated 2023 Feb 19]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430901/
Rismawati (2020) ‘Tinjauan Pustaka Diagnosis dan Tatalaksana Serangan Asma Derajat
Ringan dan Sedang Pada Anak’, Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(4), pp. 31–37.
Available at: http://www.jknamed.com/jknamed/article/download/112/102/.

Quirt, J., Hildebrand, K.J., Mazza, J. et al. Asthma. Allergy Asthma Clin Immunol 14 (Suppl
2), 50 (2018). https://doi.org/10.1186/s13223-018-0279-0

16

Anda mungkin juga menyukai