Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


“Konsep Caring Di Rumah Sakit dan Pengaplikasiannya”

Oleh :
EGI SATYA. F
NIM.2220243143

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat sehat- Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah Konsep Dasar Keperawatan tentang “Konsep Caring Dirumah Sakit Dan
Pengaplikasiannya”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan stau-satu, yang telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih

Kerinci, 21 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hingga
masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan. Layanan
keperawatan diberikan karena adaya kelemahan fisik, mental, dan
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan untuk dapat
melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari secara mandiri (Asmadi,
2008).

Berbagai masalah yang terjadi pada saat ini, dari masalah kesehatan yang
sederhana sampai yang sangat kompleks telah menuntut perhatian
berbagai kalangan kesehatan termasuk keperawatan. System kolaborasi
yang baik dan koordinasi kegiatan yang terjadi antar disiplin pemberi
pelayanan diharapkan dapatmengantisipasi kompleksitas masalah
kesehatan yang terjadi. Oleh karena itu, kondisi ini mengharuskan profesi
keperawatan untuk menungkatkan diri agar tetap memberikan pelayanan
keperawatan yang terintigrasi dan paripurna. Sifat pelayanankesehatan saat
ini dan di masa mendatang lebih menekankan pada upaya peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif). (Simamora,
2009).

Kualitas perawat ditentukan oleh kompetensi hard skillsdan soft skills.


Caringsebagai bagian dari soft skillsadalah esensi mendasar pada profesi
perawat dan penilaian pasien mengenai soft skills caringperawat adalah
indikator dari kualitas pelayanan keperawatan. Saat ini, soft skills
caringmasih belum optimal dilaksanakan sebagai pengembangan
profesional perawat di rumah sakit. Tujuan penelitian untuk
mengembangkan model pelatihan soft skills caring. Desain pretest-
posttesttanpa kelompok kontrol dengan intervensi terdiri dari
1. pemberian materi selama 3 hari,
2. post pelatihan 2, 4 dan 6 minggu. Penilaian diri sendiri perawat dengan
CNPI dan penilaian pasien dengan patient satisfaction with nursing
care. Atribut soft skills caringteridentifikasi yaitu soft skills caring,
keterampilan interpersonal, komunikasi dan profesional. Model
pelatihan soft skills caringterbukti efektif meningkatkan penilaian
perawat dan pasien mengenai soft skills caring perawat. Model
pelatihan soft skills caring dapat dimanfaatkan untuk peningkatan soft
skills caring bagi perawat di rumah sakit Menurut Mayehoff caring
sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan membantu orang
lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Mayehoff juga
memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur, dan rendah hati.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian caring secara umum ?
2. Bagaimana teori keperawatan mengenai caring ?
3. Bagaimana aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari ?
4. Apa perbeda anantara caring dan curing?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan, serta untuk mengetahui :
1. Pengertian caring secara umum
2. Bagaimana teori keperawatan mengenai caring
3. Bagaimana aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari
4. Apa perbedaan antara caring dan curing
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry,
2005). Selain itu, caring mempengaruhi cara berpikir seseorang, perasaan
dan perbuatan seseorang. Caring juga mempelajari berbagai macam
philosofi dan etis perspektif.

Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang


berhubungan dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,
dukungan perilaku kepada individu, keluarga, kelompok dengan dan jadi
untuk memenuhi kebutuhan actual maupun potensial untuk meningkatkan
kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring adalah
tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan


suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika & Nanda, 2011).
Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama
dalam praktik keperawatan. Saat ini, caring adalah isu besar dalam
profesionalisme keperawatan. Banyak sekali ahli keperawatan yang
mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain sebagai berikut :
(Tarida & Sauliyusta, 201, pp.3-4).
1. Crips dan Taylor (2001), caring merupakan fenomena universal yang
mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan
berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
2. Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan, tanggungjawab,
dan ikhlas.
3. Barnum (1994), caring memiliki mana yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional), dan kehati-hatian.
4. Delores gaut (1984), caring tidak mempunyai pengertian yang tegas,
tetapi ada tiga makna di mana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu
perhatian, bertanggungjawab, dan iklhas.
5. Merriner dan Tomey (1994), menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien.
6. Griffin (1983), membagi konsep caring ke dalam dua dominan utama.
Salah satu konsep caring ini berkenaan dengan sikap dan emosi
perawat, sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas
yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya.
Griffin menggambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah
proses interpersonal esensial yang mengharuskan perawat melakukan
aktivitas peranyang spesifik dalam sebuah cara dengan menyampaikan
ekspresi emosi-emosi tertentu kepada pasien. Aktivitas tersebut
menurut Griffin meliputi membantu, menolong, dan melayani orang
yang mempunyai kebutuhan khusus. Proses ini dipengaruhi oleh
hubungan antar perawat dengan pasien.
7. Leinginger (1981), caring merupakan aktifitas, proses dan
pengambilan keputusan yang bersifat memelihara baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk meningkatkan status kesehatan.
8. Lydia Hall (1969), mengemukakan perpaduan tiga aspek dalam
teorinya. Sebagai seorang perawat, kemampuan care, core dan cure
harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan
keperawatan yang optimal untuk klien. Care merupakan komponen
penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core merupakan dasaR
dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan
cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka
ketiga unsure ini harus dipadukan.
9. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang
menunjukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu
penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, verifikasi yang baik
dan tenang kepada klien. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
dipersingkat bahwa pengertian caring secara umum adalah suatu
tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan
perhatian, perasaan empati, dan kasih sayang kepada orang lain,
dilakukan dengan cara memberikan tindakan nyata kepedulian, dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan orang
tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.

B. Teori keperawatan mengenai caring


1. Jean watson
Jean Watson mendefenisikan caring sebagai moral yang ideal dalam
keperawatan yang bertujuan untuk proteksi, perbaikan, dan
pemeliharaan martabat manusia. Caring kepada manusia termasuk nilai
dan keinginan komitmen untuk peduli, mengetahui, tindak peduli dan
konsekuensinya.
Berdasarkan jurnal “HEALTH CARE INTERPROFESSIONAL
TEAM MEMBERS’ PERSPECTIVES ON HUMAN CARING: A
DIRECTED CONTENT ANALYSIS STUDY”. Sejumlah teori telah
dikembangkan untuk memandu disiplin keperawatan. Salah satu
teorinya adalah Teori Watson yaitu “Human Caring”. Teori ini,
didasari pada pengertian tentang perspektif holistik dan psikologi
transpersonal, yang memiliki sistem nilai yang mendalam yang
dibangun dari sebuah lanjutan ethical-epistemicontological and a
unitary worldview. Inti utama Teori “human caring” adalah hubungan
transpersonal (transpersonal relationships) dan kepedulian antar
manusia (the human-to-human). Teori ini banyak digunakan untuk
memandu pendidikan keperawatan, praktik, dan penelitian
internasional.
Terdapat 10 CARI TAS PROCE SSE S menurut Jean Watson, yaitu :
a. Mempertahankan nilai-nilai humanistik-altruistik oleh praktek
cinta kasih, kasih sayang dan keseimbangan batin dengan diri /
orang lain.
b. Hadir secara sepenuhnya, memungkinkan iman / harapan / sistem
kepercayaan; menghormati subjektif batin, duniakehidupan diri /
orang lain.
c. Menjadi peka terhadap diri dan orang lain dengan mengolah
praktek-praktek spiritual sendiri; melampaui ego-diri untuk
kehadiran transpersonal.
d. Mengembangkan dan mempertahankan penuh kasih, hubungan
saling percaya-peduli.
e. Memungkinkan untuk mengekspresikan perasaan positif dan
negatif - otentik mendengarkan cerita orang lain.
f. Kreatif pemecahan masalah ”solution-seeking” melalui proses
caring; penuh penggunaan diri dan kesenian dari praktek caring-
healing melalui penggunaan semua cara mulai dari mengetahui /
menjadi / melakukan / menjadi.
g. Terlibat dalam transpersonal teaching and learning dalam konteks
caring realitionship; tetap dalam kerangka dari referensi-
pergeseran terhadap model pelatihan untuk kesehatan /
memperluas kesehatan.
h. Menciptakan lingkungan penyembuhan di semua tingkat;
lingkungan halus untuk kehadiran peduli otentik energik.
i. Hormat membantu dengan kebutuhan dasar sebagai tindakan suci,
menyentuh mindbodyspirit dari semangat lainnya;
mempertahankan martabat manusia.
j. Pembukaan untuk spiritual, misteri, tidak
diketahuimemungkinkan untuk mukjizat.

2. Kristen M Swatson
Teori Caring menurut Swanson dieksplorasi dalam pandangan
mengembangkan kerangka teori untuk studi penelitian yang berjudul
"effect of structured nursing care rounds on selected nursing quality
indicators". Theory of Caring Swanson disusun berdasarkan lima
prinsip kepedulian yang mencakup definisi keseluruhan dari perawatan
dalam praktik keperawatan. Teori ini menyatakan bahwa kepedulian
berlangsung dalam urutan lima kategori: mengetahui, bersama dengan,
lakukan untuk, memampukan, dan mempertahankan keyakinan. Ketika
diterapkan pada praktik keperawatan, masing-masing dari lima tahap
ini merangsang sikap pengasuh dan meningkatkan kesejahteraan
pasien secara keseluruhan. Teori ini bertujuan membantu tenaga
perawat untuk memberikan perawatan yang meningkatkan martabat,
rasa hormat, dan pemberdayaan. Model ini dibingkai untuk
memastikan perilaku perawatan yang konsisten yang pada nantinya
akan meningkatkan kepuasan pasien.
Caring didefinisikan sebagai cara pengasuhan berhubungan dengan
orang lain yang saling menghargai terhadap siapa seseorang merasakan
komitmen dan tanggung jawab pribadi. Lebih khusus lagi, caring
adalah pertumbuhan dan memberikan kesehatan (pengasuhan) terjadi
dalam hubungan (berkaitan) dengan yang dirawat (yang dihargai
lainnya); individual dan intim (pribadi), dengan rasa komitmen
(gairah), akuntabilitas dan tugas (tanggung jawab). Bersama dengan
ini, pengasuhan disampaikan sebagai serangkaian proses yang saling
terkait yang berkembang dari keyakinan perawat sendiri, pengetahuan
dan interaksi dengan pasien. Proses perawatan: bersama, melakukan
untuk, memampukan, dan mempertahankan keyakinan, terlebih lagi,
didasarkan pada perilaku keperawatan yang nyata.
3. Florence Nigtingale
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek
lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik,
lingkungan psikologis dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yan gberhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap
lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi
pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari
debu, asap, bau-bauan.
b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat
menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi
pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang
menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor
untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
c. Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang
spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan
keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit.
Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan
observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik
lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada
umumnya.

4. Sobel
Sobel (1989) mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat
dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan
mempelajari kesukaankesukaan seseorang dan bagaimana seseorang
berpikir, bertindak dan berperasaan. Caring sebagai suatu moral
imperative (bentuk moral) sehingga perawat harus terdiri dari
orangorang yang bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap
kesehatan klien, yang mempertahankan martabat dan menghargai
klien, bukan melakukan tindakan amoral pada saat melakukan tugas
perawatan.
Dengan “human caring” berarti bahwa perasaan perhatian,
menghargai, menghormati satu orang mungkin dimiliki orang lain.
akarnya terletak pada perilaku ibu dan ayah dari semua makhluk hidup
yang lebih tinggi, dan mungkin terganggu atau diperkuat oleh keadaan
lingkungan. kata "kelembutan" mencerminkan aspek ganda dari caring.
Menjadi lembut berarti peduli, menjadi lembut berarti mudah dan
rentan untuk terluka/tersakiti.

5. Lydia E. Hall
Teori keperawatan Lydia E. Hall memfokuskan pada tiga konsep
utama “care, cure, and core”, di mana “care” sebagai hubungan
langsung dan reaksi antara perawat-pasien. Melakukan perawatan
pasien yang memberikan dampak lingkungan yang nyaman, rasa
percaya, dan mendukung terjadinya komunikasi yang baik antara
perawat dengan pasien. “Cure” merupakan hubungan perawat dengan
klien dimana perawat melakukan pengkajian dan merencanakan
bagaimana pengelolaan pasien dengan masalah gangguan pada pasien.
Sedangkan “core” mengedepankan bagaimana perawat dan pasien
dapat berkomunikasi masalah emosional tentng perubahan fisik dan
kondisi mental pasien yang mengalami gangguan. (George, 2000)
Asumsi utama dalam teori Lydia E. Hall adalah adanya motivasi dan
kekuatan untuk memperoleh kesembuhan ada dalam diri pasien bukan
terletak pada perawat atau tenaga kesehatan. Tiga aspek care, cure, dan
core memiliki fungsi yang saling berhubungan satu dengan lainnya
(Gonzalo, 2011).
6. Marriner and Tomey
Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan
pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat
etik dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah
cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga
didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan
fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et al., 1999).
Menurut Watson (2012) perawat yang mempunyai nilai-nilai
humanistik dan altruistik dapat dilambangkan melalui penilaian
terhadap pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan
berbagai kebudayaan dan pengalaman pribadi. Melalui sistem nilai
humanistik dan altruistik ini perawat menumbuhkan rasa puas karena
mampu memberikan sesuatu pada klien. Selain itu, perawat juga
memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien. Pembentukan sistem nilai humanistik dan
altruistik mulai berkembang diusia dini dengan nilai-nilai yang berasal
dari orang tuanya. Sistem nilai ini pengalaman hidup buat seseorang
dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Pembentukan sistem nilai
humainistikaltruistik dibangun dari pengalaman hidup, belajar dan juga
dapat ditingkatkan selama masa pendidikan perawat. Humanistik-
Altruistik dapat didefinisikan sebagai kepuasan dalam memberi yang
berasal dari dalam diri sendiri (Marriner & Tomey, 2012). Sikap
perawat yang mencerminkan nilai Humanistik-Altruistik ialah perawat
memberikan kebaikan dan kasih sayang serta membuka diri untuk
melakukan tindakan terapi dengan klien (Poer & Perry, 2012).

7. Griffin
Griffin (1983, dalam Morrison & Burnard, 2008) membagi konsep
caring ke dalam dua domain utama. Salah satu konsep caring ini
berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring
yang lain terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat
melaksanakan fungsi keperawatannya. Griffin menggambarkan caring
dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal essensial yang
mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik dalam
sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi-emosi tertentu
kepada pasien. Aktivitas tersebut menurut Griffin meliputi membantu,
menolong dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan khusus.
Proses ini dipengaruhi oleh pengaruh antara perawat dan pasien.
Kualitas tinggal pasien di Rumah Sakit bergantung pada interaksi yang
baik antara dokter, perawat, ahli farmasi, teknisi dan pasien.
Kelompok-kelompok yang berkinerja tinggi adalah penting terhadap
hasil pasien yang baik (Griffin, 2013).

8. M Leininger
Setiap perawat harus memahami caring, tulus dan berusaha memahami
apa yang dirasakan klien berbeda-beda sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan bermutu yang diberikan perawat
dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring
kepada klien berupa memberikan kenyamanan, kasih sayang,
kepedulian, empati, memfasilitasi, minat, keterlibatan, tindakan
konsultasi kesehatan, tindakan instruksi kesehatan, tindakan
pemeliharaan kesehatan, perilaku menolong, cinta, kehadiran, perilaku
protektif, berbagi, perilaku stimulasi, penurunan stress, bantuan,
dukungan, surveilands, kelembutan, sentuhan dan kepercayaan
(Leininger, 1988 dalam Creasia & Parker, 2001)

9. Barnum and Wolf


Barnum (1994), caring memiliki makna yang bersifat aktivitas, sikap
(emosional) dan kehati-hatian. Secara garis besar, dapat dikatakan
caring adalah sentral praktik keperawatan berupa tindakan yang
memperhatikan kesehatan klien dengan menunjukkan perhatian,
empati maupun rasa menyayangi yang berupaya untuk meningkatkan
kesehatan klien.
Karakteristik caring menurut wolf dan barnum, yaitu :
a. Mendengar dengan perhatian
b. Memberi rasa nyaman
c. Berkata jujur
d. Memiliki kesabaran
e. Bertanggung jawab
f. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan
g. Memberi sentuhan
h. Memajukan sensitifitas
i. Menunjukan rasa hormat pada klien
j. Memanggil klien dengan namanya

10. Simon Roach


Caring adalah sarana di mana perawat berinteraksi dengan pasien dan
membantu mereka mengatasi penderitaan, untuk menemukan makna
dalam pengalaman mereka, untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan dan untuk meninggal dengan kemuliaan/bermartabat.
Caring adalah tindakan yang memelihara; tindakan yang mendorong
pertumbuhan, pemulihan, kesehatan dan perlindungan mereka yang
rentan. caring adalah memberdayakan mereka untuk siapa perawatan
diberikan (Roach, 1997).
Roach (2002) membagi enam komponen Caring yang mana perawat
dapat menunjukkan/melakukan caring terhadap pasien dan
keluarganya.
a. Compassion (Kasih Sayang)
Kasih sayang atau Belas kasihan ditunjukkan saat perawat
berusaha memahami apa yang mungkin dialami pasien-rasa sakit,
ketidaknyamanan, tidak adanya semangat hidup, dan pengalaman
dari keluarga.
b. Competence (Kemampuan)
Kemampuan didemonstrasikan secara langsung teknis perawatan
pasien, mengetahui tentang kondisi pasien, dan kemampuan untuk
menjelaskan kondisi kepada orang tua dalam hal yang akan mereka
pahami. Perawat dapat menunjukkan kemampuannya dengan
mengantisipasi kerusakan/kesalahan yang akan terjadi pada pasien
dan dapat membantu mempersiapkan keluarga untuk kejadian yang
akan terjadi ke depannya. Selanjutnya, itu adalah keadaan memiliki
pengetahuan, diperlukan penilaian, keterampilan, energi,
pengalaman, dan motivasi untuk menanggapi secara memadai
tuntutan profesional seseorang tanggung jawab. Berpengetahuan
adalah bentuk ketabahan tertinggi dalam memberikan perawatan
klien (Sherwood 2000).

c. Confidence (Kepercayaan)
Kepercayaan/Keyakinan merupakan komponen ketiga, ini
ditunjukkan untuk memastikan kepada keluarga bahwa dijamin
akan merawat anak mereka dan informasi yang mereka terima
adalah benar dan terkini. Keyakinan/kepercayaan adalah kualitas,
yang menumbuhkan hubungan kepercayaan. Menjamin keluarga
nyaman dan sadar bahwa perawat ada untuk mereka dan anak
mereka untuk membantu mengembangkan kepercayaan diri
perawat dan kepercayaan keluarga pada perawat.

d. Conscience (Hati nurani)


Perawat harus menunjukkan hati nurani dalam segala hal dilakukan
untuk pasien dan keluarga, mengingat bahwa pasien selalu
didahulukan. Tekad ini untuk menunjukkan hati nurani harus
mencakup advokasi untuk pasien dengan profesional kesehatan
lain dan dengan keluarga. Itu semua berurusan dengan situasi kritis
secara berbeda dan, dalam merawat setiap orang sebagai individu,
memahami orang dengan utuh dan lengkap pada saat itu sangat
penting untuk mengekspresikan hati nurani perawat. Hati nurani
adalah keadaan kesadaran moral; mengarahkan perilaku seseorang
sesuai dengan kemampuan moral, Cowling (2000).

e. Commitment
Perawat menunjukkan komitmen dengan tetap kepada keluarga dan
pasien selama perawatan, belum tentu mengatakan atau melakukan
sesuatu yang penting atau mendalam, hanya menjadi otentik.
Afektif yang kompleks respon yang ditandai oleh konvergensi
antara satu keinginan dan kewajiban seseorang, dan oleh pilihan
yang disengaja untuk bertindak sesuai dengan mereka.

f. Comportment
Yang terakhir dari enam C Roach yaitu comportment yang sangat
penting. Perawat harus terlihat, bersuara, dan bertindak sebagai
profesional bahwa dirinya jujur kepada diri sendiri, kepada pasien,
dan kepada keluarga, menunjukkan “respek terhadap pasien lebih
dulu dan penyakit yang kedua.” Semua atribut ini sangat penting
bagi elemen keperawatan sebagai caring.

C. Aplikasi Caring Di Rumah Sakit


1. Aplikasi Caring Secara Umum
a. Memenuhi kebutuhan dasar pasien
Caring ditunjukkan melalui penatalaksanaan kebutuhan dasar
pasien dimana kebutuhan fisikmenjadi prioritas. Contohnya,
memandikan, memakaikan pakaian, memberi makan dan
mengangkat pasien.
b. Perawatan fisik
membantu mengembangkan respon empati Praktik penyediaan
perawatan fisik untuk pasien memainkan peranan penting dalam
membanggun pemahaman empatik terhadap situasi pasien. Dengan
cara ini hubungan yang lebih dekat dengan pasien terbentuk.
Caring secara fisik memberi jalan untuk mengasuh dan mendukung
secara emosional dan psikologis.
c. Hubungan yang optimis
Pendekatan lain yang diterapkan perawat adalah mengadopsi kesan
optimisme yang tidak dijamin ketika bersama pasien. Perawat
mencoba mendorong moral pasiennya, dan ini menambah
semangatnya sendiri walaupun perawat mengetahui bahwa ia tidak
dapat jujur sepenuhnya tentang kondisi pasien yang buruk dan
masa depan pasien yang tidak pasti.
d. Mengatakan pada pasien untuk tidak khawatir
Meskipun seorang perawat tahu bahwa kondisi pasien tersebut
kritis, perawat harus mampumengatakan padan pasiennya untuk
tidak khawatir dan menekankan aspek-aspek positif atas kondisi
pasien yang kritis. Ia melarang pasiennya berpikir terlalu banyak
mengenai risiko kritis pasien dan harus mendorong pasien untuk
berpikir cepat sembuh. Intinya, seorang perawat harus mampu
meringankan kecemasan pasien.
e. Berupaya untuk tidak membeberkan informasi
Perawat berupaya untuk tidak memebeberkan iinformasi yang
dapat memperburuk kondisi pasien.

2. Perilaku Caring dalam Praktik Keperawatan


Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil
dari kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan
orang lain. Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring
adalah kehadiran, sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami
klien, caring dalam spiritual, dan perawatan keluarga.
a. Kehadiran
suatu pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan saranauntuk mendekatkan diri dan menyampaikan
manfaat caring. Menurut Fredriksson (1999),kehadiran berarti
“ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya
dalam bentuk fisik, melainkan juga komunikasi dan pengertian.
Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu bersedia dan ada
untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat
membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi
tertekan.
b. Sentuhan
Sentuhan merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk
memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan,
yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan
sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Kedua jenis
sentuhan ini digambarkan dalam tiga kategori :
1) Sentuhan Berorientasi-tugas
Saat melaksanakan tugas dan prosedur, perawat menggunakan
sentuhan ini. Perlakuan yang ramah dan cekatan ketika
melaksanakan prosedur akan memberikan rasa aman kepada
klien. Prosedur dilakukan secara hati-hati dan atas
pertimbangan kebutuhan klien.
2) Sentuhan Pelayanan (Caring)
Yang termasuk dalam sentuhan caring adalah memegang
tangan klien, memijat punggung klien, menempatkan klien
dengan hati-hati, atau terlibat dalam pembicaraan (komunikasi
non-verbal). Sentuhan ini dapat mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan klien, meningkatkanharga diri, dan memperbaiki
orientasi tentang kanyataan (Boyek dan Watson, 1994).
3) Sentuhan Perlindungan
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang
digunakan untuk melindungi perawat dan/atau klien
(fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan perlindungan adalah
mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga dan
mengingatkan klien agar tidak terjatuh. Sentuhan dapat
menimbulkan berbagai pesan, oleh karena itu harus digunakan
secara bijaksana.
4) Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien,
mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini menunjukkan
perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan
membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud
klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk
mendapatkan kedamaian.
5) Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah
memahami klien. Memahami klien sebagai inti suatu proses
digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis.
Memahamiklien merupakan pemahaman perawat terhadap
klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya
(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu
pelayanan sehingga, antara klien dan perawat terjalin suatu
hubungan yang baik dan saling memahami.
6) Caring Dalam Spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan fisikseseorang. Spiritual menawarkan rasa
keterikatan yang baik, baik melalui hubungan intrapersonal
atau hubungan dengan dirinya sendiri, interpersonal atau
hubungan dengan oranglain dan lingkungan, serta
transpersonal atau hubungan dengan Tuhan atau kekuatan
tertinggi. Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara
perawat dan klien dapat memahami satu sama lain sehingga
keduanya bisa menjalin hubungan yang baik dengan
melakukan halseperti, mengerahkan harapan bagi klien dan
perawat; mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit,
atau perasaan yang diterima klien; membantu klien dalam
menggunakan sumber dayasosial, emosional, atau spiritual;
memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia
dengan manusia, roh dengan roh.
7) Perawatan Keluarga
Keluarga merupakan sumber daya penting. Keberhasilan
intervensi keperawatan sering bergantung pada keinginan
keluarga untuk berbagi informasi dengan perawat
untukmenyampaikan terapi yang dianjurkan. Menjamin
kesehatan klien dan membantu keluarga untuk aktif dalam
proses penyembuhan klien merupakan tugas penting anggota
keluarga. Menunjukkan perawatan keluarga dan perhatian pada
klien membuat suatu keterbukaan yang kemudian dapat
membentuk hubungan yang baik dengan anggota keluarga
klien.
D. Perbedaan caring dan curing
Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien
yang sedang menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup
keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku caring (Johnson, 1989). Caring merupakan fenomena universal
yang berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan
bersikap terhadap orang lain. Dalam teori caring, human care merupakan
hal yang mendasar. Human care terdiri dari upaya untuk melindungi,
meningkatkan, dan menjaga atau mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain, mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan
keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengendalian diri (Pasquali dan Arnold, 1989 dan
Watson, 1979). Di samping itu, Watson dalam Theory of Human Care
mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, kata
kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada di
samping klien, dan bersikap sebagai media pemberi asuhan (Carruth et al.,
1999). Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk
kinerja perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi
jaminan apakah perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi
keperawatan dan fokus sentral dalam praktik keperawatan, bersifat
universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh
dan terjadi dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang
bersifat aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan
merupakan caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang
perawat, kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang
sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien.
Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya kesehatan dari kegiatan
dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat
dipahami bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati
berdasarkan bukti/data dan mengobati dengan patofisiologi yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya,
care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu.
Sedangkan cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara total kepada klien, maka kedua
aspek ini harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada perbedaan yang
jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992 menyebutkan
bahwa penyembuh penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter dan perawat
melalui kegiatan pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan ilmu
keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat
perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah
tugas sekundernya. Begitu pula curing, curing merupakan tugas primer
dokter dan caring sebagai tugas sekundernya. Curing merupakan
komponen dalam caring. Karena di dalam caring termasuk salah satunya
adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu
penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling
melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari
diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis
keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah
dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di
dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang
mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat
disebut diagnosa penyakit.
Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk
ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih
memperhatikan penyakit yang diderita serta penanggulangannya. Selain
itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan (caring)
yaitu membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual dengan tindakan keperawatan yang meliputi intervensi
keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling. Sedangkan
intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan pengobatan
dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat dipahami bahwa
caringmemperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta
spiritualnya sedangkan curing menekankan pada aspek kesehatan dan fisik
kliennya.
Satu hal lagi yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing yaitu
dari aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu: Membantu
pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi, dan membantu pasien/ klien
beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan
dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan
fungsi dari tubuh pasien. Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah
menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah
problem penyakit dan penanganannya.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
caring lebih kompleks daripada curing. Karena caring memberikan
pelayanan yang menyangkut seluruh kebutuhan pasien baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. Curing hanya bagian dari caring.
Sebagai seorang perawat, kita harus mampu membedakannya dan
melakukan caring dengan sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien didapat dari
totalitas kita dalam melakukan caring. Caring tidak akan pernah lepas dari
profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi keperawatan itu
sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukkan
perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Banyak sekali ahli keperawatan yang mengungkapkan mengenai teori caring
Menurut Simon Roach (1995) ada 6 (enam) komponen caring
Aplikasi caring dalam kehidupan sehari-hari terbagi menjadi dua yaitu
menurut Jean Watson dan secara umum
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran,
sentuhan kasih sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam
spiritual, dan perawatan keluarga.
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984),
Benner (1989) menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek
keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾ pelayanan kesehatan merupakan
caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan berusaha memperbaiki makalah selanjutnya
agar lebih baik dari makalah sebelumnya. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Ermasta, F. (n.d.). Aplikasi Caring dalam Keperawatan. Retrieved Agustus 22,


2019, from academia.edu:
https://www.academia.edu/37430114/APLIKASI_CARING_DALAM_K
EPERAWATAN

Konsep Caring . (n.d.). Retrieved Agustus 22, 2019, from repository.usu.ac.id:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40425/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=D5BB29A44F8B352EF23FD421303D4EC2?
sequence=3
Nusantara, A. F., & Wahyusari, S. (2018, Januari 1). Perilaku Caring Mahasiswa.

Retrieved Agustus 22, 2019, from ojshafshawaty.ac.id:


http://www.ojshafshawaty.ac.id/index.php/jikes/article/viewFile/101/45

Putri, E. T. (2016). Konsep Caring. Makassar: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai