Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TOPIK KHUSUS AKUNTANSI

PSAK 1 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


PSAK 35 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ENTITAS BERORIENTASI
NONLABA

Dosen Pengampu :
Yusuf Jaya Saputra, S.E., M.E., CTA., ACPA.

Kelompok 1 :

Ayu Rosmita 216602008


Nur Ramdhani Yusuf 1236602196
Zulkarnaem Mahfudz Adjie 1236602200

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan makalah dengan judul “PSAK 1 - Penyajian Laporan Keuangan &
PSAK 35 - Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Non Laba” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Topik Khusus Akuntansi pada program studi Akuntansi,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW,
Nabi yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusuf Jaya Saputra, S.E., M.E., CTA.,
ACPA. selaku dosen pengampu mata kuliah Topik Khusus Akuntansi yang telah
memberikan tugas ini guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami, penulis
maupun pembaca.

Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari pembaca untuk makalah ini.

Kendari, Oktober 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PSAK 1 ......................................................................................................................3


A. Pengertian Laporan Keuangan ....................................................................................4
B. Tujuan & Karakteristik ............................................................................................... 4
C. PSAK 1 ....................................................................................................................... 6

BAB III PSAK 35.................................................................................................................12


A. Jenis Lembaga di Indonesia...................................................................................... 12
B. Definisi Entitas Berorientasi Non Laba.....................................................................13
C. Bentuk Badan Hukum Organisasi Non Laba............................................................ 14
D. ISAK 35.................................................................................................................... 15

BAB IV STUDI KASUS...................................................................................................... 23

BAB V PENUTUP............................................................................................................... 29
A. Kesimpulan............................................................................................................... 29
B. Saran..........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan informasi


kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan- perubahannya, serta hasil yang
dicapai selama periode tertentu. Oleh karena itu, keandalan laporan keuangan menjadi
sangat penting karena menyangkut kepada proses pengambilan keputusan. Untuk itu,
penyajian laporan keuangan haruslah mengikuti standar yang berlaku agar tercipta
konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan dengan laporan
keuangan perusahaan lain. Di Indonesia, terdapat empat pilar standar akuntansi yang
telah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) yaitu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan (SAK-ETAP),
Standar Akuntansi Syari’ah (SAK Syariah), dan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). PSAK dijadikan sebagai pilar utama dalam penyusunan laporan keuangan
perusahaan.

PSAK merupakan seperangkat prinsip dan standar akuntansi yang digunakan di


Indonesia. Standar ini dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan
dirancang untuk mengatur dan menstandardisasi praktik pelaporan keuangan di negara
tersebut. PSAK memberikan pedoman tentang bagaimana berbagai transaksi dan
peristiwa keuangan harus dicatat, disajikan, dan diungkapkan dalam laporan keuangan.

PSAK memiliki konsep yang serupa dengan Standar Pelaporan Keuangan


Internasional (International Financial Reporting Standards atau IFRS), yang
merupakan standar akuntansi global yang dikeluarkan oleh Badan Standar Akuntansi
Internasional (International Accounting Standards Board atau IASB). Namun, PSAK
mungkin memiliki variasi lokal khusus untuk memenuhi lingkungan bisnis dan
kerangka hukum di Indonesia.

Penting bagi bisnis dan organisasi yang beroperasi di Indonesia untuk mengenal
dan mematuhi PSAK guna memastikan pelaporan keuangan yang akurat dan konsisten.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyajian dan penerapan laporan keuangan menurut PSAK 1?
2. Bagaimana penyajian dan penerapan laporan keuangan entitas berorientasi
non laba menurut PSAK 35?

C. Tujuan
1. Memahami secara menyeluruh penyajian dan penerapan laporan keuangan
sesuai dengan PSAK 1.
2. Memahami secara menyeluruh penyajian dan penerapan laporan keuangan
entitas beroientasi non laba sesuai dengan PSAK 35.

2
BAB II
PSAK 1 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar akuntansi yang


digunakan di Indonesia untuk menyusun laporan keuangan. PSAK 1 adalah standar
yang mengatur tentang "Penyajian Laporan Keuangan” yang telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Desember 2013. PSAK ini
merevisi PSAK 1 tentang Penyajian Laporan keuangan yang telah diterbitkan pada
tanggal 15 Desember 2009.
PSAK 1 memberikan pedoman tentang bagaimana sebuah entitas harus menyusun
dan menyajikan laporan keuangan mereka. Standar ini mencakup informasi seperti
struktur laporan keuangan, elemen-elemen yang harus disajikan dalam laporan
keuangan, dan pedoman umum terkait dengan penyajian informasi keuangan. Dalam
PSAK 1, terdapat beberapa prinsip utama, antara lain:
1. Kesesuaian
Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan PSAK yang berlaku.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan harus menyajikan asumsi dasar bahwa entitas akan berlanjut
dalam operasinya dalam jangka waktu yang dapat diprediksi.
3. Ketidaktergantungan
Laporan keuangan harus menyajikan kejadian atau transaksi secara independen
dari pihak-pihak tertentu.
4. Pentingnya Material
Informasi dalam laporan keuangan harus material, yaitu informasi yang dapat
mempengaruhi keputusan pengguna laporan.
5. Penyajian Komparatif
Laporan keuangan harus disajikan secara komparatif, yaitu mencakup angka-angka
dari periode sebelumnya.
6. Sistem Akuntansi yang Konsisten
Entitas harus menggunakan kebijakan akuntansi yang konsisten dari satu periode
ke periode berikutnya, kecuali jika ada alasan yang kuat untuk mengubahnya.
7. Kemungkinan Kecurangan atau Kesalahan
Manajemen harus menilai apakah ada indikasi kecurangan atau kesalahan material,
dan jika ada, harus mengambil tindakan korektif.

3
8. Pentingnya Pengungkapan
Informasi tambahan harus diungkapkan jika diperlukan untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.
9. Pengungkapan Komparatif
Informasi komparatif harus diungkapkan untuk mengamati perubahan dari satu
periode ke periode berikutnya.

A. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil
proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi
keuangan terutama kepada pihak eksternal. Laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan keuangan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen
industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

B. Tujuan & Karakteristik


Tujuan laporan keuangan yaitu memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Oleh karena itu, informasi yang ditampilkan dalam
laporan keuangan haruslah memenuhi karakteristik kualitatif. Karakteristik Laporan
Keuangan adalah segala ukuran normatif yang harus diwujudkan dalam sistem
informasi akuntansi untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. Dalam SAK ETAP
2015, karakteristik kualitatif sebuah laporan keuangan ditetapkan sebagai berikut :
1. Dapat dipahami
Mudah untuk segera dipahami oleh pengguna dengan anggapan pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang laporan keuangan
khususnya aktivitas ekonomi.

4
2. Relevan
Informasi berhubungan dengan kebutuhan pengguna dalam pengambilan
keputusan. Setelah dipelajari dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
kepada hal yang lebih tepat dan baik.
3. Materialistis
Informasi yang kurang tepat tidak mempengaruhi keputusan ekonomi yang
diambil. Materialistis tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
sesuai dengan situasi tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas
suatu entitas.
4. Keandalan
Informasi bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian secara jujur apa
yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.
5. Substansi Mengungguli Bentuk
Pencatatan dilakukan dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi
dan bukan hanya bentuk hukumnya.
6. Pertimbangan Sehat
Saat melakukan pertimbangan dalam kondisi ketidakpastian, dilakukan secara hati-
hati, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau
beban tidak disajikan lebih rendah. Singkatnya tidak bias.
7. Kelengkapan
Laporan Keuangan lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Informasi harus
semua diungkapkan agar tidak menyesatkan.
8. Dapat Dibandingkan
Laporan Keuangan entitas harus dapat dipertimbangkan antar periode, antar entitas.
Dengan demikian pengukuran dan penyajian dampak keuangan dilakukan secara
konsisten.
9. Tepat waktu
Informasi dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para
penggunanya. Informasi disediakan dalam jangka waktu pengambilan keputusan.

10. Keseimbangan antara Waktu dan Manfaat


Manfaat informasi seharusnya melebihi biaya penyediaannya. Biaya tidak perlu
ditanggung oleh pengguna yang menikmati manfaat khususnya pihak eksternal.

5
C. PSAK 1
1. Pelaporan Keuangan Tetap
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP) adalah suatu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. SAK ETAP membantu perusahaan kecil
menengah dalam menyediakan pelaporan keuangan yang tetap relevan dan andal. SAK
ETAP akan khusus digunakan unutk perusahaan tanpa akuntabilitas publik yang
signifikan. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek dan yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan tetap harus menggunakan PSAK yang umum.

2. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


Menurut SAK ETAP nomor 2 paragraf 24, pengakuan unsur laporan keuangan
merupakan proses pembentukan suatu pos dalam neraca atau laporan laba rugi yang
memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Penjelasan pengakuan unsur laporan keuangan dalam SAK ETAP 2009 sebagai
berikut :
a. Pengakuan aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan
akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas
setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut
menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi 57 (Ikatan Akuntan
Indonesia, 2009a:2.34).
b. Pengakuan kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2009a:2.35).

6
c. Pengakuan penghasilan
Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal (Ikatan Akuntan Indonesia,
2009a:2.36).
d. Pengakuan beban
Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur secara andal (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009a:2.37).

3. Laporan Keuangan Menurut SAK ETAP


Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK ETAP (2009), laporan keuangan
adalah bagian dari proses pelaporan keuangan dan laporan keuangan yang lengkap
meliputi : Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan arus kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
a. Neraca
Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan
perusahaan pada akhir periode tersebut. Neraca minimal mencakup pos-pos sebagai
berikut:
1) Kas dan setara kas;
2) Piutang usaha dan piutang lainnya;
3) Persediaan;
4) Properti investasi;
5) Aset tetap;
6) Aset tidak berwujud;
7) Utang usaha dan utang lainnya;
8) Aset dan kewajiban pajak;
9) Kewajiban diestimasi;
10)Ekuitas.

7
SAK ETAP nomor 4 paragraf 4 menyatakan bahwa entitas harus menyajikan aset
lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang,
sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca, dimana klasifikasi tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Aset Lancar
SAK ETAP (2009 : 20) menyatakan bahwa entitas mengklasifikasikan aset
sebagai aset lancar jika:
a) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan,
dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
b) Dimiliki untuk diperdagangkan;
c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan; atau
d) Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari
pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12
bulan setelah akhir periode pelaporan.
2) Kewajiban Jangka Pendek
SAK ETAP (2009 : 20) menyatakan bahwa entitas mengklasifikasikan
kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek jika:
a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
entitas;
b) Dimiliki untuk diperdagangkan;
c) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan; atau
d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui
dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur
perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan
akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan
sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan (Ikatan Akutan
Indonesia, 2009a : 5.2). Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1) Pendapatan;
2) Beban keuangan;

8
3) Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
4) Beban pajak;
5) Laba atau rugi neto.
c. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajiakan laba atau rugi entitas untuk suatu periode,
pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode
tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui
dalam periode tersebut, dan jumlah investasi oleh, dan deviden dan distribusi lain ke
pemilik ekuitas selama periode tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia,2009a: 6.2).
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atau kas dan setara kas
entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode
dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan (Ikatan Akuntan Indonesia,2009a : 7.1).
Informasi yang disajikan di dalam laporan arus kas menurut SAK ETAP yang dikutip
oleh Ranu Agus (2011), yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan catatan atas laporan keuangan memberikan
penjelasan nararif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan
informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009a :8.1). Catatan atas laporan keuangan harus :
1) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu.
2) Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak
disajikan dalam laporan keuangan.
3) Membertikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan,
tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.

4. Unsur-unsur Laporan Keuangan Menurut SAK ETAP


Menurut SAK ETAP unsur-unsur laporan keuangan terdiri dari :

9
a. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
entitas (SAK ETAP, 2009:2.12).
b. Kewajiban
Kewajiban merupakan kewajiban masa kin entitas yang timbul dari peristiwa masa
lalu, yang penyelesaiannya diharapka mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi (SAK ETAP, 2009 : 2.12). Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2009a : 2.17) karakteristik esensial dari kewajiban
(liability) adalah bahwa entitas mempunyai kewajiban (obligation) masa kini
untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban
dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau
peraturan perundangan. Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari
tindakan entitas ketika:
1) Oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau
pernyataan kini yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi
kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu;
dan
2) Akibatnya, entitas telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak
lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas,
penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian kewajiban tersebut
dengan kewajiban lain, atau konversi kewajiban menjadi ekuitas. Kewajiban
juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau
membatalkan haknya.
c. Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa dan mengacu pada beberapa istilah seperti penjualan, imbalan, bunga,
dividen, royalti dan sewa (SAK ETAP, 2009a, 2.22).
d. Beban
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada

10
penanam modal (SAK ETAP, 2009a.2.20). Pada SAK ETAP, menyatakan bahwa
beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa.
1) Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa meliputi,
misalnya, beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan. Beban tersebut
biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara
kas, persediaan, dan aset tetap.
2) Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin, atau mungkin tidak, timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa. Ketika kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan
secara terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk
tujuan pengambilan keputusan ekonomi.
e. Ekuitas
Ekuitas adalah hak sisa pada set suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh
kewajibannya. Ekuitas meliputi investasi pemilik entitas, ditambah dengan hasil
atas investasi yang diperoleh melalui operasi yang menguntungkan dan hasil yang
ditahan kembali untuk digunakan dalam operasi entitas tersebut, dikurangi dengan
penurunan atas investasi pemilik sebagai akibat dari operasi yang tidak
menguntungkan dan alokasi kepada pemilik (SAK ETAP, 2009a.2.19).

5. Laporan Keuangan Menurut SAK EMKM


Menurut SAK EMKM (IAI, 2016), Laporan keuangan minimum terdiri dari :
a. Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi selama periode
c. Catatan atas laporan keuangan, yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu
yang relevan.

11
BAB III
ISAK 35 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ENTITAS BERORIENTASI
NONLABA

Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan Nomor 35 (ISAK 35) merupakan


panduan terbaru dalam penyusunan laporan keuangan bagi orientasi non laba. ISAK 35
merupakan interpretasi dari PSAK 1 paragraf 05 yang menyatakan “Pernyataan ini
menggunakan terminologi yang cocok bagi entitas yang berorientasi laba, termasuk
entitas bisnis sektor publik. Jika entitas dengan aktivitas nirlaba di sektor swasta atau
sektor publik menerapkan Pernyataan ini, maka entitas tersebut mungkin perlu
menyesuaikan deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos yang terdapat dalam
laporan keuangan dan laporan keuangan itu sendiri”.
Ada beberapa perubahan antara PSAK 45 dengan ISAK 35. DSAK IAI mengganti
Kata “nirlaba” dalam PSAK 45 menjadi “nonlaba” dalam ISAK 35, Alasannya adalah
kegiatan utama dalam organisasi memang tidak berorientasi untuk mencari laba akan
tetapi bukan artinya tidak menghasilkan laba. Perubahan selanjutnya terletak pada
istilah yang dipakai dalam ISAK 35. Pada PSAK 45 istilah yang dipakai adalah
“terikat” dan “tidak terikat”, sedangkan pada ISAK 35 diganti dengan “pembatasan”
dan “tanpa pembatasan” untuk membedakan definisi aset netto dan sumbangan yang
dipakai dalam standar.

A. Jenis Lembaga di Indonesia


Organisasi/lembaga yang tersedia baik untuk menyediakan barang atau jasa
kebutuhan manusia di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Lembaga profit dan
Lembaga non profit. Lembaga non profit dilekatkan pada organisasi seperti LSM yang
tujuan utamanya tidak mencari keuntungan. Sementara lembaga profit dilekatkan pada
sebuah perusahaan karena watak perusahaan pada dasarnya adalah mencari
keuntungan.
1. Lembaga Profit
Lembaga profit adalah suatu organisasi yang berorientasi
pada keuntungan atau profit. Organisasi ini biasanya didirikan dengan tujuan untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya atau para pemegang saham. Contoh
lembaga profit antara lain perusahaan swasta, bank, dan perusahaan asuransi.

12
2. Lembaga Non Profit
Lembaga non-profit adalah suatu organisasi yang tidak berorientasi pada profit
atau keuntungan. Organisasi ini biasanya didirikan dengan tujuan untuk
memberikan manfaat sosial, kemanusiaan, atau lingkungan2. Contoh lembaga non-
profit antara lain yayasan sosial, lembaga amal, dan organisasi lingkungan hidup

B. Definisi Entitas Berorientasi Non Laba


Menurut PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan), entitas nonlaba merupakan suatu
entitas yang memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomik yang sebanding dengan
jumlah sumber daya yang diberikan .
Namun, menurut perundang-undangan di Indonesia, tidak ditemukan pengaturan
yang spesifik mengenai definisi dan ruang lingkup entitas berorientasi
nonlaba. Sedangkan, menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia, tidak memberikan definisi atau kriteria yang membedakan antara entitas
berorientasi laba atau nonlaba, namun entitas dapat melakukan penilaian sendiri untuk
menentukan apakah entitas termasuk berorientasi nonlaba atau laba, terlepas dari
bentuk badan hukum entitas tersebut.
Entitas berorientasi non laba memiliki beberapa sifat yang membedakannya dari
entitas berorientasi laba. Berikut adalah beberapa sifat entitas berorientasi non laba:
1. Tujuan sosial: Entitas berorientasi non laba didirikan dengan tujuan untuk
memberikan manfaat sosial, kemanusiaan, atau lingkungan.
2. Sumber daya: Entitas berorientasi non laba memperoleh sumber daya dari pemberi
sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat
ekonomik yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
3. Pemilik: Entitas berorientasi non laba tidak dimiliki oleh individu atau kelompok
tertentu, melainkan dimiliki oleh masyarakat umum atau anggota yang tergabung
dalam organisasi tersebut.
4. Pengelolaan: Entitas berorientasi non laba diurus oleh pengurus yang tidak
menerima imbalan atas pekerjaannya.
5. Pembagian keuntungan: Entitas berorientasi non laba tidak membagikan
keuntungan kepada pemilik atau anggota, melainkan digunakan untuk
pengembangan organisasi dan kegiatan sosial.

13
C. Bentuk Badan Hukum Organisasi Non Laba
Organisasi non laba, atau yang sering disebut juga sebagai organisasi nirlaba atau
lembaga swadaya masyarakat (LSM), adalah entitas yang tujuan utamanya bukan
untuk mencari keuntungan finansial. Bentuk hukum organisasi non laba dapat
bervariasi tergantung pada negara dan yurisdiksi hukumnya. Di bawah ini adalah
beberapa bentuk hukum umum yang sering digunakan untuk organisasi non laba:
1. Yayasan
Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan (UU 16/2001), Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan
yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan.
Peneliti senior pusat studi hukum dan kebijakan Indonesia pshk Haryanto
Nugroho mendefinisikan Yayasan berupa sekumpulan aset dan kekayaan yang
disisihkan oleh pendiri untuk kegiatan sosial dan nonprofit. Artinya saat Yayasan
didirikan pertama kali para pendiri memisahkan sejumlah kekayaan pribadinya
baik uang atau barang untuk dijadikan kekayaan awal yayasan. Organ yang ada
dalam yayasan hanyalah pembina, pengurus dan pengawas dapat dikatakan tidak
ada sistem keanggotaan.
Yayasan dapat melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Namun
keuntungan tersebut hanya dapat digunakan untuk kegiatan operasional yayasan
dan tidak boleh dibagikan kepada pendiri yayasan. Untuk berkembang dan
mencari pendapatan Yayasan dapat mendirikan badan usaha atau ikut serta
penyertaan saham dalam suatu badan usaha yang biasanya berupa PT dengan
batasan tertentu. Badan usaha dimaksud harus melakukan kegiatan usaha yang
sejalan dengan tujuan yayasan.
Lebih lanjut terkait kekayaan baik berupa barang maupun kekayaan lain
Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha baik dalam bentuk gaji
upah maupun honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
pembina pengurus dan pengawas. Meskipun begitu pengurus yayasan bisa
menerima gaji upah dan honorarium jika dalam anggaran dasar pendirian Yayasan
disebutkan demikian serta memenuhi syarat:
a. pengurus bukanlah pendiri yayasan dan tidak terafiliasi pendiri, pembina, dan
pengawas yayasan
b.Melakukan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh

14
2. Perkumpulan/Asosiasi
Perkumpulan adalah perkumpulannya beberapa orang yang hendak mencapai
satu tujuan yang sama dalam bidang non ekonomis. Beberapa orang ini bersepakat
mengadakan suatu kerjasama yang bentuk dan caranya diletakkan dalam suatu
anggaran dasar. Di sini terlihat bahwa berbeda dengan yayasan dalam
perkumpulan diperkenankan adanya sistem keanggotaan. Asosiasi juga bisa
didefinisikan sebagai organisasi berbasis keanggotaan yang didirikan karena
identitas umum atau tujuan diantara anggotanya. Misalnya adalah asosiasi Kerja
Indonesia Mahasiswa. Hal ini menariknya adalah kebanyakan asosiasi dibentuk
sebagai entitas non hukum. Tapi jika asosiasi tertentu ingin membentuk badan
hukum mereka harus mempersiapkan surat pendaftaran kepada ketua pengadilan
negeri.
Pengaturan mengenai perkumpulan sendiri masih tersebar dalam berbagai
peraturan perundang-undangan khususnya peraturan peninggalan kolonial Belanda.
Saat ini Pemerintah masih berusaha menyusun rancangan undang-undang tentang
perkumpulan supaya perkumpulan di Indonesia lebih tertata. Jika ingin mendirikan
perkumpulan yang berbadan hukum perkumpulan tersebut memperoleh status
badan hukum melalui diterbitkannya SK Kemenhukham yang dapat diproses
setelah akta pendirian perkumpulan dibuat sama seperti yayasan
3. Lembaya Swadaya Masyarakat (LSM)
Jeff Atkinson dan Martin Scurrah dalam bukunya Globalizing Social
Justice; The Role of Non-Governmental Organizations in Bringing about
Social Change memberikan pengertian LSM sebagai suatu sekelompok
masyarakat (perhimpunan) yang secara formal terorganisir dan merupakan
lembaga yang umumnya self-governing, privat, dan non profit (tidak berorientasi
pada profit). Dari kerangka hukum pengaturan mengenai organisasi LSM di
Indonesia terbagi menjadi dua yaitu:
1. Organisasi tanpa anggota, sehinggal dekat definisinya dengan yayasan
2. Organisasi berdasarkan keanggotaan, sehingga dekat definisinya dengan
perkumpulan.
D. ISAK 35
Pada tanggal 11 April 2019 dewan standar akuntansi keuangan ikatan akuntan
indonesia (DSAK IAI) telah mengesahkan ISAK 35 : penyajian laporan keuangan
entitas berorientasi non laba. ISAK 35 mengatur tentang penyajian laporan keuangan

15
entitas berorientasi non laba yang berlaku efektif untuk periode tahun buku yang
dimulai pada tanggal 1 Januari 2020.
1. Ruang Lingkup ISAK 35
DE ISAK 35 Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Non Laba paragraf
05-07 mengatur ruang lingkup penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non
laba yaitu :
a. Entitas berorientasi non laba terlepas dari bentuk badan hukum entitas
tersebut.
b. Entitas berorientasi non laba yang menggunakan standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
c. Standar ini diterapkan khusus untuk penyajian laporan keuangan.
PSAK 45 mengatur 4 jenis laporan keuangan, namun dalam ISAK 35 ada
perubahan format laporan aktivitas yang berisi laporan penghasilan komperhensif
dan laporan perubahan aset neto dipisah menjadi 2 laporan yang berbeda sehingga
laporan keuangan dalam ISAK 35 ada 5 jenis.
2. Interpretasi ISAK 35
Dalam menyajikan laporan keuangan, entitas nonlaba perlu memperhatikan
persyaratan penyajian laporan keuangan dan persyaratan minimal isi dalam
laporan keuangan yang telah diatur dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.
Kemudian, untuk beberapa pos yang terdapat dalam laporan keuangan, entitas
nonlaba dapat melakukan penyesuaian deskripsi, contohnya jika sumber daya yang
diterima oleh entitas non laba mengharuskan entitas untuk memenuhi kondisi yang
melekat pada sumber daya tersebut, entitas dapat menyajikan jumlah sumber daya
tersebut berdasarkansifatnya yaitu pada adanya pembatasan oleh pemberi sumber
daya.
Entitas non laba juga dapat menyesuaikan deskripsi yang digunakan atas laporan
keuangan itu sendiri. Sebagai contoh, penyesuian atas penggunaan juadul ‘Laporan
Perubahan Aset Neto’ daripada ‘Laporan Perubahan Ekuitas’. Penyesuaian atas
judul laporan keuangan tidak dibatasi sepanjang penggunaan judul mencerminkan
fungsi yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangannya. Namun entitas
berorientasi non laba tetap harus mempertimbangkan seluruh fakta dan keadaan
relevan dalam menyajikan laporan keuangannya termasuk catatan atas laporan
keuangan. Sehingga tidak mengurangi kualitas informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.

16
3. Jenis Laporan Keuangan Organisasi Non-laba ISAK 35
Contoh ilustratif ini menggunakan istilah “penghasilan komprehensif”. Untuk
menunjukkan jumlah surpulus dan penghasilan komprehensif lain. Entitas dapat
menggunakan judul lain sepanjang penggunaan judul lain mampu mencerminkan
fungsi yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangannya.
a. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menunjukkan aset, liabilitas
dan aset netto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur- unsur
tersebut pada waktu tertentu. Adanya laporan ini dapat membantu donatur,
anggota organisasi, kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai kemampuan
organisasi dalam memberikan jasa. Laporan posisi keuangan dapat
memberikan informasi yang relevan tentang likuiditas, fleksibilitas keuangan,
kinerja, dan kebutuhan pembiayaan utang. Terdapat 2 format laporan posisi
keuangan yang disajikan sebagai contoh, yaitu :
1) Format A menyajikan informasi pos penghasilan komprehensif lain secara
tersendiri sebagai bagian dari asset neto tanpa pembatasan dari pemberi
sumber daya. Akan tetapi, jika penghasilan komprehensif lain berasal dari
asset neto dengan pembatasan, maka entitas menyajikan informasi
penghasilan komprehensif lain tersebut sesuai dengan kelas asset netonya.
2) Format B tidak menyajikan informasi pos penghasilan komprehensif lain
tersendiri. Mencakup jumlah penghasilan komrehensif lain (entitas
menyajikan informasi penghasilan komprehensif lain tersebut sesuai
dengan kelas asset netonya, misalnya jika penghasilan komprehensif lain
berasal dari asset neto dengan pembatasan, maka disajikan dalam kelas
asset neto dengan pembatasan).

17
Gambar 2.1 Contoh Laporan Posisi Keuangan (Format A)
*Sumber : ISAK 35, 2020

Gambar 2.2 Contoh Laporan Posisi Keuangan (Format B)


*Sumber : ISAK 35, 2020

18
b. Laporan Penghasilan Komprehensif
Laporan penghasilan komperhensif merupakan laporan yang menunjukkan jumlah
penghasilan tanpa pembatasan dan dengan pembatasan serta penggunaan sumber
daya dalam pelaksanaan berbagai program dan jasa selama satu periode akuntansi.
Terdapat 2 format laporan posisi keuangan yang disajikan sebagai contoh, yaitu :
1) Format A menyajikan informasi dalam bentuk kolom tunggal. Format A
ini memudahkan penyusunan laporan secara komparatif
2) Format B menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi asset neto.

Gambar 2.3 Laporan Penghasilan Komperhensif (Format A)


Sumber : ISAK 35, 2020

19
Gambar 2.4 Laporan Penghasilan Komperhensif (Format A)
Sumber : ISAK 35, 2020

c. Laporan Perubahan Aset Neto


Laporan perubahan aset netto merupakan laporan yang menyediakan informasi
mengenai perubahan jumlah aset netto dengan pembatasan dan tanpa
pematasan dalam satu periode akuntansi.

Gambar 2.5 Laporan Perubahan Aset Neto


Sumber : ISAK 35, 2020

20
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menyediakan informasi mengenai aliran
kas masuk dan keluar dalam satu periode akuntansi. Laporan arus kas
memiliki dua metode penyajian yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung.

Gambar 2.6 Laporan Arus Kas ( Metode Langsung)


Sumber : ISAK 35, 2020

21
Gambar 2.7 Laporan Arus Kas ( Metode Tidak Langsung)
Sumber : ISAK 35, 2020

e. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan adalah informasi tambahan yang ditambahkan
pada akhir laporan keuangan. Tugas CALK adalah membantu memperjelas
perhitungan pos-pos tertentu dalam laporan keuangan sehingga dapat
memberikan nilai komprehensif bagi kondisi keuangan organisasi.

22
BAB IV
STUDI KASUS

A. Studi Kasus PSAK 1


Perusahaan PT. ABC adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi
dan menjual produk elektronik. Pada tanggal 31 Desember 2023, PT. ABC memiliki
laporan keuangan sebagai berikut:
Laporan Posisi Keuangan

Aktiva Jumlah
Aset lancar Rp100.000.000
Aset tetap Rp50.000.000
Aset tidak berwujud Rp20.000.000
Total aktiva Rp170.000.000
Kewajiban lancar Rp50.000.000
Kewajiban jangka panjang Rp30.000.000
Ekuitas Rp90.000.000
Total kewajiban dan ekuitas Rp170.000.000

23
Laporan Laba Rugi
PT. ABC
LAPORAN LABA RUGI
Desember 2023
Pendapatan
Pendapatan Usaha Rp200.000.000
Total Pendapatan Usaha
Total Pendapatan Rp200.000.000
Beban pokok penjualan
Beban pokok penjualan Rp100.000.000
Total Biaya Produksi Rp100.000.000
Total Biaya atas Pendapatan (Rp100.000.000)
Laba/Rugi Kotor Rp100.000.000
Pengeluaran Operasional
Beban Operasional Rp50.000.000
Total Biaya Operasional Rp50.000.000
Total Pengeluaran
Operasional (Rp50.000.000)
LabaRugi sebelum Pajak Rp50.000.000
Pajak Penghasilan (Rp20.000.000)
Laba Bersih Rp30.000.000

Laporan Perubahan Ekuitas

PT.ABC
LAPORAN PERUBAHAN EQUITAS
Desember 2023

Saldo Laba Awal Rp50.000.000

Laba Bersih Rp30.000.000

Rp80.000.000
Deviden

Deviden Rp10.000.000
Total Dividen Yang
Diumumkan Rp10.000.000

Saldo Laba Akhir Rp70.000.000

24
Laporan Arus Kas

Arus kas aktivitas operasi Rp 40.000.000


Arus kas dari aktivitas investasi (Rp 20.000.000)
Rp 20.000.000
Arus kas dari aktivitas Rp 20.000.000
pendanaan
Kenaikan bersih kas dan setara Rp 40.000.000
kas
Kas dan setara kas awal periode Rp 10.000.000
Kas dan setara kas akhir periode Rp 50.000.000

Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan PT. ABC mencakup informasi berikut:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan, termasuk metode penyusutan dan akuntansi
persediaan.
2. Informasi tentang nilai wajar aset dan kewajiban.
3. Informasi tentang komitmen dan kontinjensi.
4. Informasi tentang segmen operasi.
Analisis
Berdasarkan laporan keuangan PT. ABC, dapat disimpulkan bahwa perusahaan
tersebut memiliki posisi keuangan yang sehat. Aset lancar perusahaan lebih besar dari
kewajiban lancarnya, sehingga perusahaan memiliki likuiditas yang baik. Selain itu,
perusahaan juga memiliki laba bersih yang positif, sehingga perusahaan memiliki
profitabilitas yang baik.
Pertanyaan
Berdasarkan studi kasus tersebut, berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat
diajukan:
1. Apakah ada informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan PT. ABC?
2. Bagaimana cara PT. ABC mengukur kinerja keuangannya?
3. Bagaimana cara PT. ABC mengelola risikonya?
Jawaban
1. Ya, ada beberapa informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan PT. ABC, antara lain:
a. Informasi tentang perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan
perusahaan.

25
b. Informasi tentang transaksi dengan pihak berelasi.
c. Informasi tentang peristiwa penting yang terjadi setelah periode pelaporan.
2. PT. ABC dapat mengukur kinerja keuangannya dengan menggunakan berbagai
metrik, antara lain:
a. Laba bersih
b. Return on assets (ROA)
c. Return on equity (ROE)
d. Earning per share (EPS)
3. PT. ABC dapat mengelola risikonya dengan menerapkan berbagai strategi, antara
lain:
a. Diversifikasi
b. Asuransi
c. Manajemen risiko keuangan
Kesimpulan
Studi kasus PSAK 01 ini memberikan gambaran umum tentang bagaimana laporan
keuangan disusun dan disajikan. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi
penting bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan.

B. Studi Kasus PSAK 35


Yayasan Pendidikan Budi Luhur adalah sebuah entitas organisasi nonlaba. Pada
tanggal 31 Desember 2023, Yayasan Pendidikan Budi Luhur memiliki laporan
keuangan sebagai berikut :
Data Transaksi
Berikut adalah data transaksi yang terjadi selama tahun buku 2023:
 Pendapatan:
 Sumbangan dari masyarakat Rp100.000.000
 Uang pangkal siswa baru Rp50.000.000
 Pendapatan jasa bimbingan belajar Rp25.000.000
 Beban:
 Gaji dan tunjangan karyawan Rp50.000.000
 Biaya pendidikan
Rp30.000.000
 Biaya operasional lainnya Rp20.000.000

26
Penyelesaian
Berdasarkan data transaksi di atas, berikut adalah penyusunan laporan keuangan
Yayasan Pendidikan Budi Luhur untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember
2023:
Laporan Posisi Keuangan
Aktiva Nilai
Aset lancar Rp175.000.000
Kas dan setara kas Rp50.000.000
Piutang usaha Rp50.000.000
Aset tidak lancar Rp75.000.000
Aset tetap Rp50.000.000
Aset lainnya Rp25.000.000

Laporan Penghasilan Komprehensif


Pendapatan Rp175.000.000
Beban Rp100.000.000
Surplus/(defisit) Rp75.000.000

Laporan Perubahan Aset Neto


Surplus/(defisit) tahun berjalan Rp75.000.000
Surplus/(defisit) tahun-tahun sebelumnya Rp -
Total aset neto Rp250.000.000
Laporan Arus Kas
Arus kas dari aktivitas operasi Rp 25.000.000
Arus kas dari aktivitas investasi Rp -
Arus kas dari aktivitas pendanaan Rp -
Perubahan bersih dalam kas dan setara kas Rp25.000.000

Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan berisi penjelasan dan informasi tambahan yang
diperlukan untuk memahami laporan keuangan. Berikut adalah beberapa catatan atas
laporan keuangan Yayasan Pendidikan Budi Luhur untuk tahun buku yang berakhir
pada 31 Desember 2023:

27
1. Aset
a. Kas dan setara kas terdiri dari kas di bank dan kas di kasir.
b. Piutang usaha terdiri dari piutang kepada siswa dan piutang kepada pihak
lain.
c. Aset tetap terdiri dari gedung, peralatan, dan kendaraan.
d. Aset lainnya terdiri dari hak cipta dan merek dagang.
2. Pendapatan
a. Sumbangan dari masyarakat merupakan sumbangan yang diterima dari
perorangan, organisasi, atau perusahaan.
b. Uang pangkal siswa baru merupakan uang yang dibayarkan oleh siswa
baru untuk biaya masuk sekolah.
c. Pendapatan jasa bimbingan belajar merupakan pendapatan yang diterima
dari jasa bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa.
3. Beban
a. Gaji dan tunjangan karyawan merupakan beban yang dibayarkan kepada
karyawan atas jasa yang diberikan.
b. Biaya pendidikan merupakan beban yang dikeluarkan untuk biaya
pendidikan siswa.
c. Biaya operasional lainnya merupakan beban yang dikeluarkan untuk biaya
operasional lainnya, seperti biaya listrik, air, dan telepon.
Analisis
Berdasarkan laporan keuangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Yayasan Pendidikan
Budi Luhur mengalami surplus sebesar Rp75.000.000,- pada tahun buku 2023. Surplus
tersebut berasal dari pendapatan yang lebih besar daripada beban. Surplus tersebut
akan digunakan untuk menambah aset neto Yayasan Pendidikan Budi Luhur.

Kesimpulan
Studi kasus ini menunjukkan bagaimana penerapan ISAK 35 dalam penyusunan
laporan keuangan entitas nonlaba. ISAK 35 memberikan panduan yang spesifik untuk
entitas nonlaba dalam menyusun laporan keuangan agar dapat memberikan informasi
yang relevan dan bermanfaat

28
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip-Prinsip Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) memegang peran penting
dalam mengatur dan menstandarisasi praktik akuntansi di Indonesia. PSAK
memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana transaksi keuangan harus dicatat,
disajikan, dan dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Di tengah dinamika
bisnis yang semakin kompleks, penerapan PSAK menjadi krusial untuk memastikan
transparansi, keandalan, dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan.
PSAK 1 memberikan pedoman tentang bagaimana sebuah entitas harus menyusun
dan menyajikan laporan keuangan mereka. Standar ini mencakup informasi seperti
struktur laporan keuangan, elemen-elemen yang harus disajikan dalam laporan
keuangan, dan pedoman umum terkait dengan penyajian informasi keuangan.
ISAK 35 mengatur tentang penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non
laba. Dalam menyajikan laporan keuangan, entitas nonlaba perlu memperhatikan
persyaratan penyajian laporan keuangan dan persyaratan minimal isi dalam laporan
keuangan yang telah diatur dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.

B. Saran

PSAK 01 dan PSAK 35 adalah singkatan dari “Standar Akuntansi Keuangan” yang di
keluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK 01 adalah Standar yang
mengatur penyajian laporan keuangan, sedangkan PSAK 35 mengatur akuntansi aset
tetap. Saran terkait PSAK 01 adalah memastikan laporan keuangan di sajikan sesuai
prinsip - prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Untuk PSAK 35, saran yang
mungkin di berikan berkaitan dengan penilaian, pengakuan, dan pengungkapan aset
tetap dalam laporan keuangan. Konsultasikan dengan seorang akuntan atau profesional
keuangan untuk implementasikan yang tepat sesuai situasi perusahaan anda.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sirait, Pirmatua. (2017). Analisis laporan keuangan,Edisi pertama. Yogyakarta :


Ekuibliria.

Prasetyo, Margo S. & Endang Wulandari. (2020). Pengantar Akuntansi. Yogyakarta :


Penebar Media Pustaka.

Asrianda, Muhammad Akbar. & Trirano Aqiel Usman. (2023). ISAK:35 Penyajian
Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba. (Makalah, Universitas Riau).

Bamai Uma. (2022). 8 Karakteristik Laporan Keuangan. Diakses pada Senin, 16


Oktober 2023, dari https://bamai.uma.ac.id/2022/12/16/8-karakteristik-
laporan-keuangan/

30

Anda mungkin juga menyukai