Tugas 1 Topik Khusus Akuntansi - PSAK 1 & PSAK 35 (KELOMPOK 1)
Tugas 1 Topik Khusus Akuntansi - PSAK 1 & PSAK 35 (KELOMPOK 1)
Dosen Pengampu :
Yusuf Jaya Saputra, S.E., M.E., CTA., ACPA.
Kelompok 1 :
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan nikmat-Nya, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan makalah dengan judul “PSAK 1 - Penyajian Laporan Keuangan &
PSAK 35 - Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Non Laba” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Topik Khusus Akuntansi pada program studi Akuntansi,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam Enam Kendari.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW,
Nabi yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yusuf Jaya Saputra, S.E., M.E., CTA.,
ACPA. selaku dosen pengampu mata kuliah Topik Khusus Akuntansi yang telah
memberikan tugas ini guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami, penulis
maupun pembaca.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
yang membangun dari pembaca untuk makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP............................................................................................................... 29
A. Kesimpulan............................................................................................................... 29
B. Saran..........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penting bagi bisnis dan organisasi yang beroperasi di Indonesia untuk mengenal
dan mematuhi PSAK guna memastikan pelaporan keuangan yang akurat dan konsisten.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyajian dan penerapan laporan keuangan menurut PSAK 1?
2. Bagaimana penyajian dan penerapan laporan keuangan entitas berorientasi
non laba menurut PSAK 35?
C. Tujuan
1. Memahami secara menyeluruh penyajian dan penerapan laporan keuangan
sesuai dengan PSAK 1.
2. Memahami secara menyeluruh penyajian dan penerapan laporan keuangan
entitas beroientasi non laba sesuai dengan PSAK 35.
2
BAB II
PSAK 1 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
3
8. Pentingnya Pengungkapan
Informasi tambahan harus diungkapkan jika diperlukan untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.
9. Pengungkapan Komparatif
Informasi komparatif harus diungkapkan untuk mengamati perubahan dari satu
periode ke periode berikutnya.
4
2. Relevan
Informasi berhubungan dengan kebutuhan pengguna dalam pengambilan
keputusan. Setelah dipelajari dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
kepada hal yang lebih tepat dan baik.
3. Materialistis
Informasi yang kurang tepat tidak mempengaruhi keputusan ekonomi yang
diambil. Materialistis tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
sesuai dengan situasi tertentu dari posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas
suatu entitas.
4. Keandalan
Informasi bebas dari kesalahan material dan bias, dan penyajian secara jujur apa
yang seharusnya disajikan atau secara wajar diharapkan dapat disajikan.
5. Substansi Mengungguli Bentuk
Pencatatan dilakukan dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi
dan bukan hanya bentuk hukumnya.
6. Pertimbangan Sehat
Saat melakukan pertimbangan dalam kondisi ketidakpastian, dilakukan secara hati-
hati, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau
beban tidak disajikan lebih rendah. Singkatnya tidak bias.
7. Kelengkapan
Laporan Keuangan lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Informasi harus
semua diungkapkan agar tidak menyesatkan.
8. Dapat Dibandingkan
Laporan Keuangan entitas harus dapat dipertimbangkan antar periode, antar entitas.
Dengan demikian pengukuran dan penyajian dampak keuangan dilakukan secara
konsisten.
9. Tepat waktu
Informasi dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para
penggunanya. Informasi disediakan dalam jangka waktu pengambilan keputusan.
5
C. PSAK 1
1. Pelaporan Keuangan Tetap
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (ETAP) adalah suatu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. SAK ETAP membantu perusahaan kecil
menengah dalam menyediakan pelaporan keuangan yang tetap relevan dan andal. SAK
ETAP akan khusus digunakan unutk perusahaan tanpa akuntabilitas publik yang
signifikan. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek dan yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan tetap harus menggunakan PSAK yang umum.
6
c. Pengakuan penghasilan
Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan
kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat
ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal (Ikatan Akuntan Indonesia,
2009a:2.36).
d. Pengakuan beban
Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur secara andal (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009a:2.37).
7
SAK ETAP nomor 4 paragraf 4 menyatakan bahwa entitas harus menyajikan aset
lancar dan aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang,
sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca, dimana klasifikasi tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Aset Lancar
SAK ETAP (2009 : 20) menyatakan bahwa entitas mengklasifikasikan aset
sebagai aset lancar jika:
a) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan,
dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas;
b) Dimiliki untuk diperdagangkan;
c) Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan; atau
d) Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari
pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12
bulan setelah akhir periode pelaporan.
2) Kewajiban Jangka Pendek
SAK ETAP (2009 : 20) menyatakan bahwa entitas mengklasifikasikan
kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek jika:
a) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
entitas;
b) Dimiliki untuk diperdagangkan;
c) Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan; atau
d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
b. Laporan laba rugi
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang diakui
dalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur
perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan
akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan
sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan (Ikatan Akutan
Indonesia, 2009a : 5.2). Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1) Pendapatan;
2) Beban keuangan;
8
3) Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas;
4) Beban pajak;
5) Laba atau rugi neto.
c. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajiakan laba atau rugi entitas untuk suatu periode,
pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode
tersebut, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui
dalam periode tersebut, dan jumlah investasi oleh, dan deviden dan distribusi lain ke
pemilik ekuitas selama periode tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia,2009a: 6.2).
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atau kas dan setara kas
entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode
dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan (Ikatan Akuntan Indonesia,2009a : 7.1).
Informasi yang disajikan di dalam laporan arus kas menurut SAK ETAP yang dikutip
oleh Ranu Agus (2011), yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pendanaan.
e. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan catatan atas laporan keuangan memberikan
penjelasan nararif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan
informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009a :8.1). Catatan atas laporan keuangan harus :
1) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi tertentu.
2) Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak
disajikan dalam laporan keuangan.
3) Membertikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan,
tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
9
a. Aset
Aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan darimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
entitas (SAK ETAP, 2009:2.12).
b. Kewajiban
Kewajiban merupakan kewajiban masa kin entitas yang timbul dari peristiwa masa
lalu, yang penyelesaiannya diharapka mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi (SAK ETAP, 2009 : 2.12). Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (2009a : 2.17) karakteristik esensial dari kewajiban
(liability) adalah bahwa entitas mempunyai kewajiban (obligation) masa kini
untuk bertindak atau untuk melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban
dapat berupa kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau
peraturan perundangan. Kewajiban konstruktif adalah kewajiban yang timbul dari
tindakan entitas ketika:
1) Oleh praktik baku masa lalu, kebijakan yang telah dipublikasikan atau
pernyataan kini yang cukup spesifik, entitas telah memberikan indikasi
kepada pihak lain bahwa entitas akan menerima tanggung jawab tertentu;
dan
2) Akibatnya, entitas telah menimbulkan ekspektasi kuat dan sah kepada pihak
lain bahwa entitas akan melaksanakan tanggung jawab tersebut.
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas,
penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian kewajiban tersebut
dengan kewajiban lain, atau konversi kewajiban menjadi ekuitas. Kewajiban
juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau
membatalkan haknya.
c. Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas
yang biasa dan mengacu pada beberapa istilah seperti penjualan, imbalan, bunga,
dividen, royalti dan sewa (SAK ETAP, 2009a, 2.22).
d. Beban
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
pelaporan dalam bentuk arus keluar atau penurunan aset, atau terjadinya kewajiban
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak terkait dengan distribusi kepada
10
penanam modal (SAK ETAP, 2009a.2.20). Pada SAK ETAP, menyatakan bahwa
beban mencakup kerugian dan beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
entitas yang biasa.
1) Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa meliputi,
misalnya, beban pokok penjualan, upah, dan penyusutan. Beban tersebut
biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset seperti kas dan setara
kas, persediaan, dan aset tetap.
2) Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang
mungkin, atau mungkin tidak, timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa. Ketika kerugian diakui dalam laporan laba rugi, biasanya disajikan
secara terpisah karena pengetahuan mengenai pos tersebut berguna untuk
tujuan pengambilan keputusan ekonomi.
e. Ekuitas
Ekuitas adalah hak sisa pada set suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh
kewajibannya. Ekuitas meliputi investasi pemilik entitas, ditambah dengan hasil
atas investasi yang diperoleh melalui operasi yang menguntungkan dan hasil yang
ditahan kembali untuk digunakan dalam operasi entitas tersebut, dikurangi dengan
penurunan atas investasi pemilik sebagai akibat dari operasi yang tidak
menguntungkan dan alokasi kepada pemilik (SAK ETAP, 2009a.2.19).
11
BAB III
ISAK 35 - PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN ENTITAS BERORIENTASI
NONLABA
12
2. Lembaga Non Profit
Lembaga non-profit adalah suatu organisasi yang tidak berorientasi pada profit
atau keuntungan. Organisasi ini biasanya didirikan dengan tujuan untuk
memberikan manfaat sosial, kemanusiaan, atau lingkungan2. Contoh lembaga non-
profit antara lain yayasan sosial, lembaga amal, dan organisasi lingkungan hidup
13
C. Bentuk Badan Hukum Organisasi Non Laba
Organisasi non laba, atau yang sering disebut juga sebagai organisasi nirlaba atau
lembaga swadaya masyarakat (LSM), adalah entitas yang tujuan utamanya bukan
untuk mencari keuntungan finansial. Bentuk hukum organisasi non laba dapat
bervariasi tergantung pada negara dan yurisdiksi hukumnya. Di bawah ini adalah
beberapa bentuk hukum umum yang sering digunakan untuk organisasi non laba:
1. Yayasan
Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan (UU 16/2001), Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan
yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan.
Peneliti senior pusat studi hukum dan kebijakan Indonesia pshk Haryanto
Nugroho mendefinisikan Yayasan berupa sekumpulan aset dan kekayaan yang
disisihkan oleh pendiri untuk kegiatan sosial dan nonprofit. Artinya saat Yayasan
didirikan pertama kali para pendiri memisahkan sejumlah kekayaan pribadinya
baik uang atau barang untuk dijadikan kekayaan awal yayasan. Organ yang ada
dalam yayasan hanyalah pembina, pengurus dan pengawas dapat dikatakan tidak
ada sistem keanggotaan.
Yayasan dapat melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan. Namun
keuntungan tersebut hanya dapat digunakan untuk kegiatan operasional yayasan
dan tidak boleh dibagikan kepada pendiri yayasan. Untuk berkembang dan
mencari pendapatan Yayasan dapat mendirikan badan usaha atau ikut serta
penyertaan saham dalam suatu badan usaha yang biasanya berupa PT dengan
batasan tertentu. Badan usaha dimaksud harus melakukan kegiatan usaha yang
sejalan dengan tujuan yayasan.
Lebih lanjut terkait kekayaan baik berupa barang maupun kekayaan lain
Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha baik dalam bentuk gaji
upah maupun honorarium atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada
pembina pengurus dan pengawas. Meskipun begitu pengurus yayasan bisa
menerima gaji upah dan honorarium jika dalam anggaran dasar pendirian Yayasan
disebutkan demikian serta memenuhi syarat:
a. pengurus bukanlah pendiri yayasan dan tidak terafiliasi pendiri, pembina, dan
pengawas yayasan
b.Melakukan kepengurusan yayasan secara langsung dan penuh
14
2. Perkumpulan/Asosiasi
Perkumpulan adalah perkumpulannya beberapa orang yang hendak mencapai
satu tujuan yang sama dalam bidang non ekonomis. Beberapa orang ini bersepakat
mengadakan suatu kerjasama yang bentuk dan caranya diletakkan dalam suatu
anggaran dasar. Di sini terlihat bahwa berbeda dengan yayasan dalam
perkumpulan diperkenankan adanya sistem keanggotaan. Asosiasi juga bisa
didefinisikan sebagai organisasi berbasis keanggotaan yang didirikan karena
identitas umum atau tujuan diantara anggotanya. Misalnya adalah asosiasi Kerja
Indonesia Mahasiswa. Hal ini menariknya adalah kebanyakan asosiasi dibentuk
sebagai entitas non hukum. Tapi jika asosiasi tertentu ingin membentuk badan
hukum mereka harus mempersiapkan surat pendaftaran kepada ketua pengadilan
negeri.
Pengaturan mengenai perkumpulan sendiri masih tersebar dalam berbagai
peraturan perundang-undangan khususnya peraturan peninggalan kolonial Belanda.
Saat ini Pemerintah masih berusaha menyusun rancangan undang-undang tentang
perkumpulan supaya perkumpulan di Indonesia lebih tertata. Jika ingin mendirikan
perkumpulan yang berbadan hukum perkumpulan tersebut memperoleh status
badan hukum melalui diterbitkannya SK Kemenhukham yang dapat diproses
setelah akta pendirian perkumpulan dibuat sama seperti yayasan
3. Lembaya Swadaya Masyarakat (LSM)
Jeff Atkinson dan Martin Scurrah dalam bukunya Globalizing Social
Justice; The Role of Non-Governmental Organizations in Bringing about
Social Change memberikan pengertian LSM sebagai suatu sekelompok
masyarakat (perhimpunan) yang secara formal terorganisir dan merupakan
lembaga yang umumnya self-governing, privat, dan non profit (tidak berorientasi
pada profit). Dari kerangka hukum pengaturan mengenai organisasi LSM di
Indonesia terbagi menjadi dua yaitu:
1. Organisasi tanpa anggota, sehinggal dekat definisinya dengan yayasan
2. Organisasi berdasarkan keanggotaan, sehingga dekat definisinya dengan
perkumpulan.
D. ISAK 35
Pada tanggal 11 April 2019 dewan standar akuntansi keuangan ikatan akuntan
indonesia (DSAK IAI) telah mengesahkan ISAK 35 : penyajian laporan keuangan
entitas berorientasi non laba. ISAK 35 mengatur tentang penyajian laporan keuangan
15
entitas berorientasi non laba yang berlaku efektif untuk periode tahun buku yang
dimulai pada tanggal 1 Januari 2020.
1. Ruang Lingkup ISAK 35
DE ISAK 35 Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Non Laba paragraf
05-07 mengatur ruang lingkup penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non
laba yaitu :
a. Entitas berorientasi non laba terlepas dari bentuk badan hukum entitas
tersebut.
b. Entitas berorientasi non laba yang menggunakan standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa akuntabilitas Publik (SAK ETAP).
c. Standar ini diterapkan khusus untuk penyajian laporan keuangan.
PSAK 45 mengatur 4 jenis laporan keuangan, namun dalam ISAK 35 ada
perubahan format laporan aktivitas yang berisi laporan penghasilan komperhensif
dan laporan perubahan aset neto dipisah menjadi 2 laporan yang berbeda sehingga
laporan keuangan dalam ISAK 35 ada 5 jenis.
2. Interpretasi ISAK 35
Dalam menyajikan laporan keuangan, entitas nonlaba perlu memperhatikan
persyaratan penyajian laporan keuangan dan persyaratan minimal isi dalam
laporan keuangan yang telah diatur dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.
Kemudian, untuk beberapa pos yang terdapat dalam laporan keuangan, entitas
nonlaba dapat melakukan penyesuaian deskripsi, contohnya jika sumber daya yang
diterima oleh entitas non laba mengharuskan entitas untuk memenuhi kondisi yang
melekat pada sumber daya tersebut, entitas dapat menyajikan jumlah sumber daya
tersebut berdasarkansifatnya yaitu pada adanya pembatasan oleh pemberi sumber
daya.
Entitas non laba juga dapat menyesuaikan deskripsi yang digunakan atas laporan
keuangan itu sendiri. Sebagai contoh, penyesuian atas penggunaan juadul ‘Laporan
Perubahan Aset Neto’ daripada ‘Laporan Perubahan Ekuitas’. Penyesuaian atas
judul laporan keuangan tidak dibatasi sepanjang penggunaan judul mencerminkan
fungsi yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangannya. Namun entitas
berorientasi non laba tetap harus mempertimbangkan seluruh fakta dan keadaan
relevan dalam menyajikan laporan keuangannya termasuk catatan atas laporan
keuangan. Sehingga tidak mengurangi kualitas informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan.
16
3. Jenis Laporan Keuangan Organisasi Non-laba ISAK 35
Contoh ilustratif ini menggunakan istilah “penghasilan komprehensif”. Untuk
menunjukkan jumlah surpulus dan penghasilan komprehensif lain. Entitas dapat
menggunakan judul lain sepanjang penggunaan judul lain mampu mencerminkan
fungsi yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangannya.
a. Laporan Posisi Keuangan
Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menunjukkan aset, liabilitas
dan aset netto serta informasi mengenai hubungan di antara unsur- unsur
tersebut pada waktu tertentu. Adanya laporan ini dapat membantu donatur,
anggota organisasi, kreditur, dan pihak-pihak lain untuk menilai kemampuan
organisasi dalam memberikan jasa. Laporan posisi keuangan dapat
memberikan informasi yang relevan tentang likuiditas, fleksibilitas keuangan,
kinerja, dan kebutuhan pembiayaan utang. Terdapat 2 format laporan posisi
keuangan yang disajikan sebagai contoh, yaitu :
1) Format A menyajikan informasi pos penghasilan komprehensif lain secara
tersendiri sebagai bagian dari asset neto tanpa pembatasan dari pemberi
sumber daya. Akan tetapi, jika penghasilan komprehensif lain berasal dari
asset neto dengan pembatasan, maka entitas menyajikan informasi
penghasilan komprehensif lain tersebut sesuai dengan kelas asset netonya.
2) Format B tidak menyajikan informasi pos penghasilan komprehensif lain
tersendiri. Mencakup jumlah penghasilan komrehensif lain (entitas
menyajikan informasi penghasilan komprehensif lain tersebut sesuai
dengan kelas asset netonya, misalnya jika penghasilan komprehensif lain
berasal dari asset neto dengan pembatasan, maka disajikan dalam kelas
asset neto dengan pembatasan).
17
Gambar 2.1 Contoh Laporan Posisi Keuangan (Format A)
*Sumber : ISAK 35, 2020
18
b. Laporan Penghasilan Komprehensif
Laporan penghasilan komperhensif merupakan laporan yang menunjukkan jumlah
penghasilan tanpa pembatasan dan dengan pembatasan serta penggunaan sumber
daya dalam pelaksanaan berbagai program dan jasa selama satu periode akuntansi.
Terdapat 2 format laporan posisi keuangan yang disajikan sebagai contoh, yaitu :
1) Format A menyajikan informasi dalam bentuk kolom tunggal. Format A
ini memudahkan penyusunan laporan secara komparatif
2) Format B menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi asset neto.
19
Gambar 2.4 Laporan Penghasilan Komperhensif (Format A)
Sumber : ISAK 35, 2020
20
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang menyediakan informasi mengenai aliran
kas masuk dan keluar dalam satu periode akuntansi. Laporan arus kas
memiliki dua metode penyajian yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung.
21
Gambar 2.7 Laporan Arus Kas ( Metode Tidak Langsung)
Sumber : ISAK 35, 2020
22
BAB IV
STUDI KASUS
Aktiva Jumlah
Aset lancar Rp100.000.000
Aset tetap Rp50.000.000
Aset tidak berwujud Rp20.000.000
Total aktiva Rp170.000.000
Kewajiban lancar Rp50.000.000
Kewajiban jangka panjang Rp30.000.000
Ekuitas Rp90.000.000
Total kewajiban dan ekuitas Rp170.000.000
23
Laporan Laba Rugi
PT. ABC
LAPORAN LABA RUGI
Desember 2023
Pendapatan
Pendapatan Usaha Rp200.000.000
Total Pendapatan Usaha
Total Pendapatan Rp200.000.000
Beban pokok penjualan
Beban pokok penjualan Rp100.000.000
Total Biaya Produksi Rp100.000.000
Total Biaya atas Pendapatan (Rp100.000.000)
Laba/Rugi Kotor Rp100.000.000
Pengeluaran Operasional
Beban Operasional Rp50.000.000
Total Biaya Operasional Rp50.000.000
Total Pengeluaran
Operasional (Rp50.000.000)
LabaRugi sebelum Pajak Rp50.000.000
Pajak Penghasilan (Rp20.000.000)
Laba Bersih Rp30.000.000
PT.ABC
LAPORAN PERUBAHAN EQUITAS
Desember 2023
Rp80.000.000
Deviden
Deviden Rp10.000.000
Total Dividen Yang
Diumumkan Rp10.000.000
24
Laporan Arus Kas
25
b. Informasi tentang transaksi dengan pihak berelasi.
c. Informasi tentang peristiwa penting yang terjadi setelah periode pelaporan.
2. PT. ABC dapat mengukur kinerja keuangannya dengan menggunakan berbagai
metrik, antara lain:
a. Laba bersih
b. Return on assets (ROA)
c. Return on equity (ROE)
d. Earning per share (EPS)
3. PT. ABC dapat mengelola risikonya dengan menerapkan berbagai strategi, antara
lain:
a. Diversifikasi
b. Asuransi
c. Manajemen risiko keuangan
Kesimpulan
Studi kasus PSAK 01 ini memberikan gambaran umum tentang bagaimana laporan
keuangan disusun dan disajikan. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi
penting bagi pengguna laporan keuangan untuk memahami kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan.
26
Penyelesaian
Berdasarkan data transaksi di atas, berikut adalah penyusunan laporan keuangan
Yayasan Pendidikan Budi Luhur untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember
2023:
Laporan Posisi Keuangan
Aktiva Nilai
Aset lancar Rp175.000.000
Kas dan setara kas Rp50.000.000
Piutang usaha Rp50.000.000
Aset tidak lancar Rp75.000.000
Aset tetap Rp50.000.000
Aset lainnya Rp25.000.000
27
1. Aset
a. Kas dan setara kas terdiri dari kas di bank dan kas di kasir.
b. Piutang usaha terdiri dari piutang kepada siswa dan piutang kepada pihak
lain.
c. Aset tetap terdiri dari gedung, peralatan, dan kendaraan.
d. Aset lainnya terdiri dari hak cipta dan merek dagang.
2. Pendapatan
a. Sumbangan dari masyarakat merupakan sumbangan yang diterima dari
perorangan, organisasi, atau perusahaan.
b. Uang pangkal siswa baru merupakan uang yang dibayarkan oleh siswa
baru untuk biaya masuk sekolah.
c. Pendapatan jasa bimbingan belajar merupakan pendapatan yang diterima
dari jasa bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa.
3. Beban
a. Gaji dan tunjangan karyawan merupakan beban yang dibayarkan kepada
karyawan atas jasa yang diberikan.
b. Biaya pendidikan merupakan beban yang dikeluarkan untuk biaya
pendidikan siswa.
c. Biaya operasional lainnya merupakan beban yang dikeluarkan untuk biaya
operasional lainnya, seperti biaya listrik, air, dan telepon.
Analisis
Berdasarkan laporan keuangan di atas, dapat disimpulkan bahwa Yayasan Pendidikan
Budi Luhur mengalami surplus sebesar Rp75.000.000,- pada tahun buku 2023. Surplus
tersebut berasal dari pendapatan yang lebih besar daripada beban. Surplus tersebut
akan digunakan untuk menambah aset neto Yayasan Pendidikan Budi Luhur.
Kesimpulan
Studi kasus ini menunjukkan bagaimana penerapan ISAK 35 dalam penyusunan
laporan keuangan entitas nonlaba. ISAK 35 memberikan panduan yang spesifik untuk
entitas nonlaba dalam menyusun laporan keuangan agar dapat memberikan informasi
yang relevan dan bermanfaat
28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip-Prinsip Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) memegang peran penting
dalam mengatur dan menstandarisasi praktik akuntansi di Indonesia. PSAK
memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana transaksi keuangan harus dicatat,
disajikan, dan dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Di tengah dinamika
bisnis yang semakin kompleks, penerapan PSAK menjadi krusial untuk memastikan
transparansi, keandalan, dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan.
PSAK 1 memberikan pedoman tentang bagaimana sebuah entitas harus menyusun
dan menyajikan laporan keuangan mereka. Standar ini mencakup informasi seperti
struktur laporan keuangan, elemen-elemen yang harus disajikan dalam laporan
keuangan, dan pedoman umum terkait dengan penyajian informasi keuangan.
ISAK 35 mengatur tentang penyajian laporan keuangan entitas berorientasi non
laba. Dalam menyajikan laporan keuangan, entitas nonlaba perlu memperhatikan
persyaratan penyajian laporan keuangan dan persyaratan minimal isi dalam laporan
keuangan yang telah diatur dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.
B. Saran
PSAK 01 dan PSAK 35 adalah singkatan dari “Standar Akuntansi Keuangan” yang di
keluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK 01 adalah Standar yang
mengatur penyajian laporan keuangan, sedangkan PSAK 35 mengatur akuntansi aset
tetap. Saran terkait PSAK 01 adalah memastikan laporan keuangan di sajikan sesuai
prinsip - prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Untuk PSAK 35, saran yang
mungkin di berikan berkaitan dengan penilaian, pengakuan, dan pengungkapan aset
tetap dalam laporan keuangan. Konsultasikan dengan seorang akuntan atau profesional
keuangan untuk implementasikan yang tepat sesuai situasi perusahaan anda.
29
DAFTAR PUSTAKA
Asrianda, Muhammad Akbar. & Trirano Aqiel Usman. (2023). ISAK:35 Penyajian
Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba. (Makalah, Universitas Riau).
30