Anda di halaman 1dari 4

ESSAY

PANDANGAN, HARAPAN, DAN PERAN / KONSTRIBUSI UNTUK


PENDIDIKAN INDONESIA
Dosen Pengampu : Ari Syahidul Shidiq, S.Pd., M.Pd.

Oleh :
Dhia Kharisma Iffah (K3323024)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


JL. IR SUTAMI NO. 36 KENTINGAN, JEBRES, SURAKARTA, JAWA
TENGAH
2023
Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat penting
sebagai modal utama untuk membangun masa depan bangsa Indonesia yang berkelanjutan serta
menjadi salah satu langkah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Namun, pada kenyataanya
pendidikan di Indonesia masih mengalami banyak permasalahan dalam pelaksanaanya.
Kemajuan suatu bangsa di masa sekarang dan masa datang akan sangat ditentukan
generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa itu sendiri. Generasi muda yang berkualitas
dihasilkan dari adanya sistem pendidikan yang berkualitas pula. Tidak mungkin akselerasi
kemajuan bangsa dapat terwujud di masa datang tanpa didukung oleh kemajuan di bidang
pendidikan. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat berharga dan bernilai
luhur, terutama bagi generasi muda yang akan menentukan maju mundurnya suatu bangsa.
Sistem pendidikan yang bermutu membutuhkan manajemen pendidikan yang baik.
Berbagai dimensi manajemen pendidikan sebagai aspek pembangunan nasional mengarah pada
pencapaian hasil pembangunan bangsa yang bermutu. Dimensi-dimensi manajemen pendidikan
sebagai aspek pembangunan nasional tersebut dapat terdiri dari dimensi ideologi, politikal,
teknik, dan dimensi pembangunan. Adapun dimensi ideologi tentunya bersifat umum, begitu
pula dimensi politikal yang semakin ke bawah semakin bersifat konkrit, karena dimensi
pembangunan merupakan hasil-hasil nyata dari tindakan ideologis dan politikal yang dicapai
melalui dimensi teknikal. Dimensi teknikal merupakan kiat-kiat dari para pendidik profesional
yang menguasai ilmu pengetahuan kependidikan.
Kunci keberhasilan suatu pendidikan terletak pada kurikulum yang berperan sebagai
rujukan bagi proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia (Angga dkk, 2022). Pengertian
kurikulum menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 yaitu seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dunia pendidikan di Indonesia sering kali dikejutkan dengan kurikulum yang sering berganti.
Kurikulum di Indonesia telah mengalami pergantian sebanyak 11 kali, dimulai dari Rentjana
Pelajaran 1947 hingga Kurikulum Merdeka 2022. Dengan seringnya kurikulum berganti
membuat banyak perubahan pada komponen materi dan strategi pengajaran. Pergantian
kurikulum yang telah terjadi berulang kali ini mendapat banyak keluhan dari masyarakat,
terutama bagi pelaksana pendidikan karena dinilai belum efektif. Para pelaksana pendidikan,
sekolah dan tenaga pendidik, mengalami kesulitan dalam penyusunan kurikulum hingga
pelaksanaan pembelajarannya. Kesulitan juga dirasakan para peserta didik yang harus
beradaptasi dengan kurikulum yang sering berganti dalam kurun waktu yang singkat
Tujuan dari pergantian kurikulum yang sering terjadi adalah untuk mencapai arah
kegiatan pendidikan sesuai dengan yang ingin dijalankan. Pergantian kurikulum yang berulang
selalu beralasan untuk menciptakan watak manusia yang sesuai dengan dasar negara, berjiwa
pancasila, dan taat pada agama sesuai kepercayaan yang dianutnya (Ritonga, 2018). Namun,
pada kenyataanya pergantian kurikulum yang berulang tidaklah merubah mutu pendidikan di
Indonesia menjadi lebih baik. Kebijakan kurikulum yang sering berganti seiring dengan
pergantian menteri pendidikan mengakibatkan kebingungan yang membuat proses pendidikan
terhambat. Terhambatnya proses pendidikan perlu diatasi dengan adanya analisis dan evaluasi
kembali mengenai sistem pendidikan di Indonesia.
Perubahan kunkulum yang dirasa menjadi suatu siklus yang ekstrim malah menunjukkan
banyak masalah karena perubahan kurikulum itu sendiri yang terlalu sering. Setiap pergantian
rezim kepemimpinan atau perubahan menteri pendidikan sendiri hampir bisa dipastikan akan
terjadi perubahan kurikulum yang akhirnya membuat para aktor di bidang pendidikan tersesat di
dalam kurikulum yang tidak jelas. Seharusnya perubahan
Kurikulum yang saat ini berlangsung di Indonesia adalah Kurikulum Merdeka Belajar
yang telah ditetapkan pada tahun 2022. Kurikulum Merdeka Belajar ini dicetuskan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesi yaitu Nadiem Makarim. Kurikulum Merdeka
Belajar merupakan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal
agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi
(Purnawanto, 2022). Pada kurikulum merdeka belajar ini, para peserta didik dituntut untuk
mandiri. Kemandirian yang dimaksud adalah para peserta didik diberi kebebasan dalam
mengakses ilmu yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun non formal. Di era
globalisasi, kemajuan teknologi saat ini dapat digunakan sebagai sarana pelaksanaan pendidikan
sesuai dengan Kurikulum Merdeka Belajar. Namun, dalam pelaksanaanya Kurikulum Merdeka
Belajar masih memiliki kendala karena belum berhasil menyelesaikan permasalahan pendidikan
dan target pendidikan di Indonesia belum terpenuhi.
Dalam hal ini, pemerintah memiliki kewajiban untuk menyelesaikan semua permasalahan
pendidikan di Indonesia tersebut supaya tercapainya target pendidikan Indonesia dengan
persiapan yang lebih matang, terutama pada evaluasi kurikulumnya tanpa harus mengganti
kurikulum lagi. Keberhasilan pendidikan dapat ditemukan di beberapa negara maju seperti Korea
Selatan. Korea Selatan menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan sistempendidikan
terbaik di dunia pada tahun 2022 menurut New Jersey Minority Educational Development (NJ
MED) yang dipublikasikan melalui Global Education Report. Struktur pendidikan di Korea
Selatan sama dengan yang ada di Indonesia, yakni 6 tahun wajib bagi anak usia 6 dan 11 tahun
untuk menempuh pendidikan SD, 3 tahun bagi anak usia 12-14 tahun untuk menempuh
pendidikan SMP, 3 tahun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau SMK, dan 4 tahun
untuk universitas. (Riyana, 2008). Meskipun struktur pendidikan Indonesia dengan Korea
Selatan sama, kualitas sistem pendidikan kedua negara ini berbeda. Adapun tujuan pendidikan
Korea Selatan, yakni menanamkan pada setiap orang identitas nasional dan penghargaan
terhadap kedaulatan nasional, menyempurnakan kepribadian setiap warga negara, mengemban
cita-cita persaudaraan yang universal mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan
berbuat untuk Negara yang demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia, serta
menanamkan sifat patriotisme. (Riyana, 2008). Dalam pengembangan kurikulum, Korea Selatan
membagi menjadi tiga jenjang, yakni jenjang pendidikan primer (primary education) yang
diwajibkan untuk anak-anak berusia 6 sampai 14 tahun dan prosesnya dilaksanakan di taman
kanak-kanak dan sekolah dasar, jenjang pendidikan sekunder (secondary education) yang
dilaksanakan selama 6 tahun yaitu 3 tahun di sekolah menengah (setara dengan SMP di
Indonesia) dan 3 tahun di sekolah atas (setara dengan SMA/SMK di Indonesia), serta jenjang
pendidikan tinggi (high education) yang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan perkuliahan di
beberapa perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta yang jumlahnya sekitar
330 perguruan tinggi. (Rochmah, 2015)

Anda mungkin juga menyukai